Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PENCAPAN II

Pencapan Zat Warna Asam dengan Kain Poliamida

Disusun Oleh :

REHULINA BERU G (15020054)

REGITA GRANDIS P. (16020006)

NURFADILAH IKHSANI (16020011)

SUNANDITA FADILAH (16020012)

Grup / Kel : 3K1 / 1

Dosen : Khairul U., S.ST., MT.

Asisten : Sukirman, S.ST., MIL.

Desti M., S.ST

POLITEKNIK STTT BANDUNG

2019
1. MAKSUD DAN TUJUAN
Percobaan ini dimaksudkan untuk memberikan corak sesuai motif pada bahan kain
poliamida dengan menggunakan zat warna asam. Dan bertujuan untuk mengetahui hal-hal
yang berpengaruh pada proses pencapan terhadap hasil bahan yang diperoleh baik itu
ketuaan warna maupun kerataan warna.

2. TEORI DASAR
Pencapan merupakan proses pelekatan zat warna secara tidak merata dengan
menimbulkan corak-corak tertentu. Proses pelekatan zat warna keatas permukaan kain ini
dilakukan secara mekanis, menggunakan screen datar yang merupakan kassa yang
terpasang pada rangka. Kasa atau screen ini dapat digunakan secara berulang-ulang
dengan cara membersihkannya.
Motif yang diinginkan digambar pada kertas gambar untuk kemudian dipindahkan
ke kertas transparan hingga mulai dilakukan proses exposing yang akan menghasilkan
screen yang terdapat beberapa bagian yang tertutup yang dihasilkan dari gambar yang
tidak bermotif, sedangkan bagian motifnya akan memberikan bagian screen yang
berlubang hingga pasta cap dapat menembusnya.
2.1 SERAT POLIAMIDA
Poliamida atau nylon merupakan suatu keluarga polimer sintetik yang
diciptakan pada 1935 oleh Wallace Carothers di DuPont. Produk pertama adalah sikat
gigi ber-bulu nilon (1938), dilanjutkan dengan produk yang lebih dikenal: stoking
untuk wanita pada 1940. Nilon dibuat dari rangkaian unit yang ditautkan dengan
ikatan peptida (ikatan amida) dan sering diistilahkan dengan poliamida (PA). Nilon
merupakan polimer pertama yang sukses secara komersial, dan merupakan serat
sintetik pertama yang dibuat seluruhnya dari bahan anorganik: batu bara, air, dan
udara. Elemen-elemen ini tersusun menjadi monomer dengan berat molekular rendah,
yang selanjutnya direaksikan untuk membentuk rantai polimer panjang.
Bahan ini ditujukan untuk menjadi pengganti sintetis dari sutra yang
diwujudkan dengan menggunakannya untuk menggantikan sutra sebagai bahan
parasut setelah Amerika Serikat memasuki Perang Dunia II pada 1941, yang
menyebabkan stoking sulit diperoleh sampai perang berakhir.
Serat nilon sekarang dipergunakan untuk kain dan tali. Nilon padat digunakan
untuk bagian mekanik dan rekayasa.
Polymer poliamida (nylon) adalah polimer yang dibentuk dari asam
karboksilat dan amino. Jenis asam karboksilat dan amino sangat bervariasi sehingga
terbentuk poliamida yang sangat bervariasi, misalnya nylon 6, nylon 66, nylon 11 dll.
Yang paling banyak diproduksi adalah 6 dan 66. Gugus penghubung (-OH-CO-),
nylon 6 dibuat dari senyawa kaprolaktom dan nylon 66 dibuat dari senyawa asam
adipat dengan heksa metilen diamina.

H2N – CONH – CONH – CONH – COOH

Ujung ujung polimer terdapat gugus fungsi NH2 (amino) dan COOH
(karboksilat) dan sebagai penghubungnya adalah gugus amida (-CONH-). Jumlah
NH2 dan COOH tergantung pada banyaknya polimer yang menyusun sebuah serat .
RH standar 4,0 – 4,5 % karena serat poliamida ini mempunyai gugus fungsional maka
serat ini masih mungkin bereaksi dengan zat-zat lain sedangkan poliester tidak
mempunyai gugus fungsional sehingga daya serapnya lebih besar dari poliester
(sekitar 4,5). Gugus NH2 bersifat basa lemah yang dapat menarik air dan gugus
karboksilat . Yang membedakan antara nylon 6 dan nylon 66 adalah sifat fisikanya
sedangkan sifat kimianya relatif kimia, misalnya titik leleh nylon 6 = 2150C < nylon
66 = 2500C, penyerapan nylon 6 > nylon 66 ini disebabkan oleh perbedaan struktur
fisik yaitu perbedaan DO dan DK. Poliamida ini dapat dicelup dengan zat warna
dispersi asam (kompleks logam, mordan) dispersi – reaktif.

