Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

TEKNOLOGI PELAPISAN

Pelapisan Kulit Sintetis pada Jaket

Dosen Pengampu

Ir. Iswahyuni, MSCE

Indri Hermiyati, B.Sc, S.T,. M.Pd

Disusun Oleh :

Kelompok 3

1. Widatul Khusnah (1903005)


2. Bagus Rendra Hermawan (1903061)
3. Suci Lisatya (1903073)
4. Finka Candra Sari (1903076)
5. Dapit Eprizal (1903083)

TPKP B

KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

POLITEKNIK ATK YOGYAKARTA

TEKNOLOGI PENGOLAHAN KARET DAN PLASTIK

2020/2021
I. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian kulit imitasi scara umum
2. Mengetaui proses pembuatan kulit sintetis
3. Mengetahui pengujian yang diujikan untuk kulit sintetis

II. DASAR TEORI


Kulit imitasi adalah tiruan dari jenis kulit yang terbuat dari bahan dasar
kain yang diolah secara kimia dengan lilin pewarna atau polyurethane (PU)
dan PVC untuk menghasilkan bahan dengan tekstur dan warna seperti kulit.
(nida, 2016). Seiring berkembangnya industri tersebut kini produk dengan
menggunakan material kulit imitasi semakin maju dan berinovasi, produk
yang dihasilkan diolah menjadi produk fesyen diantaranya tas, sepatu, jaket,
ikat pinggang, dompet dan lainnya. pada permukaan kain sehingga
menambah nilai estetika pada busana. Industri fesyen kulit di indonesia saat
ini sudah cukup maju dan menjanjikan, terutama dalam industri pakaian, akan
tetapi untuk saat ini bahan baku Kulit digunakan pada pakaian ready to wear
atau pakaian siap pakai, seperti Jaket.
Jaket (jaket) adalah jenis pakaian (umumnya tebal) yang berfungsi
untuk menjaga kondisi tubuh agar tetap stabil (hangat). Oleh karena memakai
jaket, maka pengaruh cuaca yang ekstrim (dingin atau panas) tidak akan
mempengaruhi suhu tubuh. Jadi, jaket adalah busana pelindung dari suasana
yang tidak kondusif. Kamu tentu merasakan bahwa dengan mengenakan
jaket, maka tubuh akan menjadi lebih hangat. Salah satu ciri khas jaket
adalah bahan dasar pembuatannya. Jaket yang terbuat dari kulit asli atau
original seperti kulit sapi dan domba akan berbeda tekstur dan ketebalannya
dengan jaket sintetis atau imitasi.
Kulit imitasi sebagai bahan substitusi kulit tersamak di- perkenalkan
untuk pertama kalinya pada tahun 1963. Sebagai bahan baku yang dilekatkan
pada permukaan bahan penguat dapat dipakai poli uretan (PU) atau
polivinilklorida (PVC). Perkembangan terakhir menunjukkan bahwa kulit
imitasi biasanya tersusun dari bahan penguat, busa polimer dan lapisan akhir.
Macam dan jumlah lapisan dapat divariasi sesuai dengan tujuan
penggunaannya. Kulit imitasi untuk atasan sepatu dibuat mendekati kulit asli
meskipun ada perbedaan yaitu bahwa masing-masing lapisan pada kulit
