Anda di halaman 1dari 11

I.

PENDAHULUAN

Maksud
Praktikum penyempurnaan anti kusut ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh
konsentrasi resin Finish LF liquid dan BT 336 serta pengaruh lama waktu pemanasawetan terhadap
ketahanan kusut, kekakuan, kekuatan tarik dan daya serap pada kain kapas 100%.
Tujuan proses penyempurnaan anti kusut itu untuk memperbaiki kekurangan dari serat-serat
yang memiliki sifat mudah kusut, misalnya serat kapas. Resin yang biasa digunakan untuk
penyempurnaan anti kusut adalah derivat dari N-metilol, yang dibagi menjadi empat golongan yaitu :
metilol urea, metilol melamin, metilol etilen urea, metilol triazon. Sedangkan berdasarkan segi
teknologinya, dibagi menjadi tiga golongan yaitu : resin thermosetting, reaktan siklik dan reaktan
linier.

Teori Pendekatan
1. Resin thermosetting
Resin ini kecenderungan tinggi untuk membentuk polimer pada pemanasan. Molekul kecil
sekali, sehingga dapat menerobos masuk kebagian amorf dari selulosa yang selanjutnya akan
berpolimerisasi dalam serat menjadi resin yang tidak larut, didalam bagian amorf dari selulosa.
Contoh resin yang termasuk golongan ini adalah urea formaldehida dan melamin.
Resin DMDHEU (Dimetilol Dihidroksi Etilenan Urea)
Dimetilol-dihidroksi-etilena urea dibuat dari reaksi antara gliokasal, urea dan formaldehida.
Hasil penyempurnaan anti kusut yang diperoleh sangatlah baik dan tahan terhadap pencucian
berulang-ulang, hanya kekuatan kain sangat menurun. Termasuk kekuatan tarik, kekuatan sobek dan
ketahanan terhadap gesekan.
Resin Melamin Formaldehida
Melamin Formaldehida termasuk resi thermosetting yang monomernya terbuat dari zat dasar
melamin (2,4,6, triamino- 1,3,5, triazine) dan Formaldehida. Dalam kondisi alkali, formaldehida mula-
mula diadisi kedalam ggugus amino dari melamin membentuk senyawa metilol yang merupakan
monomer dari resin ini. Karena melemin memiliki tiga gugus amino dengan enam atom hidrogen yang
mudah diganti dan mempunyai kereaktifan yang sama.
Melamin Formaldehida dalam industri tekstil umumnya dalam bentuk monomer atau zat
antara ini berdifusi kedalam serat kemudian pada pemanasan curing berpolimerisasi membentuk resin
dalam struktur serat.
2. Resin reaktan
Resin reaktan adalah sejenis resin yang bersifat dapat bereaksi dengan serat, jadi resin ini
selain berpolimerisasi sendiri juga mengadakan reaksi membentuk ikatan dengan serat. Ada dua jenis
reaktan yaitu :
- Reaktan siklik
Senyawa ini adalah dwifungsi sehingga tidak dapat membentuk resin thermosetting, tidak
mengandung gugus –NH bebas, sehingga kerusakan karena klor kurang. Serta lebih banyak bereaksi
dengan serat (selulosa) daripada dengan senyawa sendiri, sehingga secara ekonomi lebih
menguntungkan. Contoh reaktan derivat metilol urea siklik adalah dimetilol-dihidroksi-etilena urea
(DMDHEU).
- Reaktan linier
Timbulnya reaktan linier adalah dari penelitian mengenai efek formaldehida pada kapas.
Ternyata untuk sifat tahan kusut pada kapas diperlukan 3 % formaldehida yang terikat. Formaldehida
berfungsi sebagai zat pengikat silang, berarti mempunyai dwifungsi, sehingga gugus aktif bukannya
formaldehida HCHO, tapi metilena glikol atau CH 2(OH)2. Contoh resin reaktan linier ialah uretan
yang berhubungan dengan urea dan merupakan ester dari asam karbamat.
Pembentukan resin terjadi di celah-celah dari bagian amorf selam proses pemanasawetan.
Reaksi tersebut terjadi karena terbentuknya ikatan metilen dan eter dari gugus reaktif prakondensat
yang disertai dengan pembebasan air dan formaldehid. Reaksinya disajikan sebagai berikut :
1. Pembentukan jembatan metilen
>N-CH2-OH + H-N-CH2OH >N-CH2-N-CH2OH + H2O
2. Pembentukan jembatan eter :
>N-CH2-OH + HO-CH2-N< >N-CH2-O-CH2-N + H2O
3. Pembentukan jembatan metilen denagn pembebasan formaldehid
>N-CH2-OH + OH-CH2-N< >N-CH2-N< + H2O + CH2O
Pada saat terbentuknya resin, gugus-gugus aktif dari prakondensat ini juga akan mengikat
gugus –OH dari rantai molekul selulosa yang berdekatan sehingga terjadi ikatan silang antar molekul
selulosa yang berdekatan sehingga terjadi ikatan silang antar molekul selulosa melalui jembatan resin.
Reaksinya disajikan sebagai berikut.
2 sel-OH +HO-H2C-resin-CH2-OH Sel-O-H2C-resin-CH2-O-Sel + H2O
Resin yang masuk kedalam serat akan berpolimer menghasilkan molekul resin yang kompleks
dengan membentuk ikatan silang sehingga resin tidak dapat bermigrasi kembali keluar dari serat.
Selain itu resin akan mengikat susunan bagian molekul serat satu sama lain sehingga serat menjadi
lebih terikat yang akan mencegah kecenderungan rantai molekul selulosa untuk saling menggelincir
akibat tekanan mekanik yang diberikan sehingga serat tidak berubah bentuk dan tahan kusut.

