Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH TEKNOLOGI PELAPISAN

Pembuatan Kulit Sintetis Jaket


Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Teknologi Pelapisan

Dosen Pengampu:
Ir. Iswahyuni, MSCE.
Indri Harmiyanti, B,Sc, S.Pd. M,Pd

Disusun Oleh:
Kelompok 3 (tiga) - TPKP A 2019
Nama Anggota :

1. Yuliana Kusuma Ningrum (1903025)


2. Shindy Rahmatin (1903054)
3. Alfi Wiga Restiyana (1903074)
4. Itsni Fatihatun Nisa (1903080)
5. Rizal Hariaji (1903081)

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA

TEKNOLOGI PENGOLAHAN KARET DAN PLASTIK

POLITEKNIK ATK YOGYAKARTA

2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kami
kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Tanpa pertolongannya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada
baginda kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafaatnya di
akhir nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehatnya, baik itu berupa sehat fisik maupun sehat akal pikiran, sehingga penulis
ini mampu menyelesaikan pembuatan makalah dari mata kuliah Teknologi
Pelapisan dengan judul “Pembuatan Kulit Sintetis Jaket”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.
Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah
ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon
maaf sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya
kepada dosen kami yang telah membimbing dalam menulis makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini bermanfaat. Terima kasih.

Yogyakarta, September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii
BAB I ................................................................................................................................1
PENDAHULUAN ............................................................................................................1
1. Latar Belakang .......................................................................................................1
2. Rumusan Masalah ..................................................................................................2
3. Tujuan ....................................................................................................................2
BAB II ...............................................................................................................................3
ISI ......................................................................................................................................3
1. Pengertian Kulit Sintetis .........................................................................................3
2. Tujuan Pembuatan Kulit Sintetis ............................................................................3
3. Karakteristik Kulit Imitasi ......................................................................................4
4. Jenis-Jenis Kulit Sintetis ........................................................................................5
5. Ciri-Ciri Bahan Kulit Asli ......................................................................................7
6. Standar SNI yang Digunakan .................................................................................8
7. Bahan Serta Alat Pembuatan Kulit sintetis Untuk Jaket .........................................9
8. Cara Kerja dan Skema Kerja Pembuatan Kulit Sintetis Untuk Jaket .................... 10
9. Perhitungan .......................................................................................................... 17
10. Pembahasan .......................................................................................................... 17
BAB III ...........................................................................................................................21
PENUTUP ......................................................................................................................21
1. Kesimpulan .......................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................22

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Dalam aspek tata busana, kulit adalah bahan yang fleksibel dan tahan
lama yang dibuat dengan proses penyamakan kulit hewan. Kulit telah digunakan
sebagai bahan baku pembuatan pakaian, interior kendaraan, furnitur, sampul buku,
bedug, dan sebagainya. Kulit hewan digunakan untuk pembuatan bahan dasar
jaket kulit. Jaket kulit merupakan salah satu model pakaian penutup tubuh yang
biasa dikenakan pada bagian paling luar. Untuk kulit hewan yang sering
digunakan untuk pembuatan jaket kulit seperti kulit rusa, kulit domba, kulit
kambing, kulit sapi.
Tujuan dari pembuatan jaket kulit yaitu dapat digunakan untuk
melindungi atau menghangatkan tubuh dari udara dingin, selain itu jaket kulit juga
dapat digunakan untuk bahan pelengkap fashion atau pelengkap dalam gaya
berbusana. Penggunaan jaket kulit dalam hal fashion atau gaya berbusana
merupakan hal yang cocok karena adanya keistimewaan dari jaket kulit. Selain itu
harga dari jaket kulit hewan asli memiliki nilai jual yang tinggi.
Pembuatan jaket kulit berbeda dengan proses pembuatan jaket berbahan
dasar selain kulit lainnya karena jaket ini membutuhkan ketelitian, keahlian
khusus, kesabaran berhubung waktu pengerjaannya juga relatif lama. Pengolahan
bahan baku kulit yang digunakan juga bukanlah hal mudah, beda dengan bahan
baku kain atau yang lainnya, karena kulit hewan yang basah yang harus
dikeringkan. Untuk tahapan proses pembuatan jaket kulit diawali dengan
penyamakan kulit, pewarnaan, pembuatan pola desain atau model jaket kulit,
proses penjahitan, dan pemolesan jaket kulit.

