Eksperimen Fisika
Oleh: Valentinus Galih V.P., M.Sc., S.Si[1] Endah Purnomosari,S.T. [2]
[1] Staf Pengajar Lab.Fisika Politeknik STT Tekstil, Bandung
[2] PLP Laboratorium Fisika, Politeknik STT Tekstil, Bandung
PENGANTAR EKSPERIMEN FISIKA
Penulis:
ISBN :978-602-72713-0-2
Editor :
Fransiska Vidiyana, S.T
Penyunting :
Andi Risnawan, S.T
Penerbit :
CV. Mulia Jaya
Redaksi :
Jalan Anggajaya II No. 291-A,
Condong Catur
Kabupaten Sleman, Yogyakarta
Telp: 0812-4994-0973
cv.muliajaya291@yahoo.com
iii
2 DASAR TEORI 46
3 METODE EKSPERIMEN 48
4 HASIL DAN PEMBAHASAN 49
5 KESIMPULAN DAN SARAN 52
6 DAFTAR PUSTAKA 53
APPENDIKS 54
BIOGRAFI PENULIS 65
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat tak terhingga
sehingga penulis dapat menyeleseikan buku ini. Buku ini ditulis dengan maksud untuk membantu pelajar
dan mahasiswa dalam melakukan ekperimen fisika.
Terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan buku ini,
yaitu :
1. Ketua Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil
2. Kepala Jurusan Teknik Tekstil atas bantuan supportnya
3. Kepala Laboratorium Fisika Dasar
4. Teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu per satu namanya
Kami menyadari bahwa dalam buku ini ada sejumlah kekurangan. Oleh karena itu, saran dan komentar
sangat dinantikan untuk perbaikan selanjutnya. Meskipun demikian, kami tetap berharap semoga buku
ini bermanfaat.
Penulis
v
BAB 1 TEORI RALAT
[1] [2]
Oleh: Valentinus Galih V.P., M.Sc., S.Si Endah P.S.T.
[1]
Staf Pengajar Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil, Bandung
[2]
PLP Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil, Bandung
galih_vidia@yahoo.com
Abstrak
Pada eksperimen ini akan diberikan cara menggunakan teori ralat untuk mengukur luas permukaan balok
(lempangan A suatu benda berbentuk balok). Pengukuran menggunakan suatu volume tertentu dengan
pengabaian ketebalan balok ( untuk pengukuran luas permukaan balok) dan menggunakan alat ukur penggaris.
Eksperimen akan dilakukan secara pengukuran tunggal dan pengukuran berulang. Hasil yang didapatkan adalah
luasan balok pengukuran tunggal 𝐴 ± ∆𝐴 = 1,35 ± 0,01 . 102 𝑐𝑚2 . pengukuran berulang dapat dilakukan ol eh
praktikan untuk memperlihatkan bahwa ralat pengukuran berulang akan menghasilkan ralat yang lebih baik.
Tujuan dari eksperimen ini adalah praktikan mempunyai kemampuan menggunakan teori ralat dalam melakukan
eksperimen serta mengerti cara penulisan ilmiah.
1. PENDAHULUAN
Di dalam melakukan pengukuran seperti panjang, massa, waktu dan sebagainya terdapat suatu
keterbatasan alat ukur dan keterbatasan panca indera yang dapat mengakibatkan hasil pengukuran yang
teramati menjadi berbeda antara orang yang satu dengan orang yang lain, walaupun objek yang diamati
dan alat ukur yang digunakan adalah sama, semisal dalam mengukur panjang suatu bahan.menurut
Halliday (1997), mengatakan bahwadi dalam dunia internasional (National Institute of Standards and
Technology (NIST) di Gaithersburg, Maryland) telah disepakati bahwa cara untuk melakukan pengukuran
eksperimental di dunia teknik dan sains harus memperlihatkan nilai ketidakpastian ( teori ralat).Tanpa
adanya nilai ketidakpastian ini, maka suatu eksperimen menjadi tidak ada artinya
(meaningless).Umumnya dalam melakukan pengukuran dapat dituliskan 𝑥 ± ∆𝑥, yang bermakna x adalah
besaran yang teramati, sedangkan ∆𝑥 adalah nilai ralatnya atau angka ketidakpastian. Pada bab ini akaPn
dibahas bagaimana cara menentukan teori ralat dari suatu pengukuran.
2. DASAR TEORI
Dalam melakukan pengukuran tunggal ( sekali pengukuran) dapat digunakan ralat tunggal, umumnya
1
untuk menentukan ralat tunggal yaitu dengan menggunakan 𝑁𝑆𝑇, yaitu setengah sekala terkecil ( misal
2
1 1 1
pengukuran menggunakan penggaris ∆𝑥 = 0,1 = 0,05) , tetapi dapat pula digunakan 𝑁𝑆𝑇, 𝑁𝑆𝑇 dsb,
2 3 5
Dalam melakukan pengukuran berulang(minimal tiga kali pengukuran) dapat digunakan ralat berulang,
umumnya untuk menentukan ralat berulang yaitu dengan menggunakan standar deviasi, yang merupakan
fungsi probabilitas. Menurut Boas (2006) untuk x adalah suatu besaran yang terukur secara eksperimen
dan dilakukan sebanyak Ni kali untuk tiap 𝑖 dengan menggunakan metode yang sama ( semisal mengukur
panjang suatu benda pada daerah yang sama) dan dilakukan suatu pengukuran total secara berulang
sebanyak N kali pengukuran untuk total pengukuran 𝑖, semisal daerah ukur panjangnya berbeda cara
dalam mengamati ( vertical atau horizontal) , seperti pada Gambar-1 di bawah
Besar rerata( harga ekspektasi) atau averagevalue dari pengukuran untuk 𝑝𝑖 adalah suatu fungsi
