Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.Makalah ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat kami harapkan demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini
memberikan informasi dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan
peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Tim Penyusun
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui proses pencelupan kain nylon dengan zat warna dispersi
yang paling optimal.
2. Untuk mengetahui mekanisme pencelupan kain nylon dengan zat warna
dispersi.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi pada
proses pencelupan.
3
BAB II
PEMBAHASAN
P
H2NOC(CH2)4CONH2 2 O3 NC (CH2)4CN + 2 H2O
dehidratasi (adiponitril)
4
kemudian disemprotkan membentuk suatu pita dan didimnginkan dengan air
dingin untuk mengurangi ukuran kristal. Pita-pita nilon tadi dipotong potong
menjadi serpih serpihan nilon yang kemudian dipintal dengan cara pemintalan
leleh.
3. Elastisitas
Elastisitas nylon termasuk tinggi.Pada penarik 8% elastisitasnya masih 100 %
sedangkan pada penarikan 16 % elastisitasnya 91%
4. Moisture Regain
Moisture regain pada kondisi standar adalah 4,2 %
5. Kilau
Sebelum penarikan nilon tampak suram ,tetapi setelah penarikan seratnya
menjadi berkilau dan cerah. Untuk mendapatkan serat yang suram ,kedalam
polimernya perlu ditambahkan T1O2.
6. Titik leleh
5
Pada atmosfir nitrogen nylon meleleh pada suhu 2630C, sedangkan diudara
dapat meleleh pada suhu 2500C.Pada pemanasan 1500C diudara selama 5 jam
,nylon dapat berubah menjadi kekuning kuningan ,sehubungan dengan itu ,pada
pembakaran nylon tidak meneruskan api .
6
Zat warna ini mulai ditemukan untuk mencelup serat selulosa asetat yang bersifat
hidrofob dan mampu menyerap zat organik yang tidak larut dalam air, dengan
membuatnya dalam bentuk suspensi.
Penemuan zat dispersi ini menjadi sangat penting dengan ditemukannya serat
sintetik lainnya yang sifatnya lebih hidrofob daripada serat selulosa asetat,
seperti serat Poliamida, Poliester dan Poliakrilat. Terutama untuk serat poliester
yang kebanyakan hanya dapat dicelup dengan zar warna dispersi.
Zat warna ini mempunyai berat molekul yang kecil dan tidak mengandung gugus
pelarut. Dalam pemakaiannya diperlukan zat pembantu yang berfungsi untuk
mendispersikan zat warna dan mendistribusikannya secara merata didalam
larutan, yang disebut zat pendispersi.
Zat warna dispersi dapat mewarnai serat poliester dengan baik jika memakai zat
pengemban atau dengan temperatur tekanan tinggi. Zat warna dispersi mula-
mula diperdagangkan dalam bentuk pasta, tetapi sekarang dapat diperoleh
dalam bentuk bubuk.
C2H5
O2N N N N
C2H5
7
d) Bersifat non-ionik, walaupun mengandung gugus-gugus – NH2 – NHR – OH
e) Selama proses pencapan dengan zat dispersi tidak mengalami perubahan
kimia
Cara melarutkannya dengan bantuan zat lain. Zat warna dispersi di gunakan
dalam bentuk dispersi yang halus dalam air ukuran partikel dispersi 0,5 mikron di
sebabkan oleh sifatnya yang hidrofobik maka zat warna ini mempunyai daya
afinitas yang tinggi terhadap serat polyester yang juga bersifat hidrofobik.
Dalam proses pencelupan, partikel zat warna masuk kedalam serat dalam
keadaan terdispersi molekuler dan terikat dalam serat. Zat warna dispersi dapat
di buat dari beberapa struktur kimia yang berbeda.
Struktur kimia yang umum di gunakan dalam zat warna dispersi dan persentasi
penggunaannya adalah sebagai berikut:
Zat warna dispersi jenis azo adalah zat warna jenis ini umumnya mempunyai
sifat-sifat sebagai berikut :
a) Daya pewarnaan yang tinggi
b) Pemakaian ekonomis
c) Sifat kerataan celupan bervariasi, ada yang mudah rata ada juga yang sulit
tetapi secara umum lebih sulit dari jenis antrakwinon
d) Termomigrasi relatif lebih baik dari pada antrakwinon
e) Daya punutup ketidak rataan benang kurang lebih sebanding dengan
antrakwinon.
Zat warna dispersi jenis diazo adalah zat warna dispersi yang umumnya
mempunyai sifat yang sama dengan jenis azo tetapi mempunyai daya sublimasi
yang tinggi. Zat warna ini banyak di gunakan untuk warna-warna tua. Karena
8
makin sulit mahalnya bahan baku antrakwinon maka dewasa ini terdapat
kecenderungan untuk sedapat mungkin menggantikan dengan zat warna jenis
azo. Berbagai macam cara dilakukan untuk membuat zat warna azo yang
menyerupai antrakwinon dalam hal kemurnian kecerahan warna dan sifat yang
baik.
NH2 O OH
OH O NH2
Adanya gugus aromatik OH dan alifatik NH2 dan gugus fungsional yang lain
menyebabkan zat warna sedikit larut dalam air.
