Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemakaian polimer di era kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
semakin lama semakin meningkat. Hampir semua materi yang digunakan
manusia berbahan dasar polimer, baik itu polimer alam maupun polimer
buatan (sintetis).
Pemakaian polimer di era kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
semakin lama semakin meningkat, kebergaman jenis material yang
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari sangat luas. Salah satu material
tersebut adalah polimer, dimana mungkin semua jenis barang yang ada
disekitar kita terkandung material polimer. Polimer banyak digunakan dalam
kehidupan manusia karena sifatnya yang ringan, elastis, dan murah. Dewasa
ini, perkembangan pesat industri polimer sintetis telah menghasilkan beragam
produk yang praktis untuk digunakan. Berdasarkan sifat termalnya, polimer
terdiri atas polimer termoplastik dan polimer termoset. Polimer termoplastik
bersifat tidak tahan panas. Jenis plastik ini memiliki struktur linear atau
bercabang. Polimer termoset memiliki ketahanan terhadap suhu dan bahan
kimia atau pelarut yang disebabkan wujudnya yang cair dan kekentalannya
tidak terlalu tinggi. Oleh karena itu, polimer ini cenderung tidak meleleh jika
dipanaskan. Selain itu, polimer termoset tidak dapat dibentuk ulang karena
memiliki ikatan crosslink. Susunan polimer ini bersifat permanen pada bentuk
cetak pertama kali. Dalam proses pembentukannya, polimer termoset harus
ditambahkan dengan suatu zat (curing agent) agar dapat membentuk suatu
material yang solid.

Polymer polyamida (nylon) adalah polimer yang dibentuk dari asam


karboksilat dan amino. Jenis asam karboksilat dan amino sangat bervariasi
sehingga terbentuk poliamida yang sangat bervariasi, misalnya nylon 6, nylon
66, nylon 11, dan lain sebagainya. Jenis poliamida yang paling banyak 
diproduksi adalah 6 dan 66. Gugus penghubung (-OH-CO-), nylon 6 dibuat

1
dari senyawa kaprolaktom dan nylon 66 dibuat dari senyawa asam adipat
dengan heksa metilen diamina.    

Polyamida atau disebut juga nylon, banyak digunakan di Industri,


dimana nylon ini juga merupakan salah satu polymer yang banyak digunakan
oleh masyarakat. Maka dari itu, diperlukan pengetahuan yang lebih luas
untuk pembaca dalam memahami polymer polyamida ini sebagai salah satu
contoh dari kimia polimer.

B. Rumusan Masalah
Berikut rumusan masalah :
1. Bagaimana definisi dan sifat Poliamida/Nylon ?
2. Bagaimana karakteristik Poliamida/Nylon ?
3. Bagaimana sintesis Poliamida/Nylon ?
4. Bagaimana proses pembuatan Poliamida/Nylon ?
5. Bagaimana aplikasi Poliamida/Nylon di industri ?

C. Tujuan
Berikut tujuan dari penulisan makalah ini :
1. Mengetahui definisi dan sifat Poliamida/Nylon
2. Mengetahui karakteristik Poliamida/Nylon
3. Mengetahui sintesis Poliamida/Nylon
4. Mengetahui proses pembuatan Poliamida/Nylon
5. Mengetahui aplikasi Poliamida/Nylon di industri

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi dan Sifat Poliamida/Nylon

Polymer polyamida (nylon) adalah polimer yang dibentuk dari asam


karboksilat dan amino. Jenis asam karboksilat dan amino sangat bervariasi
sehingga terbentuk poliamida yang sangat bervariasi, misalnya nylon 6, nylon
66, nylon 11, dan lain sebagainya. Jenis poliamida yang paling banyak 
diproduksi adalah 6 dan 66. Gugus penghubung (-OH-CO-), nylon 6 dibuat
dari senyawa kaprolaktom dan nylon 66 dibuat dari senyawa asam adipat
dengan heksa metilen diamina.    

H2N – CONH – CONH – CONH – COOH

 Ujung ujung polimer terdapat gugus fungsi NH 2 (amino) dan COOH


(karboksilat) dan sebagai penghubungnya adalah gugus amida (-CONH-).
Jumlah NH2 dan COOH tergantung pada banyaknya polimer yang menyusun
sebuah serat . RH standar 4,0 – 4,5 % karena serat poliamida ini mempunyai
gugus fungsional maka serat ini masih mungkin bereaksi dengan zat-zat lain
sedangkan poliester tidak mempunyai gugus fungsional sehingga daya
serapnya lebih besar dari poliester (sekitar 4,5).