II. PERCOBAAN

Pada percobaan kali ini peralatan yang digunakan antara lain ; piala gelas, pengaduk, neraca
analitik, mesin padder dan dryer. Sedangkan zat kimia yang dipakai antara lain ; resin Finish LF liquid
dan BT 336, katalisator MgCl2.6 H2O, zat warna reaktif, NaCL dan Na 2CO3. Adapun resep yang
digunakan dalam percobaan kali ini :

R/tahan kusut :
Fnish Lf Liquid (DMDHEU) : 30-80 g/l
BT 336 (MF modifikasi) SCL : 30-80 g/l
MgCl2.6H2O : 20% dari resin
WPU (2 dip 2 nip) : 70%
Pengeringan : 800C (2 menit)
Pemanas awetan : 1500C (3 menit) dan 1700C (1 menit)

R/celup : R/cuci sabun :


Zat warna reaktif dingin :2% Teepol : 1 cc/l
NaCl : 20 g/l Na2CO3 : 1 g/l
Pembasah : 1 g/l Vlot : 1 : 30
Vlot : 1 : 30 Suhu : 60oC
Suhu : kamar Waktu : 15 menit
Waktu : 45 menit

Adapun langkah kerjanya yaitu pertama-tama alat dan bahan disiapkan serta dihitung berat
bahan dan kebutuhan zat, kemudian dilakukan peresinan dimana jumlah bahan dibagi 2 untuk resin
DMDHEU dan BT 336. Setelah direndam peras, kemudian masing-masing bahan dikeringkan dengan
suhu 80oC selama 2 menit. Selanjutnya diteruskan dengan proses pemanas awetan dengan suhu 150 oC
dan 170oC selama 3 menit. Setelah proses peresinan selesai, dilanjutkan dengan proses pencelupan
menggunakan zat warna reaktif dingin selama 45 menit dan diteruskan dengan proses cuci sabun.
Setelah proses selesai, dilakukan pengujian K/S, kekuatan tarik, kekakuan, serta ketahanan kusut dari
kain yang telah diresin.
Sampel kain celup (hasil peresinan tahan kusut dengan konsentrasi resin sebesar 70 g/l)

Resin Finish LF BT 336


Pemanasawetan 150oC 170oC 150oC 170oC

III. DISKUSI

Percobaan penyempurnaan tahan kusut ini mempengaruhi sifat-sifat fisik kain sehingga perlu
dilakukan pengujian-pengujian terhadap faktor yang dianggap terpengaruh tersebut, seperti pengujian
K/S, kekakuan, ketahanan kusut dan kekuatan tarik. Namun untuk pengujian kekuatan tarik tidak
dapat kami lakukan karena keterbatasan waktu yang ada untuk melakukan pengujian dengan lab yang
bersangkutan.

