Mengidentifikasi jenis zat warna pada golongan 1,2,3,4 (Direk, Asam, Basa) yang digunakan
pada kain selulosa dengan cara melunturkan zat warna dan mengamati sifat-sifat atau
karakteristik zat warna yang di uji.
1.2.Dasar Teori
Serat Selulosa
A. Serat Kapas
Kapas adalah salah satu jenis serat tumbuh-tumbuhan yang banyak
dipergunakan dalam industri tekstil, baik sebagai 100 % serat kapas maupun sebagai
campuran serat lainnya.
Zat-zat selain selulosa yang terdapat dalam serat kapas harus dihilangkan.
Cara menghilangkannya itu adalah dengan cara pemasakan dalam larutan NaOH.
Semua zat kecuali pigmen dan selulosa akan hilang. Pigmen dihilangkan dengan
proses pengelantangan yang menggunakan zat oksidator seperti NaOCl, CaOCl 2 dan
sebagainya.
Merupakan lapisan terluar yang mengandung lilin, pektin dan protein. Adanya lilin
menyebabkan lapisan ini halus, sukar tembus air dan zat pewarna. Berfungsi
melindungi bagian dalam serat.
- Dinding primer
Merupakan dinding tipis sel yang asli, terutama terdiri dari selulose tetapi juga
mengandung pektin, protein, dan zat-zat yang mengandung lilin. Selulose dalam
dinding primer berbentuk benang yang sangat halus yang tidak tersusun sejajar
sepanjang serat tetapi membentuk spiral mengelilingi sumbu serat.
- Lapisan antara
Merupakan lapisan pertama dari dinding sekunder dan strukturnya sedikit berbeda
dengan dinding primer.
- Dinding sekunder
- Dinding lumen
Dinding lumen lebih tahan terhadap zat kimia tertentu dibanding dinding sekunder.
- Lumen
Merupakan ruang kosong di dalam serat. Bentuk dan ukurannya bervariasi dari serat
ke serat lain maupun sepanjang satu serat.
Gambar 1.2 berikut adalah penampang serat kapas.
Melintang Membujur
b. Komposisi kimia
1. Selulosa
Analisa serat kapas menunjukkan bahwa serat kapas terutama tersusun dari
zat selulosa. Derajat polimerisasi selulosa serat kapas kira-kira 10.000 dan berat
molekulnya kira-kira 1.580.000.
2. Pektat
Pektat adalah suatu karbihidrat dengan berat molekul yang tinggi. Struktur
molekulnya seperti struktur molekul selulosa. Pektat terutama tersusun oleh
susunan linier sisa-sisa asam galakturonat dalam garam-garam kalsium dan besi yang
tidak larut.
3. Lilin
Karena adanya lilin, maka akan mengurangi gaya gesekan sehingga kekuatan
benang akan lebih rendah.
5. Abu
Zat abu terutama terdiri dari garam-garam magnesium, kalsium atau kalium
pospat, sulfat atau khlorida. Garam-garam karbonat merupakan bagian yang paling
besar.
Pigmen dan zat lainnya.
Komposisi kimia serat kapas mentah tercantum dalam tabel dibawah ini.
Selulosa 94
Protein 1,3
Pektat 1,2
Lilin 0,6
Abu 1,2
Pigmen dan zat lainnya 1,7
Kandungan air 8
a. Sifat Fisika
Warna
Serat kapas berwarna putih kekuning-kuningan
Kekuatan
Kekuatan serat kapas cukup tinggi, kekuatan dalam keadaan basah lebih tinggi
daripada kekuatan dalam keadaan kering, sehingga sangat menguntungkan untuk
proses pencelupan, karena pada proses pencelupan akan ada tarikan-tarikan pada
kain kapas tersebut
Mulur
Mulur serat kapas 4 – 13 %
Kandungan Air
Dalam keadaan standart, serat kapas mengandung 7 – 8,5 % air terhadap berat
kering.