imitasi kelihatan terpisah antara yang satu dengan lainnya secara nyata,
sedangkan pada kulit asli lapisan lapisannya terlihat lebih kompak.
Kulit imitasi dari bahan baku PVC mempunyai beberapa sifat yang
menguntungkan antara lain: mudah dibersihkan, sifat daya lenturnya tinggi,
nilai rata-rata plastisitasnya luas, ketahanan degradasinya dari sinar matahari
baik, bisa adaptasi dengan perubahan modal, biaya produksi relatif tidak
tinggi sehingga harganya relatif murah, dapat dibuat dengan bermacam
macam warna dan rajah. Menurut struktur pelapisan terhadap kain penguat,
maka kulit imitasi dapat digolongkan menjadi tiga struktur pelapisan, yaitu :
1. Struktur satu lapis, yaitu pelapisan kain penguat dengan satu lapis
bahan polimer,
2. Struktur dua lapis, yaitu pelapisan kain penguat dengan dua lapisan
yang terdiri dari lapisan permukaan (top coat) dan lapisan dasar (base
coat) dari bahan polimer
3. Struktur tiga lapis, yaitu pelapisan kain penguat dengan tiga lapisan
yang terdiri dari lapisan permukaan (top coat), lapisan tengah (middle
coat) dan lapisan dasar (base coat) dari bahan polimer.
Untuk memperoleh sifat unggul yang mendekati kulit asli maka dalam
pembuatan kulit imitasi disamping bahan dasar PVC emulsi sebagai bahan
polimer diperlukan beberapa bahan pembantu yang dapat meningkatkan
kwalitas atau sifat fisika nya. Sifat-sifat fisis dari kulit imitasi belum menyamai
kulit asli misalnya kuat tarik, kemuluran dan kuat sobek yang merupakan sifat
yang penting dalam teknik pembuatan jaket, disamping itu absorbsi air atau
kelembaban yang penting dalam pemakain masih jauh. Disamping sifat-sifat
tersebut diatas maka kekurangan lain dari kulit sintetis adalah kurang
enaknya jika bahan ini langsung dikenakan ke kaki dan juga mudahnya
terbentuk kerut.
Poli Vinil Klorida atau PVC termasuk dalam polimer thermosetting Suatu
substansi yang kehilangan bentuknya ketika dipanaskan dan menjadi rigid
kembali ketika didinginkan. PVC memiliki range berat molekul dari 60000
hingga 140000 gram/mol. Jika ditinjau dari kestabilan, senyawa ini sangat
stabil karena berbentuk polimer sehingga fasanya berbentuk padatan yang
keras sehingga hampir tidak berpengaruh (tak bereaksi) terhadap kehadiran
oksidator kuat.
Bahan untuk membuat kulit imitasi ada dua yaitu bahan dasar dan
bahan pembantu kulit imitasi. Bahan dasar untuk lapisan luar yang digunakan
dalam proses pembuatan kulit sinretis dapat berasal dari poli vinil klorida
(PVC), poli urethane (PU) dan campuran antara PU dengan metil. PVC atau
PU sebagai bahan baku diolah lewat proses komponding, dengan
penambahan plasticizer, stabilizer, lubricant, filler, blowing agent dan pigmen.

