Exhaust
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui cara memilih zat warna dan zat pembantu
yang akan digunakan, dapat menghitung kebutuhan zat warna dan zat pembantu sesuai dengan
resep yang digunakan, mengetahui cara membuat larutan induk zat warna dan larutan pencelupan,
serta melaksanakan proses pencelupan kain kapas dengan zat warna direk metoda exhaust dan
mengevaluasi hasil proses pencelupan dengan baik dan benar.
Penampang melintang
Penampang melintang serat kapas berbentuk sangat bervariasi hampir bulat tetapi pada
umumnya berbentuk seperti ginjal.
Penampang membujur
Penampang membujur serat kapas berbentuk seperti pita terpuntir. Kedewasaan serat kapas
dapat dilihat dari tebal tipisnya dinding serat,makin dewasa makin tebal dinding seratnya,
dimana lebih besar dari setengah lumennya. Serat-serat yang belum dewasa kekuatannya
rendah dan dalam pengolahan menimbulkan banyak limbah, misalnya timbul nep yaitu
sejumlah serat yang kusut membentuk bulatan-bulatan kecil yang tidak dapat diuraikan
kembali.
Serat selulosa merupakan serat hidrofil yang strukturnya berupa polimer selubiosa, dengan
derajat polimerisasi (DP) bervariasi, contoh DP kapas sekitar 3000. Makin rendah DP daya serap
airnya makin besar, contoh : moisture regain (MR) kapas 7-8 %.
Struktur serat selulosa adalah sebagai berikut,
H OH CH 2OH
O
OH H H H H
O O O
OH H
H O H
CH2OH H OH n
Gugus –OH primer pada selulosa merupakan gugus fungsi yang berperan untuk mengadakan
ikatan dengan zat warna direk berupa ikatan hidrogen. Serat selulosa umumnya lebih tahan alkali
tapi kurang tahan suasana asam, sehingga pengerjaan proses persiapan penyempurnaan dan
pencelupannya lazim dilakukan dalam suasana netral atau alkali.
Zat warna direk adalah zat warna yang dapat mencelup serat selulosa secara langsung dengan
tidak memerlukan sesuatu senyawa mordan. Zat warna direk bersifat larut dalam air, sehingga
dapat langsung dipakai dalam pencelupan serat selulosa seperti katun, rayon dan rami. Zat warna
direk relatif murah harganya dan mudah pemakaiannya, tetapi warnanya kurang cerah dan tahan
luntur hasil celupannya kurang baik.
Zat warna direk sering disebut juga:
Zat warna substantiv (substantivitasnya tinggi sehingga terserap baik oleh serat selulosa)
Zat warna garam (menggunakan garam/elektrolit dalam pemakaiannya)
Zat warna azo (umumnya berinti azo)
Zat warna langsung (langsung memberi warna)
Zat warna direk tersebut juga zat warna substantive karena dapat terserap baik oleh selulosa, atau
zat warna garam karena dalam pencelupannya. Beberapa jenis zat warna direk dapat mencelup
serat-serap protein.
Pada dasarnya zat warna direk merupakan pewarna organik yang dalam sistem kromogennya
terdapat gugus pelarut, biasanya berupa gugus sulfonat. Struktur zat warna direk dapat
digolongkan dalam jenis azo, stilbena, tiazolum dan ftalosianina. Kebanyakan zat warna direk
termasuk jenis azo yang berupa monoazo, diazo, triazo dan poliazo, sehingga zat warna direk
umumnya tidak tahan reduktor. Terdapat pula zat warna direk khusus yang tahan luntur hasil
celupannya lebih baik, yaitu zat warna direk yang mengandung logam. Agar tidak rusak, zat warna
direk yang mengandung logam tidak boleh dipakai dalam larutan celup yang mengandung zat
pelunak air.
Cl Direct Brown 44
Selain zat warna direk biasa, terdapat pula zat warna direk khusus yang tahan luntur hasil
celupannya lebih baik, yaitu zat warna direk yang mengandung logam. Agar tidak rusak, zat
warna direk yang mengandung logam tidak boleh dipakai dalam larutan celup yang mengandung
zat pelunak air.
Gugusan hidroksil dalam molekul selulosa memegang peranan penting pada pencelupanm dengan
zat warna direk. Apabila atom, hydrogen dari gugusan hidroksil tersebut diganti dengan gugusan
asetil, maka serat tak dapat dicelup dengan zat warna direk lagi. Hal tersebut disebabkan karena
gugusan hidroksil dalam molekul selulosa dapat mengadakan ikatan hidrogenk dengan gugusan-
gugusaon hidroksil ; amina dan azo dalam molekul zat warna.Pada umumnya zat warna direk
merupakan senyawa diazo yang mengandung beberapa gugusan sulfonat. Oleh meyer
dikemukakan bahwa substantivitas zat warna direk hanya terdapat pada molekul-molekul yang
berbentuk memanjang sehingga dapat terletak lurus di permukaan serat. Peristiwa dikhroisma
merupakan salah satu bukti bahwa zat warna direk memang terletak pada permukaan molekul-
molekul serat yang terorientasi sejajar dengan sumbu serat.
