Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGUJIAN DAN EVALUASI KIMIA TEKSTIL II


IDENTIFIKASI ZAT WARNA PADA POLIAMIDA
GOLONGAN I – II DAN IDENTIFIKASI ZAT WARNA PADA
SERAT POLIESTER

Nama : Devina Aulia


NPM : 16020124
Grup : 2K4
Dosen : Maya K. S.ST.,MT
Asisten : Kurniawan. ST.,M.T
Witri A, S.ST

Materi Pratkikum :
1. Identifikasi Poliamida I ; Senin, 30 Oktober 2017
2. Identifikasi Poliamida II : Senin, 6 November 2017
3. Identifikasi Zat Warna PadaPoliester : Senin, 16 Oktober 2017

Tanggal Pengumpulan Laporan : 13 November 2017

POLITEKNIK STTT
BANDUNG
2017
IDENTIFIKASI ZAT WARNA PADA SERAT POLIAMIDA
GOLONGAN I – II DAN IDENTIFIKASI ZAT WARNA PADA POLIESTER

I. MAKSUD DAN TUJUAN


 Golongan I
- Maksud : Mengidentifikasi zat warna pada serat poliamida Golongan I.
- Tujuan : Mengetahui jenis-jenis zat warna poliamida Golongan I, seperti zat
warna bejana, zat warna dispersi dan zat warna naftol.

 Golongan II
- Maksud : Mengidentifikasi zat warna pada serat poliamida Golongan II.
- Tujuan : Mengetahui jenis-jenis zat warna poliamida Golongan II, seperti zat
warna direk, zat warna asam dan zat warna basa.

 Poliester
- Maksud : Mengidentifikasi zat warna pada serat Poliester.
- Tujuan : Mengetahui jenis-jenis zat warna Poliester, seperti zat warna bejana,
zat warna dispersi dan zat warna naftol.

II. DASAR TEORI


A. Serat Poliamida
Poliamida merupakan serat sintetis yang paling banyak digunakan setelah serat
polyester. Poliamida atau nylon yang diproduksi secara komersial adalah nylon 6 dan
66 yang memiliki gugus penghubung amida (-CONH).
2.1.1 Nylon 66
Nylon 66 dibuat dari heksanetilena diamina dan asam adipat, adapun reaksinya
adalah sebagai berikut:
NH2 (CH2)6 NH2 + COOH(CH2)4 COOH  NH2 (CH2)6 NHCO(CH2)4 COOH + H2O
( Heksa metilenadiamina ) ( asam adipat )
Kemudian molekul-molekul tersebut bereaksi lagi membentuk molekul yang
panjang. Poliamida ini menghasilkan serat yang kuat. Poliamida yang terbuat dari
heksametilena diamin dan asam adipat ini disebut nylon 66 karena asam dan
diaminnya masing-masing mempunyai 6 atom karbon. Serat nylon dibuat untuk tujuan
yang berbeda. Nylon untuk keperluan industry mempunyai kekuatan sangat tinggi
dengan mulur kecil, sedangkan yang ditujukan untuk pakaian mempunyai kekuatan
yang lebih rendah dengan mulur lebih tinggi.
Adapun sifat dari Nylon 66 adalah:
 Kekuatan dan Mulur
Bergantung pada jenisnya nylon memiliki kekuatan dan mulur berkisar dari 8,3
g/denier dan 18% sampai 4,3 g/denier dan 45%. Kekuatan basahnya 80 – 90%
kekuatan kering.
 Tahan Gosok dan Tekukan
Nylon mempunyai tahan tekukan dan gosokan yang tinggi. Tahan gosokannya kira-
kira 4 – 5 kali tahan gosokan wol.
 Elastisitas
Nylon selain memiliki mulur tinggi (22%) juga mempunyai elastisitas yang tinggi.
Pada penarikan 8% nylon elastic 100% dan pada penarikan sampai 16%, nylon
masih memiliki elastisitas 91%.
 Berat jenis
Berat jenis nylon 1,14.
 Titik Leleh
Nylon meleleh pada suhu 2630C dalam atmosfir nitrogen dan diudara meleleh pada
suhu 2500C. oleh karena titik lelehnya yang tidak begitu tinggi apabila suhu setrika
terlalu tinggi seratnya akan lengket. Apabila suhu setrika lebih dari 1800C serat nylon
mulai lengket dan apabila lebih dari 2300C serat nylon akan rusak.
 Sifat Kimia
Nylon tahan terhadap pelarut-pelarut dalam pencucian kering. Nylon tahan terhadap
asam-asam encer, tetapi dengan HCl pekat mendidih selama beberapa jam akan
terurai menjadi asam adipat dan heksametilena diamonium hidroclorida. Nylon
sangat tahan terhadap basa. Pengerjaan dengan larutan NaOH 10% pada suhu
850C selama 10 jam hanya mengurangi kekuatan nylon sebanyak 5%.
 Moisture Regain
Pada kondisi standar ( FH 65% dan suhu 210C) moisture regain nylon 4,2%.