probabilitas 𝑓 𝑥 𝑖 dengan sebanyak Ni kali, maka dapat dituliskan sebagai berikut ( Boas, 2006)
𝑛 𝑛
1
𝑎𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 𝑜𝑓 𝑥 = 𝐸(𝑥) = 𝜇 = 𝑥 = 𝑥 = 𝑁𝑖 𝑥𝑖 = 𝑝𝑖 𝑥𝑖 … (1)
𝑁
𝑖=1 𝑖=1
𝑝𝑖 adalah suatu fungsi probabilitas 𝑓 𝑥𝑖 dengan pengukuran Ni sebanyak sekali pengukuran tetapi
dilakukan pengukuran berulang sebanyak N kali pengukuran dengan metode yang diubah , maka besar
rerata pengukuran adalah
𝑛 𝑛
1
𝑎𝑣𝑒𝑟𝑎𝑔𝑒 𝑜𝑓 𝑥 = 𝜇 = 𝑥 = 𝑥 = 𝑥𝑖 = 𝑝𝑖 𝑥𝑖 … (2)
𝑁
𝑖=1 𝑖=1
Untuk menentukan besar penyebaran data ( dispersion/ spread) maka pertama-tama dilakukan pendataan
seberapa besar perbedaan tiap pengukuran terhadap rerata atau nilai average value-nya, beberapa dari
deviasi ini akan bernilai positif dan negative. Dan jika direratakan hasil ini, maka akan didapatkan nilai
nol, maka setiap deviasi haruslah dikuadratkan, sehingga kita dapatkan besar variasi dari random variable
yang merupakan sebaran datanya, yaitu sebesar
𝑖=1 𝑖=1
Variansi umumnya disebut sebagai dispersion jika besar data xi nilainya mendekati reratanya, maka nilai
variansi-nya kecil, sehingga 𝑉𝑎𝑟 𝑥 kecil. Besar sebaran data pengukuran adalah akar dari 𝑉𝑎𝑟 𝑥 yang
biasa disebut sebagai deviasi standar dari x yang dapat dituliskan sebagai berikut ( Boas, 2006)
Untuk menentukan besar deviasi standar sebagai fungsi 𝑉𝑎𝑟(𝑥), maka dapat digunakan rumusan berikut
𝑠2 = 𝑝𝑖 𝑥𝑖 − 𝑥 2 … (5)
𝑖=1
𝑛 𝑛
𝑠 2 = 𝑝𝑖 𝑥𝑖 − 𝜇 − 𝑥 − 𝜇 2 = 𝑝𝑖 𝑥𝑖 − 𝜇 2 − 2 𝑥𝑖 − 𝜇 𝑥 − 𝜇 + 𝑥 − 𝜇 2 … (6)
𝑖=1 𝑖=1
𝑠2 ≅ 𝜎𝑥 2 + 𝑝𝑖 −2 𝑥𝑖 − 𝜇 𝑥 − 𝜇 + 𝑥 − 𝜇 2 … (7)
𝑖=1
𝑛 𝑛
𝑝𝑖 −2 𝑥 𝑖 − 𝜇 𝑥 −𝜇 + 𝑥 − 𝜇 2 ≅ 𝑝𝑖 − 𝑥 − 𝜇 2 … (8)
𝑖=1 𝑖=1
𝑠 2 = 𝜎𝑥 2 − 𝑝𝑖 𝑥 − 𝜇 2 … (9)
𝑖=1
2
𝑛 𝑛
𝑠 2 = 𝜎𝑥 2 − 𝑝𝑖 𝑝𝑗 𝑥𝑗 − 𝜇 … (10)
𝑖=1 𝑗=1
2
𝑛 𝑛
𝑁𝜎𝑥 1 2 1
𝑠2 = − 𝑥𝑗 − 𝜇 … (11)
𝑁 𝑁 𝑁
𝑖=1 𝑗=1
2
𝑛
1 1 2
𝑥𝑗 − 𝜇 = 𝑥𝑗 − 𝜇
𝑁 𝑁
𝑗=1
𝑛 𝑛
𝑁𝜎𝑥 2 1 1
𝑠2 = − (𝑥 − 𝜇) 2 … (12)
𝑁 𝑁 𝑁 𝑗
𝑖=1 𝑗 =1
𝑁𝜎𝑥 2 𝜎𝑥 2 𝑁−1
𝑠2 = − = 𝜎𝑥 2 … (13)
𝑁 𝑁 𝑁
𝑛 𝑛
𝑁 𝑁 1
𝜎𝑥 = 𝑠2 = 𝑝𝑖 𝑥𝑖 − 𝑥 2 = 𝑥𝑖 − 𝑥 2 … (14)
𝑁 −1 𝑁−1 𝑁−1
𝑖=1 𝑖=1
𝑛 𝑛
1 2
1
𝜎𝑥 = 𝑥𝑖 − 𝑥 = 𝑥 𝑖 2 − 2𝑥𝑖 𝑥 + 𝑥 2 … (15)
𝑁− 1 𝑁− 1
𝑖=1 𝑖=1
Jika nilai 𝜎𝑥 dibagi dengan 𝑁, yang merupakan standar deviasi 𝜎𝑒𝑟𝑟 ( Boas, 2006)
𝑛
𝑛 2
𝜎𝑥 1 1 2 𝑖=1𝑥𝑖 − 𝑥
𝜎𝑒𝑟𝑟 = = 𝑥𝑖 − 𝑥 = … (16)
𝑁 𝑁 𝑁−1 𝑁(𝑁 − 1)
𝑖=1
𝜎𝑥 1
𝜎𝑒𝑟𝑟 = = 𝑥𝑖 2 − 2 𝑥 𝑥𝑖 + 𝑥 2 … (17)
𝑁 𝑁 𝑁 −1
2
𝜎𝑥
1 𝑁 𝑥 𝑖 2 − 2 𝑥 𝑖 𝑥𝑗 + 𝑁 −1 𝑥𝑗
𝜎𝑒𝑟𝑟 = = … (18)
𝑁 𝑁 𝑁−1
2
𝜎𝑥 1 𝑁 𝑥𝑖 2 − 𝑥𝑗
≅ … (20)
𝑁 𝑚𝑎𝑥
𝑁 𝑁−1
2
1 𝑁 𝑥𝑖 2 − 𝑥𝑗
𝜎𝑒𝑟𝑟 𝑚𝑎𝑥 ≅ … (21)
𝑁 𝑁 −1
𝜎𝑒𝑟𝑟 adalah error standar , yang merupakan harga sebaran estimasi dari nilai rerata 𝑥 . Persamaan (16)
dan persamaan (21) dapat digunakan sebagai ralat dari pengukuran berulang. Persamaan (21) akan
memperlihatkan nilai pengukuran ralat berulang yang maksimum. Kedua persamaan dapat digunakan
untuk memperlihatkan besar standar deviasi sebaran data eksperimen.
Ralat untuk satu variable telah dijabarkan pada subbab sebelumnya baik secara pengukuran tunggal
ataupun secara pengukuran berulang. Dalam hal pengukuran tunggal untuk ralat lebih dari satu variable
sebagai contoh adalah volume 𝑉(𝑝, 𝑙, 𝑡) yang mana volume adalah sebagai fungsi panjang, lebar dan
tinggi
𝑉 𝑝𝑖 ,𝑙 𝑖 ,𝑡𝑖 = 𝑝𝑖 . 𝑙𝑖 .𝑡𝑖 = 𝑝. 𝑙. 𝑡
Untuk mendapatkan besar ralat volume pengukuran tunggal, maka dapat digunakan deret Taylor
𝑉 𝑝, 𝑙, 𝑡
𝜕𝑉 1 𝜕2 𝑉 2+
𝜕𝑉 1 𝜕2 𝑉 2
= 𝑉𝑜 + 𝑝− 𝑝 + 𝑝− 𝑝 𝑙− 𝑙 + 𝑙− 𝑙
𝜕𝑝 2 𝜕𝑝 2 𝜕𝑙 2 𝜕𝑙 2
𝜕𝑉
+ 𝑡− 𝑡 + ⋯ … (22)
𝜕𝑡
𝜕𝑉 𝜕𝑉 𝜕𝑉
𝑉 𝑝, 𝑙, 𝑡 = 𝑉𝑜 + 𝑝− 𝑝 + 𝑙− 𝑙 + 𝑡− 𝑡 + ⋯ … (23)
𝜕𝑝 𝜕𝑙 𝜕𝑡
𝜕𝑉 𝜕𝑉 𝜕𝑉
𝑉 𝑝, 𝑙, 𝑡 − 𝑉𝑜 = 𝑝− 𝑝 + 𝑙− 𝑙 + 𝑡 − 𝑡 … (24)
𝜕𝑝 𝜕𝑙 𝜕𝑡
𝜕𝑉 𝜕𝑉 𝜕𝑉
𝜎𝑉𝑜𝑙 = 𝜎𝑝 + 𝜎𝑙 + 𝜎
𝜕𝑝 𝜕𝑙 𝜕𝑡 𝑡
𝜕𝑉 𝜕𝑉 𝜕𝑉
𝜎𝑉𝑜𝑙 = 𝜎𝑝 + 𝜎𝑙 + 𝜎 … (26)
𝜕𝑝 𝜕𝑙 𝜕𝑡 𝑡
𝜕𝑉 𝜕𝑉 𝜕𝑉
∆𝑉 = ∆𝑝 + ∆𝑙 + ∆𝑡 … (27)
𝜕𝑝 𝜕𝑙 𝜕𝑡
Ralat untuk satu variable telah dijabarkan pada subbab sebelumnya baik secara pengukuran tunggal
ataupun secara pengukuran berulang. Dalam hal pengukuran berulang untuk ralat lebih dari satu variable
sebagai contoh adalah volume 𝑉(𝑝, 𝑙, 𝑡) yang mana volume adalah sebagai fungsi panjang, lebar dan
tinggi 𝑉 𝑝𝑖 ,𝑙 𝑖 ,𝑡𝑖 = 𝑝𝑖 . 𝑙𝑖 .𝑡𝑖 = 𝑝. 𝑙. 𝑡, maka untuk mendapatkan besar ralat volume pengukuran berulang,
yaitu melalui kaitan suatu fungsi yang memiliki suatu sifat
𝑓 𝑤 = 𝑓 𝑥. 𝑦. 𝑧 = 𝑓 𝑥 + 𝑓 𝑦 + 𝑓 𝑧 … (28)
𝑓 𝜎𝑉𝑜𝑙 2 = 𝑓 𝜎𝑝 2 + 𝑓 𝜎𝑙 2 + 𝑓 𝜎𝑡 2 … (29)
2 2 2
𝜕𝑉 𝜕𝑉 𝜕𝑉
𝜎𝑉𝑜𝑙 2 = 𝜎𝑝 2 + 𝜎𝑙 2 + 𝜎𝑡 2 … (30)
𝜕𝑝 𝜕𝑙 𝜕𝑡
2 2 2
𝜕𝑉 2
𝜕𝑉 2
𝜕𝑉
𝜎𝑉𝑜𝑙 = 𝜎𝑝 + 𝜎𝑙 + 𝜎𝑡 2 … (31)
𝜕𝑝 𝜕𝑙 𝜕𝑡
Dalam hal penulisan angka penting dapat menggunakan rumusan angka penting (A.P) yaitu
∆𝑥
𝐴. 𝑃 = . 100% … (32)
𝑥
Dapat dilihat pada Tabel-1 aturan sebagai berikut
3. METODE EKSPERIMEN
Pada metode eksperimen akan dijabarkan bagaimana metode yang digunakan serta alat dan bahan yang
dipakai dalam eksperimen ini.
