Anda di halaman 1dari 17

BAB I PENDAHULUAN

A . MAKSUD & TUJUAN

1 . MAKSUD

Memberikan warna pada kain secara merata pada permukaan kain.

2. TUJUAN

Memberikan warna secara merata pada permukaan kain dengan sifat


permanent.
Melarutkan zat warna yang mengusahakan agar larutan zat warna
bergerak dan menempel pada bahan. Peristiwa ini disebut dengan
migrasi.
Mendorong larutan zat warna agar dapat terserap dan menempel pada
bahan. Peristiwa ini disebut dengan adsorpsi.
Penyerapan zat warna dari permukaan bahan kedalam bahan. Peristiwa
ini disebut dengan fixasi.

B . TEORI DASAR

SERAT NYLON

Nilon adalah kain sintetis yg terbuat dari produk minyak bumi. Bahan yang
satu ini sering diperdebat mengenai benar apa tidaknya nilon merupakan fiber
sintetis pertama yg dibuat oleh manusia. Jika cotton, sutra, linen dan wol semuanya
berasal dari tumbuhan atau hewan, nylon sepenuhnya merupakan kain sintetis.

Nylon dikenal karena kekuatannya, elastisitas, tidak mudah rusak, dan


ketahanannya terhadap minyak dan lemak. Nylon menolak abrasi, dan tidak
menyusut atau meregang saat dicuci. Kain nilon memiliki tingkat serap yang rendah,
maka dari itu bahan ini sering digunakan untuk pakaian renang, olah raga, dan
pakaian pengantin. Salah satu kelemahannya adalah bahan ini dapat terdegradasi
oleh sinar ultraviolet. Kelebihan lainnya adalah:

1
Tidak mudah terkoyak atau lecet

Tahan terhadap air dan panas

Tidak mendukung berkembangnya jamur dan kerusakan kimia.

Dikembangkan pada tahun 1930-an dengan tujuan untuk menggantikan bahan


sutra yang pada saat itu sangat mahal dan langka. Pada awalnya, bahan ini tidak
begitu populer sebelum pada akhirnya menjadi terkenal ketika stoking berbahan
nilon diperkenalkan ke publik. Nilon menjadi amat laku sampai pada saat itu tidak
tersedia untuk umum karena banyak digunakan untuk WW2 (perang dunia
kedua) untuk membuat parasut, seragam militer, bagian dari mesin, ban, pakaian
dll.

Seperti banyak bahan sintetis lainnya, nilon diciptakan oleh seorang ahli
kimia dari Amerika bernama Wallace Carothers, di perusahaan Dupont Chemical,

2
yang terus memproduksi sampai hari ini. Nylon merupakan fiber kedua yang
paling banyak digunakan di Unites States. Ini dikarenakan bahan ini relatif
mudah untuk dibuat dan sangat fleksibel meskipun bahan ini berbasis plastik
sintetis. Sayangnya, nylon juga memiliki tingkat peluruhan yang sangat lambat
(seperti banyak produk minyak bumi lainnya), yang mengakibatkan akumulasi
product yg tak diinginkan di tempat pembuangan sampah.

Proses Pembuatan Nylon

Dolo, mereka membuat nylon dengan menggabungkan bahan kimia yg


diperlukan yang mereka ekstrak dari minyak bumi, gas alam, batu bara, udara,
air, dan produk pertanian lainnya. Hari ini, banyak produk produk nylon yang
anda lihat di pasar dibuat dengan cara dasar yang sama.
Proses pembuatan benang nilon terdiri dari beberapa tahap dasar diantaranya
adalah kombinasi kimia (polimerisasi) dan proses manufaktur (open
polimerisasi).

Tahap satu dalam produksi benang nilon adalah proses kimia yang disebut
polimerisasi. Dalam tahap ini, bahan kimia yg diperlukan untuk membuat nilon
digabungkan dan dipanaskan pada suhu yang sangat tinggi. Proses pemanasan
ini dilakukan untuk menghilangkan air dan menginduksi polimerisasi ketika
molekul kecil bergabung untuk membentuk molekul besar.