2.1.2 Nylon 6
Nylon 6 terbuat dari Kaprolaktam. Asam aminokaproat H2N(CH2)5COOH
apabila dipanaskan akan membentuk polimer nylon 6, H [-HN(CH2)5CO-]n OH. Letak
perbedaan pokok antara nylon 6 dan nylon 66 adalah titik lelehnya lebih rendah, dan
sifat lainnya yang dimiliki oleh nylon 66 adalah sebagai berikut:
 Kekuatan dan Mulur
Kekuatan dan mulur nylon 6 dapat divariasikan dari 8 g/denier dan 16-20% sampai 5
g/denier dan 30%.
 Berat Jenis
Berat jenis nylon 6 adalah 1,14.
 Moisture regain
Moisture regain kira-kira 4%
 Penggelembungan
Apabila nylon 6 direndam dalam air dan kemudian diperas volumenya hanya
bertambah 13%, sedangkan kapas bertambah 40-45% dan rayon viskosa 80 –
110%.
 Tahan Panas
Nylon 6 melunak pada suhu 170 – 180 0C dan meleleh pada suhu 2150C. pada suhu
1000C dalam waktu lama tidak berubah warnanya.
 Sifat Kimia
Nylon 6 tahan terhadap kebanyakan pelarut organic seperti benzene, chloroform,
aseton, ester-ester dan eter-eter, tetapi larut didalam fenol, kresol, dan asam kuat.
Selain itu, Nylon 6 tahan terhadap alkali, nylon 6 tahan terhadap asam-asam lemah
dingin tetapi tidak tahan asam-asam dalam keadaan panas. Nylon 6 larut dalam
asam formiat.

B. Serat Poliester
Poliester pertama kali dikembangkan oleh J.R. Whinfield dan J.T. Dickson, yaitu
para ahli dari perusahaan Inggris Calico Printers Association Ltd. Pembuatan serat
poliester yang pertama kali dilakukan pada tahun 1944, kemudian pada tahun 1952
perusahaan ICI (Imperial Chemical Industries, Ltd) di Inggris mulai memproduksi serat
poliester secara komersial dan diberi nama Terylene. Menyusul kemudian pada tahun
1953, E.I du Pont de Nemours di Amerika Serikat memberi nama Dacron.
Terylene dibuat dari dimetil eter asam tereftalat dengan etilena glikol, sedangkan
Dacron dibuat dari asam tereftalat dan etilena glikol. Reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut :

Polimer yang terbentuk disebut poliester yang memiliki keteraturan struktur rantai
yang menyebabkan serat memliki struktur yang rapat akibat rantai yang saling
berdekatan membentuk ikatan antar rantai molekul polimer berupa gaya dipole. Oleh
karena itu serat poliester bersifat hidrofob dan sulit dimasuki air maupun zat warna.
Kenaikan suhu mengakibatkan adanya vibrasi molekul yang memperlemah ikatan
antar molekul, menjadikan jarak antar rantai lebih longgar, serat menjadi lebih plastis
sehingga dapat dimasuki oleh molekul air dan zat warna.