Penggaris
Balok kayu berbagai ukuran
Jangka sorong
Mikrometer sekrup
𝑝 ± ∆𝑝 = 16,10 ± 0,05 𝑐𝑚
𝑙 ± ∆𝑙 = (8,40 ± 0,05)𝑐𝑚
𝐴 = 𝑝. 𝑙 = 135,24 𝑐𝑚2
𝜕𝐴 𝜕𝐴
∆𝐴 = ∆𝑝 + ∆𝑙
𝜕𝑝 𝜕𝑙
1,22
𝐴. 𝑃 = . 100% = 0,9% = 3 𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑡𝑖𝑛𝑔
135,24
Dapat dilakukan hal yang serupa untuk pengukuran berulang untuk mendapatkan luas pengukuran
berulang yaitu melalui pengukuran panjnag dan lebar secara berulang, misalkan setelah dilakukan
pengukuran berulang didapatkan bahwa
𝑝 ± ∆𝑝 = 16,091 ± 0,001 𝑐𝑚
𝑙 ± ∆𝑙 = (8,412 ± 0,002)𝑐𝑚
2 2
𝜕𝐴 𝜕𝐴
𝜎𝐴 = 𝜎𝑝 2 + 𝜎𝑙 2
𝜕𝑝 𝜕𝑙
5.1. Kesimpulan
Telah dipelajari cara menggunakan ralat baik secara berulang maupun secara pengukuran tunggal untuk
menghitung luasan suatu permukaan balok. Hasil pengukuran tunggal adalah 𝐴 ± ∆𝐴 = 1,35 ±
0,01 . 102 𝑐𝑚2 sedangkan hasil pengukuran berulang adalah 𝐴 ± 𝜎𝐴 .
5.2. Saran
Dapat dilakukan percobaan dengan mencari volume benda, percobaan dengan bahan lain dengan
menggunakan volume suatu benda yang tidak beraturan, sehingga praktikan akan lebih mahir dalam
menggunakan teori ralat ini.
6. DAFTAR PUSTAKA
[1] Mary L. Boas, Mathematical Methods in The Physical Sciences, John Wiley and Sons Inc ,
Canada, 2006.
[2] Halliday, D., Resnick, R., Walker, Fundamenthal of Physics-Extended, 5th, John Wiley & Sons,
New York 1997.
Abstrak
Pada eksperimen ini akan diberikan salah satu metode untuk menentukan densitas massa jenis berbagai larutan,
semisal larutan air murni, larutan air garam, larutan alkohol dsb. Pada eksperimen ini akan digunakan neraca teknis
dan persamaan Hukum newton untuk memperlihatkan bahwa teori pada hukum Newton sesuai dengan hasil
eksperimen. Teori ralat juga digunakan dalam eksperimen ini.Praktikan diminta untuk melakukan pengukuran
tunggal ataupun berulang. Tujuan dari eksperimen ini adalah praktikan mempunyai kemampuan menggunakan
teori ralat dalam melakukan eksperi men serta mengerti cara penulisan ilmiah serta dapat menggunakan neraca
teknis untuk menentukan densitas massa jenis zat cair
Keyword: Teori ralat, Pengukuran Tunggal, Densitas Massa Jenis Zat Cair
1. PENDAHULUAN
Densitas massa jenis zat dapat ditentukan menggunakan prinsip kerja mekanika Newton yaitu dengan
menggunakan prinsip kerja hukum Archimedes (Halliday, 1997). Densitas adalah massa benda tiap
volume, yaitu dengan rumusan
𝑚
𝜌= 𝑘𝑔/𝑚3 … (1)
𝑉
Untuk menghitung densitas suatu benda dapat digunakan skema percobaan sebagai berikut Gambar-1
Gambar-1 Percobaan densitas massa: a) tanpa zat cair, b) dengan zat cair (Halliday, 1997)
𝐹 = 0 … (2)
𝑇1 = 𝑀𝑔 … (3)
𝐹 = 0 … (4)
𝐵 + 𝑇2 = 𝑀𝑔 … (5)
𝐵 = 𝑀𝑔 − 𝑇2 = 𝑇1 − 𝑇2 … (6)
Besar B adalah besar gaya Buoyant yang merupakan besar gaya reaksi zat cair. Karena T 1 dan T2 masing-
masing dihitung dengan menggunakan neraca teknis, maka variable yang terukur adalah massa, sehingga
besar massa zat cair dapat ditentukan dari
𝐵
= 𝑀𝑧𝑎𝑡 𝑐𝑎𝑖𝑟 = 𝑀𝑇1 − 𝑀𝑇2 … (7)
𝑔
Pada metode eksperimen akan dijabarkan bagaimana metode yang digunakan serta alat dan bahan yang
dipakai dalam eksperimen ini.
diukur panjang balok diukur massa balok diukur massa zat cair diukur massa diukur massa kenaikan
air dan gelas gaya buoyant/ g zat cair
( massa zat cair)
Pada perhitungan tunggal pengukuran panjang , lebar dan tebal didapatkan bahwa
𝑝 ± ∆𝑝 = 3,515 ± 0,005 𝑐𝑚
𝑙 ± ∆𝑙 = (1,587 ± 0,005)𝑐𝑚
𝑡 ± ∆𝑡 = (1,587 ± 0,005)𝑐𝑚
𝑉 = 𝑝. 𝑙. 𝑡 = 8,8486 𝑐𝑚3
𝜕𝐴 𝜕𝐴 𝜕𝐴
∆𝐴 = ∆𝑝 + ∆𝑙 + ∆𝑡
𝜕𝑝 𝜕𝑙 𝜕𝑡
∆𝑉 = 𝑡𝑙 ∆𝑝 + 𝑝𝑡 ∆𝑙 + 𝑝𝑙 ∆𝑡 = 0,003𝑐𝑚 3
𝑉 ± ∆𝑉 = 8,849 ± 0,003
Pengukuran T2
Gambar-5 Pengukuran T2
Didapatkan bahwa
Gambar-6 Pengukuran T1
Pengukuran massa kenaikan air dan gelas secara eksperimen ( Gambar-7) didapatkan
Hasil analisa teori dan hasil pengukuran eksperimen memperlihatkan hasil yang cukup baik. Untuk
memperlihatkan nilai densitas dapat digunakan persamaan (1), sehingga
Dengan mengetahui volume zat cair V≅ 20 𝑚𝑙, maka didapatkan densitas massa zat cair. Besar ralat
dapat ditentukan menggunakan
𝜕𝜌 𝜕𝜌 1 𝑚
∆𝜌 = ∆𝑚 + ∆𝑉 = ∆𝑚 + 2 ∆𝑉
𝜕𝑚 𝜕𝑉 𝑉 𝑉
Telah dipelajari cara menggunakan ralat baik secara berulang maupun secara pengukuran tunggal untuk
menghitung volume suatu permukaan batang zat padat. Pada percobaan ini densitas massa zat cair dapat
diukur dengan menggunakan prinsip kerja mekanika Newtonian dan hasil 𝜌 ± ∆𝜌 𝑒𝑥𝑝 ≈ (0,845 ±
0,006)𝑔𝑟/𝑐𝑚 3 , sedangkan hasil literature (Halliday, 1997) 𝜌 = 1,00𝑔𝑟/𝑐𝑚 3hasil teori menunjukkan
bahwa massa zat cair 𝑀𝑧𝑎𝑡 𝑐𝑎𝑖𝑟 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 = 16,8 = (1,68 ).10 𝑔𝑟 sedangkan hasil eksperimen menunjukkan
bahwa 𝑀𝑧𝑎𝑡 𝑐𝑎𝑖𝑟 𝑒𝑥𝑝𝑒 𝑟𝑖𝑚𝑒𝑛𝑡 = 1,69 ± 0,01 . 10 𝑔𝑟.Pada eksperimen ini adanya ketidaksesuaian antara
eksperimen dengan teori maupun literature lebih dikarenakan keterbatasan alat yang kurang
representative untuk dilakukan percobaan yang baik serta pengukuran tunggal yang memperlihatkan hasil
yang kurang teliti.
5.2. Saran
Dapat dilakukan uji larutan lain dan menghitung besar densitas massa zat cair lain
6. DAFTAR PUSTAKA
[1] Halliday, D., Resnick, R., Walker, Fundamenthal of Physics-Extended, 5th, John Wiley & Sons,
New York 1997.
[2]Mary L. Boas, Mathematical Methods in The Physical Sciences, John Wiley and Sons Inc , Canada,
2006.
[3] Vidia, Galih dan Mulyono , Olimpiade Fisika SMA,CV. Andi Publisher, Yogyakarta, 2011.
