Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI SERAT, KARET dan RESIN


(Uji Kelunturan pada Serat Tekstil)

Oleh:
Nama : Krisdiyanto Hidayat
NPM : 240310140028
Hari, Tgl Praktikum : Rabu, 1 Juni 2016
Asisten : 1. Allyza Vianti Putri
2. Andina Natalia
3. Chrispina Ayu Wijaya Kusuma
4. Sri Wulan

LABORATORIUM PASCA PANEN DAN TEKNOLOGI PROSES


DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2016
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Serat telah dikenal oleh manusia sejak ribuan tahun sebelum masehi. Serat
adalah potongan komponen yang membentuk jaringan utuh dan memanjang. Serat
terbagi menjadi dua jenis yakni serat alam dan serat buatan.
Serat alam diperoleh dari tumbuhan, hewan dan mineral. Karakteristik serat
alam bergantung kepada jenis tanaman, hewan atau mineral yang digunakan.
Namun pada umumnya, serat alam mempunyai karakteristik kuat, padat, dan mudah
kusut. Serat yang berasal dari tumbuhan memiliki dasar kimia selulosa yang
berdasarkan pada asal tumbuhannya dapat berasal dari biji, daun, batang dan buah

1.2 Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah
1. Mengetahui kelunturan dan beberapa kain tekstil.
2. Membandingkan kekuatan atau daya serap dari kain tekstil.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Serat atau fiber adalah suatu jenis bahan berupa potongan-potongan


komponen yang membentuk jaringan memanjang yang utuh. Contoh serat yang
paling sering dijumpai adalah serat pada kain. Material ini sangat penting dalam
ilmu Biologi baik hewan maupun tumbuhan sebagai pengikat dalam tubuh.
Manusia menggunakan serat dalam banyak hal: untuk membuat tali, kain, atau
kertas. Serat dapat digolongkan menjadi dua jenis yaitu serat alami dan serat sintetis
(serat buatan manusia). Serat sintetis dapat diproduksi secara murah dalam jumlah
yang besar .Serat alami memiliki kelebihan khususnya dalam hal
kenyamanan,karena terbuat dari tumbuhan dan hewan (Sulam, 2008).
Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen antara dua atau lebih zat
yang terdispersi baik sebagai molekul, atom maupun ion yang komposisinya dapat
bervariasi. Larutan dapat berupa gas, cairan atau padatan. Larutan encer adalah
larutan yang mengandung sejumlah kecil solute, relatif terhadap jumlah pelarut.
Sedangkan larutan pekat adalah larutan yang mengandung sebagian besar solute.
Solute adalah zat terlarut, sedangkan solvent (pelarut) adalah medium dalam mana
solute terlarut (Baroroh, 2004).
Asam asetat atau lebih di kenal sebagai asam cuka (CH3COOH) adalah
suatu senyawa berbentuk cairan, tak berwarna, berbau menyengat, memiliki rasa
asam yang tajam dan larut di dalam air, alkohol, gliserol, dan eter. Pada tekanan
asmosferik, titik didihnya 118,1oC. Asam asetat mempunyai aplikasi yang sangat
luas di bidang industri dan pangan. Di Indonesia, kebutuhan asam asetat masih
harus di import, sehingga perlu di usahakan kemandirian dalam penyediaan bahan
(Hardoyo, 2007).
Basa adalah senyawa atau zat yang dalam air dapat menghasilkan ion
hidroksida sehingga dapat meningkatkan konsentrasi ion hidroksida. Jadi pembawa
sifat basa adalah ion OH- (Muslim, 2008).
BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
1. Pinset
2. Wadah
3.1.2 Bahan
1. Air
2. Asam cuka
3. Deterjen
4. Kain Chifon
5. Kain Cotton
6. Kain Cotton Stretch
7. Kain Denim
8. Pewarna tekstil

3.2 Prosedur Praktikum


3.2.1 Air
1. Menyiapkan beberapa potong kain berbeda jenis.
2. Larutkan pewarna tekstil dengan air pada wadah,kemudian rendam selama
30 menit.
3. Larutkan deterjen ke dalam air.
4. Setelah direndam, ambil kain menggunakan pinset dan dijemur dibawah
sinar matahari.
5. Setelah kering, kain ditetesi air kurang lebih sebanyak 10 tetes.
6. Amati kelunturan setiap kain dan bandingkan ketahanan warna dari setiap
kain tersebut.
3.2.2 Asam
1. Menyiapkan beberapa potong kain berbeda jenis.
2. Larutkan pewarna tekstil dengan air pada wadah,kemudian rendam selama
30 menit.
3. Larutkan deterjen ke dalam air.
4. Setelah direndam, ambil kain menggunakan pinset dan dijemur dibawah
sinar matahari.
5. Setelah kering, kain ditetesi asam kurang lebih sebanyak 10 tetes.
6. Amati kelunturan setiap kain dan bandingkan ketahanan warna dari setiap
kain tersebut.
3.2.2 Basa
1. Menyiapkan beberapa potong kain berbeda jenis.
2. Larutkan pewarna tekstil dengan air pada wadah,kemudian rendam selama
30 menit.
3. Larutkan deterjen ke dalam air.
4. Setelah direndam, ambil kain menggunakan pinset dan dijemur dibawah
sinar matahari.
5. Setelah kering, kain ditetesi basa kurang lebih sebanyak 10 tetes.
6. Amati kelunturan setiap kain dan bandingkan ketahanan warna dari setiap
kain tersebut.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN

