Oleh :
Nama : Diandra Pertiwi Hermansyah
NPM : 22420034
Jurusan : Kimia Tekstil
Dosen : Mia E., S.ST.
Juju J, AT.,M.Si
Luciana, S.Teks.,M.Pd
TEORI DASAR
1. Pembakaran Serat
Uji pembakaran ini adalah cara yang paling umum untuk identifikasi serat. Golongan serat
dapat diperkirakan secara umum dengan cara ini dan tidak dapat dipertanggungjawabkan
untuk campuran serat. Alat yang dipakai untuk pemeriksaan cara pembakaran ini hanyalah
nyala api yang diperoleh dari pembakaran bunsen yang menggunakan bahan bakar gas.
Korek api merupakan sumber yang tidak baik, sebab korek api sendiri mengeluarkan bau
yang keras, yang akan mengganggu bau yang dihasilkan dari serat yang diuji. Uji
pembakaran tidak dapat digunakan untuk mengidentifikasi pada jenis seratnya secara detail
dan akurat, tetapi hanya bisa mengidentifikasi serat secara umum saja, yaitu apakah serat itu
termasuk jenis selulosa, protein, atau sintetik. Selain itu, uji pembakaran sulit dilakukan jika
digunakan untuk menguji serat campuran.
Serat yang akan diperiksa dibuat kira-kira sebesar benang Ne1 10 dengan panjang 4-5 cm
dan diberi puntiran. Pada saat serat menyala, perhatikan dimanater jadinya nyala api. Bila
nyala api sudah padam, maka segera dicatat bau dari gas yang dikeluarkan oleh serat yang
terbakar itu. Perlu dicatat apakah serat mengeluarkan asap atau tidak. Akhirnya perlu dicatat
pula banyaknya, bentuknya, warnanya dan tekstur atau kekerasan dari abu sisa pembakaran.
Bila serat terbakar cepat, meninggalkan abu berbentuk serat dan berbau seperti kertas
terbakar, maka keadaan ini menunjukkan serat selulosa. Bila serat tidak terbakar sama sekali
maka keadaan ini menunjukkan serat gelas atau serat asbes. Bila serat terbakar tanpa ada
abu, berbau rambut terbakar meninggalkan bulatan kecil hitam di ujungnya, maka ini
menunjukkan serat protein. Bila bau yang ditimbulkan sama tetapi tidak meninggalkan abu,
maka ini adalah sutera. Bila serat meleleh dan membentuk bulatan kecil di ujungnya dengan
bau plastik terbakar, maka keadaan ini menunjukkan serat sintetik.
Dalam industri tekstil identifikasi serat sangat penting, kadar dan jenis tekstildalam tekstil
perlu diketahui dengan tepat, karena kadar dan jenis serat akan mempengaruhi sifat kain dan
sangat menentukan cara pengolahan yang harus dilakukan, terutama dalam pencelupan dan
penyempurnaan. Identifikasi serat didasarkan pada beberapa sifat khusus dari suatu serat
yaitu sifat kimia, sifat fisika, dan morfologi.
Berat jenis adalah salah satu sifat fisika yang penting untuk identifikai serat. Berat jenis
sendiri adalah perbandingan relatif antara massa jenis sebuah zat dengan massa jenis air
murni. Berat jenis serat dapat diketahui dengan bantuan suatu zat cair yang telah diketahui
berat jenisnya dimana serat dapat mengapung, tenggelam, atau pun melayang saat
dimasukan dalam larutan. Berat jenis serat dapat ditentukan dengan bantuan suatu zat cair
yang diketahui berat jenisnya, dimana serat tidak tenggelam dan juga tidak terapung. Untuk
penentuan berat jenis digunakan dua macam cairan yang dapat tercampur dengan berbagai
perbandingan, sehingga menghasilkan larutan dengan berat jenis antara 1,0 sampai 1,6.
Larutan yang dapat digunakan antara lain campuran karbontetraklorida (CCL 4) dengan berat
jenis 1,6 dan xylena dengan berat jenis 0,8. Untuk membuat berbagai larutan dengan berat
jenis antara lain 1,0 sampai 1,6 dibuat larutan dengan campuran karbontetraklorida (CCL 4)
dan xylena dengan perbandingan sebagai berikut:
2 9 1 1,527
3 8 2 1,454
4 7 3 1,381
5 6 4 1,308
6 5 5 1,235
7 4 6 1,162
8 3 7 1,089
9 2 8 1,016
10 1 9 0,943
11 0 10 0,870
Teori yang mendasari percobaan ini adahal hukum Archimedes tentang berat jenis. Bunyi hukum
Archimedes “Benda yang dimasukkan atau dicelupkan sebagian atau seluruhnya dalam zat cair
akan mendapatkan gaya yang arahnya ke atas dan besarnya sama dengan berat zat cair yang
dipindahkan oleh benda itu”.