Abstrak
Pada eksperimen ini akan diberikan salah satu metode (menggunakan aerometer) untuk menentukan densitas
massa jenis berbagai larutan semisal larutan air murni, larutan air garam, larutan alkohol dsb. dengan
menggunakan prinsip kesetimbangan gaya pada Hukum Newton pertama. Pada eksperimen ini akan digunakan
neraca teknis dan persamaan Hukum newton untuk memperlihatkan bahwa teori pada hukum Newton sesuai
dengan hasil eksperimen. Teori ralat juga digunakan dalam eksperimen ini.Praktikan diminta untuk melakukan
pengukuran tunggal ataupun berulang. Tujuan dari eksperimen ini adalah praktikan mempunyai kemampuan
menggunakan teori ralat dalam melakukan eksperimen serta mengerti cara penulisan ilmiah serta dapat
menggunakan neraca teknis dan aerometer untuk menentukan densitas massa jenis zat cair
Keyword: Teori ralat, Pengukuran Tunggal, Aerometer, Densitas Massa Jenis Zat Cair
1. PENDAHULUAN
Densitas massa jenis zat dapat ditentukan menggunakan prinsip kerja mekanika Newton yaitu dengan
menggunakan prinsip kerja hukum Archimedes (Halliday, 1997). Densitas adalah massa benda tiap
volume, yaitu dengan rumusan
𝑚
𝜌= (𝑔/𝑐𝑚3 ) … (1)
𝑉
Besar densitas air murni adalah sebesar 𝜌 =1,00 gr/ cm3 , densitas larutan garam 𝜌 =1,03 gr/ cm3
sedangkan densitas alcohol adalah 𝜌 =0,81 gr/ cm3 . Untuk menghitung densitas suatu benda dapat
digunakan alat aerometer seperti padaGambar-1
Persamaan gerak saat keadaan massa aerometer ( 41,0 ± 0,5) 𝑔𝑟 dan massa yang akan ditambahkan
𝑚𝑖 𝑔𝑟 saat dalam keadaan diam dan terdapat gaya buoyant B yang memiliki arah ke atas adalah
∑ 𝐹 = 0 … (2)
𝑚𝑖 𝑔 + 𝑚𝑎𝑒𝑟𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑔 = 𝐵 … (3)
𝐵 = 𝑊𝑖 + 𝑊𝑎𝑒𝑟𝑜 … (4)
Besar B adalah besar gaya Buoyant yang merupakan besar gaya reaksi zat cair. Karena T1 dan T2 masing-
masing dihitung dengan menggunakan neraca teknis, maka variable yang terukur adalah massa, sehingga
besar massa zat cair dapat ditentukan dari
𝐵
= 𝑀𝑧𝑎𝑡 𝑐𝑎𝑖𝑟 = 𝑚𝑖 + 𝑚𝑎𝑒𝑟𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 … (5)
𝑔
Pada metode eksperimen akan dijabarkan bagaimana metode yang digunakan serta alat dan bahan yang
dipakai dalam eksperimen ini.
Neraca teknis
Aerometer
Penggaris ( alat ukur )
Massa beban (mi)
Alat tulis
Aerometer ditimbang Gelas ukur diisi Gelas ukur berisi zat cair Massa kenaikan air ditimbang
hingga ketinggian ho( diberi aerometer dan
750 ml) massa tambahan hingga
ketinggian h( 800 ml)
Gambar-2 Skema Percobaan
3.3. Cara kerja
Dihitung massa aerometer
Ditentukan ketinggian awal zat cair (ho=750 ml)
Gelas ukur berisi zat cair diberi aerometer dan massa tambahan hingga ketinggian h( 800 ml)
Massa kenaikan air diambil dan ditimbang
Diukur massa kenaikan zat cair baik secara teori maupun secara eksperimen
Diukur densitas massa menggunakan persamaan (1)
Dilakukan percobaan untuk zat cair yang lain
Pada perhitungan tunggal didapatkan bahwa pada percobaan air murni adalah:
Untuk menentukan massa zat cair secara eksperimen, maka ditentukan terlebih dahulu massa gelas ukur
𝜕𝜌 𝜕𝜌 1 𝑚
|∆𝜌| = | ∆𝑚| + | ∆𝑉| = | ∆𝑚| + | 2 ∆𝑉|
𝜕𝑚 𝜕𝑉 𝑉 𝑉
1 51
|∆𝜌| ≅ | 0,5| + | 0,05| = 0,01
50 2500
𝑔𝑟
(𝜌 ± ∆𝜌)𝑤𝑎𝑡𝑒𝑟 = (1,02 ± 0,01)
𝑐𝑚3
Pada perhitungan tunggal didapatkan bahwa pada percobaan larutan air garam adalah:
Untuk menentukan massa zat cair secara eksperimen, maka ditentukan terlebih dahulu massa gelas ukur
Massa kenaikan zat cair dan gelas secara eksperimen dapat diperlihatkan pada Gambar-3
𝜕𝜌 𝜕𝜌 1 𝑚
|∆𝜌| = | ∆𝑚| + | ∆𝑉| = | ∆𝑚| + | 2 ∆𝑉|
𝜕𝑚 𝜕𝑉 𝑉 𝑉
1 51
|∆𝜌| ≅ | 0,5| + | 0,05| = 0,01
50 2500
𝑔𝑟
(𝜌 ± ∆𝜌)𝑠𝑎𝑙𝑡 = (1,02 ± 0,01)
𝑐𝑚3
Pada perhitungan tunggal didapatkan bahwa pada percobaan larutan alkohol adalah:
Untuk menentukan massa zat cair secara eksperimen, maka ditentukan terlebih dahulu massa gelas ukur
𝜕𝜌 𝜕𝜌 1 𝑚
|∆𝜌| = | ∆𝑚| + | ∆𝑉| = | ∆𝑚| + | 2 ∆𝑉|
𝜕𝑚 𝜕𝑉 𝑉 𝑉
1 41
|∆𝜌| ≅ | 0,5| + | 0,05| = 0,01
50 2500
𝑔𝑟
(𝜌 ± ∆𝜌)𝐴𝑙𝑘𝑜ℎ𝑜𝑙 = (0,82 ± 0,01)
𝑐𝑚3
5.1. Kesimpulan
Telah dipelajari cara menggunakan ralat secara pengukuran tunggal untuk menghitung densitas massa
jenis larutan air murni, larutan garam dan juga alcohol. Hasil eksperimen, hasil teori dan literature
memperlihatkan sebagai berikut pada Tabel-1
Hasil teori (𝑚𝑤𝑎𝑡𝑒𝑟 ± ∆𝑚𝑤𝑎𝑡𝑒𝑟 )𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 (𝑚𝑠𝑎𝑙𝑡 ± ∆𝑚𝑠𝑎𝑙𝑡 )𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 (𝑚𝐴𝑙 ± ∆𝑚𝐴𝑙 )𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 = (4,1
= (5,0 ± 0,1). 10 𝑔𝑟 = (5,0 ± 0,1). 10 𝑔𝑟 ± 0,1). 10 𝑔𝑟
Hasil literature ( 𝑔𝑟 𝑔𝑟 𝑔𝑟
𝜌 = 1,00 𝜌 = 1,03 𝜌 = 0,81
Halliday, 1997) 𝑐𝑚3 𝑐𝑚3 𝑐𝑚3
Pada eksperimen ini dapat diperlihatkan bahwa data eksperimen maupun teori serta literature masih dapat
dipertanggungjawabkan baik dalam metode dan hasil.Secara umum tidak terdapat penyimpangan densitas
5.2. Saran
dapat dilakukan uji larutan lain dan menghitung besar densitas massa zat cair lain
6. DAFTAR PUSTAKA
[1] Halliday, D., Resnick, R., Walker, Fundamenthal of Physics-Extended, 5th, John Wiley & Sons,
New York 1997.
[2]Mary L. Boas, Mathematical Methods in The Physical Sciences, John Wiley and Sons Inc, Canada,
2006.
[3] Vidia, Galih dan Mulyono ,Olimpiade Fisika SMA,CV. Andi Publisher, Yogyakarta, 2011.
Abstrak
Pada eksperimen ini akan diberikan salah satu topik tentang getaran harmonis sederhana ( contoh pada molekul,
atau gerakan redaman di mobil) yang sering digunakan dalam dunia teknik dan sains. Topik getaran sederhana
salah satunya dapat digunakan untuk menentukan percepatan grafitasiserta menentukan konstanta elastisitas
pegas. Pada eksperimen ini akan digunakan persamaan Hukum newton untuk memperlihatkan konstanta grafitasi
serta menentukan nilai konstanta pegas. Teori ralat juga digunakan dalam eksperimen ini.Praktikan diminta untuk
melakukan pengukuran tunggal ataupun berulang. Tujuan dari eksperimen ini adalah praktikan mempunyai
kemampuan menggunakan teori ralat dalam melakukan eksperimen serta mengerti cara penulisan ilmiah serta
dapat menggunakan percobaan konstanta pegas untuk percepatan grafitasi
1. PENDAHULUAN
Dalam kehidupan kita sehari-hari terdapat banyak benda yang bergetar. Gitaris
group band musik terkenal yang memainkan gitar, getaran garpu tala, getaran
mobil ketika mesinnya dinyalakan, demikian juga rumah anda yang bergetar
dahsyat ketika terjadi gempa bumi. Sangat banyak contoh getaran dalam
kehidupan kita.