Nilon dibuat melalui proses kimia yang disebut polimerisasi pembukaan cincin
(ring opening polymerization), di mana molekul yang berbentuk seperti cincin
dibuka dan diratakan. Pada reaksi ini, molekul dengan bentuk cincin seperti
hidrokarbon yang dtemukan dalam minyak bumi diproses ke berbagai jenis asam
dan basa.

3
Struktur molekul berbentuk cincin ini diratakan lalu dipanjangkan sehingga
molekul molekul tersebut bisa terhubung satu dengan yng lainnya dan menjadi
rantai molekul yang panjang (pada proses pemanasan diatas 600 degree
Fahrenheit).

Setelah melalui berbagai proses diatas, cairan nilon terciptalah sudah dan siap
untuk pindah ke proses manufaktur. Cairan dengan high surface tension ini akan
mengeras menjadi solid jika mendingin atau terekspos udara. Tahap berikutnya
adalah memasukkan cairan nylon ini melalui lobang kecil pada mesin spinnerete
dan setelah keluar, yang kita dapatkan adalah sehelai benang nilon yang
sebenarnya adalah cairan nilon yang telah mengeras menjadi solid .

SERAT POLYESTER
Poliester adalah suatu kategori polimer yang mengandung gugus
fungsional ester dalam rantai utamanya. Meski terdapat banyak sekali poliester,
istilah "poliester" merupakan sebagai sebuah bahan yang spesifik lebih sering
merujuk pada polietilena tereftalat (PET). Poliester termasuk zat kimia yang
alami, seperti yang kutin dari kulit ari tumbuhan, maupun zat kimia sintetis seperti
polikarbonat dan polibutirat.Dapat diproduksi dalam berbagai bentuk seperti
lembaran dan bentuk 3 dimensi, poliester sebagai termoplastik bisa berubah
bentuk sehabis dipanaskan. Walau mudah terbakar di suhu tinggi, poliester
cenderung berkerut menjauhi api dan memadamkan diri sendiri saat terjadi
pembakaran. Serat poliester mempunyai kekuatan yang tinggi dan E-modulus
serta penyerapan air yang rendah dan pengerutan yang minimal bila
dibandingkan dengan serat industri yang lain.
Kain poliester tertenun digunakan dalam pakaian konsumen dan
perlengkapan rumah seperti seprei ranjang, penutup tempat tidur, tirai dan
4
korden. Poliester industri digunakan dalam pengutan ban, tali, kain buat sabuk
mesin pengantar (konveyor), sabuk pengaman, kain berlapis dan penguatan
plastik dengan tingkat penyerapan energi yang tinggi. Fiber fill dari poliester
digunakan pula untuk mengisi bantal dan selimut penghangat.
Kain dari poliester disebut-sebut terasa tak alami bila dibandingkan
dengan kain tenunan yang sama dari serat alami (misalnya kapas dalam
penggunaan tekstil). Namun kain poliester memiliki beberapa kelebihan seperti
peningkatan ketahanan dari pengerutan. Akibatnya, serat poliester kadang-
kadang dipintal bersama-sama dengan serat alami untuk menghasilkan baju
dengan sifat-sifat gabungan.
Poliester juga digunakan untuk membuat botol, film, tarpaulin, kano,
tampilan kristal cair, hologram, penyaring, saput (film) dielektrik untuk
kondensator, penyekat saput buat kabel dan pita penyekat.Poliester kristalin cair
merupakan salah satu polimer kristalin cair yang digunakan industri yang
pertama dan digunakan karena sifat mekanis dan ketahanan terhadap panasnya.
Kelebihan itu penting dalam penggunaannya sebagai segel mampu kikis dalam
mesin jet.
Poliester keraspanas (thermosetting) digunakan sebagai bahan
pengecoran, dan resin poliester chemosetting digunakan sebagai resin pelapis
kaca serat dan dempul badan mobil yang non logam. Poliester tak jenuh yang
diperkuat kaca serat banyak digunakan dalam bagian badan dari kapal pesiar
serta mobil.Poliester digunakan pula secara luas sebagai penghalus (finish) pada
produk kayu berkualitas tinggi seperti gitar, piano, dan bagian dalam kendaraan /
perahu pesiar. Perusahaan Burns London, Rolls-Royce, dan Sunseeker
merupakan segelinter perusahaan yang memakai poliester untuk memperhalus
produk-produk mereka. Sifat-sifat tiksotropi dari poliester yang bisa dipakai
sebagai semprotan membuatnya ideal untuk digunakan pada kayu gelondongan
bijian-terbuka, sebab mampu mengisi biji kayu dengan cepat, dengan ketebalan
saput yang terbentuk dengan kuat per lapisan. Poliester yang diawetkan bisa
diampelas dan dipoleskan ke produk akhir.

