PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemakaian polimer di era kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
semakin lama semakin meningkat. Hampir semua materi yang digunakan
manusia berbahan dasar polimer, baik itu polimer alam maupun polimer
buatan (sintetis).
Pemakaian polimer di era kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
semakin lama semakin meningkat, kebergaman jenis material yang
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari sangat luas. Salah satu material
tersebut adalah polimer, dimana mungkin semua jenis barang yang ada
disekitar kita terkandung material polimer. Polimer banyak digunakan dalam
kehidupan manusia karena sifatnya yang ringan, elastis, dan murah. Dewasa
ini, perkembangan pesat industri polimer sintetis telah menghasilkan beragam
produk yang praktis untuk digunakan. Berdasarkan sifat termalnya, polimer
terdiri atas polimer termoplastik dan polimer termoset. Polimer termoplastik
bersifat tidak tahan panas. Jenis plastik ini memiliki struktur linear atau
bercabang. Polimer termoset memiliki ketahanan terhadap suhu dan bahan
kimia atau pelarut yang disebabkan wujudnya yang cair dan kekentalannya
tidak terlalu tinggi. Oleh karena itu, polimer ini cenderung tidak meleleh jika
dipanaskan. Selain itu, polimer termoset tidak dapat dibentuk ulang karena
memiliki ikatan crosslink. Susunan polimer ini bersifat permanen pada bentuk
cetak pertama kali. Dalam proses pembentukannya, polimer termoset harus
ditambahkan dengan suatu zat (curing agent) agar dapat membentuk suatu
material yang solid.
1
dari senyawa kaprolaktom dan nylon 66 dibuat dari senyawa asam adipat
dengan heksa metilen diamina.
B. Rumusan Masalah
Berikut rumusan masalah :
1. Bagaimana definisi dan sifat Poliamida/Nylon ?
2. Bagaimana karakteristik Poliamida/Nylon ?
3. Bagaimana sintesis Poliamida/Nylon ?
4. Bagaimana proses pembuatan Poliamida/Nylon ?
5. Bagaimana aplikasi Poliamida/Nylon di industri ?
C. Tujuan
Berikut tujuan dari penulisan makalah ini :
1. Mengetahui definisi dan sifat Poliamida/Nylon
2. Mengetahui karakteristik Poliamida/Nylon
3. Mengetahui sintesis Poliamida/Nylon
4. Mengetahui proses pembuatan Poliamida/Nylon
5. Mengetahui aplikasi Poliamida/Nylon di industri
2
BAB II
PEMBAHASAN
Gugus NH2 bersifat basa lemah yang dapat menarik air dan gugus
karboksilat . Yang membedakan antara nylon 6 dan nylon 66 adalah sifat
fisikanya, misal: titik leleh nylon 6 = 215 0C <nylon 66 = 250 0C, penyerapan
nylon 6 > nylon 66 ini disebabkan oleh perbedaan struktur fisik yaitu
perbedaan DO dan DK. Poliamida ini dapat dicelup dengan zat warna dispersi
asam (kompleks logam, mordan ) dispersi – reaktif.
SIFAT POLIAMIDA
Sifat Fisika
Kekuatan mulurnya
3
Nilon mempunyai kekuatan dan mulur berkisar dari 8,8 gram per
denier dan 18%, sampai 4,3 gram per denier dan 45%. Kekuatan
basahnya (80-90)% dari kekuatan kering.
Sifat kimia
Nilon tahan terhadap pelarut dalam pencucian kering.
Nilon tahan terhadap asam encer.
Dalam HCl pekat mendidih dalam beberapa jam akan terurai
menjadi asam adaipat dan heksa metilena diamonium hidroklorida.
Nilon sangat tahan terhadap basa.
4
Pelarut yang bisa melarutkan nilon diantaranya asam formiat,
kresol dan fenol.
Sifat biologi
Nilon tahan terhadap serangan jamur, bakteri, dan serangga.
