Anda di halaman 1dari 13

I.

JUDUL
Penyempurnaan tahan api pada kain kapas dan poliester kapas dengan
menggunakan variasi DAP (diamonium fospat) dan suhu pemanas awetan

II. MAKSUD dan TUJUAN


Maksud: Melakukan proses penyempurnaan tahan api dengan menggunakan
DAP (Diamonium fosfat) pada kain selulosa dan campurannya dengan serat
sintetik.
Tujuan:Mempelajari penggunaan garam – garam yang mempunyai titik leleh
rendah serta pengaruh waktu pemanasawetan pada penyempurnaan tahan api
kain selulosa dan campurannya.

III. ALAT, ZAT KIMIA DAN FUNGSI ZAT KIMIA


2. 1. Mesin atau Alat yang digunakan
 Padder - pengaduk
 Stenter - timbangan
 Heat steam - bunsen
 Piala gelas - flammable tester
 Dinamometer - Kaki Tiga Dan Kasa
2. 2. Zat kimia yang digunakan
 Resin DAP (diamonium fosfat)
 Urea
 Na2CO3
 Teepol
2. 3. Fungsi zat kimia
 DAP sebagai resin untuk memberikan efek tahan api pada kain.
 Urea sebagai penyangga reaksi dan mengurangi kerusakan serat.
 Na2CO3 dan teepol dalam proses penyabunan untuk
menghilangkan resin yang tidak berikatan dengan kain.

IV. TEORI DASAR


IV.1 SERAT KAPAS.
Serat kapas adalah serat yang dihasilkan dari rambut biji tanaman kapas.
Tanaman ini termasuk dalam jenis Gossypium. Kelebihannya terutama dari
daya serap dan kenyamanan pakainya.Bentuk penampang melintang serat
kapas pada umumnya berbentuk seperti ginjal. Bentuk penampang
membujurnya adalah pipih seperti pita yang terpuntir. Bentuk penampang
serat kapas dapat dilihat dibawah ini :

Gambar 1
Penampang Melintang dan Membujur Serat Kapas
Sumber : W. V. Bergen and W. Krauser , “Textile Fiber Atlas”
 Struktur Kimia Serat Kapas
Selulosa merupakan suatu rantai polimer linier yang tersusun dari
kondensat molekul-molekul glukosa (C6H10O5) yang dihubungkan oleh
jembatan oksigen pada posisi atom karbon nomor satu dan empat. Struktur
kimia dari selulosa dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

H OH CH2OH H OH CH2OH
OH H H O OH H H O OH
O
H H H H H H
OH OH H OH OH H
H O H O
O H O H
CH2OH H OH CH2OH H OH

Gambar 3.2.
Struktur Kimia Selulosa
(Sumber: P.Suprijono,Buku Serat – Serat Tekstil 1973 ,hal : 45.)
Berat molekut selulosa ditentukan oleh banyaknya jumlah glukosa yang
berpolimerisasi atau derajat polimerisasinya (n). Besar derajat polimerisasi
untuk kapas biasanya antara 2000 – 10000. Difraksi sinar-X serat kapas
menunjukan bahwa serat kapas terdiri dari bagian kristalin dan bagian amorf.
bagian kristalin, susunan rantai molekul selulosa sejajar satu sama lain dalam
bentuk spiral, sedangkan pada bagian amorf, susunannya tidak teratur
(disorientasi). Secara umum bagian kristalin menentukan sifat kekuatan tarik
serat, elastisitas dan ketahanan terhadap tekukan, sedangkan bagian amorf
menentukan sifat kelemasan, mulur, penggelembungan dan daya serap serat.

 Sifat Serat Kapas


Sifat suatu serat dipengaruhi oleh beberapa gugus fungsional berikut :
a. Gugus hidroksil (-OH), biasanya memudahkan kelarutan dalam air.,
sehingga serat yang banyak mengandung gugus OH akan mudah
menyerap air dan mempunyai daya serap air yang tinggi.
b. Gugus karboksil (-COOH) karena gugus ini bersifat asam, maka lebih
mudah bereaksi dengan zat-zat yang bersifat basa.
c. Gugus/cincin aromatik, menyebabkan molekul menjadi lebih kaku,
menaikkan gaya kohesi antar-molekul, sehingga titik lelehnya menjadi
lebih tinggi.