C. Identifikasi Zat Warna Yang Digunakan


Zat Warna Golongan I
Zat warna yang termasuk golongan ini adalah sebagai berikut :
1. Zat Warna Direk
Pengujian ini dilakukan dengan mereaksikan contoh uji dengan larutan yang telah
dididihkan. Pengamatannya dilakukan dengan memasukkan kain kapas putih kedalam
larutan ekstraksi yang contoh ujinya telah dikeluarkan. Adanya zat warna direk
ditunjukkan oleh kain kapas putih yang tercelup dengan warna tua.

2. Zat Warna Asam


Perbedaannya dengan pengujian zat warna direk adalah tidak adanya
penambahan garam, melainkan dilakukan penetralan terhadap amonia dengan asam
sulfat encer. Pengamatannya dilihat dari serat wol yang kemudian dimasukkan
kedalam larutan. Pengujian dianggap positif bila ternyata wol tercelup oleh larutan
ekstraksi tersebut.

3. Zat Warna Basa


Seperti pada pengujian zat warna direk, yang dilakukan disini juga mereaksikan
contoh uji pada larutan untuk diambil ekstraksinya. Hasil pengujian, yang diamati
adalah garam dari zat warna basa yang dihasilkan dari larutan ekstraksi dimana garam
tersebut memberikan warna yang sama dengan warna contoh uji yang asli. Uji
penentuannya sendiri dilakukan dengan memasukkan serat akrilat kedalam larutan
ekstraksi zat warna dalam alkohol dan ditambah natrium hidroksida, hasilnya adalah
akrilat yang tercelup oleh larutan ekstraksi tersebut.

4. Zat Warna Dispersi


Zat warna disperse adalah hasil sintesa senyawa yang bersifat hidrofob sehingga
kelarutannya dalam air kecil sekali. Oleh karena itu zat warna ini dalam pemakaiannya
harus didispersikan dalam larutan. Pada pemakaiannya memerlukan bantuan zat
pengemban (carrier) atau adanya suhu tinggi. Zat warna disperse tahan cucinya baik
tetapi tahan sinarnya jelek, ukuran molekulnya beragam dan perbedaan tersebut sangat
erat hubungannya dengansifat kerataan dalam pencelupan dan sifat sublimasi.
Berdasarkan struktur kimianya, zat warna disperse dibagi menjadi empat golongan
diantaranya :
1. Tipe A memiliki berat molekul yang sangat kecil, sehingga mudah terdispersi dan
masuk kedalam pori-pori serat. Meskipun ketahanan sublimasinya rendah, yaitu
tersublimasi pada suhu 1300C, biasanya digunakan untuk mencelup selulosa asetat
dan poliakrilat.
2. Tipe B memiliki molekul sedang dan sifat pendispersian serta ketahanan sublimasi
yang cukup, dimana tersublim sempurna pada suhu 1900C. Zat warna golongan ini
umum digunakan untuk mencelup serat poliester baik dengan cara carrier maupun
suhu tinggi.
3. Tipe C memiliki daya pendispersian yang cukup baik dengan ketahanan sublimasi
yang tinggi, yaitu tersublim secara sempurna pada suhu 2000C. Hasil yang didapat
cukup baik mengingat prosesnya dapat dilakukan dengan cara carrier, termosol,
maupun suhu tinggi.
4. Tipe D memiliki berat molekul yang paling besar diantara semuanya, memiliki sifat
kerataan yang kurang baik hal ini membuat golongan ini sukar terdispersi dalam
larutan dan masuk kedalam serat. Akan tetapi, golongan ini memiliki ketahanan
sublimasi yang sangat tinggi, yaitu tersublim penuh pada 2100C, sehingga dengan
sifat yang seperti ini, zat warna golongan ini sangat cocok untuk proses pencelupan
cara suhu tinggi maupun termosol.