Berat Jenis
Berat jenis serat kapas 1,5 – 1,56
Indeks Bias
Indeks bias sejajar sumbu serat 1,58.
b. Sifat Kimia
Oksidasi
Serat kapas dapat teroksidasi membentuk oksiselulosa sehingga kekuatan serat akan
turun.
Asam
Serat kaps akan terhidrolisa oleh asam membentuk hidroselulosa. Degradasi serat
kapas akan lebih cepat didalam asam kuat dan pekat.
Alkali
Serat kapas tahan akan alkali, alkali kuat dengan konsentrasi yang tinggi hanya akan
menggelembungkan serat. Oleh karena itu, alkali dipergunakan untuk proses
merserisasi.
Zat warna direk adalah zat warna yang dapat mencelup selulosa secara
langsung tanpa bantuan suatu mordan. Disebut juga zat warna substantif karena
dapat terserap baik oleh selulosa atau zat warna garam karena dalam
pencelupannya selalu harus ditmbah garam untuk memperbesar penyerapan.
Beberapa zat warna direk dapat mencelup serat protein. Zat warna direk yang
pertama dikenal adalah congo red, ditemukan oleh Bottiger tahun 1884.
Menurut Society of Dryer and Colourist zat warna direk dapat digolongkan
dalam tiga golongan yaitu :
a. Golongan A
Yakni zat warna yang tanpa penambahan garam mempunyai daya serap
yang baik dan daya perataan yang tinggi. Pada permulaan pencelupan mungkin
diperoleh hasil yang tidak rata, tetapi hal ini dpat diperbaiki dengan pendidihan.
Contoh dalam tabel berikut adalah zat wrna direk golongan A yang
dipakai mencelup rayon 30 menit, suhu 90 C dan perbandingan larutan 1:10.
Beranil F. 75 81 89 93 100
Bordeau X4BL
Cholorarol 54 66 77 82 95
F.Black BKS
Diazo Brill 70 74 82 86 94
Orange G.R
Sumber : Whittaker & Wilcock, Dyeing with coaltar Dyestuff. Halaman 239
b. Golongan B
Yakni zat warna tanpa garam mempunyai daya serap dan dya perata yang
rendah. Penambahan garam dalam pencelupan dengan zat wrn ini harus dilakukan
berhati-hati, sebab penambhan gram yang terlalu cepat akan menghasilkan
celupan yang tidak rata.
Bila pada permulan pencelupan diperoleh warna yang tidak rata, akan
sukar untuk diperbaiki.
0% 0,1% 0,5% 1% 5%
Benzanil 12 29 43 57 85
F.Brown 3RL
Cholorarol Blue 0 5 42 68 94
B 525
Diphenil Blue 30 45 66 84 94
M2B 300
Sumber : Whittaker & Wilcock, Dyeing with coaltar Dyestuff. Halaman 240
c. Golongan C
Yakni zat warna yang tanpa garam memounyai daya serap yang baik tapi daya
peratanya rendah. Pencelupan dengan zat warna golongan ini harus dilakukan dengan
pengontrolan temperatur. Tabel berikut ini menunjukkan contoh zat warna direk
golongan C yang dipakai dalam pencelupan rayon seperti golongan A dan B.