 Sifat-Sifat Fisika Serat Kapas


1. Kadar Uap Air
Kelembaban relatif pada kondisi standar yaitu 65 + 2% dan suhu 27 +
2oC, kadar uap air/moisture regain serat kapas berkisar antara 7 – 8,5 %.
Berat jenis serat kapas berkisar antara 1,5 sampai 1,56 g/cm3.
2. Kekuatan
Kekuatan tarik serat kaps dalam keadaan basah lebih tinggi
dibanding dalam keadaan kering, yaitu + 1,1 x kekuatan kering. Kekuatan
serat kapas dalam kondisi standar berkisar antara 3,2 – 5,2 gram/denier.
3. Mulur
Mulur sampai putus serat kapas termasuk tinggi di antara serat
selulosa yang lainnya, yaitu berkisar antara 4 – 13% dengan rata-rata
mulurnya sebesar 7%.
4. Warna
Warna serat kapas pada umumnya putih kekuning-kiningan, yang
disebabkan oleh adanya pigmen alam. Warna kapas akan makin tua setelah
penyimpanan selama 2 – 5 tahun.

IV.2 POLIYESTER
Poliester terbentuk secara kondensasi menghasilkan polietilen tereftalat
yang merupakan suatu ester dari komponen dasar asam dan alkohol yaitu
asam tereftalat dan etilena glikol.

nHOOC COOH + nHO(CH 2)2OH

( Asam Tereftalat ) ( Etilena Glikol )

OH OC COO(CH2)2O H + (2n-1)H2O
n

Sifat – sifat poliester :


 Kekuatan tarik 4 – 6,9 g/denier.
 Mulur 11-40 %.
 Kekuatan mulur dalam keadaan basahnya sama dengan dalam keadaan
kering.
 Poliester mempunyai elastisitas yang baik, sehingga poliester tahan kusut.
 Moisture Regain 0,4 %.
 Berat jenis 1,38.
 Poliester tahan asam lemah dan tahan asam kuat dingin.
 Poliester tahan basa lemah dan kurang tahan basa kuat.
 Tahan zat oksidasi, alkohol, sabun dan zat untuk pencucian kering.
 Titik leleh 2500C dan tidak menguning pada suhu tinggi.
 Polyester tahan serangga, jamur dan bakteri.

IV.3 POLIESTER KAPAS


Tujuan pencampuran serat ini adalah untuk mendapatkan kain yang
mempunyai sifat-sifat lebih baik dibandingkan dengan kain yang hanya
terbuat dari serat saja. Serat kapas mempunyai keburukan : tidak tahan
terhadap zat kimia,elastisitasnya jelek, sehingga mudah kusut, tetapi daya
absorpsinya baik. Sedangkan untuk serat poliester kebaikannya adalah
ketahanan terhadap zat kimia, elastisitas dan kekuatannya cukup besar. Pada
umumnya pencampuran serat poliester-kapas untuk 65% poliester dan 35%
untuk kapas. Komposisi tersebut dapat diperoleh sifat- sifat baik yang optimal
seperti :
Kain yang dibuat dari campuran serat poliester dan serat kapas akan
mempunyai sifat – sifat seperti dibawah ini :
1) Rasa yang nyaman dalam pemakaian
2) Kekuatan tarik kain dari bahan akan bertambah baik,hal ini disebabakan
karena serat poliester mempunyai sifat kekuatan yang tinggi sehingga akan
menambah kekuatan dari serat kapas dapat terjadi jika pada campuran
tersebut kandungan serat poliesternya paling sedikit 60 %.
3) Daya tahan terhadap gosokan merupakan salah satu faktor yang penting
dalam menentukan keawetan kain Bahan yang terbuat dari serat poliester
saja mempunyai daya tahan terhadap gosokan yang baik. Kandungan serat
kapas sebanyak 30 – 40%.
4) Sifat ketahanan terhadap kekusutan kain campuran poliester kapas baik jika
kandungan kapasnya dalam campuran tidak lebih dari 30 – 40 %.
5) Kain campuran poliester kapas mempunyai sifat elektrostatik yang cukup
baik. Adanya sifat elektrostatik dalam suatu kain akan menyebebkan kain
melekat pada tubuh.

