BEJANA-BELERANG
MAKALAH
diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Teknologi Pencelupan 1
Oleh :
KELOMPOK 4 / 2K4
- Ade Vera (15020091)
- Chaerul Hanif (15020096)
- Ibrahim Rabbani R (15020105)
- M. Andriadi Maghfira (15020107)
- Pujianita Dwi Lestari Herdiman (15020110)
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya, penyusun dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul Pencelupan Kain Kapas Dengan Zat Warna Bejana-Belerang ini dengan baik
dan lancar. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas Mata
Kuliah Teknologi Pencelupan 1.
Penyusun,
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
Tujuan dibuat makalah ini yaitu untuk mengetahui bagaimana mekanisme
pencelupan serat kapas dengan menggunakan zat warna bejana-belerang (hidron)
serta mengetahui kelebihan dan kekurangan pencelupan dengan zat warna tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
Gambar
3.2 Penampang melintang dan membujur serat kapas
Sumber: Soeprijono.P. Serat-Serat Tekstil. Institut Teknologi Tekstil. 1973. Hal 41
Serat selulosa merupakan serat hidrofil yang strukturnya berupa polimer
selubiosa, dengan derajat polimerisasi (DP) bervariasi, contoh DP kapas sekitar 3000.
Makin rendah DP daya serap airnya makin besar, contoh : moisture regain (MR) kapas
7-8 %. Struktur serat kapas adalah sebagai berikut :
Gugus OH primer pada selulosa merupakan gugus fungsi yang berperan untuk
mengadakan ikatan dengan zat warna. Serat selulosa umumnya lebih tahan alkali
tapi kurang tahan suasana asam, sehingga pengerjaan proses persiapan
penyempurnaan dan pencelupannya lazim dilakukan dalam suasana netral atau
alkali.
H
N O
O N
H
O
CI Vat Blue 4
Zat warna bejana mempunyai afinitas terhadap serat tekstil oleh karena
kemungkinan terjadinya ikatan hidrogen dan ikatan sekunder yakni gaya-gaya Van der
Waals dengan serat. Oleh sebab itu molekul-molekul zat warna bejana harus merupakan
molekul planar dan kompleks meskipun tidak harus linier.
Berdasarkan cara dan sifat pemakaiannya, zat warna bejana dapat digolongkan
menjadi 4 jenis, yaitu:
Zat warna bejana jenis IW / Indantherne Warm, digunakan pada zat warna
dengan sifat-sifat :
o Memerlukan jumlah alkali banyak.
o Temperatur pembejanaan serta pencelupan tidak sangat tinggi.
o Memerlukan penambahan elektrolit untuk penyerapannya.
Zat warna bejana jenis IN / Indantherne Normal, digunakan pada zat warna
dengan sifat-sifat:
o Memerlukan jumlah alkali yang banyak.
o Temperatur pembejanaan dan pencelupan tinggi.
o Terserap baik sehingga tidak memerlukan penambahan garam.
Zat warna bejana jenis Insp / Indantherne Normal special, digunakan untuk zat
warna bejana terutama berwarna hitam dengan sifat-sifat :
o Memerlukan jumlah alkali yang tinggi.
o Temperatur pembejanaan dan pencelupan tinggi.
o Tidak memerlukan penambahan elektrolit.
Lebih
IK Kecil Kecil mudah Sedang Sedikit Banyak
rata
mudah
IW Sedang Sedang Cukup Sedang Sedang
rata
agak sukar
IN Agak Besar Agak Besar Baik Banyak Sedikit
rata
INsp Lebih Besar Lebih Besar Sukar rata Sangat Baik Lebih Banyak Nol
Jembatan disulfida pada zat warna belerang merupakan gugus fungsi penting
untuk proses pelarutan zat warna belerang ketika proses pencelupan. Zat warna belerang
dapat dilarutkan dengan penambahan reduktor lemah natrium disulfida (Na 2S) dan
alkali lemah natrium karbonat (Na2CO3). Na2S akan mereduksi jembatan disulfida
membentuk asam leuco sedang Na2CO3 akan merubah asam leuco menjadi garam leuco
yang larut.
Jumlah Na2S dan Na2CO3 yang dibutuhkan sangat tergantung pada sifat alami
masing-masing zat warna, konsentrasi zat warna dan vlot atau perbandingan larutan
yang digunakan. Kekurangan pemakaian Na2S akan menyebabkan tidak sempurnanya
pelarutan zat warna dan dalam pencelupan dapat menimbulkan terjadinya prematur
oksidasi sehingga hasil celup jadi belang, sedang bila kelebihan Na 2S kerataannya baik
tetapi hasil celup jadi lebih muda.
Pembejanaan
Pencelupan
Oksidasi
Pencucian
Skema Proses
- Pembejanaan
1 gram zat warna hidron dipastakan + 2 gram Na2S2O4 + 2 gram Na2S + 2
gram Na2CO3 + Air Panas
- Resep Pencelupan
Zat warna hidron :12%
Na2S2O4 : 1 ml/L
Na2S : 1 g/L
Na2CO3 : 2 g/L
NaCl : 20-40%
Pembasah : 1 ml/L
Vlot : 1 : 10
Suhu : 70oC
Waktu : 45 Menit
- Oksidasi
H2O2 35% : 5 ml/L
Na2CO3 : 2 g/L
Vlot : 1 : 10
Suhu : 40oC
Waktu : 10 Menit
- Pencucian
Na2CO3 : 1 g/L
Sabun : 1 g/L
Vlot : 1 : 10
Suhu : 60oC
Waktu : 10 Menit
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pencelupan adalah pemberian warna pada bahan secara merata dan permanen.
Metode pemberian warna dilakukan dengan berbagai cara, tergantung dari jenis zat
warna dan serat yang akan diwarnai. Proses pewarnaan secara pencelupan dianggap
sempurna apabila sudah tercapai kondisi kesetimbangan, yaitu zat warna yang terserap
ke dalam bahan mencapai titik maksimum. Zat warna hidron mempunyai sifat-sifat
antara zat warna bejana dan zat warna belerang.
DAFTAR PUSTAKA
Dede Karyana, Elly K. Bahan Ajar Praktikum Pencelupan I. Bandung: Sekolah Tinggi
Teknologi Tekstil. 2005.
http://tata-muhtadin.blogspot.com/2011/12/industri-bahan-pewarna-dan-pencelup.html?
m. (Diakses 28 Maret 2017 pkl 22:12)
http://borosh.blogspot.co.id/2014/02/proses-pencelupan-dyeing-smk-tekstil.html.
(Diakses 28 Mei 2017 pkl 22:13)
http://borosh.blogspot.com/2014/02/zat-warna-bejana-smk-tekstil-texmaco.html?m%.
(Diakses 28 Mei 2017 pkl 22:17)