Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH PRAKTEK POLIMER

“Pembuatan Kulit Imitasi dari Poliuretan untuk artikel jok


dengan foam”

DISUSUN OLEH :
Bimo A. W. S. (1603005)
M. Sulthon Rif’an (1603022)
Royhanatul Jannah (1603070)
DOSEN PENGAMPU :
Ir. Iswahyuni, MSCE
Indri Hermiyati, B.Sc., S.T., M.Pd.

TEKNOLOGI PENGOLAHAN KARET DAN PLASTIK


POLITEKNIK NEGERI ATK YOGYAKARTA
Jalan Ringroad Selatan No. 22, Panggungharjo, Sewon, Bantul
Daerah Istimewa Yogyakarta 55188

2017/2018
Pengantar
Kulit Sintetis adalah Kulit imitasi yang tidak menggunakan kulit hewan. Kulit
imitasi telah dibuat berbagai macam jenis yang sangat mirip dengan kulitasli. Mulai dari
glossy, motif, warna dan bahkan bisa jauh lebih baik mengembangkan motif sesuai selera.
Kulit imitasi adalah bahan pengganti (material substantion) kulit alam dalam pembuatan
atasan sepatu, atasan sandal, koper, pelapis, tempat duduk (jok) dan sebagainya yang terbuat
dari poli vinil klorida atau poli urethan sebagai lapisan atasnya dan kain sebagai lapisan
penguat, secara umum penampang kulit sintetis adalah sebagai berikut. Penjelasan untuk
masing - masing penampang kulit di atas adalah seperti di bawah ini :

1. Top Coat (lapisan atas)


Top coat adalah lapisan paling atas dari kulit sintetis yang menentukan corak atau motif dari
kulit sintetis yang dibuat dengan kertas khusus (kertas cetak) yang disebut “release paper”.
Lapisan ini mempunyai ketebalan 0,12 mm. Berbagai jenis dari kertas cetak yang digunakan
antara lain: Continental Calf (CC), Kid Grain (KG), Plain Multikat dan Cabra.
2. Foam Coat (lapisan busa)
Foat coat adalah lapisan yang berfungsi sebagai pengembang dan terletak tepat di bawah
lapisan top coat.
3. Skin Coat (lapisan skin)
Skin coat adalah lapisan yang berfungsi untuk merekatkan lapisan penguat (kain) dengan
lapisan foam. Lapisan ini memiliki ketebalan 0,06 mm.
4. Inforce Coat (lapisan penguat)
Inforce coat adalah lapisan yang berfungsi sebagai bahan penguat pada kulit sintetis. Biasanya
dibuat dari kain/kaos tricot yang mempunyai ketebalan 0,40 mm.

Bahan pembantu yang ditambahkan dalam pembuatan kulit sintesis sering disebut
sebagai additive. Bahan-bahan tersebut antara lain:
1. Bahan Pemlastis (plasticizer)
Bahan ini ditambahkan agar bahan plastik lebih bersifat lunak, mudah dibentuk serta fleksibel
jika dikenakan pemanasan. Contoh dari bahan ini adalah: dioktil pthalat (DOP), diiso oktil
phtalat (DIOP), diethyl phtalat (DEP)
2. Bahan Penstabil (stabilizer)
Berfungsi untuk menstabilkan sifat-sifat asli dari polimer karena selama berlangsungnya proses
pembentukan polimer tersebut kemungkinan terjadi peruraian, degradasi ataupun perubahan
warna pada persenyawaan-persenyawaan itu. Contoh dari bahan ini adalah: kalsium stearat,
barium stearat, cadmium stearat.
3. Bahan Pengisi (filler)
Fungsi dari bahan pengisi ini adalah memperbaiki sifat-sifat fisika dari kulit sintesis disamping
untuk mengurangi biaya produksi karena akan menambah volum persatuan berat, sehingga
pemakain resin sebagai bahan dasar dapat dikurangi , walaupun pemilihan bahan pengisi
dalam pengolahan bahan plastik secara umum disesuaikan dengan penggunaanya.
Keutungan pemakai dari bahan pengisi tersebut antara lain: tahan terhadap sinar ultraviolet,
tahan lekuk, kekerasan bertambah, tahan terhadap perubahan bentuk karena panas dan dapat
mengurangi sifat lekat. Contoh dari bahan pengisis adalah: carbon black, magnesium karbonat,
ZnO, talk serta litopon.
4. Bahan Pewarna
Merupakan senyawa organik atau anorganik yang ditambahkan pada resin polimer untuk
mendapatkan warna-warna tertentu. Zat-zat warna yang digunakan harus memiliki
persyaratan antara lain :
· mampu memberi warna yang baik
· dapat memantulkan sinar dengan baik
· tahan terhadap udara panas/sinar matahari
· tahan terhadap steam.
Contoh dari bahan pewarna antara lain: carbon black dan plotosiamine