Getaran dan gelombang merupakan dua hal yang saling berkaitan.Gelombang, baik itu gelombang air
laut, gelombang gempa bumi, gelombang suara yang merambat di udara; semuanya bersumber pada
getaran. Dengan kata lain, getaran adalah penyebab adanya gelombang. Mengenai gelombang,
selengkapnya akan kita pelajari pada pokok bahasan tersendiri. Sekarang terlebih dahulu kita pelajari
pokok bahasan getaran ( Vidia, 2011)
2. DASAR TEORI
Pada model yang paling sederhana ( Gambar-1)redaman dianggap dapat diabaikan, dan tidak ada gaya
luar yang mempengaruhi massa, seperti gaya angin (getaran bebas).Dalam keadaan ini gaya yang berlaku
pada pegas F sebanding dengan panjang peregangan xdikalikan dengan konstanta pegas k, sesuai dengan
hukum Hooke, atau bila dirumuskan secara matematis:
𝐹(𝑝𝑒𝑔𝑎𝑠) = −𝑘𝑥 … (1)
Arah gaya pegas berlawanan arah dengan arah gerak partikel massa mdengan k adalah tetapan pegas.
Sesuai Hukum kedua Newtongaya yang ditimbulkan sebanding dengan percepatan massa:
𝑑𝑣 𝑑2 𝑥
∑𝐹 = 𝑚 = 𝑚 2 … (2)
𝑑𝑡 𝑑𝑡
𝑑2 𝑥
𝑚𝑔 − 𝑘𝑥 = 𝑚 … (3)
𝑑𝑡 2
𝑑2 𝑥
𝑚 + 𝑘𝑥 = 𝑚𝑔 … (4)
𝑑𝑡 2
𝑚𝑥̈ + 𝑘𝑥 = 𝑚𝑔 … (5)
𝑘
𝑥̈ + 𝑥 = 𝑔 … (6)
𝑚
𝑘𝑥 = 𝑚𝑔
𝑔
𝑥= 𝑚 → 𝑦 = 𝑀𝑔𝑟𝑎𝑑𝑖𝑒𝑛 𝑥 … (7)
𝑘
Yang merupakan persamaan garis lurus dengan k=𝑔/𝑀𝑔𝑟𝑎𝑑𝑖𝑒𝑛 . untuk pegas berosilasi dengan suatu
percepatan tertentu, maka
𝑘 𝑘
𝐷1,2 = ±√− = ±𝑖√
𝑚 𝑚
Bila kita menganggap bahwa kita memulai getaran sistem dengan meregangkan pegas sejauh A kemudian
melepaskannya, solusi persamaan di atas yang memberikan gerakan massa adalah:
𝑘 𝑘
𝑥(𝑡) = 𝑔 + 𝐴𝑒𝑥𝑝𝑖√ 𝑡 + 𝐵 exp −𝑖√ 𝑡
𝑚 𝑚
𝑘 𝑘
𝑥(𝑡) = 𝑔 + 𝐴 cos √ 𝑡 + 𝐵 sin √ 𝑡 = 𝑔 + 𝐴 cos 𝜔 𝑡 + 𝐵 sin 𝜔 𝑡 … (8)
𝑚 𝑚
𝑑𝑥
𝑣= = 𝐴𝜔𝑐𝑜𝑠(𝜔𝑡 + 𝛾) … (10)
𝑑𝑡
𝑑𝑣
𝑎= = −𝐴𝜔2 𝑠𝑖𝑛(𝜔𝑡 + 𝛾) … (11)
𝑑𝑡
Solusi ini menyatakan bahwa massa akan berosilasi dalam gerak harmonis sederhana yang memiliki
amplitudoA dan frekuensi f. Bilangan f adalah salah satu besaran yang terpenting dalam analisis getaran,
dan dinamakan frekuensi alami takredam. Untuk sistem massa-pegas sederhana,didefinisikan sebagai:
2𝜋 𝑘
2𝜋𝑓 = = √ … (12)
𝑇 𝑚
1 𝑚
𝑇= √ … (13)
2𝜋 𝑘
Catatan: frekuensi sudutω (ω = 2πf) dengan satuan radian per detik kerap kali digunakan dalam
persamaan karena menyederhanakan persamaan, namun besaran ini biasanya diubah ke dalam frekuensi
"standar" (satuan Hz) ketika menyatakan frekuensi sistem.Bila massa dan kekakuan (tetapan k) diketahui
frekuensi getaran sistem akan dapat ditentukan menggunakan rumus di atas.
1 1
𝐸 = 𝑚𝑣 2 + 𝑘𝑥 2 … (14)
2 2
Saat posisi x sama dengan amplitudo A, maka energy kinetic = nol, sedangkan energy total adalah sama
dengan enrgi potensial maksimumnya, yaitu
1
𝐸 = 𝑘𝐴2 … (15)
2
Saat posisi x=0, maka energy kinetiknya akan maksimal, sedangkan energy potensialnya adalah nol
1
𝐸 = 𝑚𝑣𝑚𝑎𝑥 2 … (16)
2
𝑙
𝑇 = 2𝜋√ … (38)
𝑔
3. METODE EKSPERIMEN
Pada metode eksperimen akan dijabarkan bagaimana metode yang digunakan serta alat dan bahan yang
dipakai dalam eksperimen ini.
a. Alat dan Bahan
b. Skema Percobaan
Contoh :
1. Pada perhitungan tunggal didapatkan bahwa pada percobaan getaran sederhana adalah:
𝑙
𝑔=
(𝑇⁄2𝜋)2
𝜕𝑔 𝜕𝑔 1 2
2
∆𝑔 = | ∆𝑙| + | ∆𝑇| = | ∆𝑙| + |𝑙(2𝜋) ∆𝑇|
𝜕𝑙 𝜕𝑇 (𝑇⁄2𝜋)2 𝑇3
1 2
∆𝑔 = | 2
0,005| + |0,1(6,3)2 0,05| ≅ 1,30
(0,68⁄6,3) 0,683
Untuk mendapatkan koefisien kontanta pegas dapat dilakukan dengan membuat Tabel-1 di bawah ( untuk
massa awal 50 gram) dan diplot kurva semisal seperti pada Gambar-3 berikut
10
0
0 20 40 60 80 100 120
Massa ( gram)
Besar Mgradien adalah 0,208 cm/ gram= 2,08 m/ kg. Untuk menetukan besar konstanta pegas dapat
𝑔
digunakan persamaan gerak yaitu : 𝑥 = 𝑘 𝑚 → 𝑦 = 𝑀𝑔𝑟𝑎𝑑𝑖𝑒𝑛 𝑥. Yang merupakan persamaan garis lurus
8,6 𝑘𝑔
dengan nilai konstanta elastisitas pegas k= 2,08
= 4,135 𝑠2
sehingga didapatkan bahwa ∆𝑘 =
2. Pada perhitungan tunggal didapatkan bahwa pada percobaan getaran sederhana adalah:
𝑙
𝑔=
(𝑇⁄2𝜋)2
𝜕𝑔 𝜕𝑔 1 2
∆𝑔 = | ∆𝑙| + | ∆𝑇| = | 2
∆𝑙| + |𝑙(2𝜋)2 3 ∆𝑇|
𝜕𝑙 𝜕𝑇 (𝑇⁄2𝜋) 𝑇
1 2
∆𝑔 = | 2
0,005| + |0,1(6,3)2 0,05| ≅ 0,5
(0,71⁄6,3) 0,713
a. Kesimpulan
Telah dipelajari cara menggunakan ralat secara pengukuran tunggal untuk menghitung konstanta
percepatan grafitasi dan elastisitas pegas. Hasil eksperimen memperlihatkan bahwa (𝑔 ±
∆𝑔)𝑒𝑘𝑠𝑝𝑒𝑟𝑖𝑚𝑒𝑛 = (8,6 ± 1,3) 𝑚/𝑠 2 . Untuk menentukan konstanta pegas dapat digunakan
𝑘𝑔 𝑘𝑔
4,135 𝑠2
dengan ralat konstanta pegas adalah ∆𝑘 = 0,04 𝑠2 , maka dapat dituliskan 𝑘 ± ∆𝑘 =
𝑘𝑔
(4,14 ± 0,04) . Terdapat perbedaan antara hasil literature dan eksperimen. Dari hasil ini diperoleh data
𝑠2
𝑚
bahwa hasil eksperimen menunjukkan bahwa (𝑔 ± ∆𝑔)𝑒𝑘𝑠𝑝𝑒𝑟𝑖𝑚𝑒𝑛 = (8,6 ± 1,3) 𝑠2 dengan toleransi (7,3-
𝑚
9,9) 𝑠2 sedangkan hasil literature memperlihatkan g=9,8 m/s2 dapat diperlihatkan bahwa hasil eksperimen
masih dalam jangkauan nilai literature, sehingga dapat disimpulkan bahwa data eksperimen masih dapat
dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
b. Saran
dapat dilakukan uji berulang untuk menentukan konstanta percepatan grafitasi dan menghitung besar
konstanta pegas.