Pengujian K/S
Kalau dilihat dari data K/S terhadap konsentrasi resin berikut ini :

Tabel K/S Kain Kapas 100% setelah Proses Penyempurnaan Tahan Kusut

Konsentrasi 1 2 3 4 5 6
Resin 30 40 50 60 70 80
LF 150 11,458 11,234 10,983 9,6393 12,642 11,782
170 15,571 10,060 12,006 12,605 10,786 10,275
BT 150 13,222 13,297 13,303 11,775 10,731 9,052
170 11,646 12,006 12,717 12,984 13,468 13,942

Dari tabel di atas dapat kita peroleh kesimpulan bahwa kecenderungan kain untuk menyerap
zat warna semakin menurun hal ini disebabkan karena semakin banyak konsentrasi resin maka
molekul kapas akan semakin komplek dan merata, sehingga rongga udara semakin sempit dengan kata
lain bagian amorfnya semakin sedikit karena sudah terisi oleh resin yang membentuk ikatan silang
dengan molekul kapas. Sehingga dengan semakin sedikit bagian amorf serat kapas maka akses zat
warna yang masuk kedalam serat akan sulit. Namun ada juga yang dengan semakin besar konsentrasi
resin nilai K/S nya juga semakin besar, hal ini dapat dimungkinkan karena resin yang ditambahkan
tidak dapat bekerja dengan optimum atau tidak bereaksi sempurna dengan molekul serat sehingga
banyak zat warna dapat berdifusi kedalam serat. Yang untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
grafik K/S terhadap konsentrasi resin.

Selain itu penghambatan penyerapan zat warna (khususnya zat warna reaktif ) adalah karena
bagian hidroksil primer selulosa sudah berikatan silang dengan resin yang bersifat reaktan sehingga
kemungkinan zat warna reaktif berikatan sangat kecil.
Grafik Hubungan K/S dengan Konsentrasi Resin Tahan
Kusut
20

15
LF 1
K/S 10 LF 2
BT 1
5
BT 2
0
30 40 50 60 70 80
Konsentrasi (g/L)

Uji tahan kusut


Uji tahan kusut yang dilakukan kali ini hanya berdasarkan data kelompok 6 saja karena data
yang kami peroleh dari kelompok lain tidak 100% ada, sehingga sulit bagi kami untuk menganalisa
data secara keseluruhan.
Sifat kusut sebenarnya terjadi karena serat selulosa memiliki ikatan hidrogen antar molekul
serat, karena mendapat gaya dari luar maka ikatan-ikatan hidrogen ini tidak menyambung dengan
molekul yang sama sehingga terjadi lipatan/ posisi molekul tidak tertata. Dengan penyempurnaan resin
anti kusut dimaksudkan untuk meningkatkan lipatan permanen, sehingga kain yang telah diberi resin
anti kusut ini tidak akan kusut dengan lipatan-lipatan kecil, meskipun terjadi lipatan crease
recoverynya tetap akan lebih baik dibanding sebelumnya. Sehingga apabila kain yang telah diresin anti
kusut ini disetrika lipatannya akan menjadi permanen dan rapi, karena derajat kekusutannya telah
meningkat.
Penaikan daya tahan kusut dari kain yang dikerjakan dengan resin disebabkan karena adanya
reaksi ikatan silang (cross lingking) dan pengisian bagian-bagian amorf serat. Hal ini menyebabkan
rantai-rantai molekul serat lebih berikat satu sama lain dan serat menjadi lebih kaku dan kompak.
Adanya susunan serat yang demikian ini mengurangai kecenderungan susunan-susunan serat untuk
saling menggelincir apabila diserat diberi tekanan atau lipatan dengan demikian akan diperoleh
ketahanan terhadap kekusutan.
Mekanisme penyempurnaan tahan kusut pada kain kapas itu sendiri yaitu terjadi reaksi
polikondensasi monomer – monomer yang akan bergabung membentuk jaringan tiga dimensi yaitu
membentuk polimer. Disamping itu senyawa-senyawa ini juga mengikat gugus-gugus OH selulosa
yang berdekatan membentuk jembatan eter sehingga terjadi ikatan silang antar satu rantai selulosa
dengan rantai selulosa yang lainnya. Jadi dengan adanya resin tersebut pada serat akan mengubah
perpanjangan palstis menjadi perpanjangan elastis. Berdasarkan hasil pengujian sudut kembali, tampak
bahwa semakin tinggi konsentrasi resin, semakin besar sudut kembalinya sampai batas tertentu.
Dengan demikian semakin tinggi konsentrasi resin yang digunakan, maka ketahanan kusutnya juga
akan semakin baik sampai batas tertentu.
Tabel Crease Recovery Kain Kapas 100%
Dengan Konsentrasi Resin 70 g/l