5. Bahan Pengembang
Menurut Steven (2001), bahan pengembang (blowing agent) terbagi menjadi dua. (1) Blowing
agent fisika : gas-gas (udara, nitrogen atau karbondioksida) yang oleh tekanan larut dalam
polimernya. (2) Blowing agent kimia yang terurai oleh pemanasan untuk melepaskan gas,
contohnya cairan bertitik didih rendah seperti metilen klorida, aseton, dan CFCl3.

6. Katalis
Katalis poliuretan diklasifikasikan menjadi dua katagori yaitu senyawa

amina dan kompleks organologam.

a. Tertier amina, fungsinya untuk mempercepat reaksi isosianat-air dan reaksi isosianat-poliol.
Contoh trietilamin, trietilen diamine, dll

b. Organologam, sebagai katalis yang kuat untuk reaksi isosianat-poliol.

Contoh : stannous oleate, dan stannous octoate.

7. Surfaktan
Digunakan sebagai foam stabilizer untuk menstabilkan struktur gelembung-gelembung
(bubbles) yang terbentuk dengan menjadikan sedikit viskos sampai kekakuan (rigidity) sel
mengatur struktur foam.

Fungsi surfaktan, diantaranya:

– Untuk menurunkan tegangan permukaan antara liquid-liquid atau liquid-solid

– Mencampur komponen-komponen yang saling tak larut

– Memperbaiki penampilan struktur sel

– Untuk stabilisasi ekspansi foam saat mengembang


– Pengontrol ukuran sel

– Menghasilkan tipe struktur sel yang diinginkan seperti sel terbuka

(open cell) atau sel tertutup (closed cell).

Jenis surfaktan yang biasa dipakai adalah tipe silikon glikol. Dengan variasi tipe dan banyaknya
material yang digunakan, maka dapat mempengaruhi properti seperti densiti, kandungan dari
sel terbuka atau sel tertutup.

8. Chain Extender
Pemanjang rantai berperan penting dalam mengatur morphologi poliuretan fiber,
integral skin mikroseluler foam. Contoh pemanjang rantai yang dipakai yaitu etilen glikol, 1,4-
butanadiol, 1,6-heksanadiol, sikloheksan dimetanol. Chain extender adalah senyawa-senyawa
yang memiliki dua gugus fungsi dengan berat molekul rendah, seperti glikol dan diamin.
Sedangkan struktur molekul yang biasa digunakan sebagai chain extender adalah jenis
aromatik dan alifatik. Secara umum, chain extender yang berupa diol atau diamin alifatik akan
menghasilkan material yang lebih lembut daripada chain extender aromatik. Chain
extender berfungsi untuk memperpanjang struktur rantai linier dari polimer melalui ikatan
antar gugus isosianat (-NCO) dengan gugus hidroksil atau amin dari chain
extender membentuk segmen keras (hard segment) atau segmen lunak (softsegment). Dengan
memodifikasi rasio berat chain extender / poliol, sifat poliuretan yang dihasilkan dapat
bervariasi dari keras, getas, menyerupai karet, hingga lembut dan lunak.
Cara Kerja :
Cara untuk membuat kulit sintetis Poliuretan
1. Cotton fabric
2. Coagulation (wet process) onto fabric with aromatic polyurethane in DMF
3. Transfer of coating + finish with solvent-borne or water-borne polyurethane
formulation.

Polyurethane foam biasanya dibuat dengan menambahkan sedikit bahan volatile yang
dinamakan sebagai bahan pengembang (blowing agent) untuk mereaksikan campuran.
Acetone, methylene chloride dan beberapa chlorofluorocarbon (CFCl3) yang sering digunakan
sebagai bahan pengembang (blowing agent) pada pembuatan polyurethane. Terdapat dua
sistem yang dapat digunakan untuk membentuk polyurethane yaitu :

1. Sistem one-step (one-shot process) adalah semua bahan baku untuk menghasilkan
polimer dicampur bersama-sama.
2. Sistem two-step (prepolymer process), komponen polyol direaksikan dengan
polyisocyanate untuk membentuk prepolimer dengan gugus akhir isocyanate, proses
ini yang disebut prepolimer, dan masih terdapat isocyanate yang berlebih. Campuran
prepolimer direaksikan dengan diol atau diamine sebagai pemanjang rantai (chain
extender).

