Anda di halaman 1dari 16

PRAKTIKUM EVALUASI TEKSTIL I

ANALISA SERAT SECARA KUALITATIF


(ANALISA KERUSAKAN SERAT SELULOSA I, II, DAN III)

Nama : Amelia Puspita Sari


NPM : 13020087
Kelompok :4
Grup : K-4
Dosen :
Asisten :

POLITEKNIK STTT
BANDUNG
2015
I. JUDUL
1.1 Pengujian Penggelembungan dengan NaOH
1.2 Pengujian Pewarnaan dengan Congo Red
1.3 Pengujian Pewarnaan dengan Cara Uji Harrizon
1.4 Pengujian Pewarnaan dengan Perak Nitrat Amoniakal
1.5 Pengujian Pewarnaan dengan Pereaksi Fehling
1.6 Pengujian Pewarnaan dengan Cara Pencucian Tolak
1.7 Pengujian Pewarnaan dengan Cara Biru Trunbull
1.8 Pengujian Pewarnaan dengan Na-Kromat
1.9 Pengujian Pewarnaan dengan Metilen Biru

II. MAKSUD DAN TUJUAN


2.1 Pengujian Penggelembungan dengan NaOH
Maksud : Mengetahui cara identifikasi kerusakan serat selulosa cara
penggelembungan dengan NaOH.
Tujuan : Untuk membedakan kerusakan serat kapas karena zat kimia
dan mekanika.
2.2 Pengujian Pewarnaan dengan Congo Red
Maksud : Mengetahui cara identifikasi kerusakan serat selulosa cara
pewarnaan dengan congo red.
Tujuan : Untuk membedakan kerusakan serat kapas karena zat kimia
dan mekanika.
2.3 Pengujian Pewarnaan dengan Cara Uji Harrizon
Maksud : Mengetahui cara identifikasi kerusakan serat selulosa cara
pewarnaan dengan uji harrizon.
Tujuan : Pengujian dilakukan untuk menunjukkan adanya gugus
pereduksi pada serat selulosa yang rusak karena zat kimia.
2.4 Pengujian Pewarnaan dengan Perak Nitrat Amoniakal
Maksud : Mengetahui cara identifikasi kerusakan serat selulosa cara
pewarnaan dengan perak amoniakal.
Tujuan : Pengujian dilakukan untuk menunjukkan adanya gugus
pereduksi pada serat selulosa yang rusak karena zat kimia.
2.5 Pengujian Pewarnaan dengan Pereaksi Fehling
Maksud : Mengetahui cara identifikasi kerusakan serat selulosa cara
pewarnaan dengan pereaksi fehling.
Tujuan : Pengujian dilakukan untuk menunjukkan adanya gugus
pereduksi pada serat selulosa yang rusak karena zat kimia.
2.6 Pengujian Pewarnaan dengan Cara Pencucian Tolak
Maksud : Mengetahui cara identifikasi kerusakan serat selulosa cara
pewarnaan dengan cara pencucian tolak.
Tujuan : Pengujian dilakukan untuk menunjukkan adanya gugus
karboksilat pada serat selulosa yang rusak karena zat kimia.
2.7 Pengujian Pewarnaan dengan Cara Biru Trunbull
Maksud : Mengetahui cara identifikasi kerusakan serat selulosa cara
pewarnaan dengan cara biru trunbul.
Tujuan : Pengujian dilakukan untuk menunjukkan adanya gugus
karboksilat pada serat selulosa yang rusak karena zat kimia.
2.8 Pengujian Pewarnaan dengan Na-Kromat
Maksud : Mengetahui cara identifikasi kerusakan serat selulosa cara
pewarnaan dengan Na-Kromat.
Tujuan : Pengujian dilakukan untuk menunjukkan adanya gugus
karboksilat pada serat selulosa yang rusak karena zat kimia.
2.9 Pengujian Pewarnaan dengan Metilen Biru
Maksud : Mengetahui cara identifikasi kerusakan serat selulosa cara
pewarnaan dengan metilen biru.
Tujuan : Pengujian dilakukan untuk menunjukkan adanya gugus
karboksilat pada serat selulosa yang rusak karena zat kimia.