0% 0,1% 0,5% 1% 5%
Benzo 82 94 100 100 100
purpurin 4 B
180
Paramine 46 52 73 82 93
Black BH 240
Sumber : Whittaker & Wilcock, Dyeing with coaltar Dyestuff. Halaman 241
Zat warna asam merupakan zat warna yang mudah larut dalam air karena
mempunyai gugus pelarut sulfonat atau karboksilat dalam struktur
molekulnya.Gugus-gugus tersebut juga berfungsi sebagai gugus fungsi untuk
mengadakan ikatan ionik dengan tempat-tempat positif dalam serat sutera.Zat
warna asam yang mempunyai satu gugus sulfonat dalam struktur molekulnya
disebut zat warna asam monobastik, yang mempunyai dua gugus sulfonat disebut
zat warna asam dibastik.Makin banyak gugus pelarut zat warna asam, maka
kelarutannya makin tinggi, akibatnya menjadi lebih mudah rata, tetepi hasil tahan
luntur terhadap pencuciannyaakan berkurang.Keunggulan lain dari zat warna asam
adalah warnanya yang cerah, hal tersebut karena ukuran partikelnya relative kecil
( lebih kecil dari ukuran partikel zat warna direk). Tetapi ada kemungkinan beberapa
zat warna sulit larut hingga dapat memberi noda pada bahan protein.Maka untuk
melarutkannya pertama harus dibuat pasta dengan bantuan zat pembasah non ion
kemudian ditambah air mendidih.
Zat warna asam dalam suasana asam akan lebih besar penyerapannya
terhadap bahan protein dibandingkan suasana netral atau alkali. Zat warna asam
sangat baik untuk serat-serat protein warnanya mengkilap, tahan cucinya baik.
Zat warna asam termasuk golongan zat warna yang larut dalam air.Pada
umumnya zat warna asam mempunyai ketahanan cuci dan ketahanan sinar yang
baik.Sifat ketahanan tersebut sangat dipengaruhi oleh berat molekul dan
konfigurasinya.
Zat Warna basa adalah zat warna yang mempunyai muatan positif atau sebagai
kation pada bagian yang berwarna, maka zat warna tersebut disebut juga disebut juga
zat warna kation. Pada tahun 1856, W.H. Perkin mereaksikan kondensasi senyawa
anilin yang belum dimurnikan untuk membuat senyawa kwinin tetapi didalamnya
terdapat pula senayawa berwarna yang dapat mencelup serat sutera atau wol secara
langsung.
Zat warna basa merupakan garam, basa zat warna basa pada umumnya mempunyai :
HO R (C 6H4) NH2
Zat warna basa diperdagangkan dapat membentuk garam dengan asam hidro –
NH2
NH2 klorida atau oksalat sebagai asamnya, dan mungkin pula berbentuk garam seng
klorida.
N N N N NH2
Sifat utama zat warna basa adalah mempunyai kecerahan dan intensitas warna
yang tinggi. Zat warna basa segera larut dalam alkohol tetapi pada umumnya tidak
larut dalam air sehingga sering kali terbentuk gumpalan. Demikian pula pada zat
warna basa misalnya Anramine akan mengurai dengan pendidihan sehingga
pemakaiannya hanya pada temperatur 60 – 65 oC. Dan pada umumnya pada
pendidihan yang lama akan terjadi penguraian sebagian yang menghasilkan
penurunnan intensitas warna. Bila kedalam larutan zat warna basa ditambahkan alkali
kuat maka akan terbentuk basa zat warna basa yang tidak berwarna. Tetapi dengan
penambhan suatu asam akan terbentuk lagi bentuk garamnya yang berwarna. Basa
tersebut akan larut dalam eter.
Zat warna basa memiliki ketahanan sinar yang jelek dan ketahanan cuci yang
kurang. Asam tanin akan memberikan senyawa yang tidak larut dalam air dengan zat
warna basa terutama bila tidak ada asam mineral. Sifat tersebut berguna dalam
pencelupan serat – serat sellulosa. Dengan istilah back tanning tetapi kerja iring
tersebut berguna akan menyuramkan kilap zat warna basa.
Beberapa senyawa reduktor akan mengubah zat warna basa menjadi basanya
yang tidak berwarna Basa tersebut teroksidasi menjadi bentuk semula. Misal pada zat
warna pararosaniline.
H2N H2N
+ - H
C= = NH2 Cl C= NH2
O
H2N H2N
Tetapi zat warna basa yang mempunyai ikatan azo proses reduksi tersebut akan
membongkar ikatan azonya sehingga tidak mungkin kembali kebentuk semula dengan
proses oksidasi.