IV.4 PENYEMPURNAAN ANTI API


kain tidak terbakar sama sekali. Kain yang tahan atau anti api adalah
kain yang tidak meneruskan nyala api dari daerah yang hangus, jadi proses
penyempurnaan tahan api tak menyebabkan.Perhatian terutama dicurahkan
pada bahan katun, karena wol dan sutera dengan sendirinya tidak meneruskan
nyala api, biasanya mengarang saja dan meleleh.
Pada umumnya proses anti api terdiri atas :
1. Pengendapan garam-garam larut
2. Pengendapan senyawa yang tak larut pada atau di dalam kain
Pada proses pertama dapat digunakan natrium tungstat, amonium fosfat,
amonium sulfat, amonium klorida, boraks, natrium silikat dan seng klorida.
Garam-garam ini pada umumnya mempunyai titik leleh yang rendah,
sehingga dengan adanya nyala api, garam tersebut dapat segera meleleh dan
meliputi bahandengan suatu lapisan seperti gelas yang tidak dapat terbakar
dengan segera. Kemungkinan lain adalahgaram menghasilkan uap yang tidak
diendapkan dan tidak dapat terbakar pada pemanasan tersebut.
Pada proses kedua, garam diendapkan dan terjadi penyempurnaan tahan
api yang permanen. kecuali hasil dekomposisi dua garam, maka pengendapan
dapat berlangsung dalam suatu tahap atau secara proses rendaman tunggal.
Contohnya ialah larutan natrium tungstat dan alumiium asetat yang mengandung
cukup asam asetat untuk melarutkan endapan, aluminium asetat akan
diendapkan, sedangkan asam asetat dihilangkan karena penguapan.