1
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, berikut rumusan masalah pada
makalah ini;
1.1. Apa yang dimaksud kulit sintetis?
1.2. Apa tujuan dari pembuatan kulit sintetis jaket?
1.3. Standar apa yang digunakan untuk pembuatan kulit sintetis?
1.4. Bagaimana cara pembuatan kulit sintetis dari jaket?

3. Tujuan
1.5. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian dari kulit sintetis.
1.6. Mahasiswa dapat mengetahui tujuan dari pembuatan kulit sintetis jaket.
1.7. Mahasiswa dapat mengetahui standar yang digunakan untuk pembuatan
kulit sintetis.
1.8. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara pembuatan kulit sintetis
jaket.

2
BAB II

ISI

1. Pengertian Kulit Sintetis


Kulit adalah bahan yang fleksibel dan tahan lama yang dibuat dengan
proses penyamakan kulit hewan. Kulit telah digunakan sebagai bahan baku
pembuatan pakaian, interior kendaraan, furnitur, sampul buku, bedug, dan
sebagainya. Dalam aspek tata busana, kulit hewan dapat digunakan untuk
pembuatan bahan dasar jaket kulit.
Kulit Sintetis merupakan lembaran kulit tiruan yang dibuat dari komponen PVC
(polyvinyl chloride) dan PU (polyurethane) sebagai lapisan atasnya dan kain sebagai
lapisan dasar yang berfungsi sebagai penguat (Utami.,2015)
Jaket kulit adalah pakaian luar terbuat dari kulit binatang bagi pria atau
wanita yang digunakan sebagai pelindung atau baju rangkap untuk melindungi
dari cuaca dingin dan angin. Selain digunakan sebagai pelindung sekaligus
penutup tubuh jaket kulit juga difungsikan sebagai fashion atau pelengkap gaya
berbusana. Untuk kulit hewan yang paling popular digunakan adalah jenis kulit
domba, tetapi ada juga yang menggunakan jenis kulit sapi, kulit unta, kulit kerbau,
kulit babi dan kulit lainnya.
Bahan kulit yang sudah diambil harus segera didinginkan dan diberi garam
atau direndam dalam air asin. Tujuannya adalah agar kulit terlihat bersih dari
kotoran-kotoran yang menempel dan awet untuk produksi.

2. Tujuan Pembuatan Kulit Sintetis


Tujuan dibuatnya kulit imitasi yaitu untuk bahan buatan pengganti bahan
utama yaitu kulit asli yang terbuat dari hewan, tujuan dibuatnya kulit imitasi yaitu
untuk memenuhi kebutuhan pasar, atas penggunaan material kulit untuk
mengurangi penggunaan kulit hewan dan juag merupakan salah satu upaya untuk
mencegah kepunahan dan eksploitasi hewan (Utami., 2015)