Pembuatan Poliamida (Nylon)


Nilon atau poliamida yang dibuat dari heksa metilen diamina dan asam adipat,
NH2(CH2)6NH2 + COOH(CH2)4COOH  NH2(CH2)6NHCO(CH2)4COOH + H2O
heksa metilena diamina asam adipat
Kemudian molekul-molekul tersebut bereaksi lagi membentuk molekul yang
panjang. Pembuatan nilon diawali dengan pembuatan bahan baku yaitu asam adipat
dan heksa metilena diamina. Asam adipat dibuat dari fenol melalui pembentukan
sikloheksanol dan sikloheksanon. Sedangkan heksa metilena diamina dibuat dari asam
adipat dengan melalui pembentukan amida dan nitril. Setelah bahan baku diperoleh
maka dilakukan pembuatan polimer yang didahului dengan pembuatan daram nilon,
polimerisasi dan penyetopan panjang rantai. Pada pembuatan garam nilon asam adipat
dan heksa metilena diamina dilarutkan dalam metanol secara terpisahdan setelah
dicampurkan akan terbentuk endapan heksametilena diamonium adipat (garam nilon).
Pada pemintalan nilon kehalusan filamen tidak bergantung pada diameter lubang
spineret, tetapi bergantung pada :
 Sifat polimer.
 Kecepatan penyemprotan polimer melalui spineret
 Kecepatan penggulungan filamen
Untuk mendapatkan derajat orientasi tinggi, filamen yang terbentuk ditarik
dalam keadaan dingin. Panjangnya kira-kira menjadi empat atau lima kali panjang
semula.
Sifat Polyamida/Nylon
1. Kekuatan mulurnya
Nilon mempunyai kekuatan dan mulur berkisar dari 8,8 gram per denier dan 18
%, sampai 4,3 gram per denier dan 45 %. Kekuatan basahnya 80-90 % dari
kekuatan kering.
2. Tahan gosokan dan tekukan
Tahan gosok dan tekukan nilon tinggi sekitar 4-5 kali dari tahan gosok wol.
3. Elastisitas
Selain mulurnya tinggi (22 %), nilon juga mempunyai elastisitas tinggi. Pada
penarikan 8 % nilon elastis 100 % dan pada penarikan 16 %, nilon masih
mempunyai elastisitas 91 %.
4. Berat jenis
Berat jenis nilon 1,14.
5. Titik leleh
Nilon meleleh pada suhu 263oC dalam atmosfer mitrogen dan diudara pada suhu
250oC.
6. Sifat kimia
 Nilon tahan terhadap pelarut dalam pencucian kering.
 Nilon tahan terhadap asam encer.
 Dalam HCl pekat mendidih dalam beberapa jam akan terurai menjadi asam
adaipat dan heksa metilena diamonium hidroklorida.
 Nilon sangat tahan terhadap basa.
 Pelarut yang bisa melarutkan nilon diantaranya asam formiat, kresol dan fenol.
7. Sifat biologi
 Nilon tahan terhadap serangan jamur, bakteri, dan serangga.
8. Moisture Regain
Pada kondisi standar (RH 65 % dan suhu 21oC) moisture regain nilon 4,2%.

2.2 ZAT WARNA ASAM


Zat warna asam adalah zat warna yang pada proses pencelupannya
mempergunakan asam untuk membantu penyerapan zat warna, atau zat warna yang
merupakan garam natrium asam-asam organik dimana anionnya merupakan
komponen yang berwarna.
Zat warna asam mempunyai afinitas terhadap serat protein dan poliamida
misalnya wol dan nylon. Beberapa zat warna asam akan mencelup juga serat-serat
selulosa karena bentuk dan dasar molekulnya hampir serupa.
Struktur kimia zat warna asam
Struktur kimia zat warna asam menyerupai zat warna direk, merupakan senyawa
yang mengandung gugusan-gugusan sulfonat atau karboksilat, sebagai gugus pelarut.
Menurut kimiawinya zat warna asam dapat digolongkan sebagai berikut :
Golongan 1
Yakni zat warna asam derivat trifenilmetan misalnya Xylene Blue VS ( C.I. Acid
Blue )