Maka senyawa azo yang berbentuk trans lebih substantive dari pada senyawa cis. Kemudian
Hodgson dan Mardsen menambahkan, selain molekul tersebut harus linear, maka inti-inti
aromatiknya harus pula terletak pada satu bidang. Misalnya senyawa Benzopur-purin 4B adalah
substantive, tetapi senyawa isomernya dengan inti dimetil, benzidina tidak substantive.Shcirm
berpendapat bahwa substantivitas disebabkan oleh suatu sistem ikatan rangkap yang berkoyugasi
yang kemudian oleh Hodgson dan Marsden dengan teori resonansi dimana inti-inti aromatiknya
harus terletak pada suatu bidang.Peter dan sumber menegaskan bahwa substantivitas tidak hanya
disebabkan oleh terjadinya ikatan hydrogen antara zat warna dan selulosa, tetapi jenis ikatan Van
der Waals jgua memegang peranan pentingh. Lead menguatkan teori diatas dengan
menyimpulkan bahwa afinitas ditimbulkan oleh reaksi bolak-balik antara elektron-elektron di
dalam sistem konyugasi lanjut dengan atom-atom hydrogen dari gugusan hidroksi molekul
selulosa.
Temperature
No Sifat Self Levelling Salt Controllable
Controllable
Tergantung
1 Migrasi Tinggi Tergantung temperatur
elektrolit
Dapat dinaikan Temperatur dinaikan
2 Temperatur Langsung 1000C langsung dari 300C secara bertahap dari
ke 1000C 300C ke 1000C
Ditambahkan Ditambahkan
3 Elektrolit Ditambahkan sekaligus
sekaligus bertahap
Kebanyakan zat-zat warna direk mempunyai penyerapan maksimum di bawah 1000C dan
afinitasnya pada suhu tersebut sudah kecil lebih-lebih pada suhu diatas 1000C. Untuk
memperoleh warna yang lebih tua dan rata maka bahan setelah dicelup pada suhu diatas 100 0C,
hendaknya larutan dibiarkan mendingin hingga suhu 85 – 900C untuk menambah besarnya
penyerapan.
2.4. Faktor-faktor yang Berpengaruh
a. Pengaruh Elektrolit
Penambahan elektrolit ke dalam larutan celup akan menambah penyerapan zat warna,
walaupun kepekaan tiap zat warna berbeda-beda. Pada gambar terlihat bahan zat warna
direk A kurang peka terhadap penambahan elektrolit, sedang zat warna direk B sangat
peka. Di dalam larutan, selulosa bermuatan negatif sehingga akan menolak ion negatif dari
zat warna direk. Penambahan elektrolit akan mengurangi atau menghilangkan muatan
negatif dari serat, sehingga molekul-molekul zat warna akan tertarik oleh serat.
Semakin banyak gugusan sulfonat terkandung dalam zat warna direk tanpa penambahan
elektrolit akan mencelup dengan hasil yang sangat muda.
b. Pengaruh Suhu
Peristiwa pencelupan adalah peristiwa keseimbangan yang eksotermik. Pada suhu yang
lebih tinggi, jumlah zat warna yang dapat diserap oleh serat pada keadaan setimbang
akan berkurang. Apabila suhu dinaikkan, jumlah zat warna yang dapat terserap oleh serat
akan bertambah sampai mencapai harga tertentu, kemudian akan berkurang kembali.