3
3. Karakteristik Kulit Imitasi

Alga White Alexis Pink


Karakter: ketebalan Karakter: ketebalan
sedang, doff, sedikit sedang, glossy, tidak
lentur, tidak lentur, tidak bertekstur.
bertekstur. Potensi: bisa di jahit,
Potensi: bisa di jahit, bisa di lem, sulit dibalik.
bisa di lem, mudah
dibalik.
Amaris Peach Quantum PVC
Karakter: ketebalan Karakter: ketebalan
sedang, sedikit sedang, doff, lentur,
glossy, lentur, sedikit bertekstur.
bertekstur. Potensi: bisa di jahit,
Potensi: bisa di jahit, bisa di lem, mudah
bisa di lem, mudah dibalik.
dibalik.
Swiss PVC Blue Samuel Tosca
Karakter: ketebalan Karakter: tebal, sedikit
sedang, doff, sedikit glossy, lentur, sedikit
lentur, tidak bertekstur.
bertekstur. Potensi: bisa di jahit,
Potensi: bisa di jahit, bisa di lem, mudah
bisa di lem, sulit dibalik.
dibalik.
Queenie Brown Adidas New Pink
Karakter: ketebalan Karakter: tipis, doff,
sedang, doff, tidak bertekstur seperti
lentur, sedikit suede.
bertekstur. Potensi: bisa di jahit,
Potensi: bisa di jahit, bisa di lem, mudah
bisa di lem, sulit dibalik.
dibalik.
Adidas New White Lux Bola Abu
Karakter: tipis, doff, Karakter: tebal, glossy,
bertekstur seperti tidak bertekstur, kaku.
suede. Potensi: tidak bisa di
Potensi: bisa di jahit, jahit, bisa di lem, sulit
bisa di lem, mudah dibalik.
dibalik.

4
3.1. Kelebihan Kulit Imitasi
3.1.1. Kulit sintetis mirip dengan kulit asli
3.1.2. Harga yang terjangkau disbanding dengan kulit asli
3.1.3. Perawatan lebih mudah dari kulit asli
3.1.4. Lebih mudah di dapat karena di produksi massal menggunakan
mesin.
3.1.5. Tidak mudah kotor karena bahan mudah menyerap
3.1.6. Varian warna dan tekstur lebih banyak dan lebih konsisten di
bandingkan dengan kulit asli

3.2. Kekurangan Kulit Imitasi


3.2.1. Dari segi durability atau ketahanan tidak begitu baik, hanya bisa
bertahan sampai kurang lebih 3 tahun.
3.2.2. Kulit imitasi tidak memiliki poripori sehingga udara tidak dapat
mengalir dengan baik dan menimbulkan rasa panas.
3.2.3. Tekstur dan pori pori permukaan kulit sintetis tidak sebaik kulit
asli.
3.2.4. Mudah mengelupas bagian permukaannya.
3.2.5. Tekstur tidak selembut kulit asli

4. Jenis-Jenis Kulit Sintetis


4.1. Jenis Kulit Sintesis Berdasarkan Jenisnya
4.1.1. PU (polyurethane)
PU leather kerap disebut sebagai kulit hibrida, karena terbuat
dari percampuran antara senyawa alami berupa sisa kulit hewan
asli dengan jenis olahan plastik polyutherane. Kulit hewan tersebut
diolah dengan dilarutkan dan dicampur dengan senyawa plastik
untuk sebagian besar komponennya.

5
4.1.2. PVC (polyvinyl chloride)
Jenis bahan ini bisa dikatakan sebagai kulit imitasi sungguhan
karena memang semua mnaterialnya terbuat dari material sejenis
plastik yang diolah menjadi lembaran. Produsen menambahkan
corak pori-pori sehingga lembaran PVC leather seakan-akan seperti
kulit asli.

4.2. Jenis Kulit Sintesis Berdasarkan Kualitas Bahan


4.2.1. Hight Quality

Kulit sintetis yang termasuk ke dalam kategori kualitas tinggi


adalah mbtech, murano dan platinum. Keunggulan dari bahan ini
adalah awet dan tidak mudah pudar warnanya. Serta jika diraba,
bagian permukaannya lembut.
4.2.2. Medium Quality

6
Kulit sintetis tersebut diantaranya adalah virotec, carviero (atau
sering disebut dengan virotec super), martin, suede (suede yang
dimaksud adalah sintetis, bukan dari kulit asli), 600D. Bahan-bahan
tersebut mempunyai permukaan yang agak lembu
4.2.3. Low Quality

Yang termasuk dalam kategori ini adalah cemara, kanvas,


vinyl dan parasit. Karakter dari bahan-bahan ini adalah tipis dan
permukaannya kasar.