N(C2H5)2
NaO3S C +
Golongan 2
SO3Na N(C2H5)2
Yakni zat warna asam derivat Xanten misalnya Lissamine Rhodamine B ( C.I. Acid
Red 52 )
+
(C2H5)2 N O
N (C2H5)2

SO3Na

SO3Na
Golongan 3
Yakni zat warna asam yang merupakan senyawa-senyawa nitroaromatik, misalnya
Naphtol Yellow 1 ( C.I. Acid Yellow 1 )

ONa

NO2
NaO3S

NO2

Golongan 4
Yakni zat warna asam yang merupakan senyawa-senyawa Azo misalnya Azo-
Garanine 2G ( C.I. Acid Red 1 )
CH NH.CO.CH3

N=N

SO3Na SO3Na
Golongan 5
Yakni zat warna asam yang mempunyai inti pirazplon, misalnya Tartrazine

HO. C N=N SO3Na

NaO3S N=N C N
C
Golongan 6
COOH
Yakni zat warna asam derivat antrakwinon, misalnya Solvay Blue B ( C.I. Acid Blue
45 )
O NH2
NaO3S

SO3Na
NH2 O OH

Mekanisme utama dalam pencelupan serat protein dengan zat warna asam
adalah pembentukan ikatan garam dengan gugusan-gugusan amino dalam serat
meskipun ikatan-ikatan lain mungkin pula akan terjadi.
Dalam keadaan iso-elektrik serat wol mengandung ikatan-ikatan garam berupa
amonium karboksilat yang bersifat listrik netral. Dengan penambahan ion hidrogen
dari asam-asam maka akan terjadi gugusan ion amonium bebas sehingga
memungkinkan terbentuknya ikatan anion zat warna asam.
Pada permulaan pencelupan ion hidrogen dan khlorida akan diserap oleh serat
dengan cepat. Ion khlorida lebih mudah bergerak dari pada ion zat warna karena
strukturnya lebih sederhana sehingga lebih dahulu terserap oleh serat tetapi lama
kelamaan ion khlorida akan terlepas diganti dengan anion-anion zat warna karena ion-
ion tersebut mempunyai ikatan atau gaya ikat yang lain, misalnya ikatan hidrogen
atau ikatan Van der waals.

3. METODE PERCOBAAN
3.1 ALAT
- Mixer - Kasa screen
- Neraca timbangan - Meja printing
- Pengaduk - Rakel
- Gelas Ukur - Mesin stenter
3.2 BAHAN
- Kain Poliamida - Zat warna Erionyl Yellow
- Zat warna Acid Blue - Pengental Tamarin (Max Print)
- Gliserin - CH3COOH
- Na2CO3 - Teepol
3.3 DIAGRAM ALIR
Persiapan pencapan  Pencapan  Dry  Steam  Soaping  Dry  Evaluasi
3.4 RESEP
Pengental induk 9%
Zat warna asam : 30 g
Gliserin : 40 g
Pengental induk : 600 g
CH3COOH : 0, 20, 40, 60 g (Variasi)
Balance :xg
1000 g
3.5 FUNGSI ZAT
Zat warna asam : untuk mewarnai bahan pada proses pencapan, dimana zat
warna ini akan berikatan dengan serat.
Gliserin : mencegah zat warna yang telah menempel pada bahan tidak
bleeding kemana-mana saat dilakukan batching.
Pengental Tamarin : zat pengental untuk menjaga zat warna tidak mengalami
bleeding ketika dicap.
CH3COOH : pemberi suasana asam pada pencapan

3.6 CARA KERJA

 Pembuatan Pengental :
- Pengental tamarin yang akan digunakan dimasukan pada bejana.
- Ditambahkan sebagian air dalam jumlah kecil.
- Diaduk secara merata dengan menggunakan mixer hingga terbentuk emulsi yang
kental.
 Pembuatan Pasta Cap :
- Mengambil pengental tamarin yang telah jadi sesuai dengan kebutuhan, kemudian
memasukkan zat warna asam ke dalamnya dan diaduk terus sampai semua bagian
merata.

- Kemudian ditambahkan bahan zat pembantu lainnya sesuai resep sambil diaduk,
sedangkan untuk bahan yang berupa padatan dilarutkan dalam air terlebih dahulu.

 Pencapan
- Kain yang akan dicap dipasang pada meja cap dengan posisi terbuka sempurna
dan konstan pada meja cap.

- Meletakkan screen tepat berada pada bahan yang akan dicap

- Pasta cap ditaburkan pada bagian pinggir screen (tidak mengenai motif).

- Menahan screen agar tetap mengepres pada bahan, kemudian dilakukan proses
pencapan dengan cara memoles screen dengan pasta cap menggunakan rakel.