Zat warna dispersi mempunyai daya kelarutan air dingin yang sangat rendah
akan tetapi dengan peningkatan temperatur daya kelarutan dapat meningkat
dengan cepat sampai beberapa ratus gram/L. Yang sangat penting dalam proses
pencelupan adalah daya kelarutan. Daya kelarutan dipengarungi oleh :
9
a) Kecepatan penyerapan zat warna
b) Banyak / sedikitnya penyerapan
c) Migrasi
d) Penodaan pada serat campuran.
2. Sensitifitas
Zat warna dispersi yang berupa partikel – partikel kecil tidak mungkin berada
pada keadaan terdispersi yang stabil tanpa adanya zat pendispersi (Dispersing
Agent) zat pendispersi ini berfungsi sebagai pelindung di sekeliling zat warna
sehingga adanya gaya elektrostatis yang saling tolak menolak juga dapat
membantu terjadinya stabilitas. Kestabilan dispersi zat warna di pengaruhui oleh:
a) Jenis zat pendispersi : umumnya yang digunakan adalah jenis an ionik yaitu
lignin sulfonat yang berasal dari alam tetapi ada pula yang berasal dari
sintetik.
b) Kualitas dari pigmen zat warna dan ketidakmurnian pigmen zat warna
c) Bentuk kristal dari pigmen zat warna. Bentuk kristal tertentu mudah
dibersihkan dan ada yang relatip sulit .
d) Distribusi partikel ukuran zat warna
10
c) Golongan Ketiga (C)
Zat warna dispersi yang mempunyai berat molekul sedang dengan sifat sublimasi
yang baik. Sifat celup dan sublimasi yang baik biasa di gunakan untuk
pencelupan zat pengemban. Temperatur tinggi atau proses termosol dengan
hasil yang baik.
Persiapan Pencelupan
Pencelupan
Pencucian Sabun
Pengeringan
Evaluasi
Ketuaan dan Kerataan
11
2.3.2 Skema Proses
2.3.3 Resep
2.3.3.1 Resep Pencelupan
Zat warna dispersi : 2% owf
Asam asetat : pH 5
Zat pendispersi : 1 mL/L
Vlot : 1:20
Suhu : 120oC,
Waktu : 30 menit
12
Menghilangkan sisa zat warna yang masih menempel
Sabun dipermukahan kain pada proses pencucian setelah
pencelupan
1. Melarutkan zat warna dan mengusahakan agar larutan zat warna bergerak
menempel pada bahan. Peristiwa ini disebut migrasi.
2. Mendorong larutan zat warna agar dapat terserap menempel pada bahan.
Peristiwa ini disebut adsorpsi.
3. Penyerapan zat warna dari permukaan bahan ke dalam bahan. Peristiwa ini
disebut difusi, kemudian terjadi fiksasi.
4. Pada tahap ini diperlukan bantuan luar, seperti : menaikkan suhu, menambah
zat pembantu lain seperti garam dapur, asam dan lain-lain.
13
dengan zat pendispersi. Zat ini berupa suatu senyawa surfaktan anionic atau
senyawa polielektrolit anionic (turunan lignosulfonate) yang tahan suhu tinggi dan
bekerja dengan cara bagian hidrofob dari zat pendispersi menarik partikel zat
warna dan bagian hidrofil yang bermuatan negative mengarah ke larutan dan
menjaga jarak antar partikel zat warna agar tidak beragregasi sehingga partikel
zat warna tetap terdispersi secara homogen.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
• Kondisi proses pencelupan kain nylon dengan zat warna dispersi dilakukan
pada waktu pencelupan selama 30 menit, suhu pencelupan 120 oC.
• Zat warna yang terdispersi didalam air bersifat hidrofobik. Kemudian kain
nylon yang dicelupkan bersifat hidrofobik. Namun, saat diberi asam asetat
ujung dari polimer nylon mengalami ionisasi sehingga zat warna cenderung
akan mendekati bagian tengah dari pada bagian ujung polimer. Pada saat
suhu dinaikkan mencapai 100 oC, ikatan hidrogen di dalam serat menjadi
putus sehingga jarak antar polimer merenggang, bagian amorf serat lebih
mudah dimasuki oleh zat warna dispersi. Zat warna dispersi masuk ke dalam,
kemudian berikatan secara hidrofobik dan ikatan van der waals. Pada saat
penurunan suhu terjadi pembentukan ulang ikatan hidrogen dan merapatnya
struktur serat sehingga zat warna dispersi tidak dapat keluar dari serat nylon
dan mewarnai kain.
• Pengaruh pH
Semakin rendah ph maka semakin tua ketuaan warnanya. Tetapi maks ph3.
Karena jika terlalu asam maka serat nylon akan rusak
3.2 Saran
Makalah ini masih memiliki banyak kekurangan oleh karena itu, kritik yang
sifatnya membangun sangat kami harapkan.
15
DAFTAR PUSTAKA
Teknologi Tekstil.
Karyana, Dede. 2005. Bahan Ajar Praktek Pencelupan. Bandung: Sekolah Tinggi
Teknologi Tekstil.
16