6. DAFTAR PUSTAKA
[1] Halliday, D., Resnick, R., Walker, Fundamenthal of Physics-Extended, 5th, John Wiley & Sons,
New York 1997.
[2]Mary L. Boas, Mathematical Methods in The Physical Sciences, John Wiley and Sons Inc, Canada,
2006.
[3] Vidia, Galih dan Mulyono ,Olimpiade Fisika SMA,CV. Andi Publisher, Yogyakarta, 2011.
Abstrak
Pada eksperimen ini akan diberikan salah satu metode (menggunakan nberaca Mohr) untuk menentukan densitas
massa jenis berbagai larutan semisal larutan air murni, larutan air garam, larutan alkohol dsb. dengan
menggunakan prinsip kesetimbangan gaya pada Hukum Newton pertama. Pada eksperimen ini akan digunakan
neraca teknis dan persamaan Hukum newton untuk memperlihatkan bahwa teori pada hukum Newton sesuai
dengan hasil eksperimen. Teori ralat juga digunakan dalam eksperimen ini.Praktikan diminta untuk melakukan
pengukuran tunggal ataupun berulang. Tujuan dari eksperimen ini adalah praktikan mempunyai kemampuan
menggunakan teori ralat dalam melakukan eksperimen serta mengerti cara penulisan ilmiah serta dapat
menggunakan neraca teknis dan Neraca mohr untuk menentukan densitas massa jenis zat cair
Keyword: Teori ralat, Pengukuran Tunggal, Neraca Mohr, Densitas Massa Jenis Zat Cair
1. PENDAHULUAN
2. DASAR TEORI
Densitas massa jenis zat dapat ditentukan menggunakan prinsip kerja mekanika Newton yaitu dengan
menggunakan prinsip kerja torsi (Halliday, 1997). Densitas adalah massa benda tiap volume, yaitu
dengan rumusan
𝑚
𝜌= (𝑔/𝑐𝑚3 ) … (1)
𝑉
Besar densitas air murni adalah sebesar 𝜌 =1,00 gr/ cm3 , densitas larutan garam 𝜌 =1,03 gr/ cm3
sedangkan densitas alcohol adalah 𝜌 =0,81 gr/ cm3 . Untuk menghitung densitas suatu benda dapat
digunakan alat neraca Mohr seperti pada Gambar-1
Persamaan gerak saat keadaan setimbangsaat massa neraca mohr tidak diberi zat cair adalah
∑ 𝜏 = 0 … (2)
𝑚𝐿 = 𝑀𝑙 … (4)
Persamaan gerak saat keadaan setimbang massa neraca mohr diberi air dan tambahan massa beban serta
adanya gaya buoyant adalah
∑ 𝜏 = 0 … (5)
∑ 𝑚𝑖 𝑙𝑖
𝑚𝑧𝑎𝑡 𝑐𝑎𝑖𝑟 = … (8)
𝐿
𝑚𝑧𝑎𝑡 𝑐𝑎𝑖𝑟 ∑ 𝑚𝑖 𝑙𝑖
𝜌𝑧𝑎𝑡 𝑐𝑎𝑖𝑟 = = … (9)
𝐿. 𝑉 𝐿. 𝑉
3. METODE EKSPERIMEN
Pada metode eksperimen akan dijabarkan bagaimana metode yang digunakan serta alat dan bahan yang
dipakai dalam eksperimen ini.
Neraca teknis
Neraca Mohr
Penggaris ( alat ukur )
Massa beban (mi)
Alat tulis
b. Skema Percobaan
Pada perhitungan tunggal didapatkan bahwa pada percobaan air murni adalah:
∑ 𝑚𝑖 𝑙𝑖 5(3 + 7)
(𝑚𝑧𝑎𝑡 𝑐𝑎𝑖𝑟 )𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖 = = = 5 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝐿 10
Maka massa zat cair untuk volume kenaikan sebesar 4 𝑐𝑚3 adalah
𝑚𝑧𝑎𝑡 𝑐𝑎𝑖𝑟 𝑔𝑟
𝜌𝑧𝑎𝑡 𝑐𝑎𝑖𝑟 = = 0,75
𝑉 𝑐𝑚3
𝜕𝜌 𝜕𝜌 1 𝑚
|∆𝜌| = | ∆𝑚| + | ∆𝑉| = | ∆𝑚| + | 2 ∆𝑉|
𝜕𝑚 𝜕𝑉 𝑉 𝑉
1 3
|∆𝜌| ≅ | 0,5| + | 0,05| = 0,14
4 16
𝑔𝑟 𝑔𝑟
(𝜌𝑧𝑎𝑡 𝑐𝑎𝑖𝑟 ± ∆𝜌𝑧𝑎𝑡 𝑐𝑎𝑖𝑟 )𝑒𝑘𝑠𝑝𝑒𝑟𝑖𝑚𝑒𝑛 = (0,75 ± 0,14) ≈ (0,8 ± 0,1)
𝑐𝑚3 𝑐𝑚3
a. Kesimpulan
Telah dipelajari cara menggunakan ralat secara pengukuran tunggal untuk menghitung densitas massa
jenis larutan air murni denganmenggunakan neraca mohr. Hasil eksperimen, hasil teori dan literature
memperlihatkan sebagai berikut pada Tabel-1
Terdapat perbedaan antara hasil literature dan eksperimen. Dari hasil ini diperoleh data bahwa hasil
𝑔𝑟 𝑔𝑟
eksperimen menunjukkan bahwa densitas air murni sekitar 0,7 𝑐𝑚3 hingga 0,9 𝑐𝑚3
sedangkan hasil
𝑔𝑟
literature memperlihatkan bahwa densitas air murni adalah 1,00 𝑐𝑚3
. Pada eksperimen ini adanya
ketidaksesuaian antara eksperimen dengan teori maupun literature lebih dikarenakan keterbatasan alat
yang kurang representative untuk dilakukan percobaan yang baik serta pengukuran tunggal yang
memperlihatkan hasil yang kurang teliti.
b. Saran
dapat dilakukan uji larutan lain dan menghitung besar densitas massa zat cair lain
6. DAFTAR PUSTAKA
[1] Halliday, D., Resnick, R., Walker, Fundamenthal of Physics-Extended, 5th, John Wiley & Sons,
New York 1997.
[2]Mary L. Boas, Mathematical Methods in The Physical Sciences, John Wiley and Sons Inc, Canada,
2006.
[3] Vidia, Galih dan Mulyono ,Olimpiade Fisika SMA,CV. Andi Publisher, Yogyakarta, 2011.
Abstrak
Dalam pelajaran fisika dasar di tingkat universitas, mahasiswa umumnya mendapatkan materi koefisien termal dan
kompresibilitas tekanan. Suatu pelat besi jika dipanaskan oleh suhu tertentu akan mengalami ekspansi termal,
sehingga terjadi perubahan panjang. Agar besi mengalami penyusutan maka dapat dilakukan kompresibilitas
dengan memberinya tekanan.Perubahan bentuk suatu materi yang diakibatkan suhu dan tekanan dapat
menentukan karakteristik suatu bahan.pada eksperimen di bab ini akan diteliti hubungan antara bertambahnya
suhu terhadap pertambahan panjnag suatu bahan. Teori ralat juga digunakan dalam eksperimen ini. Praktikan
diminta untuk melakukan pengukuran tunggal ataupun berulang. Tujuan dari eksperimen ini adalah praktikan
mempunyai kemampuan menggunakan teori ralat dalam melakukan eksperimen serta mengerti cara penulisan
ilmiah serta dapat menggunakan percobaan koefisien muai termal untuk menenukan konstanta muai termal suatu
bahan.
1. PENDAHULUAN
Perubahan bentuk suatu materi yang diakibatkan suhu dan tekanan dapat menentukan karakteristik suatu
bahan. Suatu proses ekspansi termal dapat dirumuskan sebagai berikut
Δ𝐿
= 𝛼∆𝑇 … (1)
Lo
Δ𝐿
= −𝜅∆𝑃 … (3)
Lo
Grafik dari pers-35 dan pers-36 dapat diperlihatkan seperti pada Gambar-1 di bawah
𝑉 = 𝐿3 … (5)
𝐿3 = 𝐿𝑜 3 (1 + 𝛼∆𝑇)3 … (6)
Δ𝑉
= 3𝛼∆𝑇 + 3(𝛼∆𝑇)2 + (𝛼∆𝑇)3 … (9)
𝑉𝑜
Δ𝑉
= 𝛽∆𝑇 … (11)
𝑉𝑜
Dengan menggunakan persamaan (1) dan persamaan (11) dapat ditentukan besar koefisien termal untuk
panjang dan juga untuk volume
3. METODE EKSPERIMEN
Pada metode eksperimen akan dijabarkan bagaimana metode yang digunakan serta alat dan bahan yang
dipakai dalam eksperimen ini.