Gugus NH2 bersifat basa lemah yang dapat menarik air dan gugus
karboksilat . Yang membedakan antara nylon 6 dan nylon 66 adalah sifat
fisikanya, misal: titik leleh nylon 6 = 215 0C <nylon 66 = 250 0C, penyerapan
nylon 6 > nylon 66 ini disebabkan oleh perbedaan struktur fisik yaitu
perbedaan DO dan DK. Poliamida ini dapat dicelup dengan zat warna dispersi
asam (kompleks logam, mordan ) dispersi – reaktif.

SIFAT POLIAMIDA
 Sifat Fisika
 Kekuatan mulurnya

3
Nilon mempunyai kekuatan dan mulur berkisar dari 8,8 gram per
denier dan 18%, sampai 4,3 gram per denier dan 45%. Kekuatan
basahnya (80-90)% dari kekuatan kering.

 Tahan gosokan dan tekukan


Tahan gosok dan tekukan nilon tinggi sekitar 4-5 kali dari tahan
gosok wol.
 Elastisitas
Selain mulurnya tinggi (22 %), nilon juga mempunyai elastisitas
tinggi. Pada penarikan 8% nilon elastis 100% dan pada penarikan
16%, nilon masih mempunyai elastisitas 91%.
 Berat jenis Berat jenis nilon 1,14 g/mL.
 Titik leleh
Nilon meleleh pada suhu 263oC dalam atmosfer mitrogen dan
diudara pada suhu 250 oC. Penyetrikaan pada suhu 180oC lengket
dan lebih dari 230oC poliamida akan rusak. Pemanasan diudara
pada suhu 150oC selama 5 jam menjadikan poliamida kekuningan,
tetapi masih lebih baik dibandingkan wol dan sutera yang dibakar
akan meleleh.
 Mengkeret
Poliamida akan mengkeet dalam keadaan basah. Panjang serat
poliamida dalam keadaan basah 5 % lebih kecil dibandingkan
keadaan keringnya.

 Sifat kimia
 Nilon tahan terhadap pelarut dalam pencucian kering.
 Nilon tahan terhadap asam encer.
 Dalam HCl pekat mendidih dalam beberapa jam akan terurai
menjadi asam adaipat dan heksa metilena diamonium hidroklorida.
 Nilon sangat tahan terhadap basa.

4
 Pelarut yang bisa melarutkan nilon diantaranya asam formiat,
kresol dan fenol.

 Sifat biologi
 Nilon tahan terhadap serangan jamur, bakteri, dan serangga.
 Pengaruh sinar
Poliamida terdegradasi oleh pengaruh sinar tetapi masih lebih baik
dibandingkan sutera. Dalam penyinaran selama lebih dari 16
minggu, sutera berkurang kekuatannya sebanyak 85% sedangkan
poliamida hanya 23%.

 Sifat listrik
Poliamida merupaan isolator yang baik dan menimbulkan litrik statik.

B. Karakteristik Poliamida/Nylon

Serat poliamida tahan terhadap serangan jamur, bakteri dan


serangga. Serat ini juga sangat tahan basa, rusak dalam asam kuat.dan dapat
dicelup dengan zat warna dispersi asam dan basa. Nylon tahan terhadap
pelarut-pelarut dalam pencucian kering. Nylon tahan terhadap asam-asam
encer, tetapi dengan asam klorida pekat mendidih selama beberapa jam, nylon
akan terurai menjadi asam adipat dan heksametilena diamonium
hidrokhlorida.Nylon sangat tahan terhadap basa. Pengerjaan dengan larutan
natrium hidroksida 10% pada suhu 85°C selama 10 jam hanya mengurangi
kekuatan nylon sebanyak 5%. Pelarut-pelarut yang biasa untuk melarutkan
nylon adalah asam formiat, kresol dan fenol.

Serat poliamida dipintal dengan pemintalan leleh, seperti halnya serat


buatan lainnya. Poliamida mempunyai penampang melintang yang
bermacam-macam, tetapi yang paling umum bentuk trilobal dan bulat. Faktor
yang mempengaruhi laju reaksi polimerisasi pada umumnya adalah

5
konsentrasi gugus fungsi. Dengan demikian laju reaksi polimerisasi pada
polyamides ditentukan oleh faktor konsentrasi gugus fungsinya yaitu:
konsentrasi –NH, -CO.

