LAPORAN
Disusun Oleh
NPM: 16020082
BANDUNG
Maret 2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
A. Dasar Teori
Serat adalah suatu benda yang halus, memiliki perbandingan panjang dan
diameter yang sangat besar. Serat yang dipakai dalam praktikum uji mikroskop
terdiri dari 2 jenis yaitu serat alam dan serat buatan/sintetik.
Serat alam terbagi menjadi 2 yaitu:
1. Berdasarkan struktur molekulnya
Selulosa : kapas, rami, jute, flax, henep, sisal, abaca, dll
Protein : sutera, wool
Mineral : asbes
2. Berdasarkan sumbernya
Tumbuhan : kapas, rami, jute, flax, henep, abaca, sisal, bambu,
dll
Hewan : sutera, wool
Serat buatan/sintetik terbagi menjadi 2 menurut bahan baku
pembuatannya:
1. Bahan baku yang berasal dari alam
Selulosa : rayon viskosa, rayon asetat
Mineral : serat grafit, serat keramik
Logam : serat logam
Isoprena : serat karet
Protein : azlon
2. Bahan baku dari senyawa hasil sintesa
Nylon/polyamida
Poliester
Poliakrilat
dll
Identifikasi serat adalah cara yang dilakukan untuk mengetahui berbagai
jenis serat baik serat alam maupun serat buatan. Salah satu cara mengidentifikasi
serat adalah dengan cara uji pelarutan. Uji pelarutan adalah uji identifikasi serat
yang berhubungan dengan sifat kimia dari masing-masing serat. Uji pelarutan
sangat penting terutama untuk serat-serat buatan yang mempunyai morfologi
hampir sama. Dengan melakukan uji pelarutan serat akan dapat diketahui jenis
seratnya setelah melihat kelarutan berbagai serat di dalam pelarut.
Telah diketahui bahwa serat-serat tekstil tersusun atas polimer-polimer,
kemudian polimer-polimer tersebut saling terikat satu sama lain. Penyusun
pengikat antar polimer tersebut,antara lain :
a. Ikatan Hidrogen
Ikatan dimana atom hidrogen dihubungkan dengan dua atom lain. Ikatan ini
terdapat diantara dua gugus fungsional di dalam satu atau dua molekul.
b. Gugus Hidroksil
Gugus ini biasanya memudahkan kelarutan dalam air. Gugus ini mempunyai
kemampuan untuk menarik gugus hidroksil yang lain dari serat maupun dari
atomnya sendiri,sehingga serat akan mudah menyerap air.
c. Gugus Karboksil
Mempunyai sifat yang sama dengan gugus hidroksil,tetapi jika lebih bersifat asam
maka lebih mudah bereaksi dengan zat-zat lain.
d. Gugus Aromatil
Dalam polimer gugs ini menyebabkan molekul lebih kaku,dapat menaikan kohesi
antar molekul,sehingga membuat titik lelehnya lebih tinggi dari jenis molekul
yang lainnya.
Prinsip pengujian pada uji pelarutan ini adalah melarutkan serat pada
beberapa pelarut kemudian diamati bagaimana sifat kelarutannya. Setelah serat
dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang sudah berisi pelarut, maka sekitar 10
menit setelah itu dapat diketahui apakah serat tersebut larut dalam pelarut tersebut
atau tidak sehingga setelah mengetahui kelarutan dari suatu serat akan dapat
diketahui jenis serat tersebut. Uji pelarutan ini dilakukan dalam suhu kamar
terlebih dahulu. Kemudian ada beberapa pelarut yang harus dipanaskan atau
dididihkan dalam bejana yang berisi air yang dipanaskan bila serat belum/ tidak
larut dalam pelarut tersebut dalam suhu kamar. Namun bila serat sudah larut,
pemanasan tersebut tidak perlu dilakukan lagi.
Pelarut yang umum digunakan dalam pengujian ini antara lain :
Asam Klorida (HCl) 1:1 : asam ini akan melarutkan serat nilon.
Asam Sulfat (H2SO4) 70 % : serat yang larut dalam pelarut ini adalah serat
kapas, rami, rayon viskosa, rayon asetat, nilon dan sutera.
Aseton : larutan ini hanya melarutkan serat rayon asetat.
NaOCl (Natrium Hipoklorit) : serat wool dan sutera akan larut dalam larutan
ini.
Metil Salisilat : larutan ini akan melarutkan serat polyester.