Pemilihan sistem untuk pembentukan polyurethane, didasarkan pada properti polimer yang
diinginkan. Sistem two-step dapat menghasilkan struktur yang lebih beraturan daripada sistem
one-step, karena pada sistem two-step terbentuk oligomer dimana gugus polyol ditutup
dengan diisocyanate. Oligomer-oligomer yang terbentuk kemudian direaksikan dengan chain
extender. Sistem one-step umumnya digunakan dalam pembentukan polyurethane foam,
sedangkan sistem two-step diaplikasikan pada produksi elastomer.

Formula dasar pada pembuatan busa Polyurethane Foam


ISI
Poliuretan merupakan bahan polimer yang mempunyai ciri khas adanya gugus fungsi
uretan (-NHCOO-) dalam rantai utama polimer. Gugus fungsi uretan dihasilkan dari reaksi
antara senyawa yang mengandung gugus hidroksil (-OH) dengan senyawa yang mengandung
gugus isosianat (-NCO-). Selanjutnya Nicholson (1997) menyatakan bahwa poliuretan
merupakan polimer termoset yang terbentuk dari reaksi antara senyawa diisosianat dengan
senyawa polifungsi yang mengandung sejumlah gugus fungsi hidroksil (poliol). Sumber poliol
yang digunakan dalam penelitian ini adalah minyak kedelai sebelum dan sesudah dioksidasi
(Soybean Oil/ SBO dan Oxydated Soybean Oil/ OSBO), dan polioksietilen glikol massa molekul
400 (PEG400). Senyawa diisosianat yang digunakan pada penelitian ini adalah metilen-4,4’-
difenildiisosianat (MDI) karena kereaktifannya yang tinggi. MDI merupakan senyawa
diisosianat yang mempunyai tingkat bahaya paling rendah jika dibandingkan dengan
diisosianat lainnya. Senyawa diisosianat komersil lainnya yang dapat digunakan dalam sintesis
poliuretan adalah heksametilen-1,6-diisosianat (HMDI) dan campuran tolilen-2,4-diisosianat
dengan tolilen-2,6-diisosianat (TDI) (Eli Rohaeti, 2003: K3).
Poliuretan memiliki banyak kegunaan, diantaranya sekitar 70 % digunakan sebagai busa,
selebihnya sebagai bahan elastomer, lem dan pelapis. Busa poliuretan yang elastis digunakan
sebagai isolator, termasuk laminat-laminat tekstil untuk pakaian musim dingin, panel
pelindung pada mobil, kain pelapis, tempat tidur, dan karpet dasar spon sintetis, sedangkan
busa yang keras digunakan dalam panel-panel konstruksi terisolasi, pengemasan barang-
barang lunak dan untuk furnitur ringan (Hartomo, Rusdiharsono, dan Harjanto, 1992: 50; Eddy
Tano, 1997: 23-24; Stevens, 2001: 473 ). Selain itu, poliuretan digunakan sebagai bahan
perekat logam, kayu, karet, kertas, kain, keramik, plastik polivinilklorida (PVC), penyambung
tangki bahan bakar cryogenic, pelindung muka, dan kantong darah.

Poliuretan disebut juga dengan polikarbamat yaitu turunan ester-amida dari asam
karbonat. Poliuretan banyak diaplikasikan dalam bidang termasuk serat (elastis), bahan
perekat, pelapis, elastomer, dan busa-busa yang fleksibel dan kuat (Stevens, 2001). Poliuretan
adalah nama umum dari jenis sintesis kopolimer yang mengandung rantai uretan sebagai unit
pengulangnya. Poliuretan mengandung tiga reaktan sebagai bahan dasar yaitu poliol,
diisosianat, dan pemanjang rantai (chain extender) yang berupa diol atau diamin (Vermette,
2001).