5. Ciri-Ciri Bahan Kulit Asli

• Jaket kulit asli memiliki tekstur yang tidak homogen/ tidak pernah sama.
• Lebih lentur dari jaket imitasi, dan memiliki tingkat elastisitas yang
berbeda beda.
• Tekstur bahan kulitnya lembut dan halus.
• Jaket kulit asli sejuk ketika digunakan pada siang hari, dan
menghangatkan ketika cuaca sedang dingin.
• Jaket kulit asli juga memiliki wangi yang khas dibandingkan dengan jaket
kulit imitasi.
• Jaket kulit asli lebih tahan api dan akan menghasilkan abu ketika dibakar,
berbeda dengan bahan imitasi yang akan menghasilkan gumpalan.
• Jaket kulit asli kuat dan tahan lama hingga bertahun-tahun.
• Biasanya memiliki harga lebih mahal.

7
6. Standar SNI yang Digunakan

Standar yang digunakan yaitu SNI 1294:2009 Kulit Imitasi. Standar ini
digunakan untuk menetapkan persyaratan mutu dan cara uji kulit imitasi.
Tabel Persyaratan mutu:

8
7. Bahan Serta Alat Pembuatan Kulit sintetis Untuk Jaket

7.1. Bahan-bahan pembuatan kulit sintetis untuk jaket


Bahan Formulasi (phr)
Dasar Tengah Atas
PVC 100 100 100
DOP 50 50 50
Epoxy 3 3 3
Stabilizer 5 5 5
Asam Stearat - - 1
CaCO₃ - 10 10
Kickers - 3 -
ADCM - 5 -
Pigmen - - 3

7.2. Alat yang digunakan pada pembuatan kulit sintetis untuk jaket
a. Roll Baja
b. Neraca Analitis
c. Mixer
d. Oven
e. Pengaduk
f. Sendok
g. Wadah Plastik
h. Gelas Ukur
i. Kaca
j. Koran
k. Lakban

9
8. Cara Kerja dan Skema Kerja Pembuatan Kulit Sintetis Untuk Jaket
8.1. Cara Kerja (Pembuatan Jaket dari Kulit)
8.1.1. Penyamakan Kulit (Hides Tanning)
Penyamakan bertujuan untuk mengolah kulit mentah (hide
atau skin) menjadi kulit tersamak (leather). Proses penyamakan
tersebut dimaksudkan untuk mengubah sifat-sifat kulit mentah
yang mudah mengalami pembusukan dan kerusakan oleh aktivitas
mikrobia menjadi kulit tersamak yang tahan terhadap aktivitas
mikrobia dan pembusukan. Pada awal proses ini, ada beberapa hal
yang harus dilakukan seperti :

• Pencucian kulit hewan (washing)


Kulit akan direndam di dalam air bersih, untuk
menghilangkan garam di awal proses tadi dan meningkatkan
kadar air agar kulit bisa diolah lebih lanjut.
• Proses pengeringan kulit hewan (drying)
Pengeringan ini bisa dilakukan dengan cara manual
seperti menjemur di bawah terik matahari atau dengan diangin-
anginkan, bisa juga dengan menggunakan panas buatan seperti
pengering.
• Proses pencabutan bulu (menghilangkan bulu)
Pelepasan bulu dilakukan secara mekanik menggunakan
mesin yang dilanjutkan manual menggunakan pisau tumpul.
• Proses pengawetan (preserving)
Pengawetan bisa dengan cara penggaraman,
pengasaman, dan pengeringan. Bisa dengan bahan kimia atau
memaksimalkan sinar matahari hingga kulit siap diolah.

8.1.2. Pewarnaan (Coloring)


Kulit yang sudah tersamak dengan baik selanjutnya dicelup
warna sesuai yang dikehendaki. Untuk membuat jaket warna yang
paling sering digunakan yaitu warna-warna monokrom seperti

10
hitam, coklat, dan abu-abu. Pewarnaan dilakukan menggunakan zat
kimia yang bagus agar nantinya menghasilkan kulit olahan yang
tidak luntur saat dicuci. Setelah dicelup warna selanjutnya kulit
dikeringkan dengan cara dijemur. Pastikan kulit benar-benar kering
agar diperoleh hasil yang maksimal. Karena jika kulit masih basah
dan sudah masuk pada tahap selanjutnya maka dapat menghasilkan
belang pada permukaan kulit.

