Serat Poliamida
Polymer polyamida (nylon) adalah polimer yang dibentuk dari asam karboksilat dan
amino. Jenis asam karboksilat dan amino sangat bervariasi sehingga terbentuk poliamida yang
sangat bervariasi, misalnya nylon 6, nylon 66, nylon 11 dll. Yang paling banyak diproduksi adalah
6 dan 66. Gugus penghubung (-OH-CO-), nylon 6 dibuat dari senyawa kaprolaktom dan nylon 66
dibuat dari senyawa asam adipat dengan heksa metilen diamina.
Ujung ujung polimer terdapat gugus fungsi NH2 (amino) dan COOH (karboksilat) dan
sebagai penghubungnya adalah gugus amida (-CONH-). Jumlah NH2 dan COOH tergantung pada
banyaknya polimer yang menyusun sebuah serat . RH standar 4,0 – 4,5 % karena serat poliamida
ini mempunyai gugus fungsional maka serat ini masih mungkin bereaksi dengan zat-zat lain
sedangkan poliester tidak mempunyai gugus fungsional sehingga daya serapnya lebih besar dari
poliester (sekitar 4,5). Gugus NH2 bersifat basa lemah yang dapat menarik air dan gugus
karboksilat . Yang membedakan antara nylon 6 dan nylon 66 adalah sifat fisikanya sedangkan
sifat kimianya relatif kimia , misal : titik leleh nylon 6 = 2150C <nylon 66 = 2500C , penyerapan
nylon 6 > nylon 66 ini disebabkan oleh perbedaan struktur fisik yaitu perbedaan DO dan DK.
Poliamida ini dapat dicelup dengan zat warna dispersi asam (kompleks logam, mordan ) dispersi
– reaktif.
Pembuatan Polyamida/Nylon
NH2 (CH2)6 NH2 + COOH (CH2)4 COOH NH2(CH2)6 NHCO (CH2)4 COOH + H2O
asam adipat
heksametilena diamine
Sifat Polyamida/Nylon
Morfologi serat
Serat Poliester
Serat polyester dikembangkan oleh J.R . Whinfield dan J.T. Dickson dari Calico Printers
Association. Serat ini merupakan pengembangan dari polyester yang telah ditemukan oleh
Carothers. I.C.I. di Inggris memproduksi serat polyester dengan nama Terylene dan kemudian
du Pont di Amerika pada tahun 1953, juga membuat serat polyester berdasarkan patent dari
Inggris dengan nama Dacron.
Serat polyester adalah serat sintetik yang terbentuk dari molekul polimer polyester linier
dengan susunan paling sedikit 85% berat senyawa dari hidroksi alcohol dan asam terftalat.
Poliester atau yang dikenal dengan nama Terylene di Inggris ini dibuat dari asam tereftalat dan
etilena glikol. Etilena yang berasal dari penguraian minyak tanah dioksidasi dengan udara,
menjadi etilena oksida yang kemudian dihidrasi menjadi etilena glikol. Asam tereftalat dibuat
dari pra-Xilena yang harus bebas dari isomer meta dan orto. P-Xilena merupakan bagian dari
destilasi minyak tanah dan tidak dapat dipisahkan dari isomer meta dan orto dengan cara
destilasi. Poliester termasuk ke dalam serat sintetik yang sangat pesat sekali perkembanganya
dan banyak digunakan untuk tekstil. Serat polyester cepat sekali memperoleh perhatian
konsumen oleh karena sifat mudah penanganannya (ease of care), bersifat cuci pakai (wash and
wear), tahan kusut dan awet.
Sifat-sifat pakaiannya lebih sempurna apabila dicampur dengan serat wol atau kapas.
Pebuatan serat poliester Serat polyester dibuat secara pemintalan leleh dari dua jenis asam
terftalat. Molekul-molekulnya besar dan kaku, sukar dibengkokkan dan mudah kembali
kebentuk semula setelah berubah bentuknya.
Tahan asam lemah meskipun pada suhu didih dan tahan asam kuat dingin.
Polyester tahan basa lemah tetapi kurang tahan basa kuat.
Tahan zat oksidasi, alcohol, keton, sabun dan zat-zat untuk pencucian kering.
Tahan terhadap serangga, jamur dan bakteri, sedangkan terhadap sinar matahari
ketahanannya cukup baik.
Poliester larut dalam meta-kresol panas, trifluoroasetat-orto-khlorofenol, campuran 7
bagian berat trikhlorofenol dan 10 bagian fenol dan campuran 2 bagian berat
tetrakhloroetena dan 3 bagian fenol.