III. DASAR TEORI


Struktur serat kapas (selulosa) yang baik adalah sebagai berikut,
Gugus pereduksi dan karboksilat dapat mengakibatkan struktur serat berubah
dan memburuk ketahanannya. Gugus-gugus tersebut dspat menyerang ikatan rantai
ataupun ikatan pada cincin sehingga kekuatan dan ketahanannya berkurang.
Serat kapas pada umumnya tahan terhadap kondisi penyimpanan, pengolahan,
dan pemakaian yang normal, tetapi beberapa zat pengoksidasi atau penghidrolisa
menyebabkan kerusakan dengan akibat penurunan kekuatan. Kerusakan karena
oksidasi dengan terbentuknya oksi selulosa biasanya terjadi dalam proses pemutihan
yang berlebihan, penyinaran dalam keadaan lembab, atau pemanasan yang lama
dalam suhu diatas 1400C. Asam-asam menyebabkan hidrolisa ikatan-ikatan glukosa,
dalam rantai selulosa membentuk hidroselulosa. Asam kuat dalam larutan
menyebabkan degradasi yang cepat, sedangkan larutan yang encer apabila dibiarkan
mengering pada serat akan menyebabkan penurunan kekuatan. Alkali mempunyai
sedikit pengaruh pada kapas, kecuali larutan alkali kuat dengan konsentrasi yang
tinggi menyebabkan penggelembungan yang besar pada serat, seperti dalam proses
memperserisasi. Kapas mudah diserang oleh jamur dan bakteri, terutama pada
keadaan lembab dan pada suhu yang hangat.
Kerusakan bahan tekstil dapat terjadi pada setiap tingkat proses pengolahan
bahan tekstil, dari bahan baku (serat) sampai menjadi bahan jadi (kain), sehingga
kerusakan serat mungkin terjadi pada setiap tingkat pengolahan, sedangkan jenis
kerusakannya tergantung pada jenis pengolahannya.
Kerusakan yang terjadi pada kapas/selulosa daoat disebabkan secara mekanik
dan kimia dan yang mengakibatkan kerusakan itu pun dapat bermacam-macam
seperti yang diuraikan berikut ini :
Kerusakan mekanika.

a. Serangan serangga.
Serangan serangga dapat ditentukan dengan adanya bekas gigitan dan jaring
sarang serangga pada bagian serat yang rusak.
b. Gesekan.
Gesekan benang dapat terjadi selama proses pengerjaan benang sampai
menjadi kain. Pengamatan dibawah mikroskop menunjukkan benang yang tergesek
permukaannya lebih berbulu, serat tampak terpotong-potong, tersikat atau terkoyak-
koyak.
c. Tusukan.
Kerusakan dapat dilihat dengan adanya tusukan atau lubang kecil pada kain.
Dibawah mikroskop terlihat adanya serat yang terpotong-potong atau hancur.
d. Putus karena tarikan dan potongan
Kerusakan ini dapat dibedakan dengan melihat ujung serat dibawah mikroskop.
Kerusakan karena tarikan ujung serat biasanya tercabik-cabik dan terdiri dari
campuran seratputus dan tidak putus. Sedangkan serat terpotong biasanya ujungnya
rata.

Kerusakan kimia
a. Serangan jasad renik.
Kerusakan disebabkan karena jasad renik tersebut mengeluarkan enzim yang
menyebabkan kerusakan kimia. Degradasi selulosa oleh enzim sama dengan
degradasi oleh asam, hanya enzim terregenerasi secara tetap. Adanya zimasa dapat
mengubah selulosa menjadi glukosa. Selulosa yang terregenerasi (misal rayon
viskosa atau rayon kupro) lebih mudah terkena jasad renik daripada selulosa alam
(makin rendah polimer makin mudah diserang).
b. Pengolahan kimia.
Serat selulosa dapat rusak karena asam maupun zat oksidator. Asam
menyebabkan terjadinya hidroselulosa yang mempunyai gugus pereduksi. Proses
oksidasi baik dalam suasana asam maupun basa menimbulkan oksiselulosa yang
mempunyai gugus pereduksi maupun karboksilat.
c. Cahaya.
Kerusakan disebabkan oleh terjadinya pemutusan ikatan primer pada selulosa.
d. Panas.
Kerusakan karena panas dapat dilihat dengan terjadinya perubahan pada
dinding primer selulosa.
Untuk dapat menganalisa berbagai kerusakan tersebut telah disusun beberapa
cara pengujian yang masing-masing cara mempunyai derajat ketelitian hasil
pengujian yang berbeda. Contoh uji harus bebas dari zat lain seperti zat
penyempurnaan, kanji, lemak, lilin, dsb, karena zat tersebut kadang-kadang
mempengaruhi hasil pengujian atau memberi hasil sama dengan oksiselulosa dan
hidroselulosa. Dalam beberapa hal, pencelupan juga berpengaruh terhadap
pengujian ini, karena pengujian kebanyakan dilakukan dengan cara penodaan,
sedangkan zat warna yang ada pada selulosa, pada umumnya tidak dapat
dihilangkan tanpa merusak selulosa.