III. ALAT DAN BAHAN


a. Alat
No. Nama Alat Fungsi
1. Mixer Untuk proses komponding pembuatan
kulit sintetis
2. Rol/pisau Untuk coating
3. Oven Untuk mengeringkan cuplikan
4. Alat uji kekuatan Tarik Untuk pengujian kuat tarik pada kulit
sintetis
5. Alat uji crocking Untuk menentukan tahan luntur warna
kulit imitasi
6. Low-temperature tester Untuk menguji temperatur pada suhu
rendah.

b. Bahan

No. Nama Bahan Fungsi


1. Resin PVC jenis emulsi Sebagai bahan utama pembuatan kulit
imitasi
2. PU Sebagai bahan utama pembuatan kulit
imitasi selain PVC
3. DOP Sebagai pemlastis
4. BaCd Sebagai penstabil
5. CaCO3 Sebagai bahan pengisi
6. Pigmen Untuk pewarna lapisan atas
7. Kertas embos Untuk membuat permukaan
menyerupai kulit asli
8. Kain penguat twill weave Untuk lapisan dasar
9. Es kering Untuk merendam cuplikan

IV. CARA KERJA


Proses pembuatan kulit sintetis diawali dengan komponding lapisan atas
dan lapisan dasar dengan menggunakan mixer. Kertas embos pertama-tama
dilapisi dengan kompon PU setebal 0,1 mm lalu dioven pada suhu 140ºC
selama 2 menit. Lapisan kedua yaitu top coat (lapisan atas) setebal 0,6 mm
dioven pada 150°C selama 4 menit. Lapisan ketiga yaitu base coat (lapisan
dasar) setebal 0,1 mm ditutup dengan kain penguat tipe twill weave lalu
dioven pada 180 °C selama 2 menit. Terakhir dilakukan pelepisan kertas
embos dari kulit sintetis.
Berikut merupakan diagram alir proses pembuatan kulit sintetis berbahan
polyurethane.
Hasil kulit sintetis yang diperoleh diuji kualitasnya meliputi kekuatan
tarik, kemuluran, ketahanan sobek, ketahanan rekat, ketahanan luntur warna
terhadap gosokan, ketahanan terhadap pelekatan, ketahanan terhadap
temperatur rendah, dan ketahanan terhadap pengusangan sesuai syarat JIS
K 6772 (JIS, 1994). Pengujian dilakukan pengulangan sebanyak tiga kali.

V. PEMBAHASAN
Kulit imitasi adalah bahan buatan yang dibuat untuk pengganti bahan
utama yaitu kulit asli yang terbuat dari hewan, kulit imitasi dibuat untuk
memenuhi kebutuhan pasar atas penggunaan material kulit yang banyak
digunakan untuk pembuatan tas, sepatu, jok motor dan sebagainya.
Pembuatan kulit imitasi pun menjadi salah satu solusi atas berkurangnya
penggunaan kulit hewan dan merupakan salah satu bentuk upaya mencegah
kepunahan dan eksploitasi hewan. Menurut Utami (2015), kulit imitasi juga
merupakan lembaran kulit tiruan yang dibuat dari komponen PVC (polyvinyl
chloride) dan PU (polyurethane) sebagai lapisan atasnya dan kain sebagai
lapisan dasar yang berfungsi sebagai penguat. Kulit sintetis umumnya terdiri
atas lapisan atas/top coat, lapisan tengah/middle coat (bisa ada bisa tidak
ada), lapisan dasar/base coat, dan kain penguat. Lapisan atas dibuat
sedemikian rupa sehingga menyerupai permukaan kulit asli.
Kulit sintetis merupakan salah satu bahan untuk pembuatan pakaian
mulai dari celana, rok, hingga jaket. Bahan ini merupakan inovasi yang
menggantikan bahan kulit alami untuk pakaian. Karena merupakan bahan
dari pabrik, maka lebih mudah menemui produk tersebut dan tidak selangka
kulit alami.
Proses pembuatan kulit sintetis diawali dengan komponding lapisan
atas dan lapisan dasar dengan menggunakan mixer. Kertas embos pertama-
tama dilapisi dengan kompon PU setebal 0,1 mm lalu dioven pada suhu
140ºC selama 2 menit. Lapisan kedua yaitu top coat (lapisan atas) setebal 0,6
mm dioven pada 150°C selama 4 menit. Lapisan ketiga yaitu base coat
(lapisan dasar) setebal 0,1 mm ditutup dengan kain penguat tipe twill weave
lalu dioven pada 180 °C selama 2 menit. Terakhir dilakukan pelepisan kertas
embos dari kulit sintetis.
Hasil kulit sintetis yang diperoleh diuji kualitasnya meliputi kekuatan
tarik, kemuluran, ketahanan sobek, ketahanan rekat, ketahanan luntur warna
terhadap gosokan, ketahanan terhadap pelekatan, ketahanan terhadap
temperatur rendah, dan ketahanan terhadap pengusangan sesuai syarat JIS
K 6772 (JIS, 1994). Pengujian dilakukan pengulangan sebanyak tiga kali.

a. Uji kekuatan tarik dan kemuluran


Pengujian ini dilakukan dengan membuat cuplikan 3 buah arah melintang
dan 3 buah arah membujur dengan ukuran panjang 250 mm dan lebar 30
mm. Cuplikan ditarik dengan alat uji kekuatan tarik pada kecepatan 200
mm/menit.
 Hasil uji kekuatan tarik yang disajikan pada Gambar 2 menunjukkan
bahwa semakin besar bagian DOP, kekuatan tarik kulit sintetis
cenderung naik pada kadar pemlastis yang rendah sampai dengan 55
bagian, selanjutnya turun. Hal ini disebabkan oleh DOP (Gambar 3)
merupakan pemlastis yang mempunyai sifat menurunkan kekakuan
PVC sehingga kekuatan tariknya turun sebanding dengan bagian DOP.
Gambar 1. Grafik hubungan jumlah pemlastis DOP dalam kompon lapisan
atas terhadap kekuatan tarik kulit sintesis.

