BIOTEKNOLOGI TEKSTIL
“One-Step Process for Desizing and Bleaching of Cotton Fabrics Using the Combination of
Amylase and Glucose Oxidase Enzymes”
Penulis panjatkan puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan makalah berjudul “One-Step
Process for Desizing and Bleaching of Cotton Fabrics Using the Combination of Amylase and
Glucose Oxidase Enzymes” ini dengan baik. Makalah ini menjelaskan mengenai penggunaan
enzim pada proses penghilangan kanji dan pengelantangan kain, untuk tugas mata kuliah
Bioteknologi Tekstil. Tujuan dari makalah ini adalah menginformasikan hal-hal terkait proses
penghilangan kanji dan pengelantangan kain menggunakan enzim amilase dan glukosa oksidasi.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak M. Widodo selaku Dosen Bioteknologi
Tekstil yang telah memberikan bimbingan, dukungan, dan kepercayaan yang begitu besar
termasuk kepada Ibu Maya K. selaku Asisten Dosen. Harapan penulis adalah semoga makalah
ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi penulis, dan para pembaca.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan seperti ada
pepatah “tak ada gading yang tak retak”, demikian halnya dengan makalah ini. Mohon maaf
apabila makalah ini masih banyak kekurangan, baik dalam tutur kata maupun kelengkapan
informasi karena keterbatasan penulis dalam pengalaman. Oleh kerena itu, penulis berharap
kepada para pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun, sehingga
dapat memperbaiki makalah ini agar kedepannya dapat lebih baik untuk kesempurnaan makalah
ini.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih, semoga hasil Makalah ini dengan judul
“One-Step Process for Desizing and Bleaching of Cotton Fabrics Using the Combination of
Amylase and Glucose Oxidase Enzymes” dapat bermanfaat.
Penulis
ABSTRAK
Bakteri α amilase, banyak digunakan dalam proses desizing kain kapas grey, mengubah
kanji pati dalam benang lusi menjadi glukosa, gula pereduksi. Suatu upaya telah dilakukan,
proses desizing menggunakan enzim amilase, yang menghasilkan glukosa diubah menjadi
hidrogen peroksida menggunakan enzim glukosa oksidase. Hidrogen peroksida yang dihasilkan
dapat digunakan untuk proses bleaching pada kain kapas, dalam satu langkah. Konversi glukosa,
menjadi hidrogen peroksida, dipengaruhi oleh aerasi perendaman reaksi dan konsentrasi glukosa
oksidasi. Peningkatan signifikan dalam derajat putih dan daya serap kain, serta morfologi
permukaan kain juga diamati dalam hasil satu langkah proses desizing-bleaching menggunakan
enzim amilase-glukosa oksidasi pada kain kapas.
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
Tujuan kami adalah untuk menjelaskan proses desizing dan bleaching bisa dilakukan
dalam satu langkah dengan menggunakan enzim amilase-glukosa oksidasi. Hal ini bertujuan
agar proses desizing dan bleaching yang biasannya menggunakan zat kimia, dapat
digantikan oleh penggunaan enzim yang lebih ramah lingkungan dan lebih efisien karena
dilakukan satu langkah.
BAB II
DASAR TEORI
Sifat Fisika
Warna kapas tidak betul-batul putih, niasanya sedikit krem. Warna kapas akan lebih
tua setelah penyimpanan selama 2-5 tahun.
Kekuatan serat kapas terutama dipengaruhi oleh kadar sellulosa dalam serat, panjang
rantai dan orientasinya. Kekuatan serat kapas salamkeadan basah lebih tinggi dibandingkan
dalam keadan kering.
Mulur serat kapas termasuk tinggi diantara serat selulosa alam, yaitu kira-kira dua kali
mulur rami. Mulur serat kapas berkisar antara 4-17% dengan rata-rata 7% yang tergantung
dari jenisnya. MR kapas pada kondisi standar 7-8,5%. Sedangkan berat jenis serat kapas
yaitu 1.5-1,56.
Sifat Kimia
Beberapa zat pengoksidasi dan penghidrolisa akan merusak kapas sehingga
kekuatanya menjadi turun. Kerusakan karena oksidasi dengan terbentuknya oksi selulosa,
biasanya terjadi pada pengelantanganyang erlebihan, penyinaran dalam keadaan lembab atau
pemanasan yang lama pada suhu diatas 140℃.
Asam akan merusak kapas dan membentuk hidroselulosa. Alkali yang pekat akan
menyababkan penggelembungan yang besar pada serat seperti pada proses merserisasi, yang
menyebabkan serat menjadi lebih mengkilap dan kekuatannya menjadi lebih tinngi.
Pelarut yang biasa digunakan adalah kuproamonium hidroksida dan kuproatelina
diamina. Kapas mudah diserang oleh jamur dan bakteri, terutama pada keadan lembab dan
suhu hangat.Kapas memiliki beberapa sifat istimewa misalmya mudah dicuci, enak dipakai
dan murah, sehingga kapas lebih unggul disbanding serat lainnya.