Pengaruh sinar
Poliamida terdegradasi oleh pengaruh sinar tetapi masih lebih baik
dibandingkan sutera. Dalam penyinaran selama lebih dari 16
minggu, sutera berkurang kekuatannya sebanyak 85% sedangkan
poliamida hanya 23%.
Sifat listrik
Poliamida merupaan isolator yang baik dan menimbulkan litrik statik.
B. Karakteristik Poliamida/Nylon
5
konsentrasi gugus fungsi. Dengan demikian laju reaksi polimerisasi pada
polyamides ditentukan oleh faktor konsentrasi gugus fungsinya yaitu:
konsentrasi –NH, -CO.
Pengerjaan dengan panas dan lembab akan memberi bentuk yang tetap
pada nylon, yaitu bentuknya akan tetap selama nylon tersebut dikerjakan pada
suhu pengerjaan pertama (285°C – 290°C). PA memiliki sifat, bahwa
beberapa atom tidak membagi elektron dengan jumlah yang sama. Air yang
merupakan molekul polar. Ketika molekul PA berinteraksi dengan air, maka
terbentuk rantai lemah antara keduanya. Jika proses tersebut berlanjut,
molekul air akan berdifusi masuk ke dalam material melalui pori-pori dan
menekan rantai polimer sehingga terlepas. Hal ini menyebabkan PA
mengembang seiring dengan bertambahnya kelembaban.
C. Sintesis Poliamida/Nylon
Ikatan amida dihasilkan dari reaksi kondensasi gugus amino dan asam
karboksilat atau gugus asam klorida. Suatu molekul kecil, biasanya air atau
hydrogen klorida dieliminasi. Kelompok amino dan kelompok asam
karboksilat bisa berada pada monomer yang sama, atau polimer dapat
dibentuk dari dua monomer bifungsional yang berbeda. Satu dengan dua
6
gugus amino, dan yang lain dengan dua asam karboksilat atau gugus asam
klorida. Asam amino dapat diambil dari monomer tunggal (jika perbedaan
antara kelompok R diabaikan) bereaksi dengan molekul identik untuk
membentuk poliamida. Persamaan reaksinya dapat terlihat pada gambar
berikut :
7
kondensasi dimana dapat mengalami step grow polymerization dan solid state
polymerization . Pada skala laboratorium dapat mengalami kedua tipe sintesis
tersebut. Namun pada skala industri (sejauh ini) hanya tipe sintesis step grow
polymerization. Step Grow Polimerization adalah sintesis polimer yang
mengacu pada mekanisme bi-fungsional atau multifungsi monomer bereaksi
untuk membentuk dimer, kemudian trimer , oligomer dan akhirnya
memebentuk rantai panjang polimer. Solid state polymerization adalah
polimerisasi yang dilakukan dengan mengkontakan molekul (monomer)
dengan padatan (biasanya Kristalin). Selanjutnya molekul yang telah
berikatan tersebut disentesis dalam reaktan. Reaktor yang digunakan biasanya
bed reactor fluidisasi. Berikut ini contoh polymerization untuk Polyamide
jenis nylon:
Nilon dibentuk dari dari reaksi kondensasi hexametilen diamin dan
sebuah asam dikarboksilat. Berdesarkan panjang rantai karbonnya polyamide
(nilon) mempunyai sifat yang beraneka ragam. Sifat nylon yang beraneka
ragam tersebut disebabkan adanya sifat fisikan yang berbeda. Sebagai contoh,
nilon 6.6 dimanfaatan untuk bahan tekstil, sedangkan nilon 10 dimanfaatkan
untuk pembuatan peralatan olahraga. Sintesis nilon 6.6 dimulai dengan
mencampurkan asam adipat dengan hexamethylene diamine pada suhu 280 C
dengan tekanan tinggi. Sedangkan sintesis asam adipat sendiri berasal dari
oksidasi sikloheksena dengan asam nitrat. Berikut ini urutan reaksi
pembentukan nylon 6.6.