 Kemuluran kulit sintetis dipengaruhi juga oleh kadar DOP. Dari Gambar
5 terlihat bahwa kemuluran kulit sintetis meningkat sebanding dengan
bagian DOP. Ini terjadi karena DOP yang ditambahkan memberikan
fleksibilitas pada PVC. Menurut Wypych (2004), pemlastis mengurangi
gaya kohesi antar molekul polimer. DOP yang mengisi ruang antar
rantai polimer PVC memudahkan rantai bergerak dan bergeser satu
sama lain.
 Kekuatan tarik arah membujur lebih tinggi daripadakekuatan tarik arah
melintang. Hal ini dipengaruhi olehstruktur kain penguat twill weave
yang lebih kuat di arahmembujur. Hasil kuat tarik tertinggi diperoleh
padakadar DOP sebesar 55 bagian dengan nilai 61,38 kg/cm2 untuk
kuat tarik membujur dan 23,37 kg/cm2 untuk kuat tarik melintang.
Gambar 2. Grafik hubungan jumlah pemlastis DOP dalam kompon lapisan
atas terhadap kemuluran kulit sintetis.

b. Uji kekuatan sobek

Pengujian ini dilakukan dengan membuat cuplikan 3 buah arah


melintang dan 3 buah arah membujur dengan ukuran panjang 150 mm dan
lebar 40 mm. Cuplikan dibelah sepanjang 75 mm dari tepi lalu ditarik dengan
alat uji kekuatan tarik pada kecepatan 200 mm/menit.

Semakin banyak DOP yang ditambahkan cenderung menurunkan sifat


ketahanan sobek (Gambar 6), hal ini disebabkan oleh semakin banyak
jumlah DOP yang ditambahkan kulit sintetis makin lemas sehingga kekuatan
yang diperlukan untuk menyobek semakin kecil. Saat kompon dipanasi,
molekul-molekul pemlastis mendifusi ke dalam polimer dan melemahkan
interaksi polimer dengan polimer.
Gambar 3. Grafik hubungan jumlah pemlastis DOP dalam kompon lapisan
atas dengan ketahanan sobek kulit sintetis.

Disini molekul pemlastis bertindak sebagai tameng untuk mengurangi gaya


Van der Waals antar rantai polimer dan mencegah pembentukan jaringan
yang kaku. Akibatnya rantai polimer dapat bergerak dengan mudahcyang
menghasilkan peningkatan kelunakan, fleksibilitas, dan kemuluran (Daniels et
al., 2005). Dari Gambar 6 terlihat bahwa ketahanan sobektertinggi diperoleh
pada penambahan DOP 45 bagian dengan nilai 3,38 kgf untuk ketahanan
sobek membujur dan 3,30 kgf untuk ketahanan melintang.

c. Uji ketahanan luntur warna terhadap gosokan


Dilakukan pada 6 buah cuplikan dengan ukuran lebar 30 mm dan
panjang 220 mm (3 buah cuplikan untuk penggosokan kering dan 3 buah
cuplikan untuk penggosokan basah). Penggosokan dilakukan dengan crock
meter pada kulit sintetis sebanyak 100 kali gosokan lalu dievaluasi dengan
membaca skala noda.
Ketahanan luntur warna terhadap gosokan baik secara kering maupun
basah (Tabel 1) menunjukkan hasil yang bagus dengan minimal nilai sebesar
4,5. Hal ini disebabkan oleh lapisan PU menutup atau menghalangi lunturnya
warna dari permukaan lapisan atas (top coat) pada saat terjadi gosokan
(Akovali et al., 2012).