8.1.3. Pembuatan pola desain atau model jaket kulit


Setelah bahan baku selesai diproses hingga proses pewarnaan
(coloring), maka tahap selanjutnya adalah pembuatan pola desain
atau model jaket kulit. Di sini peran desainer sangat penting untuk
bisa memunculkan model-model baru dari sebuah jaket kulit agar
diterima oleh pengguna. Pembuatan pola bisa memakai cara
tradisional yaitu dengan menggambar pola diatas kertas karton
kemudian kita potong dengan gunting secara manual atau
menggunakan software komputer yang disambung mesin pemotong
otomatis agar lebih cepat dan mudah untuk segera di produksi.

8.1.4. Proses Penjahitan


Seperti layaknya membuat pakaian baju atau celana, maka
proses pembuatan jaket kulit pun memiliki banyak kemiripan.
Setelah menyelesaikan pembuatan pola desain atau model jaket
kulit, maka dilanjutkan dengan proses sewing atau menjahit. Proses
penjahitan (sewing) bisa dilakukan menggunakan mesin jahit
secara manual atau bisa juga dengan sistem konveksi untuk
produksi dalam partai besar. Keterampilan dan kelihaian dalam
membuat pola desain model jaket kulit serta proses penjahitan
(sewing) dapat mempengaruhi kenyamanan dan kerapihan jaket
kulit ketika dipakai.

11
8.1.5. Pemolesan Jaket Kulit (Rouging)
Inilah proses akhir pembuatan jaket kulit, yaitu proses
pemolesan atau disebut juga dengan rouging. Proses pemolesan
rouging dimaksudkan untuk menghilangkan kotoran dan noda yang
masih tersisa ketika jaket masih dalam tahap produksi, serta
menjadikan permukaan jaket tampak mengkilat.

8.2. Skema Kerja (Pembuatan Jaket dari Kulit Asli)

Penyamakan Kulit (Hides


Tanning)

Pewarnaan (Coloring)

Pembuatan pola desain


atau model jaket kulit

Proses Penjaitan

Pemolesan Jaket Kulit


(Rouging)

8.3. Cara Kerja (Permbuatan Kulit Sintetis Untuk Jaket)


8.3.1. Cara Kerja Pembuatan Kulit Sintetis
1) Pembuatan lapisan atas :
a) Campuran 1 : campur pigmen + sedikit DOP dengan mixer
b) Campuran 2 : campur DOP + stabilizer + epoxy dengan mixer
c) Compounding : satukan campuran 1 dan 2, tambahkan PVC dan
filler

12
(CaCO3 dan asam stearat) sedikit demi sedikit sambil diaduk
dengan
mixer selama 30 menit jangan sampai terbentuk gelembung.
d) Lapisan atas dicoating setebal 0,4 mm dengan roll pada kertas
embos
e) Memanaskan lapisan atas di dalam oven dengan suhu 150 ˚C
selama10 menit lalu didinginkan.

2) Pembuatan lapisan tengah :


a) Campuran 1 : campur DOP + stabilizer + epoxy dengan mixer
b) Compounding : satukan campuran 1 dengan PVC, CaCO3,
Kikckers,dan ADCM sedikit demi sedikit sambil diaduk
dengan mixer selama, 30 menit jangan sampai terbentuk
gelembung.
c) Lapisan tengah dicoating seebal 0,6mm dengan roll di atas
lapisan pertama
d) Memanaskan lapisan atas di dalam oven dengan suhu 150 ˚C
selama
10 menit lalu didinginkan.
3) Pembuatan lapisan bawah :
a) Campuran 1 : campur DOP + stabilizer + epoxy dengan mixer
b) Compounding : tambahkan campuran 1 dengan PVC sedikit
demi sedikit sambil diaduk dengan mixer selama 30 menit
jangan sampai terbentuk gelembung
c) Lapisan bawah dicoating setebal 0.8 mmdengan roll di aas
lapisan tengah dan dilapisi kain penguat
d) Memanaskan di dalam ven bersuhu 170˚C selama 10 menit
e) mendinginkan lembaran kemudian melepas kertas emboss
f) Jadilah kulit imitasi dengan warna hitam

