Anda di halaman 1dari 13

UJI PELARUTAN

LAPORAN

diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah


Prak. Serat Tekstil 1

Disusun Oleh

MOCH IKLIL HAMDANI

NPM: 16020082

JURUSAN KIMIA TEKSTIL

POLITEKNIK SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEKSTIL

BANDUNG

Maret 2017
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Serat adalah suatu jenis bahan berupa potongan-potongan komponen yang


membentuk jaringan memanjang yang utuh. Manusia menggunakan serat dalam
banyak hal yaitu untuk membuat tali, kain, benang atau kertas. Berdasarkan
sumbernya serat dapat digolongkan menjadi dua jenis yaitu serat alam dan serat
sintetis (Noerati, 2013).
Serat alam merupakan salah satu potensi bahan baku tekstil yang dimiliki
oleh bangsa Indonesia. Potensi ini dapat berkembang dengan baik apabila ada
usaha untuk terus berinovasi dan berkreasi. Serat alam sebagai bahan baku tekstil
memiliki keunggulan dibandingkan dengan serat sintetis. Sebagai komponen
penguat di dalam material komposit, serat alam mempunyai keunggulan antara
lain sifatnya yang dapat diperbarui, dapat didaur ulang serta dapat terbiodegradasi
di lingkungan (Zimmermann et al. 2004). Selain itu, serat alam mempunyai sifat
mekanik yang baik dan lebih murah jika dibandingkan dengan serat sintetis.
Serat alam telah banyak digunakan sebagai bahan baku tekstil di
Indonesia, bahkan negara luarpun juga telah memanfaatkan serat alam ini.
Kegunaan serat alam tidak hanya sebagai bahan baku tekstil, serat alam juga dapat
dimanfaatkan dalam bidang industri, misalnya sebagai bahan peredam suara,
isolator panas, dan pengisi logam pintu kereta api. Serat alam dapat diperoleh dari
berbagai macam tanaman seperti rumput gajah, alang-alang air dan pisang raja,
yang bisa digunakan untuk memperkuat beton bangunan (Balaguru dan Shah,
1992).

B. Maksud dan Tujuan

Agar praktikan mengetahui dan memahami bagaimana cara membedakan


sifat serat berdasarkan sifat kimia dengan melakukan uji pelarutan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Dasar Teori
Serat adalah suatu benda yang halus, memiliki perbandingan panjang dan
diameter yang sangat besar. Serat yang dipakai dalam praktikum uji mikroskop
terdiri dari 2 jenis yaitu serat alam dan serat buatan/sintetik.
Serat alam terbagi menjadi 2 yaitu:
1. Berdasarkan struktur molekulnya
 Selulosa : kapas, rami, jute, flax, henep, sisal, abaca, dll
 Protein : sutera, wool
 Mineral : asbes
2. Berdasarkan sumbernya
 Tumbuhan : kapas, rami, jute, flax, henep, abaca, sisal, bambu,
dll
 Hewan : sutera, wool
Serat buatan/sintetik terbagi menjadi 2 menurut bahan baku
pembuatannya:
1. Bahan baku yang berasal dari alam
 Selulosa : rayon viskosa, rayon asetat
 Mineral : serat grafit, serat keramik
 Logam : serat logam
 Isoprena : serat karet
 Protein : azlon
2. Bahan baku dari senyawa hasil sintesa
 Nylon/polyamida
 Poliester
 Poliakrilat
 dll
Identifikasi serat adalah cara yang dilakukan untuk mengetahui berbagai
jenis serat baik serat alam maupun serat buatan. Salah satu cara mengidentifikasi
serat adalah dengan cara uji pelarutan. Uji pelarutan adalah uji identifikasi serat
yang berhubungan dengan sifat kimia dari masing-masing serat. Uji pelarutan
sangat penting terutama untuk serat-serat buatan yang mempunyai morfologi
hampir sama. Dengan melakukan uji pelarutan serat akan dapat diketahui jenis
seratnya setelah melihat kelarutan berbagai serat di dalam pelarut.
Telah diketahui bahwa serat-serat tekstil tersusun atas polimer-polimer,
kemudian polimer-polimer tersebut saling terikat satu sama lain. Penyusun
pengikat antar polimer tersebut,antara lain :
a. Ikatan Hidrogen
Ikatan dimana atom hidrogen dihubungkan dengan dua atom lain. Ikatan ini
terdapat diantara dua gugus fungsional di dalam satu atau dua molekul.
b. Gugus Hidroksil
Gugus ini biasanya memudahkan kelarutan dalam air. Gugus ini mempunyai
kemampuan untuk menarik gugus hidroksil yang lain dari serat maupun dari
atomnya sendiri,sehingga serat akan mudah menyerap air.
c. Gugus Karboksil
Mempunyai sifat yang sama dengan gugus hidroksil,tetapi jika lebih bersifat asam
maka lebih mudah bereaksi dengan zat-zat lain.
d. Gugus Aromatil
Dalam polimer gugs ini menyebabkan molekul lebih kaku,dapat menaikan kohesi
antar molekul,sehingga membuat titik lelehnya lebih tinggi dari jenis molekul
yang lainnya.
Prinsip pengujian pada uji pelarutan ini adalah melarutkan serat pada
beberapa pelarut kemudian diamati bagaimana sifat kelarutannya. Setelah serat
dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang sudah berisi pelarut, maka sekitar 10
menit setelah itu dapat diketahui apakah serat tersebut larut dalam pelarut tersebut
atau tidak sehingga setelah mengetahui kelarutan dari suatu serat akan dapat
diketahui jenis serat tersebut. Uji pelarutan ini dilakukan dalam suhu kamar
terlebih dahulu. Kemudian ada beberapa pelarut yang harus dipanaskan atau
dididihkan dalam bejana yang berisi air yang dipanaskan bila serat belum/ tidak
larut dalam pelarut tersebut dalam suhu kamar. Namun bila serat sudah larut,
pemanasan tersebut tidak perlu dilakukan lagi.
Pelarut yang umum digunakan dalam pengujian ini antara lain :