Pengerjaan dengan panas dan lembab akan memberi bentuk yang tetap
pada nylon, yaitu bentuknya akan tetap selama nylon tersebut dikerjakan pada
suhu pengerjaan pertama (285°C – 290°C). PA memiliki sifat, bahwa
beberapa atom tidak membagi elektron dengan jumlah yang sama. Air yang
merupakan molekul polar. Ketika molekul PA berinteraksi dengan air, maka
terbentuk rantai lemah antara keduanya. Jika proses tersebut berlanjut,
molekul air akan berdifusi masuk ke dalam material melalui pori-pori dan
menekan rantai polimer sehingga terlepas. Hal ini menyebabkan PA
mengembang seiring dengan bertambahnya kelembaban.

C. Sintesis Poliamida/Nylon

Poliamida pertama kali dibuat oleh W.Carothers pada tahun 1928


dengan nama dagang nylon. Poliamida dibuat dari hasil reaksi senyawa
diamina dan dikarboksilat. Poliamida yang pertama dibuat dari
heksametilendiamina dan asam adipat. Serat yang dihasilkannya disebut
nylon 66, dimana persamaan reaksinya sebagai berikut :

NH2(CH2)6NH2 + COOH(CH2)4COOH  NH2(CH2)6NHCO(CH2)4COOH + H2O

Angka dibelakang nama nylon menunjukkan jumlah atom karbon


penyusun dari senyawa amina dan senyawa karboksilatnya. Serat nylon lain
yang dibuat adalah dari asam sebasat dan heksametilendiamina yang hasil
reaksinya dinamakan nylon 6.10.

Ikatan amida dihasilkan dari reaksi kondensasi gugus amino dan asam
karboksilat atau gugus asam klorida. Suatu molekul kecil, biasanya air atau
hydrogen klorida dieliminasi. Kelompok amino dan kelompok asam
karboksilat bisa berada pada monomer yang sama, atau polimer dapat
dibentuk dari dua monomer bifungsional yang berbeda. Satu dengan dua

6
gugus amino, dan yang lain dengan dua asam karboksilat atau gugus asam
klorida. Asam amino dapat diambil dari monomer tunggal (jika perbedaan
antara kelompok R diabaikan) bereaksi dengan molekul identik untuk
membentuk poliamida. Persamaan reaksinya dapat terlihat pada gambar
berikut :

Gambar 2.1 Reaksi Pembentukan Poliamida

Pembentukan poliamida dari gugus monomer juga dapat terlihat pada


pembuatan aramid (aromatic polyamide) sebagai berikut :

Gambar 2.2 Reaksi Pembentukan Aramid (aromatic polyamide)

Sifat poliamida tergantung dari senyawa penyusunnya. Secara umum,


serat poliamida mempunyai penampang membujur berbentuk silinder dan
penampang melintang bulat. Serat nylon dibuat untuk berbagai tujuan, seperti
untuk keperluan industri dibuat serat dengan kekuatan tinggi dan mulur kecil,
sedangkan untuk tekstil pakaian dibuat dengan kekuatan yang tidak terlalu
tinggi dan mulur yang agak tinggi.