13
8.3.2. Cara Kerja Pembuatan Jaket dari Kulit Sintetis
a. Pewarnaan (Coloring)
Jika kulit sintetis yang sudah jadi belum diberikan warna maka
kulit sintetis tersebut dicelup warna sesuai yang dikehendaki.
Tetapi, jika kulit sintetis sudah diberikan warna, maka langsung
saja ke pembuatan pola. Untuk membuat jaket warna yang paling
sering digunakan yaitu warna-warna monokrom seperti hitam,
coklat, dan abu-abu. Pewarnaan dilakukan menggunakan zat
kimia yang bagus agar nantinya menghasilkan kulit olahan yang
tidak luntur saat dicuci. Setelah dicelup warna selanjutnya kulit
dikeringkan dengan cara dijemur. Pastikan kulit benar-benar
kering agar diperoleh hasil yang maksimal. Karena jika kulit
masih basah dan sudah masuk pada tahap selanjutnya maka dapat
menghasilkan belang pada permukaan kulit.

b. Pembuatan pola desain atau model jaket kulit


Setelah bahan baku selesai diproses hingga proses pewarnaan
(coloring), maka tahap selanjutnya adalah pembuatan pola desain
atau model jaket kulit. Di sini peran desainer sangat penting
untuk bisa memunculkan model-model baru dari sebuah jaket
kulit agar diterima oleh pengguna. Pembuatan pola bisa memakai
cara tradisional yaitu dengan menggambar pola diatas kertas
karton kemudian kita potong dengan gunting secara manual atau
menggunakan software komputer yang disambung mesin
pemotong otomatis agar lebih cepat dan mudah untuk segera di
produksi.

c. Proses Penjahitan
Seperti layaknya membuat pakaian baju atau celana, maka proses
pembuatan jaket kulit pun memiliki banyak kemiripan. Setelah
menyelesaikan pembuatan pola desain atau model jaket kulit,

14
maka dilanjutkan dengan proses sewing atau menjahit. Proses
penjahitan (sewing) bisa dilakukan menggunakan mesin jahit
secara manual atau bisa juga dengan sistem konveksi untuk
produksi dalam partai besar. Keterampilan dan kelihaian dalam
membuat pola desain model jaket kulit serta proses penjahitan
(sewing) dapat mempengaruhi kenyamanan dan kerapihan jaket
kulit ketika dipakai.

d. Pemolesan Jaket Kulit (Rouging)


Inilah proses akhir pembuatan jaket kulit, yaitu proses pemolesan
atau disebut juga dengan rouging. Proses pemolesan rouging
dimaksudkan untuk menghilangkan kotoran dan noda yang
masih tersisa ketika jaket masih dalam tahap produksi, serta
menjadikan permukaan jaket tampak mengkilat.

8.4. Skema Kerja (Pembuatan Kulit Sintetis Untuk Jaket)


8.4.1. Skema Kerja Pembuatan Kulit sintetis

DOP, CP, blowing Mixing kompon top coat


Agent, foaming agent,
Resin, filler (t=8 menit, kecepatan 30 rpm)

Kompon top coat

Mixing kompon Adhesive


DOP, TXIB, DP
728, filler, resin (t=6 menit, kecepatan 30 rpm)

Kompon Adhesive

15
Pemanasan Release Paper

(t=20 menit, T=170-180°C)

Pengulasan kompon top coat pada


Kompon top coat
release paper

Pemanasan kompon top coat

(t=1 menit, T=190-200°C )