 Asam Klorida (HCl) 1:1 : asam ini akan melarutkan serat nilon.
 Asam Sulfat (H2SO4) 70 % : serat yang larut dalam pelarut ini adalah serat
kapas, rami, rayon viskosa, rayon asetat, nilon dan sutera.
 Aseton : larutan ini hanya melarutkan serat rayon asetat.
 NaOCl (Natrium Hipoklorit) : serat wool dan sutera akan larut dalam larutan
ini.
 Metil Salisilat : larutan ini akan melarutkan serat polyester.
 NaOH 45 % : Pada suhu mendidih larutan ini akan melarutkan polyester,
wool dan sutera.
 Meta Cresol : Larutan ini akan melarutkan serat polyester, rayon asetat dan
poliamida / nilon.
 DMF : Larutan ini akan melarutkan wool, poliakrilat, poliamida dan rayon
asetat.
 Asam Nitrat : Pada suhu kamar akan melarutkan rayon asetat, wool,
poliakrilat dan nilon.
 KOH 5 % : Suhu pengujian mendidih dan waktu pengujian 50 menit,
digunakan untuk membedakan serat protein dan serat selulosa. Semua serat
binatang dan sutera larut. Protein diregenerasi (Vicara) dan sutera tussah
hanya larut sebagian, serat selulosa dan serat buatan tidak larut.
 HNO3 : melarutkan serat wool, sutera, rayon viskosa, nilon, dan poliakrilat.
 Asam formiat : salah satu zat yang digunakan sebagai bahan dalam proses
pencelupan warna pada tekstil
BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan


1. Alat yang digunakan:
- Tabung reaksi
- Rak tabuk reaksi
- Pengaduk
- Gelas Kimia 500 mL
- Penangas
- Penjepit tabung reaksi
2. Serat-serat yang digunakan
- Kapas
- Rayon Viskosa
- Rami
- Wool
- Sutera
- Poliester
- Poliakrilat
- Poliamida/Nylon
- Poliester : Kapas
- Poliester : Wool
- Poliester : Rayon
- Asetat Rayon
- Cupro Amonium
3. Bahan Kimia yang digunakan
- H2SO4 60 %
- H2SO4 70 %
- HCl 1 : 1
- HNO3
- Asam Formiat
- KOH 5 %
- NaOH 10 %
- NaOH 45 %
- NaOCl
- Metil Salisilat
- Aseton
B. Cara Kerja
1. Tabung reaksi dibersihkan.
2. 5 ml pereaksi yang digunakan dimasukkan ke dalam tabung reaksi
dengan hati-hati.
3. Beberapa helai serat yang akan diuji (jangan terlampau banyak)
dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah berisi pereaksi.
4. Serat yang berada di dalam larutan pereaksi diaduk-aduk dan diamati
kelarutannya selama 5 menit.
5. Jika setelah selesai 5 menit ternyata tidak larut pereaksi dapat
dipanaskan dengan hati-hati.
6. Setelah 3 menit di dalam kelarutan dari masing-masing serat pada
masing-masing pelarutnya.
7. Amati perubahan yang terjadi
BAB V
PEMBAHASAN