4.5 ZAT TAHAN API


Beberapa teori bermakasud menerangkan bagaimana fungsi dari zat
tahan api yang digunakan terhadap serat. Teori tersebut meliputi teori
pelapisan, gas, thermal, ikatan hidrogen, katalisator dehidrasi dari selulosa
untuk karbon dan air.
1. Teori Pelapisan (Coating)
Zat tahan api yang terbentuk berupa lapisan tipis transparan dan buih
yang stabil pada permukaan serat. Lapisan tersebut melindungi bahan dari
udara, berfungsi sebagai pelindung dari api dan mengikat zat-zat yang
mudah menguap selama terjadi pembakaran. Teori ini cukup memedai
untuk penggunaan zat tahan api, tetapi teori ini tidak menerangkan tipe-
tipe kajadian yang lain.
2. Teori gas
Teori ini menyatakan bahwa zat tahan api mengurai pada suhu
pembakaran, gas-gas yang dihasilkanny atidak terbakar, gas trersebut
melemahkan nyala api yang terjadi denagn cara menguraikan selulosa
pada konsentrasi dibawah titik dimana seratnya terbakar. Teori ini akan
berhasil jika zat tahan api yang digunakan mengandung unsur halogen,
dalam kenyataannay langsung terjadi mekanisme radikal bebas.
3. Teori Pemanasan ( Thermal Teori )
Dua mekanisme pemanasan telah diajukan untuk menerangkan terjadinya
penghambatan pembakaran pada serat selulosa.
a. Kalor yang diterima dari sumber dihamburkan denagn cara menerima
panah penggantian (endotermic change), seperti penggabungan atau
sublimasi dari zat tahan api, yang mencegah penyebaran pembakaran.
b. Panas dihantarkan secara cepat sedangkan selulosa tidakdapat
menjangkau suhu pembakaran.
c. Kedua mekanisme diatas tidak dapat digunakan pada kebanyakan zat
tahan api yang diketahui.
Kedua mekanisme diatas tidak dapat digunakan pada kebanyakan zat
tahan api yang diketahui.
1. Ikatan Hidrogen
Bahwa ikatan hidrogen yang kuat dari zat tahan api dapat membantu
menstabilkan ikatan antara bagian-bagian selulosa denagn menurunkan
kadar gas yang mudah menguap dan oleh sebab itu akan menurunkan sifat
pembakaran selulosa. Tetapi walau bagaimanapun ikatan hidrogen tidak
akan terbentuk pada suhu 400-500 0C.
2. Teori Penghilangan Air
Teori ini menyatakan bahwa sifat tahan api disebabkan kira-kira oleh
katalisator dehidratasi pada selulosa melalui reaksi dari asam lewis dengan
selulosa melalui perantara cara kerja ion carbinium. Oleh karena itu, akan
diturunkan siat penbakarannya yang disebabkan oleh naiknya kadar arang
dan turunnya nilai pembakaran.
Penggolongan Zat Tahan Api
Unsur-unsur yang banyak digunakan pada zat tahan api untuk serat
selulosa adalh zat yang mengandung fasfor, nitrogen, brom, khlor, dan
antimon. Dari unsur-unsur tersebut hanya fosfor dan brom yang efesien
apabila digunakan sendiri-sendiri atau secara terpisah. Keefesienan zat tahan
api dipengaruhi oleh adanya senyawa yang mengandung nitrogen, brom, dan
khlor.
Pemberian zat tahan api pada bahan tekstil mempunyai ketahanan yang
saling berbeda untuk lamanya zat tersebut ada atau terikat pada bahan lain, hal
tersebut bergantung terhadap beberapa kali cuci zat itu tetap berada pada
bahan. Ada tiga golongan besar dari type zat tahan api yang ada dan banyak
dipergunakan, yaitu :
1. Non Durable Flame Retardants
Zat tahan api tidak permanen sangat cocok digunakan untuk serat selulosa
yang tidak dipakai di luar rumah karena zat kimianya akan berubah jika
terkena cuaca atau pencucian. Bahan yang tidak permanen itu harus pula
dikerjakan tahan api lagi sekitar satu kali dalam enam bulan. Pada
umumnya zat tahan api tidak permanen tidak cocok untuk serat poliamida,
poliester, dan asetat. Penggunaannya pada kapas akan lebih efektif dari
pada rayon. Contoh zat tahan api tidak permanen :
- Diamonium fosfat
- Borax-boric Acid
- Amonium pospat
2. Semi Durable Flame Retardents
Zat tahan api semi permanen dapat diklasifikasikan sebagai zat atau
senyawa tahan api yang tahan terhadap satu atau lebih banyak terhadap
pencucian, pencucian terbanyak dibatasi hanya sampai lima belas kali
pencucian. Banyak zat athan api semi permanen yang ditemukan secara
tidak sengaja, yaitu pada hasil penyelidikan dalam pengembangan zat
tahan api permanen. Contoh zat tahan api semi permanen :
- selulosa fosfat
- fosforil amida
- proses asam fosfat cianamida
- amoniu fosfat diciamida formaldehida
3. Durable Flame Retardents
Untuk keawetan penggunaan bahan tekstil, maka pemberian zat tahan api
yang permanen. Hal ini dapat berarti ketahanan cuci setelah jangka waktu
50 kali pencucian atau lebih dan sekurang-kurangnya 15 kali pencucian.
Ketahanan terhadap pencucian atau pembersihan yang lain, hanyalah satu
dari sekian banyak kriteria zat tahan api yang dapat memuaskan dan dapat
diterima untuk digunakan pada bahan dan mempunyai ciri khas pada
produksi tekstil. Sampai saat ini zat tahan api yang potensial dan banyak
digunakan :
- oksidasi-oksidasi dari logam
Zat tahan api yang berasal dari oksida logam, terutama kombinasi dengan
senyawa C yang mengandung halogen, diketahui mempunyai kathanan
yang baik terhadap cuaca pada bahan tekstil yang penggunaannya diluar
rumah.
Bahan bahan penyempurnaan tahan api
Bahan – bahan penyempurnaan api dapat digolongkan sebaagai berikut :
1. Zat yang larut air dan larutannya dapat dikeringkan
pada kain, misalnya borax (Na 2B4O7.10H2O) dan alumunium sulfat
(Al2[SO4]3.18H2O). hasil penyempurnaannya tidak tahan cuci.
2. Zat yang tidak larut terutama zat organik. Zat ini
ditempelkan pada serat dengan cara dekomposisi rangkap, misalnya
pengendapan oksida titanium, antimon atau zirkonium. Kain direndam
dalam larutan oksiklorida antimon dan titanium yang diasamkan lalu
dilewatkan pada larutan natrium karbonat untuk mengendapkan oksida
logam didalam serat. hasilnya tahan terhadap pencucian.
3. Bahan – bahan organik dengan kelarutan terbatas.
Fiksasinya pada bahan tekstil dibantu resin sintetik sebagai zat pengikat.
Hasil penyempurnaannya memiliki ketahanan yang baik.
4. Bahan – bahan yang diaplikasikan pada serat melalui
larutan atau dispersi dan selanjutnya direaksikan dengan serat melalui
pemanasan. Bahan – bahan berbentuk polimer akan berikatan dengan serat
sedangkan bahan – bahan asam polibasa membentuk ester dengan selulosa.
Kemampuannya bereaksi dengan serat membuat hasil penyempurnaannya
memiliki ketahanan pencucian yang baik.