Kompon Adhesive Pengulasan adhesive pada


lembaran kompon top coat dan
pelapisan dengan kain penguat

Pemanasan kompon adhesive

(t=1 menit, T=190-200°C )

Didiamkan pada suhu kamar

(t=3 menit)

Kulit Sintetis

16
8.4.2. Skema Kerja Pembuatan Jaket dari Kulit Sintetis

Pewarnaan (Coloring)

Pembuatan pola desain atau


model jaket kulit

Proses Penjahitan

Pemolesan Jaket Kulit


(Rouging)

9. Perhitungan
Pada perhitungan dilakukan Ketika melakukan pengujian produk
Perhitungan Kuat tarik dan kemuluran:

F maks adalah beban maksimum yang diperlukan untuk menarik


cuplikan hingga putus, dinyatakan dalam Newton (N)
l 0 adalah panjang/jarak dua garis (bench marks) mula-mula
l 1 adalah panjang/jarak dua garis (bench marks) setelah cuplikan
putus

10. Pembahasan
pada pembuatan kulit sintetis untuk jaket dilakukan juga uji untuk
mengetahui kualitas dari produk kulit sintetis tersebut, pengujian yang
dilakukan antara lain :

17
10.1. Kekuatan tarik
semakin besar bagian DOP, kekuatan tarik kulit sintetis cenderung
naik pada kadar pemlastis yang rendah sampai dengan 55 bagian,
selanjutnya turun. Hal ini disebabkan oleh DOP merupakan pemlastis
yang mempunyai sifat menurunkan kekakuan PVC sehingga kekuatan
tariknya turun sebanding dengan bagian DOP. Menurut Wypych (2004),
pemlastis bertindak sebagai pelumas mengisi ruang kosong antar rantai
polimer, sehingga bila ada gaya tarik yang bekerja maka rantai polimer
akan tergelincir satu sama lain. Kekuatan tarik arah membujur lebih tinggi
daripada kekuatan tarik arah melintang. Hal ini dipengaruhi oleh struktur
kain penguat twill weave yang lebih kuat di arah membujur.

10.2. Kemuluran
Kemuluran kulit sintetis dipengaruhi juga oleh kadar DOP. Dari
Gambar 1 terlihat bahwa kemuluran kulit sintetis meningkat sebanding
dengan bagian DOP. Ini terjadi karena DOP yang ditambahkan
memberikan fleksibilitas pada PVC. Menurut Wypych (2004), pemlastis
mengurangi gaya kohesi antar molekul polimer. DOP yang mengisi ruang
antar rantai polimer PVC memudahkan rantai bergerak dan bergeser satu
sama lain.

Gambar 1. Grafik hubungan jumlah pemlastis DOP dalam kompon


lapisan atas terhadap kemuluran kulit sintetis (sumber : Sholeh et al, 2018)

18
10.3. Ketahanan Sobek
Semakin banyak DOP yang ditambahkan cenderung menurunkan
sifat ketahanan sobek, hal ini disebabkan oleh semakin banyak jumlah
DOP yang ditambahkan kulit sintetis makin lemas sehingga kekuatan yang
diperlukan untuk menyobek semakin kecil. Saat kompon dipanasi,
molekul-molekul pemlastis mendifusi ke dalam polimer dan melemahkan
interaksi polimer dengan polimer.

10.4. Ketahanan luntur warna


Ketahanan luntur warna terhadap gosokan baik secara kering
maupun basah menunjukkan hasil yang bagus dengan minimal nilai
sebesar 4,5 (Akovali et al.,2012).

10.5. Ketahanan terhadap pelekatan


Tabel 1. Rekapitulasi hasil uji sifat fisis dan mekanis kulit sintetis

(Sumber : Sholeh et al,2018)


ketahanan terhadap pelekatan. Pada Tabel 1 terlihat bahwa hasilnya baik
dengan tidak nampaknya cacat pada permukaan kulit sintetis.