Analisis awal meliputi:

- Jenis serat / bahan sudah diketahui.


- Perlakuan yang diberikan pada serat ada data / rekamannya.
- Jenis kerusakan dan pola-pola kerusakan sudah diketahui.
Analisa awal akan memudahkan analisis selanjutnya sehingga kesalahan
analisis dapat dihindari.

Analisis selanjutnya adalah sebagai berikut:

- Penggelembungan dalam natrium hidroksida


Cara ini dimaksudkan untuk membedakan kerusakan serat kapas karena
kimia dari kerusakan mekanika .serat kapas yang tidak rusak, dinding sekundernya
akan mengelembung dan menonjol keluar dari ujung potongan serat dan membentuk
kepala jamur atau dumbel. Apabila dinding primer telah rusak karena zat kimia, maka
dinding primernya lemah dan tidak tahan terhadap tekanan yang timbul oleh dinding
sekunder yang menggelembung, sehingga seluruih serat menggelembung. Besar
kecilnya kepala jamur pada ujung potongan serat menentukan derajat kerusakan
kimia dari serat.
- Pewarnaan Congo Red
Cara ini dimaksudkan untuk membedakan antara kerusakan kimia dan
kerusakan mekanika pada serat kapas. Pada kapas yang rusak karena meknika
akan terlihat adanya serat serat yang sobek atau putus. Sedangkan pada kapas
yang rusak karena kimia akan terlihat adanya retakan memanjang, celah atau
adanya bagian-bagian serat berwarna merah.
- Uji Harrizon
Cara ini dimaksudkan untuk menunjukkan adanya gugus pereduksi pada
serat selulosa yang rusak karena zat kimia. Cara ini digunakan untuk identifikasi
oksiselulosa oleh asam atau hidroselulosa karena adanya gugus aldehida.
Prinsipnya adalah gugus aldehida akan mereduksi ion perak menjadi perak yang
mengendap dan menodai kapas rusak dengan noda abu-abu sampai hitam.
Dalam cara ini digunakan dua pelarut yaitu larutan A yang dibuat dengan
melarutkan perak nitrat dan larutan B yang dibuat dengan melarutkan natrium
tiosulfat dan natrium hidroksida dengan perbandingan yang sama dalam air.
Bagian yang rusak akan ternodai dengan warna abu-abu tua sampai hitam
AgNO3 + Na2S2O3 NaOH Na3[Ag(S2O3)2]

AgNO3 + Na2S2O3 Ag2S2O3 + NaNO3

Ag2S H2SO4

Ag2S2O3 NaOH Na3[Ag(S2O3)] garam kompleks yang larut

Ag+ + Hn Na2S2O3 Ag + H+

Ag+ + R-C R-C + Ag+

- Uji Fehling
Cara ini dimaksudkan untuk menunjukkan adanya gugus pereduksi pada
serat selulosa yang rusak karena zat kimia. Larutan fehling terdiri dari dua larutan
yaitu larutan A, yang dibuat dengan melarutkan 34,63 g CUSO4 kristal dalm 500 ml
air. Larutan fehling B, yang 70 g NaOH + 173 g KNaC4H4O6.4H2O dalam 500 ml air
Adanya endapan kuprooksida yang berwarna pink atau merah menunjukkan
adanya gugus pereduksi. Pengamatan adanya endapan tersebut akan lebih jelas
apabila dilihat dengan mikroskop. Reaksi yang terjadi adalah :
CuSO4 + 2 NaOH 6 Cu (OH) 4 + Na2SO4
C4H4O
larutan biru
Cu (OH)2 CuO + H2O
2CuO Cu2O + H2O