Proses Pembuatan Poliamida

Sintesis poliamida mempunyai tipe yang berbeda sesuai dengan jenis


poliamida yang diinginkan. Sintesis Poliamida termasuk dalam polimer

7
kondensasi dimana dapat mengalami step grow polymerization dan solid state
polymerization . Pada skala laboratorium dapat mengalami kedua tipe sintesis
tersebut. Namun pada skala industri (sejauh ini) hanya tipe sintesis step grow
polymerization. Step Grow Polimerization adalah sintesis polimer yang
mengacu pada mekanisme bi-fungsional atau multifungsi monomer bereaksi
untuk membentuk dimer, kemudian trimer , oligomer dan akhirnya
memebentuk rantai panjang polimer. Solid state polymerization adalah
polimerisasi yang dilakukan dengan mengkontakan molekul (monomer)
dengan padatan (biasanya Kristalin). Selanjutnya molekul yang telah
berikatan tersebut disentesis dalam reaktan. Reaktor yang digunakan biasanya
bed reactor fluidisasi. Berikut ini contoh polymerization untuk Polyamide
jenis nylon:
Nilon dibentuk dari dari reaksi kondensasi hexametilen diamin dan
sebuah asam dikarboksilat. Berdesarkan panjang rantai karbonnya polyamide
(nilon) mempunyai sifat yang beraneka ragam. Sifat nylon yang beraneka
ragam tersebut disebabkan adanya sifat fisikan yang berbeda. Sebagai contoh,
nilon 6.6 dimanfaatan untuk bahan tekstil, sedangkan nilon 10 dimanfaatkan
untuk pembuatan peralatan olahraga. Sintesis nilon 6.6 dimulai dengan
mencampurkan asam adipat dengan hexamethylene diamine pada suhu 280 C
dengan tekanan tinggi. Sedangkan sintesis asam adipat sendiri berasal dari
oksidasi sikloheksena dengan asam nitrat. Berikut ini urutan reaksi
pembentukan nylon 6.6.

Gambar 2.3 Sintesis Poliamida

8
Sedangkan pada skala laboratorium secara umum mempunyai tipe yang
sama untuk sintesis poliamida. Perbedaannya pada penggunaan oksidator
untuk sintesis asam adipat. Pada skala laboratorium lebih sering
menggunakan Kalium permanganat untuk menintesis asam adipat dari
sikloheksena

Sintesis nilon 6.6 dari industri tradisional melibatkan asam adipin dan
hexamethylene diamin untuk membentuk suatu garam yang meleleh, pada
suhu 180oC. Adipin dan hexamethylena diamin diubah menjadi poliamida
dengan pemanasan sampai suhu 280oC di bawah tekanan, yang
menghilangkan air. Asam adipik dengan menggunakan polymerisasi ini pada
umumnya diperoleh dengan oksidasi perpecahan cyclohexena dengan asam
nitrat, suatu cuka mengoksidasi sangat kuat. Ada beberapa corak yang
diinginkan reaksi inti ini jika seseorang mempertimbangkan besar produksi
nilon meliputi seluruh dunia. Asam Nitrat bereaksi dengan cepat deangan
kandungan organik yang bermacam-macam, sebagai faktor kehadiran
keselamatan dari kimia berbahaya.. Hal ini juga memberikan beberapa resiko
lingkungan yaitu mengakibatkan emisi dari Nitro oksida (N2O mengandung
nitrogen), gas rumah kaca, dan produksi skala asam adipin yang industri juga
dipercaya mengubah 10% dari semua tidak alami emisi nitro oksida (“ NO x”).
Tekanan tinggi dibutuhkan untuk polymerisasi mugkin juga bersikap menjadi
keselamatan jika reaktor tidaklah dengan baik dibangun dan dirawat.

Berikut ini merupakan gambaran proses pembuatan poliamida 66:

Gambar 2.4 Skema pembuatan poliamida

9
Klasifikasi Poliamida

Adapun klasifikasi poliamida adalah poliamida 66 dan poliamida 11.


a) Poliamida 66
Poliamida 66 atau nilon 66 merupakan hasil produk yang terbentuk
dari reaksi polimerisasi antara dua monomer yang memiliki atom karbon
berjumlah 6. Monomer tersebut antara lain :asam adipat dan 1,6-
Diaminoheksana (hexamethylenediamine).

Gambar 2.5 Reaksi pembuatan poliamida 66

Reaksi yang terjadi merupakan reaksi polimerisasi kondensasi


dimana terbentuk air sehingga terbentuk ikatan amida setelah terbentuk
air. Pada polimerisasi poliamida 66 hexamethylenediamine dan asam
adipic membentuk garam hexamethylenediammonium adipate 1:1.
Garam ini dilarutkan dalam air dan ditambahkan ke dalam autoclave
dengan 0,5-1 mol% asam asetat sebagai stabiliser viskositas. Tekanan
operasi 250 psi dan temperatur dinaikan menjadi 270-280oC. Tekanan
kemudian diturunkan sampai tercapai keadaan vakum. Setelah total
waktu 3-4 jam, tekanan nitrogen digunakan untuk mencetak nilon
menjadi suatu pita melalui suatu valve di dasar autoclave. Pita kemudian
dipotong-potong menjadi kubus.