10.6. Ketahanan terhadap temperatur rendah


Ketahanan terhadap temperatur rendah (Tabel 1) terlihat bahwa
seluruh variasi penambahan DOP menunjukkan hasil yang baik (tidak
retak setelah dibengkuk) (Chen et al., 2010).

19
10.7. Ketahanan terhadap pengusangan
Ketahanan terhadap pengusangan (Tabel 1) terlihat bahwa seluruh
variasi penambahan DOP menunjukkan hasil yang baik (tidak retak
setelah diusangkan).

10.8. Ketahanan rekat


Ketahanan rekat antara lapisan polimer dengan kain penguat
diasumsikan tidak dipengaruhi oleh variasi kadar DOP. Hal ini didasarkan
bahwa variasi DOP dilakukan pada lapisan atas, sedangkan yang melekat
pada kain penguat adalah lapisan dasar.
Dari nilai parameter uji kualitas kulit sintetis yang diperoleh, perlu
dilakukan kompromi antara berbagai kecenderungan nilai yang didapatkan
pada kriteria kekuatan tarik, kemuluran, dan ketahanan sobek. Kadar DOP
yang rendah menguntungkan dari sisi kuat tarik dan ketahanan sobeknya,
namun kulit sintetis yang dihasilkan menjadi kaku. Kadar DOP yang
tinggi menguntungkan dari sisi kemulurannya karena kulit sintetis menjadi
fleksibel dan mudah dibentuk, meskipun dipertimbangkan juga batas
fleksibilitasnya sesuai aplikasi dari kulit sintetis tersebut. Namun kadar
DOP yang tinggi menyebabkan kuat tarik dan ketahanan sobeknya tidak
memuaskan.

20
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
Dari Penjelasan diatas, dapat disimpulakan bahwa;
1.1. Kulit Sintetis merupakan lembaran kulit tiruan yang dibuat dari
komponen PVC (polyvinyl chloride) dan PU (polyurethane) sebagai
lapisan atasnya dan kain sebagai lapisan dasar yang berfungsi sebagai
penguat.
1.2. Tujuan dibuatnya kulit imitasi yaitu untuk bahan buatan pengganti
bahan utama yaitu kulit asli yang terbuat dari hewan.
1.3. Standar yang digunakan yaitu SNI 1294:2009 Kulit Imitasi.
1.4. Terdapat 2 cara dalam pembuatan jaket dari kulit sintetis yaitu
pembuatan kulit sintetis, kemudian dilanjut dengan pembuatan jaket.

21
DAFTAR PUSTAKA

Sholeh,Muhammad dan Siti Rochani. 2018. Pengaruh pemlastis dioktil ftalat


terhadap sifat fisis dan mekanis kulit sintetis. [online, diakses pada tanggal 26
Agustus 2021] URL : http://dx.doi.org/10.24960/jli.v8i1.3712.17-22
Prayitno. 2014. Research for producing green garment leather by using
vegetable tanning agent. Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik ke-3
Yogyakarta, 29 Oktober 2014.
Septiani,Celline, dkk. 2020. Analisa Pengolahan Kulit Imitasi Sebagai
Material Embellishment. e-Proceeding of Art & Design : Vol.7, No.2 Agustus 2020
| Page.
Utami, Septiana Dwi. 2015. Pembuatan Kulit Imitasi. Laporan Praktikum.
Politeknik ATK, Yogyakarta.
Septiana Dwi Utami. 2015., Pembuatan Kulit Sintetis., Laporan Praktikum,
Politeknik ATK, Yogyakarta
SNI., Kulit Imitasi., Badan Standar Nasional.
Alya Fauziah., 2020., Pengaruh Suhu Proses Pembuatan Kulit Sintetis
Artiker Dello Emboss Ditinjau dari Ketebalan Kulit di PT.Sempurnaindah
Multinusantara, Jawa Barat., Tugas akhir, Politeknik ATK Yogyakarta.

22

Anda mungkin juga menyukai