Serat – serat selulosa tidak mempunyai afinitas terhadap zat warna basa.
Apabila beberapa zat warna basa dapat mencelup serat – serat tersebut maka
ketahanan cucinya akan rendah sekali. Tetapi serat – serat protein afinitas terhadap
zat warna basa adalah besar karena terbentuk ikatan garam yang dapat digambar
sebagai berikut :
Zat warna tersebut akan terserap pada tempat – tempat yang bermuatan negatif
sehingga apabila tempat tersebut telah terisi maka penyerapan zat warna akan
terhenti.
D. Zat Warna Bejana
Zat warna bejana merupakan salah satu zat warna alam yang telah
lama digunakan orang untuk mencelup tekstil. Zat warna ini terutama dipakai untuk
mencelup bahan dari serat selulosa. Selain itu juga untuk mencelup serat wol. Nama
dagang zat warna bejana adalah :
Zat warna bejana berikatan dengan serat selulosa, secara ikatan hidrogen dan
van der walls. Pada umumnya molekulnya berbentuk bidang datar (planar) sehingga
memungkinkan mengadakan ikatan dengan serat selulosa.
Zat warna belerang adalah zat warna yang setiap struktur molekulnya selalu
terdapat rantai belerang. Zat warna belerang tidak larut di dalam air, tetapi dapat larut
dalam larutan natrium sulfida sebagai larutan pereduksi, dengan atau tanpa
penambahan natrium karbonat. Natrium sulfida yang bertindak sebagai pereduksi,
memutuskan rantai belerang dan memecahkan molekul menjadi komponen yang lebih
sederhana yang larut dalam suasana alkali dan substantif terhadap serat selulosa.
Terbentuknya tiolat yang mengandung gugus SNa, akan terserap oleh serat dan akan
mudah teroksidasi membentuk zat warna yang mengendap didalam serat dan
memberikan ketahanan luntur yang sangat baik dalam pencucian.
Sifat-sifat
Zat warna belerang termasuk golongan zat warna yang tidak larut dalam air.
Beberapa di antaranya ada yang larut dalam air dan menyerupai zat warna bejana. Zat
warna ini tidak langsung dipakai untuk mencelup serat selulosa tanpa direduksi terlebih
dahulu.
Zat warna naftol atau zat warna ingrain merupakan zat warna yang terbentuk di
dalam serat dari komponen penggandeng, (coupler) yaitu naftol dan garam pembangkit,
yaitu senyawa diazonium yang terdiri dari senyawa amina aromatik. Zat warna ini juga
disebut zat warna es atau ”ice colours”, karena pada reaksi diazotasi dan kopling
diperlukan bantuan es. Penggunaannya terutama untuk pencelupan serat selulosa. Selain
itu juga dapat dipergunakan untuk mencelup serat protein (wol, sutera) dan serat poliester.
Sifat-sifat
Zat warna naftol termasuk golongan zat warna azo yang tidak larut dalam air. Untuk
membedakan dengan jenis zat warna azo lainnya sering juga disebut zatwarna azoic.
Daya serapnya (substantivitas) terhadap serat selulosa kurang baik dan bervariasi,
sehingga dapat digolongkan dalam 3 golongan, yaitu yang mempunyai substantivitas rendah,
misalnya Naftol AS, substantivitas sedang, misalnya Naftol AS – G dan substantivitas tinggi,
misalnya Naftol AS – BO.Sifat utama dari zat warna naftol ialah tahan gosoknya yang
kurang, terutama tahan gosok basah, sedang tahan cuci dan tahan sinarnya sangat baik.
Zat warna naftol baru mempunyai afinitas terhadap serat selulosa setelah diubah menjadi
naftolat, dengan jalan melarutkannya dalam larutan alkali.