5. Zat Warna Bejana


Pengujian ini dilakukan dengan terlebih dahulu melarutkan contoh uji yang
merupakan serat protein. Adanya zat warna bejana ditunjukkan oleh pewarnaan pada
kain kapas putih yang sebelumnya dioksidasi terlebih dahulu. Apabila contoh uji dicelup
dengan warna yang muda, maka pencelupan kembali kain kapas memberikan warna
yang sangat muda, sehingga diperlukan pencelupan ulang pada bahan kapas yang
sama secara berulang-ulang.

6. Zat Warna Naftol


Zat warna ini merupakan zat warna golongan azo yang terbentuk didalam serat dan
tidak larut didalam air. Pengujian ini dilakukan apabila pengujian zat warna lannya
memberikan hasil yang negatif dan zat warna ini luntur didalam larutan piridin.
Prosesnya yaitu dengan mereduksi zat warna naftol didalam larutan natrium hidroksida
dan natrium hidrosulfit yang akan memnberikan warna kuning atau jingga, dimana warna
aslinya tidak akan timbul kembali dengan proses oksidasi.
III. ALAT DAN BAHAN
 Bahan-bahan :
- Piridin  Alat-alat :
- Toluene - Tabung reaksi
- Ronggalit C - Batang pengaduk
- Asam asetat 30% - Pipet tetes
- Natrium bikarbonat - Gelas kimia

- Alcohol - Bunsen

- NaOH - Kaki tiga + kassa asbes


- Gunting
- NaCl
- Asam asetat glacial
- eter
- Ammonia pekat
- Multifiber
- Wol putih
- Kapas putih
- Serat asetat
IV. PROSEDUR KERJA
Uji Pendahuluan :

Uji Pencucian
1. Dimasukkan contoh uji ke dalam tabung reaksi yang berisi dengan ± 10 ml
larutan sabun (0,5% sabun netral dan 0,2% natrium karbonat).
2. Dipanaskan selama 15 menit, kemudian dikeluarkan contoh uji, diamati.
3. Semua golongan zat warna luntur dalam uji pencucian kecuali zat warna bejana
dan naftol tidak luntur atau luntur sedikit.
4. Bagi larutan sabun menjadi 2 bagian

Bagian 1 : Tambahkan ± 1 ml asam asetat glasial

Bagian 2 : Larutan sabun

5. Dimasukkan ke dalam tabung reaksi tersebut kain uji aneka serat (multi fibers),
dididihkan.
6. Dikeluarkan kain aneka serat, dicuci.
7. Diamati jenis bahan yang tercelup (dilampirkan pada jurnal).

Uji Piridin
1. Dimasukkan contoh uji ke dalam tabung reaksi yang berisi ± 15 ml larutan
piridin air (57 : 43).
2. Dipanaskan selama 15 menit.
3. Didinginkan dengan aliran air kemudian dikeluarkan contoh uji lalu diamati.
4. Semua zat warna luntur banyak dalam larutan piridin, kecuali zat warna bejana,
zat warna krom atau zat warna dispersi reaktif (luntur sedikit karena proses
pencelupan dan penyabunan yang kurang sempurna).

Uji Toluena
1. Ekstrak piridin (uji piridin) dipisahkan (saring).
2. Ditambahkan 1 – 2 mL HCl pekat, kemudian ditambahkan ± 15 mL toluena
kemudian dikocok.
3. Dibiarkan larutan menjadi dua lapisan, lapisan air dan lapisan toluena.
4. Zat warna pada lapisan toluena adalah zat warna golongan I dan zat warna pada
lapisan air adalah zat warna golongan II.