4.6 PROSES PENYEMPURNAAN TAHAN API


Diantara zat – zat untuk penyempurnaan tahan api yang larut dalam air
adalah:
 borax (Na2B4O7.10H2O)
 alumunium sulfat (Al2[SO4]3.18H2O).
 campuran borax/asm borat 7 : 3
 campuran borax/diamonium-
hidrogen-fosfat 1 : 1
Zat – zat tersebut meleleh pada suhu relatif rendah dan membentuk busa
pelindung api pada serat. Zat – zat tersebut efektif untuk mencegah nyala api
walaupun bersifat sementara (tidak permanen). Asam borat dan asam fosfat
atau garamnya dapat menghambat nyala bara api (afterglow) karena dapat
melepaskan asam pada suhu tinggi.
Proses penyempurnaan tahan api dengan bahan – bahan anorganik tidak
larut adalah proses perkin yang didasarkan pada dekomposisi ganda natrium
stanat dan amonium sulfat sehingga menghasilkan stani oksida dan
menyebabkan kerusakan kain kapas dan kurang tahan cuci.
Bahan – bahan tahan api asam yang tellah berhasil digunakan antara lain
adalah asam sulfat dan asam fosfat (Bp 634, 690). Pada prinsipnya kain
direndam peras dalam larutan asam lalu dipanasawetkan. Penambahan
sianamida diperlukan untuk melindungi kain dari kemungkinan kerusakan
akibat asam pada pengeringan dan pemanasawetan.
Pengerjaan dengan asam fosfat disamping memberikan sifat ketahanan
nyala bara api, ternyata juga memberikan sifat tahan kusut pada kain dan
mengurangi imbibisi airnya.
Pada tahun 1947 aminasi kapas memakai asam 2-aminoetilsulfat dan
soda kostik menghasilkan kapas dengan sifat celup yang berbeda dan dapat
dibuat tahan api secara permanen melalui reaksi dengan tetrakis
(hidroksimetil) fosforium klorida (HOCH2)4PCl yang dikenal dengan singkatan
THPC.
Sel-OH + NH2-(CH2)2-OSO2-OH + NaOH Sel-O-(CH2)2-NH2 + Na2SO4 + H2O
Asam 2-aminoetilsulfat
Sel-O-(CH2)2-NH2 + (HOCH2)4PCl
THPC
O

CH2OH

Sel—(CH2)2-N-CH2-P-CH2-N-(CH2)2-O-Sel

THPC dapat berkondensasi dan berpolimerisasi dengan sejumlah


senyawa yang mengandung nitrogen dan dapat bereaksi dengan formaldehida
dan menghasilkan bahan polimer yang tidak terbakar.