b) Poliamida 11
Poliamida 11 atau nilon 11 merupakan poliamida yang sering
digunakan untuk membentuk plastik yang berasal dari minyak nabati.
Namun sifatnya tidak biodegradasi, sehingga sulit untuk diaplikasikan
secara langsung. Sifatnya mirip dengan poliamida 12 namun memiliki
dampak lingkungan yang rendah, menggunakan konsumsi tenaga yang

10
lebih sedikit. Biasanya poliamida 11 digunakan untuk keperluan –
keperluan tertentu seperti di dalam otomotif, elektronik komponen, pipa
gas, dan lainnya. Poliamida terdiri atas monomer asam 11-
aminoundekanoat yang disintesis dari asam 12-oksododekanoat oxime .
Proses untuk mensitesis poliamida :
 Penyusunan Beckmann
 Degradasi Hofmann
 Hidrolisis

Asam aldoxime dihidrolisis dengan keberadaan nikel asetat tetrahidrat


menghasilkan asam 11-carbamoylundekanoat. Selanjutnya asam 11-
carbamoylundekanoat diproses dengan larutan sodium metoksida dan
bromin pada 70 – 80oC sehingga menghasilkan asam 11 -
(metoksikarbonilamino) undekanoat, yang kemudian dengan hidrolisis
dasar dan netralisasi akan menghasilkan asam 11 - aminoundekanoat.

Fabrikasi Poliamida

 Nilon 6
Nilon 6 (polikaprolaktam) umumnya diproduksi dari polimerisasi
-caprolactam (HN(CH2)5CO). Rute produksi yang paling signifikan
dalam membuat nilon 6 menggunakan tiga bahan baku fenol,
sikloheksana, dan toluena. Rekasi dimulai dengan hidrogenasi fenol
menjadi sikloheksanol yang kemudian dioksidasi menjadi sikloheksanon.
Selanjutnya sikloheksanon direaksikan dengan hidroksilamin sehingga
menjadi sikloheksanon oksim. Sikloheksanon oksim kemudian
mengalami Beckmann rearrangement dalam 20% oleum pada 100-120 oC
dan terkonversi menjadi ԑ-caprolactam.

11
Skema sintesis ԑ -caprolactam ditunjukkan pada gambar dibawah ini:

Crude Oil

Propylene Toluene

Benzene

Cumene Cyclohexana

Phenol

Cyclohexanone

Cyclohexanone oxime

Caprolactam

Gambar 2.6 Skema proses pembuatan nilon 6

Terdapat dua jalur polimerisasi ԑ-caprolactam yang umum


digunakan dalam industri. Jalur yang paling sering digunakan adalah
polimerisasi hidrolitik dimana digunakan air untuk membuka cincin ԑ-
caprolactam sehingga menjadi molekul linear berupa asam aminokaproik
(H2N(CH2)5COOH). Polimerisasi kemudian diproses dengan
mekanisme step growth dari senyawa-senyawa asam aminokaproik

12
sehingga terbentuk polimer linear (H(HN(CH2)5CO)nOH) dan air.
Proses hidrolik kontinyu banyak digunakan dalam manufaktur nilon 6.
Pada proses BASF digunakan tiga tahap utama yang dibedakan menjadi
melt-polymerization, extraction, dan solid-state polymerization. Gambar
skema prosesnya sebagai berikut:

Gambar 2.7 flowsheet pembuatan nilon 6 menggunakan proses BASF. a)


Feed tank; b) VK tube; c) Pourer; d) Pelletizer; e) Water bath; f)
Extractor; g) Solid-state reactor

Pada melt-polymerization, ԑ-caprolactam dan air diumpankan ke


bagian atas kolom VK (Vereinfacht Kontinuierliches Rohr). Kolom VK
berupa tube vertical yang beroperasi pada tekanan atmosfir. Umpan
masuk dari bagian atas kolom dan dipanaskan sampai 220-270 0C
menggunakan HE dalam bentuk internal gratings. Pada bagian atas
kolom, ԑ-caprolactam dan air terevaporasi secara kontinyu. Gelembung-
gelembung uap terbentuk dan menyebabkan agitasi ketika bergerak ke
atas untuk mereflux kondenser yang nantinya terkondensasi dan kembali
menjadi monomer. Polimer keluar dari kolom VK kemudian didinginkan
di water bath dan dibuat menjadi pellet di pelletizer. Padatan pellet
kemudian menuju ke extraction stage untuk menghilangkan monomer
yang tidak bereaksi dan senyawa siklik lainnya dengan dicuci
menggunakan air pada suhu 100 0C. Karena jumlah air yang dapat

