TEKNOLOGI PENYEMPURNAAN
Grup : 2K3
2. Desti M, S.ST.
BANDUNG
2018
I. MAKSUD DAN TUJUAN
1.1. Maksud
Agar praktikan dapat mempelajari prinsip-prinsip dasar proses penyempurnaan lipatan
permanen pada kain kapas dengan variasi katalis dengan evaluasi kekakuan kain.
1.2. Tujuan
1. Memberikan lipatan permanen pada kain kapas.
2. Mengetahui pengaruh variasi katalis pada proses penyempurnaan lipatan permanen
pada kain kapas.
3. Dapat mengevaluasi hasil penyempurnaan lipatan permanen pada kain kapas dengan
evaluasi kekakuan kain.
H OH CH2OH H OH CH2OH
OH H H O OH H H O OH
O
H H H H H H
OH OH H OH OH H
H O H O
O H O H
CH2OH H OH CH2OH H OH
Bahan:
Air
Kain Kapas
Resin PVAC
3.2. Diagram Alir
3.4. Resep
Resep Larutan Resin
Reaktan : 80 g/l
Katalis : 20% dari resin
WPU : 70%, 2 menit
Drying : 100°C, 2 menit
Hot Plate : 170°C, 2 menit
Air : 200 ml
80
PVAC : x 200 : 16 gram
100
200 merupakan kebutuhan air yang digunakan untuk melarutkan resin, sehingga untuk
200 ml air dibutuhkan 16 gram PVAC.
Kain 1: 0,3 g
Kain 2: 0,3 g
Kain 3: 0,3 g
V. DISKUSI
Praktikum kain keras bertujuan untuk menjadikan kain kelabih kaku yang biasanya
dibutuhkan pada industry garmen, pada praktikum kali ini praktikan memdapatkan
variasi pada suhu proses curring atau pemanasan awetan. Seperti yang diketahui proses
pemanasan awetan sendiri bertujuan agar zat-zat dapat berpolimerisasi dan membentuk
ukuran molekul lebih besar sehingga terjebak dalam serat dan tidak dapat keluar lagi.
Kain yang digunakan adalah kain kapas.
Hal yang pertama dilakukan adalah menyiapkan larutan resin, kali ini resin yang
digunakan adalah PVAC, PVAC inilah yang akan membuat kain menadi keras dengan
membirikan lapisan film pada permukaan serat. PVAC yang digunakan sebanyak 80%
dari kebutuhan air. Karena air yang digunakan untuk melarutkan PVAC sebanyak 200
ml, maka PVAC yang ditimbang sebesar 18 gram.
Setelah larutan PVAC seesai dikerjakan, arutan dituang pada baki agar permukaan kain
bisa terendam sempurna dan rata, kain direndam kurang lebih satu menit sebelum
diperas menggunakan mesin padder, fungsi pemerasan sendiri adalah untuk
mengontakkan resin ke kain sehingga resin dapan menempel dan masuk sempurna ke
dalam serat.
Langkah selanjutnya setelah dilakukan padder kain yang masih basah dikeringkan
dengan mesin dryer dengan suhu 100°C, fungsi pengeringan adalah untuk mengurangi
kadar air pada kain yang sebelumnya tercelup resin yang dilarutkan oleh air. Kadar air
harus dikurangi karena yang diperlukan adalah resin, jika masih ada air dikhawatirkan
resin akan kembali larut saat dilakukan pencucian.
Tahap terpenting pada penyemurnaan kain keras adalah proses pemanas awetan, pada
saat pemanas awetan akan terjadi reaksi polimerisasi, resin didalam serat membentuk
struktur tiga dimensi dan pengikatan serat-serat secara fisik pada permukaan serat.
Pemanas awetan juga membantu proses fiksasi resin pada kain sehingga menghasilkan
kain yang kaku/keras. Pada proses pemanas awetan ini praktikan memvariasikan
suhunya yaitu 130°C,140°C, dan 150°C dengan suhu optimumnya adalah 140°C.
Untuk membuktikan pengaruh dari variasi suhu proses pemanas awetan maka
dilakukanlah evaluasi, kali ini evaluasi yang dilakukan adalah gramasi dan uji kekakuan
kain hasil proses, sesuai data yang telah dilampirkan pada data pengamatan dapat dilihat
bahwa kain 2 atau kain yang suhu pemanas awetannya 1400 C memiliki hasil yang
paling optimum dengan nilai rata-rata kekauannya paling tinggi yaitu 3.325 cms.
Hasil tersebut bisa terjadi karena ikatan resin dengan selulosa yaitu ikatan silang yang
terbentuk apabila suhu polimerisasi sudah tercapai, saat suhu lebih tinggi dari suhu
optimumnya memungkinkan katalis yang terkandung dalam resin terurai membentuk
asam yang dapat menghidrolisa kapas dan menyebabkan kekakuan menurun. Dan bila
suhunya rendahpun maka reaksi polimerisasi antara serat dan resinpun belum terjadi
secara sempurna sehingga hasilnyapun akan kurang maksimum.
VI. KESIMPULAN
Kain yang efek penggunaan resinnya paling baik adalah kain kapas dengan suhu
proses pemanasawetan 140°C.
Pada pemanasawetan resin akan berpolimerisasi dengan serat membentuk ikatan
silang, yang prosesnya sangat dipengaruhi oleh suhu.