Gaya ke atas yang dialami oleh benda tersebut disebut dengan gaya apung. Gaya apung sama
dengan berat benda di udara dikurangi dengan berat benda di dalam air (FA = wu – wa). Ada tiga
kemungkinan peristiwa yang terjadi jika sebuah benda, atau dalam percobaan ini serat,
dimasukkan ke dalam zat cair. Tiga kemungkinan itu adalah sebagai berikut:
a. Mengapung : Serat dinyatakan mengapung jika serat berada tepat dibawah lapisan
permukaan air atau sedikit muncul keluar dari permukaan air. Benda akan terapung jika
berat jenis seratlebih kecil dari massa jenis zat cair dan besar gaya apung (FA) sama
dengan berat serat (WB).
b. Melayang : Serat dikatakan melayang jika benda berada dalam zat cair, tetapi tidak
berada di dasar zat cair. Benda melayang jika berat jenis benda sama atau hampir sama
dengan berat jenis zat cair dan besar gaya apung (FA) sama atau hampir sama dengan
berat serat (WB).
c. Tenggelam : Serat dikatakan tenggelam jika berada di dasar zat cair. Benda tenggelam
jika berat jenis benda lebih besar dari berat jenis zat cair dan besar gaya apung (FA) lebih
kecil dari berat benda (WB).
BAB III
ALAT DAN BAHAN
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum proses pembakaran serat meliputi :
Alat Bahan
Pembakar spirtus Serat Kapas
Pinset Serat Rayon viskosa
Korek api Serat Rami
Solatipe Serat Wool
Gunting Serat Sutera
Alat pelindung diri Serat Poliester
Serat Poliakrilat
Serat Poliamida (Rayon)
Serat campuran Polester-Kapas
Serat campuran Poliester-Rayon Viskosa
Serat campuran Poliester-Wool
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum uji berat jenis serat meliputi :
Alat Bahan
Xylena
Karbontetraklorida (CCl4)
Tabung reaksi Serat Kapas
Rak tabung Serat Rayon viskosa
Pengait/kail tembaga Serat Rami
Lap Serat Wool
Alat pelindung diri Serat Sutera
Serat Poliester
Serat Poliakrilat
Serat Poliamida (Rayon)
Serat campuran Polester-Kapas
Serat campuran Poliester-Rayon Viskosa
Serat campuran Poliester-Wool
BAB IV
PROSEDUR KERJA
4.1 Pembakaran Serat
1. Beberapa helai serat yang akan diperiksa, dipuntir kira-kira sebesar batang korek api
dengan panjang ± 5 cm.
2. Contoh serat didekatkan pada nyala api dari samping secara perlahan-lahan. Saat serat
dekat nyala api, diamati apakah serat meleleh, menggulung atau terbakar cepat.
3. Pada saat serat menyala, diperhatikan dimana terjadinya nyala api. Bila api segera padam,
segera identifikasi bau dari serat yang terbakar.
4. Jika api terus menyala, api dimatikan dengan cara ditiup kemudian diidentifikasi bau
yang dikeluarkan serat tersebut.
5. Setelah nyala padam, diperhatikan apakah seratmengeluarkan asap atau tidak, kemudian
dilihat sisa pembakaran yang ditinggalkan serat tersebut.
6. Hasil pemeriksaan dibuat di lembarr jurnal praktikum.
7. Lakukan evaluasi uji pembakaran.
PEMBAHASAN
Perbedaann hasil uji dengan teori terdapat pada serat campuran, yaitu poliester-kapas. Secara
teori asap yang dihasilkan oleh serat poliester-kapas setelah pembakaran adalah berwarna putih,
berbeda dengan hasil pada identifikasi yaitu berwarna abu. Adanya perbedaan hasil identifikasi
secara teori dan praktikum mungkin dipengaruhi oleh tercampurnya asap serat poliester-kapas
dengan asap serat lainnya pada saat proses pembakaran.