d. Uji ketahanan terhadap pelekatan


Pengujian dikerjakan dengan 6 buah cuplikan berukuran lebar 60 mm
dan panjang 90 mm. Dua buah cuplikan diletakkan berhadapan dengan 2
permukaan atas yang saling menempel, diletakkan di antara 2 pelat kaca, lalu
diletakkan beban dengan berat 3 kg diatas kaca, kemudian dimasukkan ke
dalam oven pada suhu (70±2) ºC selama 24 jam. Contoh diambil dari oven,
dan dibiarkan pada suhu kamar selama 1 jam. Dua contoh dipisahkan lalu
diperiksa apakah terjadi kerusakan pada permukaan kulit sintetis.
Tabel 1.Rekapitulasi hasil uji sifat fisis dan mekanis kulit sintetis

e. Uji ketahanan terhadap temperatur rendah

Pengujian ini dilakukan dengan merendam cuplikan di dalam es kering


selama 5 menit di dalam low temperature tester sebanyak 3 buah arah
melintang dan 3 buah arah membujur, lalu dilipat menjadi 2 dan dijatuhi
beban dari jarak 50 mm. Cuplikan diperiksa terhadap adanya keretakan pada
lipatan

Ketahanan terhadap temperatur rendah (Tabel 1) terlihat bahwa


seluruh variasi penambahan DOP menunjukkan hasil yang baik (tidak retak
setelah dibengkuk). Hal ini disebabkan adanya lapisan PU yang memberikan
keunggulan fleksibilitas temperatur rendah (Chen et al., 2010). Hasil senada
diperoleh oleh Shen et al. (2017). Menurut Akovali et al. (2012), pelapisan
kulit sintetis dengan PU dapat meningkatkan ketahanan kulit sintetis terhadap
cuaca dan fleksibilitas pada suhu rendah.

f. Uji ketahanan terhadap pengusangan


Pengujian dilakukan dengan cuplikan 3 buah arah melintang dan 3 buah
arah membujur. Cuplikan dimasukkan ke dalam oven dengan suhu (100±2)°C
selama 24 jam. Setelah dikeluarkan, cuplikan diperlakukan seperti pada uji
ketahanan terhadap suhu dingin. Ketahanan terhadap pengusangan (Tabel 1)
terlihat bahwa seluruh variasi penambahan DOP menunjukkan hasil yang
baik (tidak retak setelah diusangkan). Lapisan PU mampu mencegah
terjadinya kerusakan pada permukaan kulit sintetis.