- Uji perak nitrat amoniakal


Larutan perak amoniakal adalah berbahaya dan dapat meledak, maka perlu
hati-hati dalam menggunakannya. Larutan tersebut dibuat dengan menambahkan
ammonia dengan hati-hati kedalam larutan yang dibuat dari perak nitrat 10 gram
didalam 100 ml air suling. Pada serat yang tidak rusak maka warna kuning yang
terjadi akan hilang, sedangkan pada bagian serat yang rusak akan tampak adanya
warna kuning atau coklat dan tergantung pada derajat kerusakan seratnya.

- Uji Biru Trunbull


Cara ini dimaksudkan untuk menunjukkan gugus karboksil, pada serat
selulosa yang rusak karena zat kimia. Contoh uji direndam dengan menggunakan
larutan yang didalamnya mengandung ferrosulfat 10 gram perliter air pada suhu
kamar, dan dicuci dengan air pada suhu 700C. Kemudian contoh uji direndam
didalam larutan yang mengandung kalium ferisianida 10 gram per liter air pada suhu
kamar selama 5 menit. Akhirnya dicuci dengan air pada suhu 700C. Warna biru tua
menunjukkan adanya gugus karboksil pada serat.

IV. ALAT DAN BAHAN/PEREAKSI


4.1 Pengujian Penggelembungan dengan NaOH
Alat : - Mikroskop
- Kaca objek dan kaca penutup
- Kertas hisap
Pereaksi : Larutan NaOH 18%

4.2 Pengujian Pewarnaan dengan Congo Red


Alat : - Mikroskop
- Kaca objek dan kaca penutup
- Kertas hisap
Pereaksi : Larutan zat warna Congo Red 1%

4.3 Pengujian Pewarnaan dengan Cara Uji Harrizon


Alat : - Tabung reaksi
- Pembakar bunsen
Pereaksi : - Pelarut A (AgNO3 80 g/L)
- Pelarut B (200 g Na2S2O3 dan 200 g NaOH) dalam 1 L air

4.4 Pengujian Pewarnaan dengan Perak Nitrat Amoniakal


Alat : - Tabung reaksi
- Pembakar bunsen
Pereaksi : - AgNO3 Amoniakal
- NH4OH 10%
4.5 Pengujian Pewarnaan dengan Pereaksi Fehling
Alat : - Tabung reaksi
- Pembakar bunsen
Pereaksi : - Larutan Fehling A (60 g/L CuSO4)
- Larutan Fehling B (346 g Kalium Natrium tartrat dan 100 g
NaOH/L air)

4.6 Pengujian Pewarnaan dengan Cara Pencucian Tolak


Alat : - Tabung reaksi
- Pembakar bunsen
Pereaksi : Larutan Chlorazol Sky Blue FF (CI Direct Blue 1) 5 g/L

4.7 Pengujian Pewarnaan dengan Cara Biru Trunbull


Alat : - Tabung reaksi
- Pembakar bunsen
Pereaksi : - Ferro sulfat 10 g/L
- Kalium ferri sianida 10 g/L

4.8 Pengujian Pewarnaan dengan Na-Kromat


Alat : Tabung reaksi
Pereaksi : - Natrium kromat 10 g/L
- Pb Asetat 10 g/L

4.9 Pengujian Pewarnaan dengan Metilen Biru


Alat : Tabung reaksi
Pereaksi : Larutan Metilen Biru 10 g/L yang telah diasamkan dengan
H2SO4 2N (10 g/L)
V. CARA KERJA
5.1 Pengujian Penggelembungan dengan NaOH
Cara kerja : - Potong serat kapas pendek-pendek.
- Letakkan diatas kaca objek, tetesi dengan NaOH sebagai
medium tutup dengan kaca penutup.
- Biarkan beberapa menit.
- Amati dibawah mikroskop.