Konsentrasi Sudut Sudut


Resin Awal akhir
LF 150 750 900
170 900 950
BT 150 850 950
170 900 930

Kalau dilihat dari tabel diatas ketahanan sudut yang paling optimum terjadi pada
pemanasawetan 150oC, hal ini dimungkinkan pada suhu tersebut merupakan suhu yang maksimum
untuk terjadinya ikatan silang dan pengisian bagian-bagin amorf, sehingga molekul serat lebih
terorientasi dengan susunan serat yang demikian ini maka akan mengurangi kecenderungan susunan-
susunan serat untuk saling menggelincir apabila pada serat diberi tekanan atau lipatan, sehingga pada
kondisi inilah serat akan memiliki ketahanan kusut yang lebih baik.

UJi kekakuan
Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh resin dan pemanasawetan
terhadap kekakuan serat. Kekakuan disebabkan karena molekul serat tidak dapat mendistribusikan
gaya-gaya yang diberikan pada seluruh rantai molekul secara merata. Sifat kaku ini berhubungan
dengan kenyamanan kainyang akan dipakai, selain itu sifat kaku ini juga berhubungan dengan sifat
kelangsaian.
Kain yang disempurnakan dengan penyempurnaan tahan kusut, kain tersebut akan lebih kaku
dibanding sebelumnya hal ini dapat terjadi karena setelah dilakukan peresinan pada serat akan
terbentuk jaringan tiga dimensi serta ikatan silang sehingga rantai molekul serat akan saling berikatan
satu sama lain. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel kekakuan berikut ini :

Tabel Kekakuan Pada Kain Kapas 100%


Dengan Konsentrasi Resin 70 g/l

Resin Suhu Kekakuan


LF 150 1,6
170 1,5
BT 150 1,5
170 1,45

Untuk pemanasawetan pada 150oC nilai kekakuannya lebih besar dibanding dengan
pemanasawetan pada suhu 170oC. Sama halnya dengan penjelasan pada uji tahan kusut pada suhu
150oC inilah dimana tejadi degradasi rantai-rantai molekul jadi apabila diberi gaya, gaya-gaya tersebut
tidak akan terdistribusi secara merata pada seluruh rantai-ranyai molekul. Hal inilah yang
menyebabkan kain akan lebih kaku. Sebab lainnya yang menyebabkan kekakuan lebih besar pada suhu
150oC ini yaitu ketika suhu mencapai 170 oC resin tidak dapat bekerja secara optimum atau rusak
sehingga tidak atau sedikit terjadi ikatan silang selain itu masih tersedianya bagian amorf yang tidak
terisi oleh resin pada waktu peresinan terjadi, dengan kata lain pada suhu tersebut akan terjadi
degradasi rantai-rantai molekul, sehingga kekakuannya lebih rendah.

IV. KESIMPULAN

1. Dengan resin yang semakin banyak sifat celup kain kapas terhadap zat warna reaktif menurun,
sedangkan tahan kusut dan crease recoverynya semakin bertambah..
2. Suhu pemanasawetan optimum untuk penyempurnaan tahan kusut ini adalah yaitu 150 oC.