Uji Golongan I

Zat Warna Dispersi

1. Amati uji pencucian

zat warna dispersi luntur sedikit, dalam suasana asam maupun alkali
akanmencelup kembali serat poliamida, asetat, poliester dan poliakrilat.
2. Amati uji piridin
Zat warna dispersi luntur banyak.
3. Amati uji toluena
Zat warna dispersi terdapat dalam lapisan toluena.
4. Pengujian
1. Dipisahkan larutan toluena atau dikeluarkan airnya dicuci 5-6 kali sisa toluena
dengan air.
2. Diuapkan toluena yang sudah bersih sampai hampir kering.
3. Ditambahkan air dan dimasukkan serat asetat ke dalam tabung lalu dididihkan.
4. Serat asetat tercelup menunjukkan zat warna dispersi.

Zat Warna Bejana


1. Amati hasil uji pencucian
Zat warna bejana tidak luntur atau luntur sedikit baik dalam suasana asam
maupun alkali, tidak mencelup kembali semua serat.
2. Amati hasil uji piridin
Zat warna bejana tidak luntur atau luntur sedikit.
3. Amati hasil uji toluena
Zat warna bejana akan terdapat dalam lapisan toluena atau lapisan antara
toluena air.
4. Pengujian
1. Dipisahkan larutan toluena dari air (bagi untuk pengujian lain).
2. Diambil ekstrak toluena sedikit, ditambahkan sengsulfoksilat formaldehid
(Ronggalit C) dan asam asetat 10%, dididihkan lalu didinginkan.
3. Dioksidasikan dengan larutan Natrium bikromat dan asam asetat.
4. Warna contoh uji akan timbul kembali.

Zat Warna Naftol


1. Amati uji pencucian
Zat warna naftol luntur sedikit atau sedang dalam uji pencucian. Dalam
suasana asam dan alkali tidak mencelup kembali semua jenis serat atau hanya
terjadi penodaan.
2. Amati uji piridin
Zat warna naftol luntur sedikit.
3. Amati uji toluena
Zat warna naftol akan berada pada lapisan toluena.
4. Pengujian
1. Ke dalam ekstrak toluena ditambahkan ± 5 mL air, dipisahkan airnya dan dicuci
larutan toluena dengan air sebanyak dua kali.
2. Dipindahkan toluena, diuapkan sampai kering.
3. Ditambahkan 3 mL alkohol dan 0,5 mL NaOH 10% dipanaskan.
4. Ditambahkan 3 mL air dididihkan sampai alkohol menguap.
5. Ditambahkan natrium hidrosulfit dididihkan sampai warna tereduksi
,dimasukkan kapas putih dan NaCl dididihkan.
6. Dikeluarkan kapas, bila kapas berwarna kuning berarti zat warna naftol.

Uji Golongan II
Zat Warna Direk
1. Amati uji pencucian
Zat warna direk luntur banyak dalam uji pencucian.
Dalam suasana asam mencelup serat poliamida, sutera, wol, dan poliakrilat
dengan warna tua sedang serat rayon dan kapas tercelup muda.
Dalam suasana alkali mencelup serat kapas dan rayon dengan warna tua dan serat
poliamida dengan warna muda.
2. Amati uji piridin
Zat warna direk luntur dengan cepat dalam larutan campuran piridin air.
3. Amati uji toluena
1. Dipisahkan lapisan air dari lapisan toluena ke dalam tabung reaksi lain.
2. Dimasukkan kapas putih, NaCl dan satu tetes amonia pekat.
3. Dididihkan selama 1-2 menit, didinginkan. Apabila kapas tercelup seperti
contoh uji, menunjukkan zat warna direk.

Zat Warna Asam


1. Amati uji pencucian
Zat warna asam luntur banyak dalam uji pencucian.
Dalam suasana asam mencelup kembali serat poliamida, wol, dan sutera dengan
warna tua.
Dalam suasana alkali mencelup serat wol, sutera, kapas, dan rayon dengan warna
muda.
2. Amati uji piridin
Zat warna asam luntur dengan cepat dalam larutan piridin air.
3. Amati uji toluena
Zat warna asam terdapat pada lapisan air.
4. Pengujian
1. Dipisahkan lapisan air dari lapisan toluena ke dalam tabung reaksi lain.
2. Ditambahkan 3-4 tetes asam asetat 10% dan serat wol kemudian dididihkan
selama 2 menit. Apabila wol tercelup menunjukkan zat warna asam.