g. Uji kekuatan rekat


Pengujian ini ilakukan dengan membuat cuplikan 3 buah arah melintang
dan 3 buah arah membujur dengan ukuran panjang 150 mm dan lebar 30
mm. Lapisan PVC dengan kain penguat dipisahkan sepanjang 50 mm lalu
ditarik dengan alat uji kekuatan tarik pada kecepatan 200 mm/menit.
Ketahanan rekat antara lapisan polimer dengan kain penguat diasumsikan
tidak dipengaruhi oleh variasi kadar DOP. Hal ini didasarkan bahwa variasi
DOP dilakukan pada lapisan atas, sedangkan yang melekat pada kain
penguat adalah lapisan dasar. Diperoleh ketahanan rekat membujur sebesar
3,25 kgf dan melintang sebesar 3,15 kgf. Dari nilai parameter uji kualitas kulit
sintetis yang diperoleh, perlu dilakukan kompromi antara berbagai
kecenderungan nilai yang didapatkan pada kriteria kekuatan tarik, kemuluran,
dan ketahanan sobek. Kadar DOP yang rendah menguntungkan dari sisi kuat
tarik dan ketahanan sobeknya, namun kulit sintetis yang dihasilkan menjadi
kaku. Kadar DOP yang tinggi menguntungkan dari sisi kemulurannya karena
kulit sintetis menjadi fleksibel dan mudah dibentuk, meskipun
dipertimbangkan juga batas fleksibilitasnya sesuai aplikasi dari kulit sintetis
tersebut. Namun kadar DOP yang tinggi menyebabkan kuat tarik dan
ketahanan sobeknya tidak memuaskan. Kadar DOP yang memberikan hasil
kompromi terbaik yaitu 55 bagian.
Bahan kulit sintetis merupakan salah satu bahan pembuatan
jaket yang populer di Indonesia. Sebagai bahan pembuatan pakaian dan
jaket, kulit sintetis ini memiliki banyak kelebihan. Ada beberapa kelebihan dari
jaket yang berbahan kulit imitasi diantaranya sebagai berikut:
 Kualitas bahan yang bagus.
Kualitas bahan semi kulit hampir sama dengan bahan kulit asli dalam
hal tekstur.
 Perawatan
Perawatan lebih mudah daripada kulit asli.
 Sayang binatang
Mendukung organisasi PETA yang memperjuangkan nilai
kehewanan bahwa sebaiknya tidak menggunakan bahan dari kulit hewan
jika produk alternatif tersedia
 Harga lebih murah
Terakhir, kelebihan jaket semi kulit yang tak bisa disaingi jaket kulit
asli adalah dalam hal harga. Jaket semi kulit dijual dengan harga di bawah
jaket kulit asli. Tentunya ini menjadi kelebihan bagi pembeli yang ingin
tampil stylish namun memiliki budget terbatas. Harga jaket semi kulit lebih
murah dibandingkan harga jaket kulit asli dengan tingkat kualitas produk
yang hampir setara. Namun, bahan jaket kulit asli tetaplah lebih unggul
daripada semi kulit.
 Pori-pori
Kelebihan bahan semi kulit lainnya adalah pori-pori yang sangat
rapat. Kondisi ini membuat jaket semi kulit bisa tetap dipakai saat berada
di bawah gerimis. Namun, untuk hujan besar tetap butuh jas hujan yang
memang dibuat dari bahan waterproof.
 Warna
Kelebihan lainnya adalah dalam hal variasi warna. Karena dibuat di
pabrik, maka akan sangat mudah bahan semi kulit dibuat dengan berbagai
varian warna. Sehingga varian warna jaket semi kulit akan lebih banyak
dibanding jaket kulit asli. Warna ini juga tidak mudah pudar meski terkena
sinar matahari.
 Desain
Desain jaket semi kulit juga cukup beragam. Umumnya
mengadopsi dari model jaket kulit. Contohnya saja model bomber, slimfit
ala Korean style, jubah panjang dan model jaket kulit motor.

Selain beberapa kelebihan diatas, kulit sintetis yang digunakan sebagai


bahan jaket, tentu saja sifatnya berbeda dari kulit asli. Adapun beberapa
kelemahan dari jaket berbahan kulit sisntetis diantaranya, sebagai berikut :

 Ketahanan
Permukaan kulit mudah retak dan mudah mengelupas, apalagi jika
sudah dipakai cukup lama, kulit sintetis umumnya tidak nyaman lagi
dipakai. Dari segi durability atau ketahanan tidak begitu baik, hanya bisa
bertahan sampai kurang lebih 3 tahun
 Keindahan
Permukaannya juga menjadi tidak mengkilap seperti kulit asli.
 Aroma
Aroma karet dari kulit sintetis ini banyak tidak disukai. Karenanya,
dari sisi kualitas, jaket ini kurang istimewa dibandingkan dari kulit asli
sebagai bahan jaket.
 Pori - pori
Kulit imitasi tidak memiliki pori-pori sehingga udara tidak dapat
mengalir dengan baik dan menimbulkan rasa panas.
 Tekstur
Tekstur tidak selembut kulit asli