DAFTAR PUSTAKA

 Muhli, Djumena. 1974. Suatu Studi Tentang Pemanas Awetan Pada Proses Finish
Resin Terhadap Sifat Anti Kusut dan Kekuatan Tarik Kain Campuran Poliester-Kapas.
Bandung : ITT
 Ruswita, Ita. 2001. Studi Penyempurnaan Tahan Kusut Menggunakan Resin
DMDHEU (FIXAPRET NR) Simultan dengan Pencelupan Zat Warna Dispersi (Palanyl Red
BFY) Pada Poliester-Kapas 65 %-35 %. Bandung : STTT
 Setiadhi, Asep. 1996. Pengaruh Pemakaian Katalis MgCl2 dan Resin DMDHEU
Pada Proses Penyempurnaan Tahan Kusut Untuk Campuran Poliester-Kapas 65 %-35 %.
Bandung : STTT
 Soemarto, S.Teks, dkk. 1973. Teknologi Penyempurnaan Tekstil. Bandung : ITT
 Wulandari, Dinny. 2001. Pengaruh Konsentrasi Resin DMDHEU (KNITTEX
FPR) Terhadap Kadar Formaldehida Bebas dan Sifat Fisik Poliester-Kapas 65 %-35 %.
Bandung : STTT
LAPORAN PRAKTIKUM EVALUASI 3

PENGARUH RESIN DMDHEU DAN BT 336 TERHADAP KETAHANAN KUSUT, KEKAKUAN DAN
DAYA SERAP ZAT WARNA

NAMA : IWAN DENI S


NRP : 01.P.2711
GRUP : K-3
DOSEN : M WIDODO, AT, MM
ASISTEN : DARSO/SOLEHUDIN
TANGGAL : 30 APRIL 2004

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEKSTIL


BANDUNG
2003
LAPORAN PRAKTIKUM
PENYEMPURNAAN I

PENYEMPURNAAN RESIN TAHAN KUSUT

PADA KAIN KAPAS 100%

Disusun oleh :

NAMA : MUCHSININ

NRP : 01.P.2718

GROUP :K–3
DOSEN : M.WIDODO, A.T.
ASISTEN : Drs. SOLEHUDIN
DARSO
TGL PRAKTIKUM : 15 APRIL 2004

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEKSTIL


BANDUNG
2004
4.2.1 Resin DMDHEU
Penggunaan resin secara dalam, resin masuk ke dalam serat, sehingga memberikan efek/
sifat permanen kepada serat seperti lemas, tahan kusut dan sebagainya. Pembentukan resin
sintetik terjadi menurut dua cara yaitu :
1. Secara polimerisasi kondensasi yang bersifat termosting.
2. Secara polimerisasi adisi yang bersifat termoplastik.
Resin yang termasuk ke dalam termosting adalah :
- Fenoplast produk dari fenol-formaldehida.
- Aminoplast produk dari urea formaldehid
- Resin fenol formaldehid warnanya akan berubah jika terkena cahaya sehingga
jarang digunakan.
Resin urea formaldehid warnanya putih sehingga banyak digunakan.
Pada saat glioksal bereaksi dengan urea dalam suasana asam ataupun alkali selama 8 sampai 16
jam, suhu kamar akan terbentukkristal dehidroksietilen urea seperti terlihat pada gambar di
bawah ini :

HO-CH-NH
CHO H2N C=O
C=O HO-CH-NH

CHO H2N

Gambar 4.3

Reaksi pembentukan kristal dihidroksietilen urea

(Prof.V>A Shenai and Dr.Naresh M.Saraf,Technology of textiles finishing, hal 180 )

Kristal dihidroksietilen kemudian direaksikan dengan formaldehida dengan

perbandingan 1 : 2 pH 7-8 menggunakan NaOH dengan suhu kamar selama 8-16 jam

. Reaksi ini ditunjukkan dengan gambar di bawah ini.


HO-CH-NH

C=O + 2HCHO

HO-CH-NH

(OH) pH 7-8

CH2OH

HO-CH-N

C=O

HO-CH-N

CH2OH

(DMDHEU)

Gambar 4.4

Reaksi pembentukan DMDHEU

(Prof.V>A Shenai and Dr.Naresh M.Saraf,Technology of textiles finishing, hal 180 )

DMDHEU memiliki 4 buah gugus –OH dan dalam hal ini memungkinkan adanya

kemampuan bereaksi dengan serat selulosa.b

Anda mungkin juga menyukai