V. PERCOBAAN, PENGUJIAN DAN HASIL PENGUJIAN


V.1 RESEP
a. Bahan
 Rayon
 Poliester kapas
 Poliester rayon
b. Resep Umum
 DAP (Diamonium fasfat) : 50-100-150-200-250-300 (g/l)
 Urea : 100 DAN 200 g/l
 Wpu : 60 %
 Pengeringan awal : 1000C,3 menit
 Pemanasawetan : 1500C,2-3 menit
 Penyabunan
Pembasah : 2 g/l
Na2CO3 : 1 g/l
Suhu dan waktu : 700C,15 menit
DAP 50 100 150 200 250 300
kain
kapas 100 1 5 9 13 17 21
200 2 6 10 14 18 22
Poliester- 100 3 7 11 15 19 23
kapas 200 4 8 12 16 20 24

c. Perhitung
 Air :500 ml
 DAP : 250/1000 X 500 = 125 g/l
 Urea : 20/1000 X 500 = 10 g/l
 Pembasah : 2/1000 X 500 = 1 cc/l
 Na2CO3 : 1/1000 X 500 = 0,5 g/l
d. Cara kerja
 Siapkan alat dan hitung kebutuhan zat
 Buat larutan tahan api, lalu bahan dibenam kemudian di pad dengan
WPU 70 %
 Drying pada 1000C selama 3 menit
 Lakukan pemanasawetan 1500C dengan variasi waktu yang ditugaskan
(2 atau 3 menit).
 Lakukan penyabunan dan pembilasan

V.2 PENGUJIAN
 Efek tahan api
Uji efek tahan api diuji dengan menggunakan alat flammable tester
sebelum dan sesudah proses penyabunan
 Uji Kekuatan Tarik
Uji kekuatan tarik dilakukan dengan menggunakan dinamometer
dengan cara pita tiras (traveled strip)

V.3 DATA PERCOBAAN


Hasil pengujian daya tahan api, kekuatan tarik dan mulur sebelum dan
sesudah dilakukan pencucian berulang dapat dilihat pada Tabel 7.1., Tabel 7.2.
berikut ini :
Tabel 5.3 1 Data hasil pengujian daya tahan api pada kain kapas dan poliester-
kapas setelah dilakukan penyempurnaan tahan api, sebelum dan
sesudah dilakukan pencucian berulang.
DAP 50 100 150 200 250 300
kain
kapas 100 0 0 0 0 0 0
200 0 0 0 0 0 0
Poliester- 100 10 7 8 5 2 2
kapas 200 16 10 9 4 4 5

Tabel 5.3.2 Data hasil pengujian kekuatan tarik pada kain kapas dan poliester-
kapas setelah dilakukan penyempurnaan tahan api, sebelum dan
sesudah dilakukan pencucian berulang.

VI. PEMBAHASAN
Pada peristiwa pembakaran kain terjadi dekomposisi kimia serat dan
menghasilkan suatu bahan tertentu yang mudah menguap dan dapat terbakar.
Bila nyala apinya padam maka tinggalah residu seperti karbon. Sifat bahan
dalam pembakaran ditentukan oleh jumlah bahan yang menguap. Sisa
pembakaran (arang) yang membara dapat juga meneruskan pembakaran.
Penyempurnaan tahan api diharapkan dapat mencegah bahan terbakar bila
terkena api dan mencegah bara api terus nyala pada sisa pembakaran. Pada
perceboaan ini digunakan suatu resin yang dapat meningkatkan ketahananan
kain terhadap nyala api. Resin tersebut adalah DAP (Diamonium Fosfat).
Resin DAP (Diamonium Fosfat) pada suhu tinggi dan adanya asam akan
berpolimerisasi membentuk lapisan film dan berikatan dengan serat atau
membentuk lapisan yang melindungi bahan dari udara dan mengikat zat-zat
yang mudah menguap selama terjadi pembakaran demikian akan dapat bahan
yang tahan terhadap pembakaran. Penyempurnaan yang dilakukan adalah
penyempurnaan anti api terhadap kain kapas dan poiester-kapas.
Berdasarkan hasil percobaan, pengujian dan hasil pengujian
penyempurnaan tahan api kain kapas dan poliester-kapas dengan
menggunakan variasi DAP (Diamonium Fosfat) dan pemanas awetan dapat
dikemukakan beberapa hal sebagai berikut :
6.1 Efek tahan api.
Hasil pengujian efek tahan api kain kapas dan polyester-kapas yang
dilakukan penyempurnaan tahan api dengan variasi DAP (Dioaminum fosfat)
dan pemanas awetan dapat dilihat pada Tabel 5.3.1 Ternyata ada pengaruh
variasi konsentrasi DAP dan urea terhadap efek ahan api.
Semakin banyak konsentrasi DAP yang ditambahkan maka daya
tahan apinya semakin meningkat pula. Hal ini disebabkan karena terjadinya
esterifikasi bahan dengan asam fosfat sedangkan seratnya terlindungi oleh
lelehan campuran urea dan asam fosfat. Asam fosfat yang bereaksi tersebut
atau garamnya dapat menghambat nyala bara api (afterglow) karena dapat
melepaskan asam pada suhu tinggi
Semakin banyak urea yang diberikan maka daya tahan apinya
semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena dengan pemberian urea dapat
menyangga reaksi DAP dengan serat sehingga mengurangi kerusakan serat
yang diakibatkan oleh suhu dari pemanasawetansehingga kain memiliki
memiliki sifat tahan api yang baik.
6.2 Efek Kekuatan Tarik.
Hasil pengujian efek kekuatan tarik kain kapas dan polyester-kapas
yang dilakukan penyempurnaan tahan api dengan variasi DAP (Dioaminum
fosfat) dan pemanas awetan dapat dilihat pada Tabel 5.3.2 Ternyata ada
pengaruh penambahan konsentrasi DAP dan urea terhadap efek kekuatan
tarik.
Semakin banyak konsentrasi DAP yang ditambahkan maka kekuatan
tariknya semakin meningkat pula. Hal ini disebabkan karena garam DAP akan
masuk ke dalam serat untuk berikatan, kemudian mengisi rongga – rongga
dalam serat sehingga serat akan padat dan kenampakan kain agak sedikit
kaku. Karena hal inilah maka kekuatan tariknya akan meningkat seiring
dengan penambahan garam DAP
Semakin banyak penambahan urea yangdilakukan maka kekuatan
tariknya semakin tinggi pula. Hal ini disebabkan karena dengan pemberian
urea