Zat warna naftol dapat bersifat poligenik, artinya dapat memberikan bermacammacam
warna, bergantung kepada macam garam diazonium yang dipergunakan dan dapat
pula brsifat monogetik, yaitu hanya dapat memberikan warna yang mengarah ke satu
warna saja, tidak bergantung kepada macam garam diazoniumnya.
Binder ini dapat membentuk lapisan film dengan bantuan asam yang diperoleh dari
katalis dan adanya panas pada waktu curing membentuk jaringan ikatan silang. Seperti
terlihat pada gambar di bawah ini.
Keterangan :
Katalis yang digunakan adalah senyawa garam asam seperti ammonium klorida,
magnesium klorida, diamonium fosfat dan lain-lain. Jenis katalis dan jenis binder yang
digunakan harus berkesesuaian, dalam hal ini suhu penguraian katalis harus sesuai dengan
suhu untuk polimerisasi binder yang digunakan.
Untuk memperbaiki tahan luntur hasil pencelupan zat warna pigmen, kedalam resep
larutan pad zat warna pigmen dapat ditambahkan zat pemiksasi (fixer) atau resin anti kusut
yang bersifat reaktan sehingga setelah proses thermofiksai zat warna pigmen akan diikat
aoleh lapisan film dari binder dan dari resin.
Sedangkan untuk mengurangi kekakuan hasil pencelupan dengan zat warna pigmen,
kedalam resep pencelupan zat warna pigmen dapat ditambahkan zat pelembut (softener).
Zat warna reaktif dikenal sebagai zat warna yang dapat bereaksi secara kimia dengan
serat selulosa dalam ikatan yang kuat (ikatan kovalen), sehingga zat warna ini merupkan
bagian dari serat. Ikatan ini terbentuk dari reaksi antara gugus reaktif pada zat warna
reaktif dengan gugus –OH, –SH, –NH2, dan –NH yang ada dalam serat. Oleh karena itu,
hasil pencelupan zat warna reaktif mempunyai ketahanan cuci yang sangat baik. Zat warna
reaktif terbagi menjadi 2, yaitu reaktif panas dan reaktif dingin.
Menurut teori pencelupan, perpindahan zat warna dari larutan ke dalam serat
terjadi secara bertahap :
Difusi merupakan proses pemindahan dengan adanya proses difusi maka akan
terjadi proses pemindahan zat warna dari bagian larutan yang berkonsentrasi tinggi
kebagian yang berkonsentrasi rendah.
Agar zat warna dapat menempel pada permukaan serat, maka zat warna harus
dapat melampaui beberapa rintangan, yaitu :
a. Rintangan muatan adalah rintangan yang dialami oleh butir zat warna direk untuk
melekat pada permukaan serat karena adanya gaya tolak menolak antara butir zat warna
dengan serat.
b. Rintangan entropi adalah rintangan yang dialami oleh butir zat warna direk untuk
melekat pada permukaan serat karena pengarahan molekul zat warna kurang. Posisi butir
zat warna direk dipermukaan serat harus sejajar dengan sumbu serat.
Mula-mula butir zat warna dalam bentuk molekul tunggal atau agregat kecil masuk
ke dalam serat melalui daerah amorf. Dengan bantuan panas serta mengembangnya kapas,
maka butir-butir zat warna akan masuk lebih cepat dan bermigrasi ke bagian kristalin lewat
antar molekul selulosa.
Alat :
Tabung reaksi
Gelas kimia
Penjepit
Pengaduk
Kaki tiga
Pipet
Kertas Saring
Bahan :
Kain kapas
Kain wool
Kain Akrilat
Asam asetat
NaCl
Contoh uji
Eter
HCl
Natrium Hidroksida 10%
Na2CO3
Pb Asetat
NaOCl
Parafin
HNO3 pekat
Asam asetat
HCl
NaOH
Contoh uji
Alkohol
DMF 1:1
DMF 100%
Uji Penentuan 1