Perbedaan hasil uji dengan teori juga ditemukan pada serat buatan, yaitu poliakrilat. Pada teori
bau yang dihasilakan pada pembakaran dari serat poliakrilat adalah berbau plastik terbakar,
tetapi berbeda praktikum yang dilakukan, hasilnya adalah bau kertas terbakar. Hal ini mungkin
terjadi karena tercampurnya asap pembakaran serat poliakrilat dengan serat lain sehingga bau
yang tercium dominan bau kertas terbakar. Serat poliakrilat berbau plastic karena serat tersebut
merupakan serat sintetik atau buatan yang sifat pembakarannya meleleh karena terbuat dari
plastic yang mudah meleleh.
Untuk sifat dan sisa pembakaran pada serat, begitu api padam harus segera mengidentifikasi
apakah serat tersebut meneruskan pembakaran atau tidak meneruskan pembakaran. Hal tersebut
memerlukan ketelitian dalam uji coba pembakaran pada serat.
Saat uji pembakaran, ada beberapa hal menarik yang dapat diamati. Pertama dari pengamatan
warna asap, hampir semua serat mengeluarkan asap berwarna putih saat api dipadamkan dari
serat, bahkan pada serat campuran seperti poliester-kapas, poliester-rayon, poliester-wool pun
mengeluarkan asap yang berwarna putih, yang menunjukan adanya kemungkinan serat campuran
tersebut lebih dominan serat kapas, rayon, dan wool, sehingga warna asap cenderung mengikuti
warna asap serat tersebut. Hal lainnya yang menarik adalah warna asap yang dihasilkan dari
pembakaran poliamida atau nilon adalah putih, padahal nilon merupakan serat buatan yang
bukan merupakan kondensasi dari selulosa seperti halnya rayon.
Dari pengamatan bau, serat-serat selulosa seperti kapas, rayon viskosa, dan rami mengeluarkan
bau khas kertas terbakar. Pada serat-serat protein seperti wool dan sutera mengeluarkan bau
rambut terbakar. Jika dibandingkan, aroma wool saat terbakar lebih kuat dari sutera karena
menurut literatur, wool memiliki kandungan sulfur atau belerang yang membuat aromanya lebih
kuat setelah terbakar ketimbang sutera. Pada pembakaran serat buatan yang polimernya terdiri
dari gugus hidrokarbon yang disubtitusikan dengan unsur tertentu seperti poliester,
nilon/poliamida, poliakrilat mengeluarkan bau seperti plastik terbakar.
Pada pembakaran serat campuran, bau yang tercium pun bercampur, semakin kuat bau yang
dikeluarkan maka semakin dominan serat tersebut, seperti halnya pada poliester-kapas dan
poliester-rayon saat pembakaran bau yang tercium dominan seperti kertas terbakar disbanding
plastic terbakar, hal tersebut terjadi karena lebih dominan serat kapas dan rayon dibandingan
dengan serat poliester. Sama halnya dengan poliester-wool bau yang lebih dominan tercium
adalah bau rambut terbakar dibandingkan plastic terbakar, hal tersebut terjadi karena lebih
dominan serat wool dibandingkan serat poliester.
Jika ditinjau dari sifat pembakaran dan sisa pembakaran. Serat kapas, rayon viskosa, dan rami
yang tergolong dalam serat selulosa cenderung meneruskan pembakaran. Sifat serat ini membuat
pabrik pembuatan tekstil dengan serat selulosa harus waspada dengan percikan api pada mesin,
karena jika serat selulosa yang terbakar akan membesar dan dapat menyebabkan kebakaran
besar. Itulah alasan pada mesin-mesin pengolahan serat selulosa, selalu disediakan magnet yang
berguna untuk menarik logam-logam yang terbawa kedalam mesin yang berkemungkinan
menimbulkan percikan api jika bergesekan dengan mesin
Sisa pembakaran dari seluruh serat selulosa yang diujikan berubah menjadi abu halus. Hal ini
menunjukan adanya reaksi oksidasi pada serat ketika dipanaskan atau dibakar. Pada pembakaran
serat protein yaitu wool dan sutera, serat tidak meneruskan pembakaran setelah dijauhkan dari
sumber api. Sisa pembakaran yang dihasilkan berupa arang yang remuk saat dipegang. Dan
untuk serat-serat buatan (selain selulosa dan protein) seperti poliester, poliakrilat, dan nilon, serat
meleleh saat dibakar dan mengeras setelah dijauhkan dari api dan dibiarkan sejenak.