8
Sedangkan pada skala laboratorium secara umum mempunyai tipe yang
sama untuk sintesis poliamida. Perbedaannya pada penggunaan oksidator
untuk sintesis asam adipat. Pada skala laboratorium lebih sering
menggunakan Kalium permanganat untuk menintesis asam adipat dari
sikloheksena
Sintesis nilon 6.6 dari industri tradisional melibatkan asam adipin dan
hexamethylene diamin untuk membentuk suatu garam yang meleleh, pada
suhu 180oC. Adipin dan hexamethylena diamin diubah menjadi poliamida
dengan pemanasan sampai suhu 280oC di bawah tekanan, yang
menghilangkan air. Asam adipik dengan menggunakan polymerisasi ini pada
umumnya diperoleh dengan oksidasi perpecahan cyclohexena dengan asam
nitrat, suatu cuka mengoksidasi sangat kuat. Ada beberapa corak yang
diinginkan reaksi inti ini jika seseorang mempertimbangkan besar produksi
nilon meliputi seluruh dunia. Asam Nitrat bereaksi dengan cepat deangan
kandungan organik yang bermacam-macam, sebagai faktor kehadiran
keselamatan dari kimia berbahaya.. Hal ini juga memberikan beberapa resiko
lingkungan yaitu mengakibatkan emisi dari Nitro oksida (N2O mengandung
nitrogen), gas rumah kaca, dan produksi skala asam adipin yang industri juga
dipercaya mengubah 10% dari semua tidak alami emisi nitro oksida (“ NO x”).
Tekanan tinggi dibutuhkan untuk polymerisasi mugkin juga bersikap menjadi
keselamatan jika reaktor tidaklah dengan baik dibangun dan dirawat.
9
Klasifikasi Poliamida
b) Poliamida 11
Poliamida 11 atau nilon 11 merupakan poliamida yang sering
digunakan untuk membentuk plastik yang berasal dari minyak nabati.
Namun sifatnya tidak biodegradasi, sehingga sulit untuk diaplikasikan
secara langsung. Sifatnya mirip dengan poliamida 12 namun memiliki
dampak lingkungan yang rendah, menggunakan konsumsi tenaga yang
10
lebih sedikit. Biasanya poliamida 11 digunakan untuk keperluan –
keperluan tertentu seperti di dalam otomotif, elektronik komponen, pipa
gas, dan lainnya. Poliamida terdiri atas monomer asam 11-
aminoundekanoat yang disintesis dari asam 12-oksododekanoat oxime .
Proses untuk mensitesis poliamida :
Penyusunan Beckmann
Degradasi Hofmann
Hidrolisis
Fabrikasi Poliamida
Nilon 6
Nilon 6 (polikaprolaktam) umumnya diproduksi dari polimerisasi
-caprolactam (HN(CH2)5CO). Rute produksi yang paling signifikan
dalam membuat nilon 6 menggunakan tiga bahan baku fenol,
sikloheksana, dan toluena. Rekasi dimulai dengan hidrogenasi fenol
menjadi sikloheksanol yang kemudian dioksidasi menjadi sikloheksanon.
Selanjutnya sikloheksanon direaksikan dengan hidroksilamin sehingga
menjadi sikloheksanon oksim. Sikloheksanon oksim kemudian
mengalami Beckmann rearrangement dalam 20% oleum pada 100-120 oC
dan terkonversi menjadi ԑ-caprolactam.
11
Skema sintesis ԑ -caprolactam ditunjukkan pada gambar dibawah ini:
Crude Oil
Propylene Toluene
Benzene
Cumene Cyclohexana
Phenol
Cyclohexanone
Cyclohexanone oxime
Caprolactam
12
sehingga terbentuk polimer linear (H(HN(CH2)5CO)nOH) dan air.
Proses hidrolik kontinyu banyak digunakan dalam manufaktur nilon 6.