To yani
Data kekuatan tarik dan pegangan belum ada ,indah
bingung.tolong ketikan ya?jadi diskusi dan kesimpulan tentang
kekuatan tarik dan pegangan juga belum ,tulisin ya/indah
pulang dulu……………………………..

VII. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan, pengujian dan evaluasi penyempurnaan tahan api
kain rayon, poliester kapas dan poliester rayon dengan menggunakan variasi
DAP (Diamonium fosfat) dan urea dapat diambil beberapa kesimpulan, yakni
sebagai berikut :
 Seiring dengan penambahan konsentrasi garam DAP dan urea ternyata ada
pengaruh terhadap daya tahan api dan kekuatan tarik..
 semakin banyak penambahan konsentrasi garam DAP dan urea maka
ketahanan daya apinya semakin meningkat dan nilai tertinggi terletak pada
konsentrasi garam DAP 250 g/l.
 semakin banyak penambahan konsentrasi garam DAP dan urea maka
kekuatan tariknya semakin meningkat dan nilai tertinggi terletak pada
konsentrasi garam DAP 250 g/l.

VII. SARAN
 Untuk pemakaian resin tahan api sebaiknya disesuaikan terhadap tujuan
akhirnya. Bila efek yang diinginkan sementara bisa menggunakan resin ini
dan bila efek yang diinginkan permanen bisa menggunakan THPC (Tetrakis
hidroksil fosforium hidroksida).

VIII. DAFTAR PUSTAKA


o S. Hendrodyantopo S.Teks, dkk, TEKNOLOGI PENYEMPURNAAN, STTT,
Bandung, 1998
o P. Soeprijono S.Teks, dkk, SERAT SERAT TEKSTIL, ITT, Bandung,, 1974
o Widayat S.Teks, Catatan Evaluasi Tekstil 3, Bandung, 2003
LAPORAN PRAKTIKUM PENYEMPURNAAN I

PENYEMPURNAAN TAHAN API PADA KAIN KAPAS dan


POLIESTER-KAPAS
DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI DAP (DIAMONIUM FOSFAT)
DAN SUHU PEMANASAWETAN

Nama : Indah Setiorini


Nrp : 01.P.2705
Grup : K-4
Kelompok :5
Dosen : Indarto S,Teks
Asisten : M. Widodo A.T
Desirina

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEKSTIL


BANDUNG
2004

Anda mungkin juga menyukai