b. Skema Percobaan
𝑇𝑜 = 29,2𝑜 𝐶
𝑟 ± ∆𝑟 = (0,94 ± 0,005) 𝑐𝑚
𝑅 ± ∆𝑅 = (21,3 ± 0,05)𝑐𝑚
25
Perubahan panjang tiap panjang awal
y = 0,2543x
20 R² = 1
15
10
(10^-4)
0
-40 -20 0 20 40 60 80 100
-5
-10
Perubahan suhu (oC)
Δ𝐿
= 𝛼∆𝑇
Lo
0,08 −4
10 = 𝛼 52,3
60,2
13,3 −4
𝛼= 10
52,3
18,3−(−5)
𝑀𝑔𝑟𝑎𝑑𝑖𝑒𝑛1 = 52,3
10−4 = 0,45. 10-4 (oC)-1
7,3−5
𝑀𝑔𝑟𝑎𝑑𝑖𝑒𝑛2 = 52,3
10−4 = 0,04 x 10-4 (oC)-1
𝛥𝑀𝑔𝑟𝑎𝑑𝑖𝑒𝑛 = 0,22
Δ𝐿
Dengan menggunakan persamaan (1), yaitu Lo = 𝛼∆𝑇, maka dapat ditentukan bahwa 𝛼 aluminium
adalah besar 𝑀𝑔𝑟𝑎𝑑𝑖𝑒𝑛 = 𝛼 = (0,25±0,22) .10-4 ≈ (2,5 ± 2,2) 10-5 (oC)-1. Dengan Hasil dari
literature (Halliday, 1997) adalah 𝛼 𝑎𝑙𝑢𝑚𝑖𝑛𝑖𝑢𝑚 = 2,4. 10-5 (oC)-1. Hasil eksperimen dan
literature memperlihatkan hasil yang tidak jauh berbeda.
2. Pada perhitungan tunggal didapatkan bahwa panjang logam kuningan awal, jejari silinder dan jarum
penunjuk adalah:
𝑇𝑜 = 259,9𝑜 𝐶
𝑟 ± ∆𝑟 = (0,94 ± 0,005) 𝑐𝑚
𝑅 ± ∆𝑅 = (21,3 ± 0,05)𝑐𝑚
No T ∆𝑇 ∆𝐿 (cm) ∆𝐿
. 10−4
𝐿𝑜
1 83,8oC 54oC 0,08 13
2 61,8oC 32oC 0,06 9
3 29,8 0oC 0 0
20
y = 2,4367x + 0,3481
Perubahan panjang tiap panjang awal
R² = 0,9875
15
10
(10^-4)
0
-2 0 2 4 6 8
-5
Perubahan suhu x 10(oC)
13
𝛼 = 𝑀𝑔𝑟𝑎𝑑𝑖𝑒𝑛 = . 10−4 = 2,4. 10−5
54
adalah 𝛼 𝑘𝑢𝑛𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛 =1,9. 10-5 (oC)-1. Hasil eksperimen dan literature memperlihatkan hasil yang
tidak jauh berbeda dengan hasil literatur.
5.1. Kesimpulan
Telah dipelajari cara menggunakan ralat secara pengukuran tunggal untuk menghitung koefisien
muailogam alumunium dan kuningan. Hasil eksperimen dan literature memperlihatkan sebagai berikut 𝛼
adalah besar 𝑀𝑔𝑟𝑎𝑑𝑖𝑒𝑛 𝑎𝑙𝑢𝑚𝑖𝑛𝑖𝑢𝑚 = (2,5 ± 2,2) 10-5. Hasil dari literature (Halliday, 1997) adalah
𝛼 𝑎𝑙𝑢𝑚𝑖𝑛𝑖𝑢𝑚 = 2,4. 10-5 (oC)-1 dan 𝑀𝑔𝑟𝑎𝑑𝑖𝑒𝑛 𝑘𝑢𝑛𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛 = (2,4 ±0,8) .10-5 (oC)-1 . Hasil dari literature
(Halliday, 1997) adalah 𝛼 𝑘𝑢𝑛𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛 =1,9. 10-5 (oC)-1.Hasil eksperimen dan literature memperlihatkan
hasil yang tidak jauh berbeda.
5.2. Saran
dapat dilakukan uji larutan lain dan menghitung besar koefisien muai panjnag logam jenis lain
6. DAFTAR PUSTAKA
[1] Halliday, D., Resnick, R., Walker, Fundamenthal of Physics-Extended, 5th, John Wiley & Sons,
New York 1997.
[2]Mary L. Boas, Mathematical Methods in The Physical Sciences, John Wiley and Sons Inc, Canada,
2006.
[3] Vidia, Galih dan Mulyono ,Olimpiade Fisika SMA,CV. Andi Publisher, Yogyakarta, 2011.
Abstrak
Pada eksperimen ini akan diberikan salah satu topik tentang mekanika klasik untuk mesin atwood yang sering
digunakan dalam dunia teknik dan sains. Penggunaan mesin atwood salah satunya terdapat di berbagai mesin
tekstil yaitu untuk menggerakan motor mesin. Pada eksperimen ini akan digunakan persamaan Hukum newton
untuk memperlihatkan persamaan gerak yang dapat ditentukan dari nilai hasil percepatan baik secara teori
maupun secara eksperimen. Teori ralat juga digunakan dalam eksperimen ini.Praktikan diminta untuk melakukan
pengukuran tunggal ataupun berulang. Tujuan dari eksperimen ini adalah praktikan mempunyai kemampuan
menggunakan teori ralat dalam melakukan eksperimen serta mengerti cara penulisan ilmiah serta dapat
menggunakan percobaan mesin atwood untuk menentukan percepatan sistem
1. PENDAHULUAN
Mekanika Newton atau klasik adalah teori tentang gerak yang didasarkan pada konsep massa dan gaya
dan hukum-hukum yang menghubungkan konsep-konsep fisis ini dengan besaran kinematika dan
dinamika. Semua gejala dalam mekanika klasik dapat digambarkan secara sederhana dengan menerapkan
hukum Newton tentang gerak.Mekanika klasik menghasilkan hasil yang sangat akurat dalam kehidupan
sehari-hari. Pada bab ini akan diperlihatkan bahwa konsep mekanika Newton dapat digunakan untuk
menentukan percepatan suatu system dan persamaan geraknya dengan menggunakan mesin atwood.
2. DASAR TEORI
Mesin atwood adalah suatu system mekanis paling sederhana yang dapat digunakan dalam berbagai
bidang. Dalam menganalisa mesin atwood, dapat digunakan rumusan sebagai berikut di bawah (Vidia,
2014) , seperti pada Gambar-1 di bawah
∑ 𝐹 = (𝑚 + 𝑀1 )𝑎 = 𝑀𝑎 … (1)
𝑀𝑔 − 𝑇1 = 𝑀𝑎 … (2)
∑ 𝐹 = 𝑀2 𝑎 … (3)
𝑇2 − 𝑀2 𝑔 = 𝑀2 𝑎 … (4)
Tinjau pergerakan massa katrol dengan jejari 𝑟 = 𝑅 dan massa Mkatrol= (70, 0 ± 0,5) gram dengan massa
M1 dan M2 masing-masing adalah (79,0±0,5) gram
𝐼𝑎
∑𝜏 = … (5)
𝑟
𝐼𝑎
𝑇1 − 𝑇2 = … (6)
𝑟2
Untuk menentukan momen inersia silinder pejal, maka dapat digunakan rumusan berikut
1
𝐼 = ∫ 𝑟 2 𝑑𝑚 = ∫ ∫ 𝑟 2 𝑟 𝑑𝑟 𝑑𝜃 = 𝑚𝑟 2 … (8)
2
Untuk menentukan percepatan secara eksperimen dapat digunakan persamaan gerak jatuh bebas, yaitu
1
ℎ = 𝑎𝑡 2 … (9)
2
2ℎ
𝑎= … (10)
𝑡2
𝜕𝑎 𝜕𝑎 2 4
∆𝑎 = | ∆ℎ| + | ∆𝑡| = | 2 ∆ℎ| + | 3 ∆𝑡| … (11)
𝜕ℎ 𝜕𝑡 𝑡 𝑡
Dapat dilakukan metode grafik ataupun metode pengukuran tunggal atau berulang untuk menentukan
besar percepatan 𝑎 ± ∆𝑎
3. METODE EKSPERIMEN
Pada metode eksperimen akan dijabarkan bagaimana metode yang digunakan serta alat dan bahan yang
dipakai dalam eksperimen ini.