13
dihilangkan terbatas selama melt-polymerization stage, maka massa
molar polimer yang terbentuk menjadi terbatas sesuai kesetimbangan
polimidasi. Untuk menghilangkan kondensat secara efisien dan
menggeser kesetimbangan poliamidasi ke arah massa molar polimer yang
tinggi serta memperbaiki properties polimer maka dibutuhkan proses
final yaitu solid-state polymerization yang menggunakan moving packed-
bed reactor. Pada proses ini padatan pellet terpolimerisasi lebih lanjut
dengan memanaskannya menggunakan aliran counter-current gas inert
panas pada keadaan panas dibawah melting point dan diatas suhu glass
transtition-nya.

Prinsip dasar solid-state polymerization adalah pemaksimalkan luas


permukaan untuk perpindahan massa tanpa menggunakan bantuan
peralatan mixing yang powerful. Reaksi degradasi tidak diuntungkan
karena suhu reaksi yang rendah dan preservasi bentuk geometri membuat
solid-state polymerization dilakukan pada polimer yang sudah terbentuk.
Main drawback membutuhkan waktu tinggal yang lama (10-100 jam)
karena laju reaksi lambat.

Jalur kedua polimerisasi ԑ -caprolactam adalah dengan mekanisme


anionic chain growth yang mengunakan NaOH, laktamat alkali metal,
dan pentaalkil guanidine sebaga inisiator. Keutamaan polimerisasi
anionic adalah konversi yang cepat sehingga dapat mereduksi harga unit
polimerisasi dan dapat menggunakan molds yang tidak mahal dalam
desain yang komplek. Hal ini membuat volum produksi menjadi rendah
tapi tidak ekonomis jika untuk produksi pada skala besar.

 Nilon 6-6
Nilon 6-6 dapat dibuat dengan dua cara. Pertama nilon 6,6 dapat
dibuat dengan mereaksikan adipoyl chloride dengan hexamethylene
diamine. Kedua dapat dibuat dengan mereaksikan adipic acid dengan
hexametylene diamine. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

14
1. Reaksi adipoyl chloride dengan hexametylene diamine

Gambar 2.8 Skema reaksi pembuatan nilon 6-6 dari adipoyl chloride

2. Reaksi adipic acid dengan hexametylene diamine

Gambar 2.9 Skema reaksi pembuatan nilon 6-6 dari asam adipat

Mekanisme reaksi adipic acid dengan hexametylene diamine adalah sebagai


berikut:
a. Molekul adipic acid memprotonasi karbonil oksigen adipic acid lainnya
Pasangan elektron bebas oksigen pada asam adipat menyerang atom
hidrogen pada gugus karboksilat dari molekul asam adipat lain. Molekul
asam adipat yang diserang mengalami kelebihan elektron pada atom
oksigen yang terikat pada gugus karboksilat seperti yang tertera pada
gambar dibawah. Molekul asam adipat yang lain mengalami kekurangan
elektron pada atom oksigen yang terikat pada gugus karboksilat seperti
yang terlihat pada gambar.

15
Gambar 2.10 Mekanisme molekul adipic acid memprotonasi
karbonil oksigen adipic acid lainnya

b. Hexamethylene diamine menyerang karbonil karbon pada adipic acid dan


membentuk ammonium intermediet.

Gambar 2.11 Mekanisme hexamethylene diamine menyerang karbonil karbon


pada adipic acid dan membentuk ammonium intermediet.

Hexamethylene diamine menyerang asam adipat di gugus karboksilat dimana


terdapat atom oksigen yang kekurangan elektron. Hasilnya terbentuk

16
ammonium intermediet dimana salah satu gugus amine-nya mengalami
kekurangan elektron.

c. Perpindahan elektron pada ammonium intermediet.