- Pada proses pencapan, penarikan rakel harus kuat dan menekan ke bawah agar
dapat mendorong zat warna masuk ke motif.

- Screen kemudian dilepaskan ke atas.


- Untuk screen berikutnya (warna berbeda), dipasang screen dengan memposisikan
motif, agar kedua motif dapat berimpit dengan tepat.

- Melakukan proses pencapan seperti point di atas.

- Setelah selesai, pasta cap dibiarkan pada kain hingga sedikit mengering untuk
kemudian mengangkatnya secara hati-hati.

- Steam dilakuan proses pengeringan kemudian fiksasi pada suhu 100C selama 2
menit.

- Setelah bahan difiksasi selanjutnya bahan di cuci dingin, cuci panas, cuci sabun,
kemudian dibilas dan dikeringkan.

4. DATA PENGAMATAN
4.1 PERHITUNGAN RESEP
Pengental Induk : 9 / 100 x 200 = 18  18 ml pengental tamarin dan 182 ml air
Bahan Praktikan 1 Praktikan 2 Praktikan 3 Praktikan 4
Zat warna 30 / 1000 x 40 = 1,29 gram
Gliserin 40 / 1000 x 40 = 1,6 gram
Pengental 600 / 1000 x 40 = 24 gram
CH3COOH 0 / 1000 x 40 = 20 / 1000 x 40 40 / 1000 x 40 60 / 1000 x 40
0 gram = 0,8 gram = 1,6 gram = 2,4 gram
Air 13,11 gram 12,31 gram 11,51 gram 10,71 gram

4.2 KAIN HASIL PENCELUPAN


Terlampir

5. DISKUSI
Pencapan merupakan suatu proses pemberian warna pada kain secara tidak
merata sesuai dengan motif yang telah ditentukan dan hasilnya memiliki ketahanan luntur
warna. Untuk mencapai hasil pencapan yang baik pada proses pencapan dibutuhkan
kondisi yang spesifik, peralatan khusus dan desain yang sempurna, desain memiliki nilai
seni yang tinggi dan biasanya diciptakan sebagai hasil karya seni. Teknik pencapan intinya
merupakan cara pemindahan desain dengan suatu peralatan tertentu yang diharapkan dapat
menjamin mutu dan kualitas hasil pencapan.
Pada praktikum kali ini dilakukan proses pencapan pada kain poliamida
menggunakan zat warna asam. Dimana serat poliamida juga merupakan serat yang
memiliki struktur yang rapat, sehingga untuk proses pencelupannya menggunakan zat
warna yang molekulnya kecil. Zat warna asam memiliki afinitas yang kecil pada serat
poliamida pada kondisi netral atau asam lemah sehingga pasta capnya memerlukan kondisi
asam yang lebih kuat (pH 3-4). Serat poliamida memiliki gugus fungsi amina dan amida
yang memungkinkan berikatan dengan zat warna asam yang memiliki gugus fungsi SO 3-.
Jumlah positif pada bahan sangat tergantung pada gugus amida serta keasaman pasta
cap.Sehingga penambahan asam asetat menjadi faktor yang penting untuk hasil
pencapannya. Penambahan asam akan terjadi pembentukan muatan positif pada serat yang
lebih banyak, akibat adanya ion H+ yang terserap oleh gugus amina dari serat poliamida.
Gugus positif ini lah yang akan berikatan dengan zat warna asam. Pada proses pencapan
poliamida dengan zat warna asam akan terjadi ikatan ionik antara molekul zat warna
dengan gugus amina dan gugus amida dari serat poliamida.. Dimana ikatan hidrogen
merupakan gaya dipol yang mellibatkan ikatan hidrogen dengan atom lain yang bersifat
elektronegatif. Secara singkat pembentukan amina pada poliamida dapat di gambarkan
sebagai berikut :

HOOC ------- Poliamida -------- CONH ------ NH2


H+ (pH 5-6)
HOOC ------- Poliamida -------- CONH ------ NH3+
H+ (pH 3-4)
HOOC ------- Poliamida -------- CON+H2 ------ NH3+

Ikatan ionik antara anion zat warna asam dengan sutera yang sudah menyerap ion H+ yang
terjadi sebagai berikut:

Zw – SO3Na Zw – SO3- + Na+

Ikatan ionik
HOOC--- Poliamida ---N+H3

Hal yang perlu di perhatikan pada proses pencapan ini diantaranya pemilihan
pengental. Pengental yang digunakan haruslah yang tahan asam, karena pada prosesnya
dilakukan pada kondisi yang cukup asam. Pada praktikum kali ini menggunakan pengental
jenis tamarin dan pengental cmc. Dari data praktikum didapat bahwa dengan
menggunakan pengental jenis tamarin pada konsentrasi pengental induk yang dibuat
sebesar 9% menghasilkan viskositas sebesar 13000. Sedangkan untuk pengental jenis cmc
pada konsentrasi 15% menghasilkan viskositas sebesar 14000. Hal ini menunjukkan
bahwa pengetal jenis tamarin memiliki ketahanan asam yang lebih baik dibandingkan
dengan pengental cmc. Hal ini terjadi karena kemungkinan rantai rantai polimer pada
pengental cmc lebih mudah putus pada suasana asam, sehingga pengental menjadi relatif
lebih encer dibandingkan dengan pengental jenis tamarin ini. Namun untuk evaluasi hasil
pencapannya relatif baik, hal ini ditandai dengan tidak terjadinya blobor pada hasil
pencapan akibat rusaknya pengental. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengental jenis
tamarin dan cmc tahan terhadap asam. Dalam proses pencampuran seharusnya zat warna
dimasukan terakhir, hal ini dimaksudkan agar dapat dilakukan pengecekan pH pasta cap
dengan lebih mudah sebelum zat warna dicampurkan. Namun pada praktikum kali ini
kelompok kami tidak melakukannya, sehingga tidak diketahui pH dari masing masing
pasta cap.

Pada praktikum kali ini dilakukan pencapan kain poliamida dengan zat warna
asam dengan variasi konsentrasi asam asetat yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh
konsentrasi asam asetat terhadap ketuaan serta kerataan warna kain hasil pencapan.
Variasi yang digunakan yaitu 0 gram, 20 gram, 40 gram dan 60 gram. Dari hasil
praktikum didapat bahwa kain dengan pasta cap menggunakan asam asetat 60 gram
memiliki ketuaan dan kerataan yang paling baik. Hal ini disebabkan karena penambahan
asam asetat akan membuat serat menjadi bermuatan positif menjadi lebih banyak sehingga
zat warna yang berikatan menjadi lebih banyak pula. Maka dari itu hasil pencapannya
memiliki ketuaan warna yang lebih baik dibandingkan dengan penambahan asam asetat
yang lebih sedikit.

Selain asam asetat, pada pasta cap juga ditambahkan gliserin. Hal ini
dimaksudkan agar pasta cap tetap dalam keadaan lembab atau tidak kering, sehingga
molekul zat warna masih bergerak bebas agar dapat mudah masuk kedalam pori pori serat
dan berikatan. Sehingga penambahan gliserin ini difungsikan untuk membuat hasil
pencapan menjadi lebih rata.
Pada proses pencapan dilakukan proses steaming selama 15 menit dengan suhu
100oC. Pada proses ini terjadi polimer dari serat poliamida bergerak dan menyebabkan
jarak antar polimer menjadi semakin besar sehingga zat warna yang masuk ke dalam pori
pori serat semakin banyak. Juga pada kondisi ini akan terjadi fiksasi zat warna pada serat.
Sehingga ketahanan luntur warna hasil pencapan menjadi lebih baik.

Dari hasil praktikum, dapat disimpulkan bahwa untuk menghindari kegagalan


proses serta untuk mendapatkan hasil pencapan yang diinginkan maka perlu pemilihan
resep yang optimum dan dilakukan proses pencapannya dengan beruntut dan hati hati.

6. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa penggunaan
asam asetat 60 gram pada resep pencapan zat warna asam dengan kain poliamida
menghasilkan ketuaan dan kerataan warna paling baik.

7. DAFTAR PUSTAKA
Djufri, Rayid M.SC. Teknologi Pengelantangan, Pencelupan dan Pencapan. 1975.
Sekolah Tinggi Teknologi Teksril. Bandung.
Soeprijono, S.Teks. Serat-Serat Tekstil. 1976. Institute Teknologi Tekstil. Bandung.
Suprapto, Agus S.Teks. Teknologi Pencapan. 2004. Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil.
Bandung.
LAMPIRAN
1. KAIN HASIL PENCAPAN DENGAN KONSENTRASI CH3COOH 0 GRAM
2. KAIN HASIL PENCAPAN DENGAN KONSENTRASI CH3COOH 20 GRAM
3. KAIN HASIL PENCAPAN DENGAN KONSENTRASI CH3COOH 40 GRAM
4. KAIN HASIL PENCAPAN DENGAN KONSENTRASI CH3COOH 60 GRAM

Anda mungkin juga menyukai