A. Diskusi
1. Pada uji pelarutan serat yang larut dalam pelarut akan hancur dan menyatu
atau homogen dengan pelarut, namun tidak semua serat yang larut langsung
hancur, ada beberapa serat yang harus menunggu beberapa menit agar dapat larut
ke dalam pelarut setelah dilakukan pengadukan. Serat yang tidak larut dalam uji
pelarutan adalah serat yang secara visual bentuknya tetap dan tidak hancur meski
telah dimasukkan ke dalam pelarut selama beberapa menit dan telah dilakukan
pengadukan.
2. Serat yang larut ke dalam pelarut berarti serat tersebut tidak tahan terhadap
sifat kimia dari pelarut tersebut misalnya serat kapas yang larut dalam H2SO4 70%
hal ini berarti serat kapas tidak tahan terhadap sifat kimia Asam Sulfat yaitu Asam
Sulfat sebagai asam kuat. Serat yang tidak larut ke dalam pelarut artinya serat
tersebut tahan terhadap sifat kimia dari pelarut tersebut, misalnya rayon viskosa
tidak larut ke dalam HNO3 hal ini berarti rayon viskosa tahan terhadap sifat kimia
HNO3 yaitu sebagai basa kuat.
3. Pada uji pelarutan dilakukan pengadukan. Tujuan dilakukannya
pengadukan adalah agar serat yang dimasukkan ke dalam pelarut dapat larut
sempurna, kemudian ada juga beberapa serat yang larut ke dalam pelarut namun
dalam jangka waktu yang lama sehingga dibutuhkan bantuan dari luar yaitu
dengan cara diaduk sehingga akan mempercepat serat larut ke dalam pelarut. Jadi,
tujuan dilakaukannya pengadukan adalah mempercepat serat larut ke dalam
pelarut.
4. Pada uji pelarutan dilakukan penambahan suhu untuk beberapa pelarut
karena ada beberapa jenis serat yang larut ke dalam pelarut tertentu namun pelarut
tersebut harus dalam suasana panas. Contohnya adalah poliester yang larut dalam
basa kuat yaitu NaOH namun NaOH dalam suasana panas. Jadi, tujuan
dilakukannya penambahan suhu adalah untuk membantu serat agar dapat larut ke
dalam suatu pelarut.
5. Tabel pengelompokkan kelarutan beberapa serat tekstil:
No Nama Pelarut Jenis Serat yang Larut

Rayon Viskosa, Sutera, Nylon/Polyamida,


1 H2SO4 59,5%
Asetat Rayon

Kapas, Rayon Viskosa, Rami, Sutera,


2 H2SO4 70%
Polyamida, Asetat Rayon, Cupro Amonium

3 HCl 1:1 Nylon/Polyamida

4 HNO3 Sutera, Wool, Poliakrilat, Nylon/Polyamida

5 Asam Formiat Polyamida/Nylon, Asetat Rayon

6 KOH 5% _

7 NaOH 10% Sutera, Wool

8 NaOH 45% Sutera, Wool

9 NaOCl Sutera, Wool

10 Metil Salisilat Poliester, Asetat Rayon

11 Aseton Asetat Rayon

6. Bila ingin mengetahui jenis serat dari suatu kain yang tidak diketahui
terbuat dari serat apa, maka yang harus dilakukan adalah:.
 Lakukan uji pembakaran untuk menentukan jenis serat secara umum
apakah serat tersebut tergolong ke dalam serat selulosa, serat rambut
atau serat buatan yaitu serat poliester.
 Lakukan uji mikroskop untuk melihat morfologi dari serat yang
berasal dari kain tersebut agar dapat memastikan jenis serat tersebut
 Yang terakhir lakukan uji pelarutan untuk memastikan jenis serat hasil
pengamatan saat uji pembakaran dan mikroskop karena suatu serat
hanya akan larut ke dalam pelarut tertentu saja.
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari praktikum uji pelarutan yang telah dilaksanakan, maka dapat
disimpulkan bahwa serat akan larut terhadap pelarut tertentu yang sesuai dengan
sifat kimia dari serat tekstil tersebut. Kelarutan serat tekstil yang diuji dapat
dilihat pada tabel berikut:

No Nama Pelarut Jenis Serat yang Larut

Rayon Viskosa, Sutera, Nylon/Polyamida,


1 H2SO4 59,5%
Asetat Rayon

Kapas, Rayon Viskosa, Rami, Sutera,


2 H2SO4 70%
Polyamida, Asetat Rayon, Cupro Amonium

3 HCl 1:1 Nylon/Polyamida

4 HNO3 Sutera, Wool, Poliakrilat, Nylon/Polyamida

5 Asam Formiat Polyamida/Nylon, Asetat Rayon

6 KOH 5% _

7 NaOH 10% Sutera, Wool

8 NaOH 45% Sutera, Wool

9 NaOCl Sutera, Wool

10 Metil Salisilat Poliester, Asetat Rayon

11 Aseton Asetat Rayon


Pada uji pelarutan, dalam menganalisa serat harus seteliti mungkin, bila
tidak teliti maka analisa tentang serat tersebut akan salah. Bahan awal serat dan
jenis serat yang menjadi bahan dasarnya sangat berpengaruh dan dapat diketahui
melalui pelarutan ini. Dan dari data percobaan yang diperoleh maka dapat
disimpulkan :
 Apabila serat tidak larut maka serat tidak berubah.
 Apabila serat larut maka serat akan bersatu dengan zat tersebut dan
akan larut.
 Apabila serat rusak maka serat akan berubah warna menjadi kuning
atau warna lain.
 Apabila serat larut sebagian maka serat akan hancur sebagian dan masih
terdapat sisa.
DAFTAR PUSTAKA

Analisa Kualintatif Serat. Moerdoko, Wibowo, dkk. 1975. Evaluasi Tekstil


Bagian

Kimia. Bandung: ITT. Tim Penyusun. 2004. Pedoman Praktikum Identifikasi

Serat Tekstil. Bandung: STTT. Widayat. 1973. Serat-Serat Tekstil. Bandung:


ITT.

Anda mungkin juga menyukai