Struktur ammonium intermediet yang tidak stabil dikarenakan salah satu
atom nitrogen pada gugus amine kekurangan electron mengakibatkan
terjadinya perpindahan elektron. Awalnya pasangan elektron bebas dari
oksigen pada gugus karboksilat yang berikatan dengan amine menyerang
atom oksigen yang terikat pada nitogen yang kekurangan elektron. Hal ini
membuat atom nitrogen tidak kekurangan elektron lagi tetapi hal ini membuat
oksigen tersebut menjadi kekurangan elek tron. Atom oksigen yang
kekurangan elektron menarik elektron atom karbon sehingga terjadi
pelepasan molekul H2O. Oleh karena atom karbon mengalami kekurangan
elektron maka atom oksigen yang terikat padanya memberikan elektronnya
dan menarik elektron dari atom hidrogen sehingga terjadi pelepasan ion H+.
Pada akhirnya perpindahan elektron ini akan menghasilkan amida dimer
disertai pelepasan H2O dan ion H+.

17
Gambar 2.12 Mekanisme perpindahan elektron pada ammonium
intermediet

d. Amida dimer bereaksi dengan molekul adipic acid atau hexamethylene


diamine lainnya
Selanjutnya amida dimer yang telah terbentuk akan bereaksi dengan
asam adipat atau dengan hexamethylene diamine yang lain untuk
membentuk amida trimer.
e. Pembentukan polimer nilon 6,6
Reaksi-reaksi seperti diatas terjadi terus-menerus dan pada akhirnya akan
membentuk polimer 6,6.

Gambar 2.13 Rumus struktur nilon 6-6 (polyamida)

18
D. Proses Pembuatan Poliamida/Nylon

Gambar 2.14 Skema proses produks nilon 6-6


Umpan yang digunakan pada industri pembuatan polimer nilon 6,6 adalah
adipic acid, hexamethylene diamnine, dan air. Adipic acid, hexamethylene
diamine, dan air kemudian dimasukkan ke reaktor untuk direaksikan menjadi
hexamethylene diammonium adipate yang biasa disebut nilon salt solution.
TiO2 Slurry kemudian ditambahkan ke nilon salt solution untuk mendeluster
fiber. Pendelusteran fiber ini bertujuan untuk memberi warna pada nilon yang
akan dibentuk. Larutan garam yang telah dicampur dengan TiO2 slurry
dimasukkan ke dalam evaporator dan dievaporasi untuk menghilangkan
kandungan air berlebih. Larutan garam yang sudah jenuh dimasukkan ke
reaktor dimana terjadi reaksi polimerisasi dan terbentuk polyhexamethylene
adipamide atau yang biasa dikenal dengan nilon 6,6. Polimer nilon 6,6
kemudian dipisahkan ke dalam dua jalur dimana jalur yang satu polime nilon
6,6 dimasukkan ke unit cutter dan dibentuk menjadi nilon 6,6 chip. Pada jalur
yang lain nilon cair 6,6 diekstrusi melalui spinneret dan mengalami proses
pemintalan. Nilon tersebut kemudian didinginkan untuk dibentuk menjadi
filamen.

19
E. Aplikasi Poliamida/Nylon di Industri

Poliamida terjadi secara alami dan sintesis. Contoh poliamida yang terjadi
secara alami adalah protein, seperti wol dan sutra. Poliamida sintesis dapat
dibuat melalui polimerisasi pertumbuhan-bertahap atau fasa padat yang
menghasilkan bahan seperti nilon, aramid, dan natrium poli(aspartat).
Poliamida sintetis umumnya digunakan pada tekstil, aplikasi otomotif, karpet
dan pakaian olahraga karena daya tahan dan kekuatannya yang tinggi.
Industri manufaktur transportasi adalah konsumen utama, menyumbang 35%
konsumsi poliamida

Contoh Aplikasi Poliamida

1. Manufaktur

Nylon 6 merupakan bahan sintetik serbaguna yang dapat dibentuk menjadi


serat, lembaran, filamen atau bulu. Ini pada gilirannya dapat digunakan
dalam produksi kain, benang dan pintal. Sebagai contoh, baik filamen
nilon 6 yang digunakan dalam pembuatan kaus kaki, rajutan pakaian dan
parasut. Nylon 6 bulu yang digunakan untuk memproduksi sikat gigi dan
sisir sikat. Sebagai komposit dengan polimer lain, nilon 6 juga digunakan
dalam produksi produk cetakan seperti mobil mainan, skate-board roda
dan frame pistol.