NaOH 45 % : Pada suhu mendidih larutan ini akan melarutkan polyester,
wool dan sutera.
Meta Cresol : Larutan ini akan melarutkan serat polyester, rayon asetat dan
poliamida / nilon.
DMF : Larutan ini akan melarutkan wool, poliakrilat, poliamida dan rayon
asetat.
Asam Nitrat : Pada suhu kamar akan melarutkan rayon asetat, wool,
poliakrilat dan nilon.
KOH 5 % : Suhu pengujian mendidih dan waktu pengujian 50 menit,
digunakan untuk membedakan serat protein dan serat selulosa. Semua serat
binatang dan sutera larut. Protein diregenerasi (Vicara) dan sutera tussah
hanya larut sebagian, serat selulosa dan serat buatan tidak larut.
HNO3 : melarutkan serat wool, sutera, rayon viskosa, nilon, dan poliakrilat.
Asam formiat : salah satu zat yang digunakan sebagai bahan dalam proses
pencelupan warna pada tekstil
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Diskusi
1. Pada uji pelarutan serat yang larut dalam pelarut akan hancur dan menyatu
atau homogen dengan pelarut, namun tidak semua serat yang larut langsung
hancur, ada beberapa serat yang harus menunggu beberapa menit agar dapat larut
ke dalam pelarut setelah dilakukan pengadukan. Serat yang tidak larut dalam uji
pelarutan adalah serat yang secara visual bentuknya tetap dan tidak hancur meski
telah dimasukkan ke dalam pelarut selama beberapa menit dan telah dilakukan
pengadukan.
2. Serat yang larut ke dalam pelarut berarti serat tersebut tidak tahan terhadap
sifat kimia dari pelarut tersebut misalnya serat kapas yang larut dalam H2SO4 70%
hal ini berarti serat kapas tidak tahan terhadap sifat kimia Asam Sulfat yaitu Asam
Sulfat sebagai asam kuat. Serat yang tidak larut ke dalam pelarut artinya serat
tersebut tahan terhadap sifat kimia dari pelarut tersebut, misalnya rayon viskosa
tidak larut ke dalam HNO3 hal ini berarti rayon viskosa tahan terhadap sifat kimia
HNO3 yaitu sebagai basa kuat.
3. Pada uji pelarutan dilakukan pengadukan. Tujuan dilakukannya
pengadukan adalah agar serat yang dimasukkan ke dalam pelarut dapat larut
sempurna, kemudian ada juga beberapa serat yang larut ke dalam pelarut namun
dalam jangka waktu yang lama sehingga dibutuhkan bantuan dari luar yaitu
dengan cara diaduk sehingga akan mempercepat serat larut ke dalam pelarut. Jadi,
tujuan dilakaukannya pengadukan adalah mempercepat serat larut ke dalam
pelarut.
4. Pada uji pelarutan dilakukan penambahan suhu untuk beberapa pelarut
karena ada beberapa jenis serat yang larut ke dalam pelarut tertentu namun pelarut
tersebut harus dalam suasana panas. Contohnya adalah poliester yang larut dalam
basa kuat yaitu NaOH namun NaOH dalam suasana panas. Jadi, tujuan
dilakukannya penambahan suhu adalah untuk membantu serat agar dapat larut ke
dalam suatu pelarut.
5. Tabel pengelompokkan kelarutan beberapa serat tekstil:
No Nama Pelarut Jenis Serat yang Larut
6 KOH 5% _
6. Bila ingin mengetahui jenis serat dari suatu kain yang tidak diketahui
terbuat dari serat apa, maka yang harus dilakukan adalah:.
Lakukan uji pembakaran untuk menentukan jenis serat secara umum
apakah serat tersebut tergolong ke dalam serat selulosa, serat rambut
atau serat buatan yaitu serat poliester.
Lakukan uji mikroskop untuk melihat morfologi dari serat yang
berasal dari kain tersebut agar dapat memastikan jenis serat tersebut
Yang terakhir lakukan uji pelarutan untuk memastikan jenis serat hasil
pengamatan saat uji pembakaran dan mikroskop karena suatu serat
hanya akan larut ke dalam pelarut tertentu saja.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari praktikum uji pelarutan yang telah dilaksanakan, maka dapat
disimpulkan bahwa serat akan larut terhadap pelarut tertentu yang sesuai dengan
sifat kimia dari serat tekstil tersebut. Kelarutan serat tekstil yang diuji dapat
dilihat pada tabel berikut:
6 KOH 5% _