Berdasarkan persamaan tersebut terlihat bahwa Km berbanding lurus dengan k-1. Oleh
karena itu, ketika afinitas enzim rendah terhadap substrat maka kompleks ES akan sulit
terbentuk dan reaksi cenderung mengarah ke arah penguraian ES menjadi E dan S. Hal ini
menimbulkan laju disosiasi balik atau k-1 menjadi tinggi yang berdampak pada nilai Km
yang tinggi pula. Berdasarkan persamaan, nilai Km yang tinggi dapat juga dikarenakan
tingginya nilai kcat (Rogers & Gibon 2009). Afinitas enzim yang tinggi mengakibatkan
kompleks ES lebih mudah terbentuk sehingga laju pembentukan ES atau k1 menjadi tinggi
yang berbanding terbalik dengan nilai Km yang rendah. Berdasarkan persamaan Michaelis-
Menten, saat v mencapai setengah vmaks maka nilai Km akan sebanding dengan konsentrasi
substrat pada titik tersebut. Oleh karena itu, nilai Km dapat diartikan sebagai konsentrasi
substrat saat v mencapai setengah vmaks (Rogers & Gibon 2009).
Turnover number atau bilangan putaran suatu enzim ialah nilai maksimal aktivitas
katalisis enzim tersebut, atau disebut juga sebagai kcat. Nilai kcat didefinisikan sebagai
jumlah molekul substrat yang diubah menjadi produk per satuan waktu pada satu molekul
enzim saat enzim tersebut jenuh oleh substrat (Nelson & Cox 2008). Nilai ini dapat
diperoleh dengan persamaan:
2.10. Mekanisme Proses Satu Langkah Desizing-Bleaching Pada Kain Kapas
Menggunakan Enzim Amilase-Glukosa Oksidase
Enzim amilase digunakan dalam proses desizing untuk menguraikan kanji pati yang
terdapat pada kain kapas mentah melalui reaksi hidrolisis hingga terpecah menjadi oligomer-
oligomer yang pada akhirnya berubah menjadi bagian terkecilnya yaitu glukosa.
Kemudian glukosa dari hasil desizing direaksikan dengan enzim glukosa oksidase
yang bekerja mengkatalisasi reaksi oksidasi glukosa dengan adanya supply oksigen hingga
menghasilkan hidrogen peroksida yang memiliki potensi untuk mengelantang kain kapas
dalam larutan yang sama.
Larutan glukosa dioksidasi telebih dahulu dengan katalisasi menggunakan enzim
glukosa oksidase pada pH 5 suhu 37oC selama 90 menit untuk menghasilkan hidrogen
peroksida yang kemudian digunakan untuk mengoksidasi ikatan rangkap
+ pada pigmen
kapas.
H2O2
Bahan
Untuk proses produksi enzim amilase
Sebelum Sesudah
Gambar 6. Hasil Pengujian SEM Sebelum Proses dan Sesudah Proses
Pada pengujian ini diliat morfologi permukaan serat kapas, menggunakan Scanning
Electron Microscope (SEM, Jeol 6390). Pengujian ini dilakukan dengan perbesaran 1000x
untuk menilai morfologi permukaan serat kapas sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan.
Hasil yang didapatkan dari proses bleaching menggunakan glukosa oksidase tampak sangat
jelas bebas dari kanji. Dapat terlihat bahwa kain sebelum perlakuan, serat menempel dan
menumpuk satu sama lain di banyak tempat, jika dilihat pada sesudah perlakuan terlihat
jelas perbedaanya tidak ada serat yang saling menumpuk satu sama lain. Terlihat juga bahwa
pada gambar sesudah perlakuan, pada penampang membujur menunjukkan permukaan yang
tampak jelas dan juga pada puntiran terlihat natural dari masing-masing serat.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari hasil percobaan satu langkah proses desizing-bleaching menggunakan enzim amilase-
glukosa oksidase pada kain kapas yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
Daya serap kain meningkat secara signifikan setelah dilakukan satu langkah proses
desizing-bleaching menggunakan enzim amilase-glukosa oksidase.
Pada proses bleaching konsentrasi enzim glukosa oksidase sangat berpengaruh terhadap
indeks derajat putih, yang paling optimal yaitu (80 unit/ml) menunjukkan nilai 73,6
(Unit CIE). Namun adanya residu dari glukosa dalam proses bleaching, memiliki
potensi untuk mengurangi nilai derajat putih. Hal ini dibutuhkan pasokan oksigen
eksternal dan konsentrasi glukosa oksidase yang tinggi dalam proses bleaching.
Proses ini lebih sedikit menghasilkan limbah, dan dapat dieksploitasi secara komersial
menggantikan proses kimia.
DAFTAR PUSTAKA
1. D. Saravanan, dkk. 2011. One-Step Process for Desizing and Bleaching of Cotton Fabrics
Using the Combination of Amylase and Glucose Oxidase Enzymes. Bannari Amman Institute
of Technology (Anna University, Coimbatore), Sathyamangalam, India.
2. Triana R. 2013. Pemurnian Dan Karakterisasi Enzim Glukosa Oksidase Dari Isolat Lokal
Aspergillus Niger. [skripsi]. Bogor: Fakultas MIPA, IPB.
3. Ahmad A, Syaiful A, Firman Ap, Patong AR. 2007. Imobilisasi enzim glukosa oksidasi dari
Penicillium sp-3 galur lokal. Indo. J. Chem. 7: 97 - 104.
4. Anwar YAS. 2006. Produksi dan karakterisasi enzim tanin asil hidrolase dari Aspergillus
niger. [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, IPB.
5. Bankar SB, Bule MV, Singhal RS, Ananthanarayan L. 2009. Optimization of Aspergillus
niger fermentation for the production of glucose oxidase. Food Bioprocess Technol 2: 344 -
352.
6. Soeprijono. 1973. Serat – Serat Tekstil. Bandung: Institut Teknologi Tekstil.
7. Ichwan, Muhammad, dkk. 2008. Pedoman Praktikum Teknologi Persiapan Penyempurnaan.
Bandung : Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.