LANDASAN TEORI
dalam proses Colour Matching tidak hanya dibutuhkan pengetahuan teknik tetapi
juga feeling yang kuat, dalam proses matching hal pertama yang harus kita pahami
adalah jenis-jenis warna itu sendiri. Jenis warna ada dua macam, yaitu :
suatu image (seperti gambar manusia, objek dll). Yang terdiri dari warna C
image dengan 4 warna dasar ini saling tumpang tindih masing-masing berbentuk
Spot Colour sangat banyak jumlahnya, dan dapat dibentuk oleh beberapa
basic colour. Adapun sebagian besar di dunia menggunakan pantone colour guide
sebagai acuan proses colour matching. Prinsip dasar proses colour matching
yaitu : colour wheel, colour shade (arah warna) , dan colour strengh (kekuatan
warna). Colour Wheel atau roda warna adalah diagram warna yang menyediakan
ilustrasi berguna tentang warna apa saja yang cocok dan warna apa saja yang tidak
Pencelupan adalah suatu proses pemberian warna dan bahan serat, benang,
ataupun kain secara merata dan baik, yang bersifat permanen dengan zat warna
berbagai cara, tergantung dari jenis zat warna dan serat yang diwarnai. Proses
Tahap-tahap pencelupan :
3.2.1. Migrasi
Pada tahap ini, zat warna dilarutkan dan diusahakan agar larutan zat warna
bergerak menmpel pada bahan. Zat warna dalam larutan mempunyai muatan
terjadi difusi dari bagian larutan dengan konsentrasi rendah. Bagian dengan
konsentrasi rendah terletak dipermukaan serat, yaitu pada kapiler serat. Jadi zat
warna dan mengusahakan agar zat warna menuju pada permukaan bahan.
3.2.2. Adsorpsi
Peristiwa difusi menyebabkan zat warna berkumpul pada permukaan serat.
Daya Adsorpsi atau Penjerapan akan terpusat pada permukaan serat, sehingga zat
warna akan terserap menempel pada bahan. Seperti menyerap zat warna dari
3.2.3. Difusi
Daya adsorpsi akan terpusat pada permukaan serat, sehingga zat warna akan
terserap menempel pada bahan. Seperti menyerap zat warna dari permukaan kain
3.2.4. Fiksasi
Fiksasi terjadi karena adanya ikatan antara molekul zat warna dengan serat,
yaitu ikatan antara gugus auksokrom dengan serat. Seperti mengikat zat warna
1. Pengaruh Elektrolit.
memperbesar jumlah zat warna yang terserap oleh serat, meskipun beraneka zat
2. Pengaruh Suhu.
keadaan setimbang penyerapan zat warna pada suhu yang tinggi akan lebih sedikit
bila dibandingkan penyerapan pada suhu yang rendah. Akan tetapi dalam praktik
keadaan setimbang tersebut tersebut sukar dapat dicapai hingga pada umumnya
terhadap berat bahan tekstil yang diproses. Dalam kurva isotherm terlihat bahwa
pertandingan larutan celup yang kecil, sehingga zat warna yang terbuang atau
hilang hanya sedikit. Untuk mengurangi pemborosan dalam pemakaian zat warna
Dengan menambahkan zat warna baru pada larutan bekas tadi maka dapat
4. Pengaruh pH
Fiksasi zat warna reaktif pada serat selulosa terjadi pada pH 10,5-12,0,
reaktif yang sudah terserap dalam serat akan bereaksi dengan serat selulosa dan
terjadi pad pH tinggi oleh adanya penambahan alkali. Walaupun reaksi hidrolis
zat warna reaktif dengan air terjadi pada pH tinggi, namun reaksi hidrolis tersebut
sangat sedikit kemungkinan terjadinya karena zat warna telah terserap kedalam
serat. Oleh karena itu, penambahannya alkali dilakukan pada tahap kedua setelah
zat warna terserap oleh serat. Apabila penambahan alkali tersebut dilakukan pada
membentuk jaringan memanjang yang utuh. Contoh yang paling sering dijumpai
adalah serat pada kain. Material ini sangat penting dalam ilmu biologi baik hewan
1. Serat Alami
Serat alami meliputi serat yang diproduksi oleh tumbuh-tumbuhan, hewan dan
proses geologis. Serat jenis ini bersifat dapat mengalami pelapukan. Serat alami
jenis serat ini yaitu : katun dan kain ramie. Serat tumbuhan digunakan
C. Serat hewan, umumnya tersusun atas protein tertentu. Contoh dari serat
hewan yang dimanfaatkan oleh manusia adalah serat ulat (sutra) dan bulu
domba (wol).
D. Serat mineral, umumnya dibuat dari asbestos. Asbestos adalah satu
satunya mineral yang secara alami terdapat dalam bentuk serat panjang.
2. Serat Sintetis
Serat sintetis atau serat buatan manusia umumnya berasal dari bahan
petrokimia. Namun, adapula serat sintetis yang dibuat dari selulosa alami seperti
rayon.
3. Serat polimer
Serat polimer adalah bagian dari serat sintetis. Serat jenis ini dibuat melalui
proses kimia. Bahan yang umum digunakan untuk membuat serat polimer.