Pada proses BASF digunakan tiga tahap utama yang dibedakan menjadi
melt-polymerization, extraction, dan solid-state polymerization. Gambar
skema prosesnya sebagai berikut:
13
dihilangkan terbatas selama melt-polymerization stage, maka massa
molar polimer yang terbentuk menjadi terbatas sesuai kesetimbangan
polimidasi. Untuk menghilangkan kondensat secara efisien dan
menggeser kesetimbangan poliamidasi ke arah massa molar polimer yang
tinggi serta memperbaiki properties polimer maka dibutuhkan proses
final yaitu solid-state polymerization yang menggunakan moving packed-
bed reactor. Pada proses ini padatan pellet terpolimerisasi lebih lanjut
dengan memanaskannya menggunakan aliran counter-current gas inert
panas pada keadaan panas dibawah melting point dan diatas suhu glass
transtition-nya.
Nilon 6-6
Nilon 6-6 dapat dibuat dengan dua cara. Pertama nilon 6,6 dapat
dibuat dengan mereaksikan adipoyl chloride dengan hexamethylene
diamine. Kedua dapat dibuat dengan mereaksikan adipic acid dengan
hexametylene diamine. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
14
1. Reaksi adipoyl chloride dengan hexametylene diamine
Gambar 2.8 Skema reaksi pembuatan nilon 6-6 dari adipoyl chloride
Gambar 2.9 Skema reaksi pembuatan nilon 6-6 dari asam adipat
15
Gambar 2.10 Mekanisme molekul adipic acid memprotonasi
karbonil oksigen adipic acid lainnya
16
ammonium intermediet dimana salah satu gugus amine-nya mengalami
kekurangan elektron.
17
Gambar 2.12 Mekanisme perpindahan elektron pada ammonium
intermediet
18
D. Proses Pembuatan Poliamida/Nylon
19
E. Aplikasi Poliamida/Nylon di Industri
Poliamida terjadi secara alami dan sintesis. Contoh poliamida yang terjadi
secara alami adalah protein, seperti wol dan sutra. Poliamida sintesis dapat
dibuat melalui polimerisasi pertumbuhan-bertahap atau fasa padat yang
menghasilkan bahan seperti nilon, aramid, dan natrium poli(aspartat).
Poliamida sintetis umumnya digunakan pada tekstil, aplikasi otomotif, karpet
dan pakaian olahraga karena daya tahan dan kekuatannya yang tinggi.
Industri manufaktur transportasi adalah konsumen utama, menyumbang 35%
konsumsi poliamida
1. Manufaktur
2. Industri Benang
20
3. Tekstil
4. Penyerapan UV
5. Perlengkapan Rumah
6. Peralatan Industri
Tali Ban, Pipa karet, Alat pengangkutan Dan Ikat pinggang dipesawat,
Parasut, Dawai-Dawai Raket, Tali temali dan jaring, kantongtidur, kain
terpal, tenda, benang, bulu sikat gigi. Poliamida dapatdigunakan
sebagai sistem perpipaan dalam pendistribusian gas
alamdikarenakan pipa dari poliamida ini memiliki karakteristik yang
mampumenahan suhu dan tekanan dari gas alam tersebut. Pipa dari
poliamida inimemiliki keuntungan yaitu tahan terhadap korosi
sehingga biayapemeliharaannya lebih murah dan harga jualnya
juga lebih murahdibandingkan dengan pipa dari logam. Kekurangan dari
pipa poliamidaadalah sifatnya yang dapat menyerap moisture
(cairan) yang terdapatdalam gas alam maupun udara.hal ini dapat
mengakibatkan kerusakanpada bagian sambungan antar pipa dan
menyebabkan kebocoran padasistem perpipaan.
21
Lebih murah dalam biaya pemasangan dan perawatan dibandingkan
dengan pipa besi, sebagaimana telah diterapkan di Amerika Utara.
Tidak mengurangi aktivitas aliran udara dalam tanah
Proses penyambungan lebih mudah daripada pipa besi atau pipa
polyetilen.
Tidak adanya proses korosi sehingga penggunaan lebih lama
dibandingkan dengan pipa besi.
22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
23