Zat Warna Basa

1. Amati uji pencucian

Zat warna basa luntur cepat dalam uji pencucian.


Dalam suasana asam mencelup kembali serat wol, sutera, akrilat dengan warna tua
dan menodai serat – serat lain.
Dalam suasana alkali mencelup serat wol dan sutera dengan warna tua dan
menodai serat lain.
2. Amati uji piridin
Zat warna basa luntur banyak dalam larutan piridin air.
3. Amati uji toluena
1. Dituangkan ekstrak piridin ke dalam tabung reaksi yang berisi ekstrak larutan
toluena air.
2. Dimasukkan 2 mL larutan natrium hidroksida 10% hingga lapisan air bersifat
alkali, lalu dikocok.
3. Diamati, warna basa yang bersifat alkali menjadi tidak berwarna atau berubah
warnanya dan akan berpindah dari lapisan air ke dalam lapisan toluena.
4. Dituangkan ekstrak toluena ke dalam tabung reaksi lain, ditambahkan asam
asetat 10%, dikocok. Apabila warna contoh timbul kembali, menunjukkan zat
warna basa.

Identifikasi Zat Warna Pada Poliester

Uji Pendahuluan
1. Dimasukkan 3-5 mL asam asetat glasial dingin ke dalam tabung reaksi.
2. Dimasukkan contoh uji ke dalamnya.
3. Diamati warnanya.
4. Apabila contoh uji luntur banyak maka kemungkinan zat warna dispersi carier
biasa atau zat warna dispersi diazotasi.
5. Apabila contoh uji luntur sedikit kemungkinan zat warna dispersi termosol atau
zat warna naftol.

Zat Warna Dispersi Carier Biasa dan Dispersi Diazotasi


1. Lunturan zat warna pada hasil uji pendahuluan dididihkan, kemudian
didinginkan.
2. Dimasukkan 2-3 mL eter ke dalam lunturan, kemudian dikocok dan dibiarkan
terpisah.
3. Dipindahkan eter, dicuci berulang – ulang dan diuapkan.
4. Ditambahkan 2 tetes zat pendispersi dan air.
5. Dimasukkan serat asetat dan dididihkan kembali.
6. Dikeluarkan serat asetat lalu dicuci sampai bersih.
7. Apabila serat asetat terwarnai menunjukkan zat warna dispersi carier biasa, bila
tidak berarti zat warna dispersi diazotasi.

Zat Warna Dispersi Termosol, Bejana, Naftol


1. Lunturan zat warna pada hasil uji pendahuluan dididihkan.
2. Diamati apakah ada lunturan atau tidak.
3. Apabila dengan pemanasan lunturan bertambah maka kemungkinan zat
warnadispersi termosol atau naftol, bila tidak berarti zat warna bejana.
4. Lunturan kemudian dikerjakan dengan uji zat warna dispersi.
5. Apabila serat asetat terwarnai zat warna dispersi termosol, bila tidak
zat warna naftol.

Bagan Pengerjaan dengan Asam Asetat Glasial

Contoh uji + asamV.asetat glasial dingin

Terwarnai Tidak terwarnai

Zw Dispersi Celupan Biasa Contoh uji + asam asetat glasial 5-6’

Pencelupan serat asetat


Terwarnai Tidak terwarnai

Contoh uji + asam asetat


1. Zw Dispersi termosol & Zw Bejana

Naftol
Dinginkan + eter

Dinginkan + eter
1. Zw Dispersi dalam Eter

2. Zw Dispersi Diazotasi atau


* tercelup zw dispersi termosol
Dibangkitkan dalam Asam
* tidak zw naftol

Lapisan eter dipisahkan dan diuapkan +

Air + serat asetat

* tercelup zw dispersi

* tidak zw dispersi yang diazotasi/dibangkitkan

Anda mungkin juga menyukai