PENCELUPAN

5
Pencelupan adalah proses pemberian warna secara merata dan bersifat
permanen dengan menggunakan medium utama air. Pencelupan pada
umumnya terdiri dari melarutkan atau mendispersikan zat warna dalam air,
kemudian memasukan bahan tekstil bahan tekstil kedalam larutan tersebut,
sehingga terjadi penyerapan zat warna kedalam serat. Dalam proses
pencelupan, partikel zat warna masuk kedalam serat dalam keadaan terdispersi
molekuler dan terikat dalam serat

ZAT WARNA DISPERSI

Zat warna dispersi adalah zat warna organik yang dibuat secara sintesis,
yang kelarutannya dalam air sedikit dan merupakan larutan dispersi. Zat warna
tersebut digunakan untuk mewarnai serat-serat sintetis atau serat tekstil yang
bersifat hidrofob.
Zat warna ini mempunyai berat molekul yang kecil dan tidak mengandung
gugus pelarut. Dalam pemakaiannya diperlukan zat pembantu yang berfungsi
untuk mendispersikan zat warna dan mendistribusikannya secara merata
didalam larutan, yang disebut zat pendispersi.
Zat warna dispersi dapat mewarnai serat poliester dengan baik jika
memakai zat pengemban atau dengan temperatur tekanan tinggi. Zat warna
dispersi mula-mula diperdagangkan dalam bentuk pasta, tetapi sekarang dapat
diperoleh dalam bentuk bubuk.
Sifat-sifat umum zat warna dispersi
a) Tidak larut dalam air, karena tidak mempunyai gugus pelarut didalam struktur
molekul
b) Pada umumnya zat warna dispersi berasal dari turunan azo, antrakwinon/nitro
akril amina dengan berat molekul rendah
c) Mempunyai titik leleh yang cukup tinggi yaitu 150 0C dengan ukuran partikel
antara 0,5-2 mikron
d) Bersifat non-ionik, walaupun mengandung gugus-gugus NH2 NHR OH
e) Selama proses pencapan dengan zat dispersi tidak mengalami perubahan
kimia
Sifat sifat kimia zat warna dispersi

6
Berlainan dengan serat tekstil yang lain polyester tidak mempunyai gugus ionik
sehingga tidak dapat dicelup berdasarkan mekanisme ionik (semi ionik). Serat ini hanya
dapat dicelup dengan zat warna non ionik (zat warna.dispersi) yang praktis tidak larut
dalam air.
Cara melarutkannya dengan bantuan zat lain. Zat warna dispersi di gunakan
dalam bentuk dispersi yang halus dalam air ukuran partikel dispersi 0,5 mikron di
sebabkan oleh sifatnya yang hidrofobik maka zat warna ini mempunyai daya afinitas
yang tinggi terhadap serat polyester yang juga bersifat hidrofobik.
Dalam proses pencelupan, partikel zat warna masuk kedalam serat dalam
keadaan terdispersi molekuler dan terikat dalam serat. Zat warna dispersi dapat di buat
dari beberapa struktur kimia yang berbeda.
Struktur kimia yang umum di gunakan dalam zat warna dispersi dan persentasi
penggunaannya adalah sebagai berikut:

Azo (NN) : 55%

Diazo (NN-NN) : 10%

Antrakwinon : 20%

Lain lain : 15%

Zat warna dispersi jenis azo adalah zat warna jenis ini umumnya mempunyai sifat-sifat
sebagai berikut :
a) Daya pewarnaan yang tinggi
b) Pemakaian ekonomis
c) Sifat kerataan celupan bervariasi, ada yang mudah rata ada juga yang sulit tetapi
secara umum lebih sulit dari jenis antrakwinon
d) Termomigrasi relatif lebih baik dari pada antrakwinon
e) Daya punutup ketidak rataan benang kurang lebih sebanding dengan antrakwinon.
Zat warna dispersi jenis diazo adalah zat warna dispersi yang umumnya
mempunyai sifat yang sama dengan jenis azo tetapi mempunyai daya sublimasi yang
tinggi. Zat warna ini banyak di gunakan untuk warna-warna tua. Karena makin sulit
mahalnya bahan baku antrakwinon maka dewasa ini terdapat kecenderungan untuk

7
sedapat mungkin menggantikan dengan zat warna jenis azo. Berbagai macam cara
dilakukan untuk membuat zat warna azo yang menyerupai antrakwinon dalam hal
kemurnian kecerahan warna dan sifat yang baik.
Zat antrakwinon adalah zat warna yang umumnya mempunyai sifat sifat
sebagai berikut:
a) Warna lebih cerah tetapi daya pewarna lebih rendah.
b) Relatif lebih mahal.
c) Sifat kecerahan dan migrasi relatif lebih baik dari azo.
d) Termomigrasi lebih jelek, bila di bandingkan dengan azo.
e) Daya penutupan ketidakrataan benang yang baik.
f) Daya tahan reduksi / hidrolisa yang baik.
g) Daya tahan sinar umumnya sangat tinggi

BAB II PRAKTIKUM

8
A . BAHAN BAHAN

Breaker glass
Nylon
Polyester
Zat warna dispersi
Zat pendispersi
Asam asetat
pembasah
1 set kompor gas
1 buah timbangan digital
1 bak pencucian
Timer
Sendok
1 buah gunting
1 buah panci

B . RESEP PENCELUPAN

1) Pencelupan serat nylon

Zat warna dispersi = 5%

Zat pendispersi = 2,5 g/l

Asam asetat =1 ml/l

Ph = 4,5-5

Suhu = 100 0C

Waktu = 30 menit

Vlot = 1: 20

2) Pencelupan serat polyester

Zat warna dispersi = 5%


Zat pendispersi = 5 ml/l
Asam asetat = 2 ml/l
Ph = 4,5-5
0
Suhu = 100 C
Waktu = 30 menit
Vlot = 1: 20

9
C . PERHITUNGAN RESEP

1) Pencelupan serat nylon

Berat bahan Kering ( BK ) = 10 gram

Jumlah larutan( air ) = VLOT x BK

= 20 x 10 g

= 200 g = 200 ml ( air = 1 g/cm3 )

2,5 gram
Zat pendispersi = 1000 ml x Air

2,5 gram
= 1000 ml x 200 ml

= 0,5 gram

5
Zat warna dispersi = 100 x 10

= 0,5

1 gram
Asam asetat = 1000 ml x Air

1 gram
= 1000 ml x 200 ml

= 0,01 gram

2) Pencelupan serat polyester

Berat bahan Kering ( BK ) = 10 gram


Jumlah larutan( air ) = VLOT x BK
= 20 x 10 g
= 200 g = 200 ml ( air = 1 g/cm3 )