Poliuretan pertama kali ditemukan oleh Otto Bayer dan telah dihasilkan sejak perang
dunia II untuk diaplikasikan sebagai perekat (isolasi) pada lemari es dan pesawat terbang.
Poliuretan merupakan suatu jenis polimer yang murah, mudah dibentuk, dapat dibuat oleh
manusia dan berlimpah. Oleh karena itu poliuretan memiliki potensi besar untuk dapat
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam aplikasinya poliuretan banyak digunakan
dalam bentuk foam, coating, adhesive dan elastomer (Brandup, 1999).

Ada dua metode pembuatan poliuretan : reaksi biskloroformat dengan diamin dan
reaksi diisosianat dengan senyawa-senyawa dihidroksi. Poliuretan linier biasanya dipreparasi
dalam larutan karena polimer ini cenderung berdisosiasi menjadi alkohol dan isosianat atau
terdekomposisi menjadi amin, dan karbondioksida pada suhu tinggi yang diperlukan untuk
polimerisasi leburan. Polimerisasi leburan berlaku untuk poliuretan yang dipreparasi dengan
diisosianat aromatik. (Steven, 2001).

Meskipun sifat-sifat poliuretan hanya terbatas pada penggunaan poliol, diisosianat juga
dapat sedikit berpengaruh. Kecepatan awetnya dipengaruhi oleh reaktifitas gugus fungsi dan
jumlah gugus isosianat. Sifat – sifat mekanik dipengaruhi oleh fungsionalitas dan bentuk
molekuler. Penggunaan diisosianat

hanya mempengaruhi stabilitas poliuretan terhadap cahaya. Poliuretan yang dibuat dengan
diisoisianat aromatik berwarna kuning karena kurang tahan terhadap cahaya, sedangkan jika
dengan diisosianat alifatik akan lebih stabil. Banyak dari produksi poliuretan melibatkan
pemakaian poliester-poliester berujung hidroksi dengan berat molekul rendah atau polieter-
polieter sebagai monomer dihidroksi. Kopolimer yang fleksibel dari tipe ini tidak hanya
bermanfaat sebagai serat tetapi bisa juga dikonversikan menjadi elastomer-elastomer yang
terikat silang lewat reaksi lebih lanjut dengan diisosianat berlebih, suatu reaksi adisi yang
melibatkan nitrogen dari ikatan uretan (Steven,2001 ).

Salah satu aplikasi poliuretan yaitu Foam Poliuretan yang diklasifikasikan ke dalam 3
tipe, yaitu foam (busa) fleksibel, foam rigid dan foam semi rigid. Perbedaan sifat fisik dari 3 tipe
poliuretan foam tersebut berdasarkan kepada perbedaan berat molekul dengan berat dan
fungsionalitas poliol juga tipe dan fungsionalitas isosianat (Cheremisinoff, 1989).

Berdasarkan struktur selnya, foam dibedakan menjadi dua, yaitu tipe sel tertutup dan
sel terbuka. Sel tertutup (closed cell) merupakan sel-sel yang terpisah sehingga fase gas pada
satu sel tidak dapat berhubungan dengan fase gas pada sel lainnya. Apabila sel-sel tersebut
saling berhubungan sehingga gas dapat lewat dari satu sel ke sel yang lainnya, maka dikatakan
sebagai sel terbuka (opened cell). Foam dengan struktur sel tertutup merupakan jenis rigid
foam sedangkan foam dengan struktur terbuka adalah foam fleksibel. Foam-foam dapat
dibuat dengan menggunakan poliol dengan berat dan fungsionalitas yang tepat, dan
poliisosianat akan bereaksi dengan poliol untuk membentuk poliuretan foam. Poliuretan yang
lembut, elastis dan flexible dihasilkan jika dua gugus fungsi polietilen glikol yang biasa disebut
polieter poliol digunakan untuk menghubungkan uretan. Strategi ini digunakan untuk
membuat serat elastomer spandex dan bagian karet yang lembut seperti karet foam.
Sedangkan produk poliuretan yang keras dihasilkan jika polifungsiona poliol digunakan.

Menurut Steven (2001), busa-busa polimer dibuat dalam berbagai cara yang
tergantung pada jenis polimer yang digunakan dan aplikasinya. Untuk polimer – polimer seperti
polistirena, bahan pengembang (blowing agent). dipakai untuk menghasilkan busa. Poliuretan
yang berbeda sesuai produk sampingan karbondioksida merupakan bahan kunci dalam proses
pembusaan. Pada salah satu metode, prapolimer yang berujung isosianat dengan berat
molekul rendah dibusakan lewat penambahan air yang menimbulkan kenaikan berat molekul
lewat pembentukan gugus – gugus urea dengan melepaskan karbondioksida secara simultan.
Ketika gas yang berkembang tersebut menyebabkan polimer membusa, reaksi polimerisasinya
menaikkan viskositas dan membentuk busa sebelum pecah.