Titik leleh 3
Poliester meleleh diudara pada suhu 250°C dan tidak menguning pada suhu tinggi.
Dacron
Terylene
Zat Warna
Identifikasi Zat Warna Pada Poliamida Golongan I (Bejana, Dispersi, Naftol)
Reaksi :
- ZW Bejana
Pembejanaan
Pembangkitan
D C – ONa + On D=C=O
NH2 O OH
OH O NH2
Reaksi:
OH O NHOH3
H3COCO OCOCH3
CH CH
Asetat
+ H2C CH2 C C
CH CH2
H3COCOH2C
CH3 HNO OH
Reaksi :
OH ONa
+ NaOH +H O
2
R R
Naftol Naftolat
ONa
R
Naftolat
Reaksi :
-
Sel – OH OHSel O- + H+
OH-
ZW – SO3Na ZW – SO- + Na2+
NH2
NH2
N N N NH
+ Sel - OH
SO3Na
Zat warna asam mempunyai afinitas terhadap serat-serat protein dan poliamida seperti
wol dan nylon berdasarkan ikatan elektrovalen/ikatan ion.
Reaksi :
Sifat utama zat warna basa yaitu mempunyai kecerahan dan intensitas warna yang tinggi.
Zat warna ini biasanya digunakan untuk menimbulkan warna yang searah pada hasil pencelupan
dengan zat warna belerang, atau untuk mendapatkan bahan dengan warna yang cerah dan
murah tetapi tahan luntur. Pencelupan kembali serat akrilat atau kapas yang di beits tanin
dengan warna tua, menunjukkan adanya zat warna basa.
Reaksi :
Uji penentuan
+
[D NH] Cl- + NaOH [D NH ]+ OH- + Na
(C2H5)2 – ZW – (C2H5)2 Cl- luntur
OH O NHOH3
H3COCO OCOCH3
CH CH
Asetat
+ H2C CH2 C C
CH CH2
H3COCOH2C
CH3 HNO OH
Alat :
Tabung reaksi
Gelas kimia
Penjepit
Pengaduk
Kaki tiga
Pipet
Bahan :
Kain poliamida
Kain kapas
Serat akrilat
Serat wool
Multifiber
Piridin 1:1
Toluena
NaCl
Larutan sabun
HCl
NaOH
Alkohol
CH3COOH
Eter
1.4. Alat dan Bahan
Identifikasi Zat Warna Pada Poliamida
- Uji pencucian
1) Masukkan contoh uji kedalam tabung reaksi yang berisi dengan 5 ml larutan sabun
(0,5% sabun netral dan 0,2% Natrium Karbonat).
2) Panaskan selama 15 menit, kemudian keluarkan contoh uji, amati.
3) Semua golongan zat warna luntur dalam uji pencucian kecuali zat warna bejana
dan naftol tidak luntur atau luntur sedikit.
4) Bagi larutan sabun menjadi 2 bagian :
Bagian 1 : tambahkan 1 ml asam asetat glasial
Bagian 2 : larutan sabun
5) Masukkan kedalam kedua tabung reaksi tersebut kain uji aneka serat (multi fibers),
didihkan.
6) Keluarkan kain aneka serat, cuci.
7) Amati jenis bahan yang tercelup (lampirkan pada jurnal).
- Uji Piridin
1) Masukkan contoh uji kedalm tabung reaksi yang berisi 5 ml larutan piridin air (57 :
43).
2) Panaskan selama 15 menit.
3) Dinginkan dengan aliran air kemudian keluarkan contoh uji lalu amati.
4) Semua zat warna luntur banyak dalam larutan piridin, kecuali zat warna bejana, zat
warna krom atau zat warna dispersi reaktif (luntur sedikit karena proses
pencelupan dan penyabunan yang kurang sempurna).
- Uji Toluena
1) Ekstrak piridin (uji piridin) dipisahkan (saring).
2) Tambahkan 2 ml HCl 16%, kemudian tambahkan 3 ml toluena kemudian dikocok.
3) Biarkan larutan menjadi dua lapisan, lapisan air dan lapisan toluena.
4) Zat warna pada lapisan toluena adalah golongan 1 dan zat warna pada lapisan air
adalah zat warna golongan 2.
Identifikasi Zat Warna Pada Poliamida Golongan I (Bejana, Dispersi, Naftol)
- Uji Pendahuluan
1. Masukkan contoh uji kedalam tabung reaksi yang berisi 3-5 ml larutan asam
asetat glasial.
2. Panaskan, kemudian keluarkan contoh uji, amati
3. Semua golongan zat warna luntur dalam uji pendahuluan, kecuali zat warna
dispersi.
4. termosol dan naftol luntur sedikit.