b. Skema Percobaan
𝑙
𝑔=
(𝑇⁄2𝜋)2
𝜕𝑔 𝜕𝑔 1 2
∆𝑔 = | ∆𝑙| + | ∆𝑇| = | 2
∆𝑙| + |𝑙(2𝜋)2 3 ∆𝑇|
𝜕𝑙 𝜕𝑇 (𝑇⁄2𝜋) 𝑇
1 2
∆𝑔 = | 2
0,005| + |0,1(6,3)2 0,05| ≅ 1,30
(0,68⁄6,3) 0,683
ℎ ± ∆ℎ = (5,0 ± 0,1) 10 𝑐𝑚
𝑡 ± ∆𝑡 = (2,30 ± 0,05) 𝑠
1
ℎ = 𝑎𝑡 2
2
2
𝑡2 = ℎ → 𝑡 2 = 𝑀𝑔𝑟𝑎𝑑𝑖𝑒𝑛 ℎ
𝑎
Dapat diperlihatkan pada Tabel-1
Tabel-1Data percobaan
14 y = 14,972x - 1,1164
12 R² = 0,9859
10
T^2(sekon^2)
8
6
4
2
0
-2 0,00 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00
h(meter)
2
= 𝑀𝑔𝑟𝑎𝑑𝑖𝑒𝑛
𝑎
8,12 − 0,76
𝑀𝑔𝑟𝑎𝑑𝑖𝑒𝑛 = = 13,62
0,64 − 0,1
8,13 − 0,75
𝑀𝑔𝑟𝑎𝑑𝑖𝑒𝑛1 = = 13,67
0,54
8,11 − 0,77
𝑀𝑔𝑟𝑎𝑑𝑖𝑒𝑛2 = = 13,59
0,54
Sehingga nilai
𝑎𝑒𝑘𝑠𝑝𝑒𝑟𝑖𝑚𝑒𝑛 = 0,147𝑚/𝑠 2
5.3. Kesimpulan
Telah dipelajari cara menggunakan ralat secara pengukuran tunggal dan metode grafik untuk menghitung
percepatan system mesin atwood. Hasil eksperimen dan teori adalah sebagai berikut
Hasil eksperimen dan literature memperlihatkan hasil yang tidak jauh berbeda.
5.4. Saran
dapat dilakukan metode grafik dengan jumlah data yang lebih banyak
[1] Halliday, D., Resnick, R., Walker, Fundamenthal of Physics-Extended, 5th, John Wiley & Sons,
New York 1997.
[2]Mary L. Boas, Mathematical Methods in The Physical Sciences, John Wiley and Sons Inc, Canada,
2006.
[3] Vidia, Galih dan Mulyono ,Olimpiade Fisika SMA,CV. Andi Publisher, Yogyakarta, 2011.
Euler lahir tahun 1707 di Basel, Swiss. Dia diterima masuk Universitas
Basel tahun 1720 tatkala umurnya baru mencapai tiga belas tahun.
Mula-mula dia belajar teologi, tetapi segera pindah ke mata pelajaran
matematika. Dia peroleh gelar sarjana dari Universitas Basel pada umur
tujuh belas tahun dan tatkala umurnya baru dua puluh tahun dia terima
undangan dari Catherine I dari Rusia untuk bergabung dalam Akademi
Ilmu Pengetahuan di St. Petersburg. Di umur dua puluh tiga tahun dia
jadi mahaguru fisika di sana dan ketika umurnya dua puluh enam tahun
dia menggantikan kursi ketua matematika Daniel Bernoulli.
Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi didapatkan kenyataan bahwa
penyelesaian masalah-masalah mekanika Newton dan Lagrange saat ini dapat dibantu dengan
komputer yang diciptakan untuk melakukan komputasi yang rumit sehingga hasilnya dapat diperoleh
dalam waktu yang sesingkat mungkin dan dengan ketepatan yang bisa diterima. Aproksimasi
penyelesaian kemudian diperkenalkan untuk menyederhanakan penyelesaian eksak.Metode Numerik
diciptakan untuk menyelesaikan persoalan –persoalan yang rumit di dalam penyelesaian masalah
fisika. Suarga (2005) menyatakan bahwa berbagai perangkat lunak untuk komputasi numerik telah
diciptakan, mulai dari FORTRAN, MATHCAD, TURBO PASCAL, BLAS, MAPLE , dsb. Khusus
diperguruan tinggi MATLAB dan MAPLE sangatlah popular dalam keperluan komputasi
numerik.Matlab yang diciptakan di Stanford University sangatlah kuat di komputasi numerik berbasis
vektor dan matriks.
A. MENGENAL MATLAB
Operasi Aritmatika
Penambahan :+ x+y
Pengurangan :− x –y
Perkalian :* x* y
Pembagian :/ x/y
Perpangkatan :^ x^3
Akar Sqrt(….) Sqrt (x)
Logaritma Log (…) Log (x)
Konstanta
Matlab telah menyediakan konstanta yang umum dipakai, seperti :
Variabel
Variabel berfungsi sebagai pembeda fungsi serta penunjuk angka-angka yang satu dengan
angka-angka yang lain, pada matlab variable dapat berupa huruf dan angka.
Tanda Baca
Berikut akan diberikan contoh penggunaan elemen-elemen dasar Matlab pada Tabel-1
>> sqrt(4)
ans =
2
>> x=23;
>> y=2+23^2;
>> x+y
ans =
554
>> Vidia=4^(1/2)
Vidia =
2
x=
1
2
3
4
>> y=[1 2 3 4 5]
y=
1 2 3 4 5
Matriks berorde n x n dapat dibentuk dengan cara seperti pada Tabel-3, yaitu dengan menyisipkan tanda ;
Tabel-3.Matriks berorde 3 x 3
>> x=[1 2 3; 2 3 4; 4 3 7]
x=
1 2 3
2 3 4
4 3 7
Jika dimisalkan suatu benda bergerak dengan kecepatan 𝑓(𝑥) = 𝑦 = sin 𝑥, maka dapat diperlihatkan
grafik fungsi pergerakan benda tersebut dalam system koordinat kartesian pada Tabel-5
Mekanika klasik menggambarkan dinamika partikel atau sistem partikel.Dinamika partikel demikian,
ditunjukkan oleh hukum-hukum Newton tentang gerak, terutama oleh hukum kedua Newton.Hukum ini
menyatakan, "Sebuah benda yang memperoleh pengaruh gaya atau interaksi akan bergerak sedemikian
rupa sehingga laju perubahan waktu dari momentum sama dengan gaya tersebut".
Tiga hukum Newton yang digunakan dalam pelajaran dinamika dan kinematika adalah:
Hukum Newton I menyatakan bahwa partikel akan tetap diam atau bergerak dengan kecepatan
konstan, bila tidak ada kesetimbangan gaya yang bekerja padanya.
Hukum Newton II menyatakan bahwa percepatan partikel berbanding lurus dengan gaya yang
bekerja padanya dan searah dengan gaya yang bekerja padanya.
Hukum Newton III menyatakan bahwa gaya aksi reaksi antara benda-benda yang saling
mempengaruhi adalah sama besar, berlawanan arah dan segaris.
Hukum Newton II adalah dasar dari hampir semua analisis dinamika dan kinematika, untuk partikel
dengan massa m kg dan percepatan𝑎 m/s2 yang ditimbulkan karena adanya gaya F Newton, maka hukum
Newton berlaku
dP Pers-A.1
∑F = = m𝑎
dt
d d Pers-A.2
ΣF = (mẋ ) = m (ẋ )
dt dt
d dv dx dv Pers-A.3
ΣF = m (ẋ ) = m = mv
dt dx dt dx
𝑦 = 𝐴exp(−𝛼𝑡)
𝑦 = 𝐴exp(−𝛼𝑡)
𝑦 = 𝐴 exp(∓𝑖𝛼𝑡)
C. METODOLOGI PENELITIAN
C.1. Studi Kasus Penyelesaian Gerak Lurus berubah beraturan secara teori Menurut Hukum
Newton
Persamaan gerak pada kasus gerak lurus berubah beraturan adalah
𝑚𝑑𝑣 𝑚𝑑2 𝑦
∑𝐹 = =
𝑑𝑡 𝑑𝑡 2
𝐹 𝑑2 𝑦
=𝑎= 2
𝑚 𝑑𝑡
𝑑2 𝑦
𝑎=
𝑑𝑡 2
Dengan menerapkan hukum Newton II
∑ 𝐹 = 𝑚𝑎
d
−mg = (mẏ )
dt
d
(ẏ ) = −g
dt
Rumus 1
𝑎(t) = ÿ = −g
Rumus 2
dv
𝑎= → dv = 𝑎𝑑𝑡 → ∫ 𝑑𝑣 = ∫ 𝑎𝑑𝑡
dt
v(t) = v(𝑡𝑜) + 𝑎𝑡
Rumus 3
C.2.Studi Kasus Penyelesaian Gerak lurus berubah beraturan dengan program Matlab 6.1 secara
komputasi pada
Penyelesaian persamaan gerak lurus berubah beraturan dengan program Matlab dapat diperlihatkan pada
Tabel-7
Tabel-7Persamaan gerak lurus berubah beraturan
Rumus 1 ÿ = −g a(2) = - g;
D. HASIL PEMBAHASAN
a. Hasil Penelitian
Hasil dari perhitungan secara komputasi adalah seperti pada Tabel-9
Tabel-9Hasil perhitungan secara komputasi