Busa-busa yang fleksibel biasanya dipreparasi dari poliester atau polieter dihidroksi.
Sedangkan busa yang kuat dari prapolimer polihidroksi. Busa yang kuat kadang-kadang
dipreparasi tanpa air dengan mereaksikan prapolimer berujung hidroksil dengan diisosianat
menggunakan bahan pengembang (blowing agent).
Foam atau busa didefinisikan sebagai substansi yang dibentuk dengan menjebak
gelembung gas di dalam cairan atau padatan. Seringkali orang menyebutnya dengan
poliuretan foam, rubber foam, styrofoam atau bentuk foam lainnya yang sering digunakan.
Sejak 20 tahun yang lalu, jenis foam padatan mulai digunakan. Rendahnya densitas
pada foam tersebut yang menjadikannya sebagai insulator dan alat flotasi yang baik.
Bentuknya yang padat dan terang membuatnya ideal sebagai pack dan bahan pengisi.
Beberapa foam cairan hanya dapat ditemukan pada pemadam api, khususnya api yang
disebabkan oleh minyak (Tuduri, 2006). Menurut Cowd (1991), busa poliuretan dapat dibentuk
bila secara serentak dibuat polimer poliuretan dan suatu gas. Jika proses ini seimbang,
gelembung gas terjebak dalam kisi-kisi polimer yang terbentuk, sehingga terbentuk busa. Busa
yang kenyal dan busa yang kaku juga dapat dibentuk. Busa yang sedikit bersambung-silang
bersifat kenyal, sedangkan busa yang banyak bersambung-silang bersifat kaku. Dalam
pembentukan busa kenyal, dua reaksi terjadi serentak.

PU leather adalah singkatan dari polyutherane leather atau bahan kulit buatan manusia
(sintetis). Terdiri dari kombinasi kulit asli kualitas rendah dan lapisan polyutherane yang dipress
atau ditimbulkan ke permukaan. Meskipun terbuat dari kulit sintetis, PU leather memiliki
karakteristik khusus yang membedakannya dengan kulit sintetis lainnya. Aroma atau bau dari
PU leather sangat kuat dibandingkan dengan bahan dari kulit asli maupun kulit sintetis lainnya.
Selain itu, tekstur PU leather jauh lebih lembut jika dibandingkan dengan bahan kulit lainnya.

Memiliki produk kulit dari bahan PU leather, anda tidak perlu kerepotan untuk
merawatnya, karena bahan tekstil polyutherane adalah bahan yang cukup awet dan tahan
lama. Anda cukup meluangkan waktu sedikit saja untuk membersihkannya dari debu dan
kotoran dengan kain. Jika terkena noda kotoran yang sulit dihilangkan, bahan PU leather
dengan mudah bisa dicuci dan tidak rusak. Bahan PU leather relatif tidak mudah terlihat kusam,
tahan terhadap goresan, dan meskipun terkena ciaran kimia ringan atau terpapar sinar
matahari terlalu lama PU leather tidak akan gampang berubah warna atau tekstur

Berbeda dengan bahan kulit asli yang susah diganti jika rusak atau mengelupas, PU
leather sangat mudah diganti dan diperbaiki jika terjadi kerusakan pada bahan kulitnya.
Meskipun imitasi, PU leather pun tidak bisa dibilang memiliki kualitas yang murahan, dengan
pengolahan yang baik bisa dikatakan PU leather dapat menjadi pilihan alternatif yang baik
untuk kulit asli jika anda memerlukan produk dengan harga yang lebih murah.
Daftar Pustaka
https://www.google.com/patents/US7306825
https://foamku.wordpress.com/2012/04/14/pembuatan-polyurethane-foam-busa-2/
https://getouroom.wordpress.com/2011/06/03/apa-itu-poliuretan/
https://marketplays.id/talk/thread/apa-itu-pu-leather-keterangan-perbedaan-dan-p/394
http://www.asanudi.com/2016/11/pengujian-kulit-imitasi.html
http://karpetbasah.blogspot.co.id/2012/07/info-kelebihan-dan-kekurangan-kulit-jok.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Jok

Anda mungkin juga menyukai