Tabel 1. Hasil Uji Kelunturan

Warna Kelunturan setelah ditetesi


Nama Kain
Kain Pewarna Air Asam Basa
Cotton Merah Biru Tua *** **** ****
Cotton Hitam
Biru Tua ***** ***** *****
Stretch Putih
Sifon Pink Biru Tua ** *** ***
Denim Navy Blue Biru tua **** **** ****
BAB V
PEMBAHASAN

Praktikum terakhir ini adalah analisis uji kelunturan pada serat tekstil. Serat
yang dipilih untuk pengujian ini adalah serat Cotton, Cotton Stretch, Sifon, dan
Denim. Serat-serat tersebut dipilih karena jenis serat tersebut mudah didapat dan
termasuk jenis serat yang banyak digunakan. Serat tersebut diuji dengan
menggunakan tiga perlakuan, yaitu dengan ditetesi ait, asam, dan basa
Pada pengujian pertama yaitu serat Cotton terlihat pewarna tektil
mengalami kelunturan pada saat ditetesi oleh air, asam dan basa. Tetapi saat ditetesi
air, kelunturan yang dialami tidak sebanyak pada saat ditetesi asam dan basa. Hal
ini dikarenakan jenis serat Cotton memiliki kerapatan yang lumayan tinggi,
sehingga perlu waktu dan perlakuan tambahan agar pewarna dapat meresap
kedalam serat. Sementara yang terjadi pada pengujian serat ini, saat pemberian
warna waktu yang digunakan untuk membiarkan warna masuk kedalam serat
sangatlah sebentar, ini dikarenakan intensitas matahari yang ada pada saat
praktikum sangatlah sedikit. Ini mengakibatkan pewarna yang terserap sangatlah
sedikit. Sementara pada saat kain ditetesi asam dan basa, serat Cotton melunturkan
pewarna lebih banyak dibandingkan dengan air. Ini terjadi karena asam dan basa
merupakan bahan kimia, sehingga dapat mempengaruhi peluruhan lebih cepat.
Pengujian kedua adala pengujian terhadap serat Cotton Stretch. Serat ini
memiliki karakteristik yang cukup unik, yaitu dapat memuai saat mendapat tarikan.
Pada saat dilakukan pengujian, pewarna yang digunakan tidak menempel. Sehingga
kelunturan yang dihasilkan sangatlah pekat. Ini dapat dipengaruhi oleh karakteristik
kain yang dapat memuai dan disebabkan oleh kain yang digunakan merupakan kain
jadi yang sudah diberi warna sebelumnya. Sehingga pada saat diberi pewarna ulang,
pewarna tidak terserap oleh kain. Ini yang menyebabkan pewarna luntur saat
dilakukan pengujian.
Pengujian ketiga adala pengujian terhadap serat Sifon. Serat ini merupakan
yang paling tipis diantara bahan pengujian lainnya. Ini terlihat dari kelunturan yang
terlihat sangat pengujian. Pewarna yang diberikan cepat meresap sehingga
kelunturan yang dihasilkan cukup sedikit.
Pengujian terakhir adalah pengujian terhadap serat denim. Serat ini cukup
tebal. Pada saat pengujian terlihat kelunturan yang cukup banyak. ini disebabkan
karena proses penjemuran yang tidak optimal, sehingga pewarna yang diberikan
tidak menyerap dengan baik, dan serat ini sudah diberi warna sebelumnya oleh
karena ini pewarna yang diberikan saat pengujial sulit untuk menyerap pada kain.
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari praktikum ini adalah :
1. Faktor pengeringan dapat mempercepat peresapan pewarna kedalam serat
2. Serat yang sudah diberi warna sebelumnya, akan sulit untuk ditambahn
pewarna baru
3. Asam dan Basa dapat meluruhkan warna lebih banyak dibandingkan dengan
air
4. Semakin rapat komposisi serat, maka semakin lama pewarna akan meresap
5. Karakteristik serat dapat mempengaruhi penyerapan

6.2 Saran
Saran yang diberikan untuk praktikum selanjutnya adalah :
1. Sebaiknya asisten menyediakan atau menambahan alat yang digunakan
untuk membantu pengeringan serat jika cuaca tidak mendukung seperti
kipas angin atau pengering rambut
2. Sebaiknya pewarna yang digunakan berwarna terang agar terlihat tingkat
pewarnaanya pada serat
3. Sebaiknya pengujian menambahkan pengujian terhadap pewarna alami agar
terlihat perbedaaanya.
DAFTAR PUSTAKA

Baroroh, Umi L. U. 2004. Diktat Kimia Dasar I. Universitas Lambung Mangkurat.


Banjarbaru.
Hardoyo, A.E.T. 2007. Kondisi Optimum Fermentasi Asam Asetat Menggunakan
Acetobacter aceti. Jakarta.
Muslim, F. dan Suhendar, C. 2008. Kimia untuk SMK Kelompok Teknologi dan
Kesehatan. Bandung. Grafindo Media Pratama.
Sulam, abdul latief. 2008. Teknik Pembuatan Benang dan Pembuatan Kain Jilid 1.
Jakarta. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
LAMPIRAN

gambar 1. Kelunturan pada serat gambar 2. Setelah pengujian

Anda mungkin juga menyukai