2. Industri Benang

Dengan ketahanan tarik tinggi kekuatan, kelelahan dan ketangguhan, satu


aplikasi utama untuk nilon 6 adalah dalam pembuatan benang industri.
Adhesi unggul untuk karet membuat sebuah media yang ideal untuk
memproduksi kain ban kabel, media untuk memperkuat bias-ply ban bus
dan truk. Terlebih lagi, dapat dicampur dengan polietilena (PE), polimer
lebih murah, untuk menghasilkan biaya rendah benang industri tanpa
secara signifikan menurunkan kualitas produk akhir.

20
3. Tekstil

Nylon 6 digunakan secara luas dalam industri tekstil untuk memproduksi


kain non-woven. Kain yang terbuat dari nilon 6 adalah warna-warni dan
ringan namun kuat dan tahan lama

4. Penyerapan UV

Nylon 66 film plastik sering diproduksi dengan kapasitas serapanUV,


sebuah properti yang bermanfaat signifikan dalam
pengendalianpenyakit virus menular .Industri lain yang menggunakan
nilon 6 filmuntuk serapan UV yang meliputi rekayasa, medis, dan
pertanian.

5. Perlengkapan Rumah

Alas tidur, karpet, atap dan perkakas rumah lainnya.

6. Peralatan Industri

Tali Ban, Pipa karet, Alat pengangkutan Dan Ikat pinggang dipesawat,
Parasut, Dawai-Dawai Raket, Tali temali dan jaring, kantongtidur, kain
terpal, tenda, benang, bulu sikat gigi. Poliamida dapatdigunakan
sebagai sistem perpipaan dalam pendistribusian gas
alamdikarenakan pipa dari poliamida ini memiliki karakteristik yang
mampumenahan suhu dan tekanan dari gas alam tersebut. Pipa dari
poliamida inimemiliki keuntungan yaitu tahan terhadap korosi
sehingga biayapemeliharaannya lebih murah dan harga jualnya
juga lebih murahdibandingkan dengan pipa dari logam. Kekurangan dari
pipa poliamidaadalah sifatnya yang dapat menyerap moisture
(cairan) yang terdapatdalam gas alam maupun udara.hal ini dapat
mengakibatkan kerusakanpada bagian sambungan antar pipa dan
menyebabkan kebocoran padasistem perpipaan.

Penggunaan Poliamida sebagai Pipa saluran gas pada terkanan


tinggi mempunyai beberapa kelebihan antara lain :

21
 Lebih murah dalam biaya pemasangan dan perawatan dibandingkan
dengan pipa besi, sebagaimana telah diterapkan di Amerika Utara.
 Tidak mengurangi aktivitas aliran udara dalam tanah
 Proses penyambungan lebih mudah daripada pipa besi atau pipa
polyetilen.
 Tidak adanya proses korosi sehingga penggunaan lebih lama
dibandingkan dengan pipa besi.

Kekurangan dari pipa poliamida ini adalah sifatnya yang dapat


menyerapmoisture (cairan) yang terdapat dalam gas alam maupun udara.
Hal inidapat mengakibatkan kerusakan pada bagian sambungan antar pipa
danmenyebabkan kebocoran pada sistem perpipaan.

22
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Polymer polyamida (nylon) adalah polimer yang dibentuk dari asam


karboksilat dan amino. Jenis asam karboksilat dan amino sangat bervariasi
sehingga terbentuk poliamida yang sangat bervariasi, misalnya nylon 6, nylon
66, nylon 11, dan lain sebagainya. Jenis poliamida yang paling banyak 
diproduksi adalah 6 dan 66.
Sifat poliamida tergantung dari senyawa penyusunnya. Secara umum,
serat poliamida mempunyai penampang membujur berbentuk silinder dan
penampang melintang bulat. Serat nylon dibuat untuk berbagai tujuan, seperti
untuk keperluan industri dibuat serat dengan kekuatan tinggi dan mulur kecil,
sedangkan untuk tekstil pakaian dibuat dengan kekuatan yang tidak terlalu
tinggi dan mulur yang agak tinggi.
Sintesis poliamida mempunyai tipe yang berbeda sesuai dengan jenis
poliamida yang diinginkan. Sintesis Poliamida termasuk dalam polimer
kondensasi dimana dapat mengalami step grow polymerization dan solid state
polymerization. Beberapa contoh aplikasi Poliamida di industri yaitu industri
manufaktur, industri benang, peralatan rumah, industri textil, dan lain
sebagainya.

23

Anda mungkin juga menyukai