A. Polyamida nilon
Polyethyene.
1. Warna.
Warna kapas tidak terlalu putih tapi kecoklat-coklatan (cream), adapula yang
2. Kekuatan.
Kekuatan dalam keadaan basah semakin tinggi. Kekuatan serat kapas per
bundle rata-rata 96700 pon per inchi dengan kekuatan minumum 70000 dan
3. Mulur
Mulur serat kapas putus termasuk tinggi berkisar 4-13%, rata-rata 7%.
4. Keliatan.
menerima kerja.
5. Kekuatan.
Moisture Regain serat kapas pada kondisi standar berkisar antara 7 - 8,5% .
6. Berat Jenis.
7. Indeks Bias.
Indeks bias serat kapas sejajar dengan sumbu serat = 1,58 dan melintang =
1,53.
a) Mudah dicuci
b) Nyaman dipakai
3.6 Knitting
Proses pengerjaan kain rajut sedikit ada perbedaan dengan kain tenun.
tersendiri dalam pekerjaannya yaitu proses pengerjaan bahan rajut tidak boleh
terlalu banyak tegangan, karena bahan rajut memerlukan pegangan yang soft dan
empuk.
Bahan ini dibuat menggunakan mesin rajut datar, jenis-jenis bahan ini
seperti ini dibuat menggunakan mesin rajut bundar. Kain rajut macam ini
dll.
Yang paling banyak beredar dipasaran adalah kain rajut bundar bentuk
grey. Kain rajut bundar adalah berupa gulungan bulat memanjang selebar kain
yang dihasilkan. Lebar kain dihasilkan tergantung lebar mesin yang digunakan
Proses pengerjaannya, kain grey terlebih dahulu harus dibuka agar tidak
Kain rajut atau knitting yang biasa disebut bahan kaos banyak beredar
dipasaran. Pakaian yang terbuat dari bahan kaos ini banyak diminati masyarakat,
karena pakaian dari bahan ini bisa digunakan disegala acara tergantung dari model
Jenis mesin rajut pada dasarnya berbeda dengan pembuatan kain tenun
(woven), baik cara maupun peralatannya. Jenis mesin rajut ada dua macam, yaitu :
3.7.1 Pemasakan
Tujuan dari proses pemasakan pada kain kapas yaitu untuk menghilangkan
zat-zat dan kotoran-kotoran dari serat yang berupa : lamak, malam, protein,
pewarna alam, dan debu-debu. Hal-hal yang terjadi saat proses pemasakan serat
4. Mineral-mineral dilarutkan.
terbentuk.
7. Kotoran luar seperti sisa daun, sisa biji dan hilangkan dengan cara mekanik
R—COOH-H+NaOH R-COO-Na+H20.
2R-COO-H+Na2CO3 (RCOO)2Ca+2H2O
3.7.2 Pengelantangan
ssetelah proses pengelantangan kain menjadi putih bersih dan netral dari zat-zat
Zat warna adalah semua zat yang berwarna dan dapat menimbulkan warna.
4. Ketahanan luntur.
Zat warna ini dapat bereaksi dengan serat selulosa, sehingga memberikan
tahan luntur yang baik. Reaktifitas zat warna ini bermacam-macam, sehingga
sebagian dapat digunakan pada suhu rendah, sedangkan kain yang digunakan pada
suhu rendah, sedangkan kain yang digunakan pada suhu tinggi. Zat warna reaktif
ini termasuk golongan zat warna yang larut dalam air dan mengadakan reaksi
kimia dengan selulosa membentuk ikatan kovalen (terkuat diantara jenis ikatan).
Setelah bereaksi dengan selulosa, zat warna reaktif menjadi bagian dari selulosa,
yang sangat tinggi. Berat molekul zat warna reaktif kecil, maka kilapnya akan
lebih baik daripada zat warna direk. Karena terlalu banyak gugus azo, maka zat
warna ini mudah rusak oleh reduktor kuat. Tidak tahan terhadap oksidator yang
2. Mudah terhidrolisa.
Menurut cara pemakaian zat warna reaktif dibagi menjadi dua golongan, yaitu :
Zat warna reaktif panas mempunyai kereaktifan yang rendah, sehingga pada
pemakaiannya perlu dipanaskan pada suhu 60-80°C. Yang membedakan jenis zat
warna reaktif dingin dan panas yaitu suhu yang digunakan pada proses
pencelupannya. Didalam air, zat warna reaktif dapat terhidrolisa. Sehingga sifat
reaksinya hilang dan hal ini menyebabkan sifat ketahanan lunturnya berkurang.
Pada dasarnya mekanisme pencelupan zat warna reaktif terdiri dari dua
tahap. Tahap pertama merupakan tahap penyerapan zat warna kedalam serat. Pada
tahap ini tidak terjadi reaksi antara zat warna dengan serat. Selain itu, karena
reaksi terhidrolisa terhadap zat warna lebih banyak terjadi pada pH tinggi, maka
pada tahap ini zat warna akan lebih banyak terserap kedalam serat dari pada
merupakan fiksasi yaitu reaksi antara zat warna yang sudah terserap berada dalam