Persiapan Bahan
Persiapan Alat
Bahan
Bilas Proses Iring
Serap
30oC
10’ 45’ 10’
o
10 40 70 90 30 C
Menit
3.3 Resep
Resep Resep 1 Resep 2 Resep 3 Resep 4
Zat Warna Direk 0,02 g/L
Pembasah 1 ml/L
NaCl 40 g/L
Na2CO3 - 2 g/L
Vlot 1:20
Waktu 45 menit
Suhu 90°C
Na2CO3 =−
Air = 93,8 − 1,876 − 0,0938 − 3,752 = 88,0782 𝑚𝐿
2. Resep 2
Berat Bahan = 4,60 𝑔𝑟𝑎𝑚
Vlot = 4,60 × 20 = 92 𝑚𝐿
2
Zat Warna = 100 × 92 = 1,84 𝑔𝑟𝑎𝑚
1
Pembasah = 1000 × 92 = 0,092 𝑚𝐿
40
NaCl = × 92 = 3,68 𝑔𝑟𝑎𝑚
1000
Na2CO3 =−
Air = 92 − 1,84 − 0,092 − 3,68 = 86,388 𝑚𝐿
3. Resep 3
Berat Bahan = 4,69 𝑔𝑟𝑎𝑚
Vlot = 4,69 × 20 = 93,8 𝑚𝐿
2
Zat Warna = 100 × 93,8 = 1,876 𝑔𝑟𝑎𝑚
1
Pembasah = 1000 × 93,8 = 0,0938 𝑚𝐿
40
NaCl = 1000 × 93,8 = 3,752 𝑔𝑟𝑎𝑚
2
Na2CO3 = 1000 × 93,8 = 0,1876 𝑔𝑟𝑎𝑚
4. Resep 4
Berat Bahan = 4,70 𝑔𝑟𝑎𝑚
Vlot = 4,70 × 20 = 94 𝑚𝐿
2
Zat Warna = 100 × 94 = 1,88 𝑔𝑟𝑎𝑚
1
Pembasah = 1000 × 94 = 0,094 𝑚𝐿
40
NaCl = 1000 × 94 = 3,76 𝑔𝑟𝑎𝑚
2
Na2CO3 = 1000 × 94 = 0,188 𝑔𝑟𝑎𝑚
3.6 Evaluasi
3.5.1 Sample
Kain 1 Kain 2 Kain 3 Kain 4
3.5.2 Penilaian
1. Ketuaan Warna
Kain
Pengamat
I II III IV
1 2 3 1 4
2 1 3 2 4
3 1 3 2 4
4 1 3 2 4
5 2 3 1 4
Σ 7 15 8 20
Jadi proses pencelupan kain kapas dengan zat warna direk metoda exhaust dari yang tercelup paling
tua warnanya, urutannya yaitu: Kain IV, Kain II, Kain III, Kain I
2. Kerataan Warna
Kain
Pengamat
I II III IV
1 3 1 4 2
2 3 1 4 2
3 3 1 4 2
4 4 1 4 2
5 3 2 4 1
Σ 16 6 20 9
Jadi proses pencelupan kain kapas dengan zat warna direk metoda exhaust dari yang tercelup paling
rata warnanya, urutannya yaitu: Kain III, Kain I, Kain IV, Kain II
IV. Diskusi
Pada percobaan pencelupan serat selulosa menggunakan zat warna direk, variasi yang
digunakan adalah variasi proses Iring dan variasi Na2CO3 . Percobaan ini dilakukan
melalui proses diskontinyu yaitu exhaust pada suhu 90oC . Pertama-tama air, zat warna,
pembasah dan Na2CO3 dimasukkan terlebih dahulu, itu dilakukan agar zat warna larut
sempurna didalam air dengan bantuan Na2CO3. setelah 10 menit baru dimasukkan NaCl
guna mempercepat penyerapan zat warna. Pada proses pencelupan penambahan NaCl
tidak dilakukan diawal karena NaCl dapat meningkatkan tegangan permukaan sehingga
pembasah yang berfungsi menurunkan tegangan permukaan tidak dapat berfungsi
dengan baik. Pada prinsipnya penambahan garam justru akan merintangi penyerapan
zat warna karena disebabkan anion-anion garam akan menempati tempat yang aktip
dalam serat sehingga untuk mengantisipasi itu maka penambahan NaCl dilakukan
setelah larutan dan kain didiamkan selama 10 menit agar tempat yang aktif dapat
tempati oleh anion-anion zat warna.
A. Penamabahan Na2CO3
B. Proses Iring
Kemudian pada sampel yang melalui proses iring dengan tanpa melalui
proses Iring (resep 2 dan 4) didapat bahwa yang melaui proses Iring warnanya
lebih tua dibandingkan tanpa mealui proses Iring. Karena zat warna direk hanya
berikatan fisika dengan serat yaitu ikatan hidrogen dan ikatan van der waals
maka ketahanan lunturnya tidak baik, guna memperbaiki ketahanan luntur zat
warna maka setelah proses pencelupan dilakukan proses iring menggunakan zat
pemfiksasi kationik. Zat pemfiksasi kationik ini akan berikatan dengan zat warna
didalam serat sehingga molekul zat warna tersebut akan menjadi besar dan
ketahanan lunturnya baik dikarenakan ikatan van der waalsnya akan semakin kuat
apabila molekulnya bertambah besar dan apabila molekulnya besar maka akan
lebih sulit zat warna untuk keluar dari serat. Proses pencucian dilakukan untuk
menghilangkan zat warna yang hanya menempel pada permukaan serat tidak
terfiksasi dengan serat.
X. Kesimpulan
Daftar Pustaka