10
5 ml
Zat pendispersi = 1000 ml x Air

5 ml
= 1000 ml x 200 ml

= 1 gram

5
Zat warna dispersi = 100 x 10

= 0,5
2 ml
Asam asetat = 1000 ml x Air
2m
= 1000 ml x 200 ml

= 0,04 gram

D . FUNGSI ZAT

Pembasah = menurunkan tegangan permukaan bahan


Zat warna dispersi = mewarnai seluruh permukaan serat dengan merata
Zat pendisersi = Sebagai zat pelarut dari zat warna tersebut
Asam asetat = mengatur pH larutan celup

E . LANGKAH KERJA

1) Pencelupan serat nylon

Memotong nylon kemudian menimbang nylon dengan timbangan digital


dengan berat 10 gram .
Menghitung semua kebutuhan zat sesuai resep , kemudian membuat larutan
.
Mula-mula Zat warna dispersi , asam asetat dan air 200 ml dicampur
kemudian diaduk secara merata .
Memasukan kain kedalam larutan lalu nyalakan api , tunggu sampai sampai
10 menit setelah itu masukan Zat pendispersi ke dalam larutan tersebut .
Saat temperature mencapai 100 0 C , aduk terus sampai 30 menit .
Bilas kain yang sudah diberi warna dengan air selama 10 menit.
Mengeringkan kain .

2) Pencelupan serat polyester

Memotong polyester kemudian menimbang polyester dengan timbangan


digital dengan berat 10 gram .

11
Menghitung semua kebutuhan zat sesuai resep , kemudian membuat larutan
.
Mula-mula Zat warna dispersi , zat pendispersi dan air 200 ml dicampur
kemudian diaduk secara merata .
Memasukan kain kedalam larutan lalu nyalakan api , tunggu sampai sampai
10 menit setelah itu masukan asam asetat ke dalam larutan tersebut .
Saat temperature mencapai 100 0 C , aduk terus sampai 30 menit .
Bilas kain yang sudah diberi warna dengan air selama 10 menit.
Mengeringkan kain .

F . DIAGRAM ALIR

1) Pencelupan serat nylon

100 0 C

1 15 20 30 60 70

12
2) Pencelupan serat polyester

100 0 C

1 15 20 30 60 70

13
BAB III ANALISA dan HASIL PRAKTIKUM

A . ANALISA DATA

1) Pencelupan serat nylon

Analisa Laveler / 0 Laveler / 1 Sunsol / 0 Sunsol / 1


data

Ketuaan
warna

Sisa
larutan

Kerataan

2) Pencelupan serat polyester

Analisa Laveler / 2,5 Laveler / 5 Sunsol / 2,5 Sunsol / 5


data

Ketuaan
warna

Sisa
larutan

Kerataan

14
B . HASIL PRAKTIKUM

1) Pencelupan serat nylon

Laveler / 0 Laveler / 1 Sunsol / 0 Sunsol / 1

2) Pencelupan serat polyester

Laveler / 0 Laveler / 1 Sunsol / 0 Sunsol / 1

15
BAB IV PENUTUP

A . DISKUSI

Berdasarkan pada data hasil percobaan di atas , maka terdapat beberapa hal
yang menjadi bahan diskusi , diantaranya :

Waktu pencelupan yang terlalu lama sehingga menyebabkan larutan habis


sebelum waktu selesai
Keterbatasan alat yang di gunakan untuk mengukur bahan-bahan

B . KESIMPULAN

Pada proses Pencelupan serat nylon dan serat polyester dengan zat warna
dispersi. Kain dapat tercelup dengan merata, proses tersebut tergantung manusia itu
sendiri dalam mengerjakan prosesnya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil , 1994 , Teknologi Persiapan Penyempurnaan


, Bandung

17

Anda mungkin juga menyukai