Dalam pembuatan sebuah jaket atau luaran dibutuhkan sebuah bahan


yang tebal, tahan angin dan air, disesuaikan dengan kebutuhan jaket tersebut.
Beberapa jenis-jenis bahan yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Waterproof
Bahan waterproof adalah material tahan air dan udara. Material
waterproof sendiri dibedakan menjadi 2 jenis yaitu :
 Waterproof breathabilty (diukur dengan g/m2/24 hours)
memungkinkan udara lembab bisa keluar dari bahan/ kain,
sehingga dengan begitu bisa meminimalisir gerah, hal ini sangat
berguna bagi yg memiliki aktifitas tinggi, mendaki gunung,
berspeda.
 Waterproof non-breathable adalah tipe kain yg biasa digunakan
untuk kegiatan yg intensitasnya rendah, misalkan dipakai waktu
menggunakan sepeda motor, contohnya seperti jas hujan, ponco,
atau mungkin flysheeet, karena non breathable, maka uap yang
dihasilkan oleh tubuh terjebak di dalam kain, sehingga akan merasa
lebih panas dan menghasilkan keringat, oleh karena itu kain yang
sifatnya waterproof non breathable tidak cocok digunakan untuk
kegiatan alam bebas yg membutuhkan intensitas gerak tubuh
cukup tinggi.
2. Parasut
Bahan parasut merupakan bahan yang kuat menahan angin, dan
memiliki keunggulan tidak tembus air saat terkena hujan. Kain parasut
merupakan bahan yang dikenal sangat tipis dan relatif kedap air. Sesuai
dengan sifatnya yang anti air, kain ini sangat cocok digunakan pada saat
musim hujan untuk melindungi dari siraman air. Bahan baku yang
digunakan pada pembuatan kain parasut adalah sejenis poliester. Jenis
bahan ini berasal dari serat sintetis atau buatan dari hasil pengolahan
minyak bumi yang kemudian diproses menjadi serat.
3. Reflektor
Reflektor adalah sebuah bahan yang memantulkan cahaya. Bahan
reflektor sering digunakan pada rompi keselamatan, pakaian jogging,
pakaian bersepeda, maupun jas hujan guna menjaga keselamatan di
malam hari agar terlihat oleh para pengendara lain (Brown & Rice, 2001).
4. Jala (mesh)
Bahan Jala atau yang biasa disebut mesh adalah bahan yang memiliki
tekstur berlubang. Bahan ini biasa digunakan di bagian jaket bagian dalam
sebagai furing, selain itu juga dapat digunakan sebagai variasi tambahan
dalam sebuah jaket. Bahan mesh ini biasa ditemui pada jaket olahraga.

VI. KESIMPULAN
1. kulit imitasi juga merupakan lembaran kulit tiruan yang dibuat dari
komponen PVC (polyvinyl chloride) dan PU (polyurethane) sebagai
lapisan atasnya dan kain sebagai lapisan dasar yang berfungsi sebagai
penguat.
2. Pembuatan kulit sintetis yaitu komponding lapisan atas dan lapisan,
pengovenan kertas embos, lapisan kedua dan pengovenan. Kemudian
pelapisan ketiga, penggunaan kain penguat tipe twill weave lalu dioven .
Dan proses finishing dilakukan pelepisan kertas embos dari kulit sintetis.
3. Pengujian kualitas kulit sintetis meliputi kekuatan tarik, kemuluran,
ketahanan sobek, ketahanan rekat, ketahanan luntur warna terhadap
gosokan, ketahanan terhadap pelekatan, ketahanan terhadap temperatur
rendah, dan ketahanan terhadap pengusangan sesuai syarat JIS K 6772
(JIS, 1994).
VII. DAFTAR PUSTAKA
Brown, Patty & Rice, Janett. (2001). Ready-toWear Apparel Analysis, 4th
Edition. New Jersey: Prentice Hall
JIS, 1994. JIS K 6772:1994 Polyvinylchloride coated fabric.
Utami, Septiana Dwi. 2015. Pembuatan Kulit Imitasi. Laporan Praktikum.
Politeknik ATK, Yogyakarta.
Linestyle. 14 Februari 2014. Pembuatan kulit sintetis sebagai bahan
pembuatan jaket. Diakses melalui https://www.vordavo.com/bahan-
kulit-sintetis pada tanggal 27 Agustus 2021.

Soepronoto.(1988).Pembuatan kulit imitasi untuk atasan sepatu dengan


variasi jumlah blowing agent ADCM.Vol.IV.No.8-1988/1989.11-13

LAMPIRAN
Contoh gambar kulit imitasi

Anda mungkin juga menyukai