5.2 Pengujian Pewarnaan dengan Congo Red


Cara kerja : - Rendam contoh uji dalam larutan NaOH 2% selama 5 menit.
- Cuci sampai bebas NaOH (uji dengan kertas lakmus).
- Keringkan dengan kertas hisap.
- Rendam contoh uji dalam larutan Congo Red selama 5 menit.
- Cuci bersih dengn air.
- Rendam dalam larutan NaOH 18% selama 3-5 menit.
- Amati dibawah mikroskop.

5.3 Pengujian Pewarnaan dengan Cara Uji Harrizon


Cara kerja : - Campurkan 1 mL larutan A dalam 20 mL air dengan 2 mL
larutan B dalam 20 mL.
- Didihkan contoh uji dalam 2-5 mL campuran tersebut selama 5
menit.
- Cuci dalam larutan B (1 mL dalam 10 mL air).
- Cuci dengan air panas suhu 70oC.
- Amati warna yang terjadi.

5.4 Pengujian Pewarnaan dengan Perak Nitrat Amoniakal


Cara kerja : - Panaskan contoh uji dalam larutan AgNO3 amoniakal pada
suhu 80oC selama 3-5 menit.
- Cuci dengan air dingin.
- Cuci dengan larutan amoniak 10%
- Amati warna yang terjadi.

5.5 Pengujian Pewarnaan dengan Pereaksi Fehling


Cara kerja : - Campurkan 3 mL larutan Fehling A dan 5 mL larutan Fehling B.
- Didihkan contoh uji dalam 2-5 mL campuran tersebut selama
10 menit.
- Cuci dengan air panas suhu 70oC.
- Amati warna yang terjadi.

5.6 Pengujian Pewarnaan dengan Cara Pencucian Tolak


Cara kerja : - Rendam contoh uji dalam larutan Chlorazol Sky Blue FF pada
suhu mendidih selama 5 menit.
- Cuci dengan air panas suhu 70oC.
- Amati warna yang terjadi.

5.7 Pengujian Pewarnaan dengan Cara Biru Trunbull


Cara kerja : - Rendam contoh uji dalam larutan ferro sulfat selama 5 menit
pada suhu kamar.
- Cuci dengan air panas suhu 70oC.
- Rendam contoh uji dalam larutan kalium ferri sianida selama 5
menit pada suhu kamar.
- Cuci dengan air panas suhu 70oC, keringkan.
- Amati warna yang terjadi.

5.8 Pengujian Pewarnaan dengan Na-Kromat


Cara kerja : - Rendam contoh uji dalam larutan Pb asetat selama 5 menit
pada suhu kamar.
- Bilas dengan air dingin.
- Pindahkan contoh uji kedalam lartan Na-Kromat kemudian
rendam dalam larutan tersebut selama 5 menit pada suhu
kamar.
- Cuci dan keringkan.
- Amati warna yang terjadi.

5.9 Pengujian Pewarnaan dengan Metilen Biru


Cara kerja : - Rendam contoh uji dalam larutan pereaksi Metilen Biru, selama
5-10 menit pada suhu kamar.
- Cuci dengan air mengalir.
- Amati warna yang terjadi.

VI. DATA HASIL PENGUJIAN


(Lampiran)
VII. DISKUSI
7.1 Pengujian Penggelembungan dengan NaOH
Pada saat bereaksi dengan soda kostik, kapas baik akan terlihat
menggelembung di ujung seratnya (dumble / kepala jamur) saat
diamati dibawah mikroskop. Hal ini terjadi karena dinding sekunder
pada serat kapas menggelembung saat direaksikan dengan kostik.
Pada serat kapas yang rusak akibat mekanik juga terlihat adanya
dumble. Sedangkan pada kapas rusak akibat zat kimia serat kapas
tidak menggelembung sehingga dumble yang terlihat lebih kecil atau
hampir tak terlihat. Berdasarkan hasil percobaan dan pengamatan
serat yang tidak memiliki dumble (kerusakannya parah) adalah kapas
rusak oleh asam, kaporit, H2O2, Hipoklorit, KMnO4, panas, jamur dan
pukulan. Semakin kecil dumble yang terlihat menunjukkan derajat
kerusakan kimia.

7.2 Pengujian Pewarnaan dengan Congo Red


Pada serat kapas yang baik permukaan serat tidak berwarna.
Sedangkan pada serat yang rusak karena mekanik terlihat warna
merah pada bagian serat yang rusak (pada bagian sobekan, potongan)
terwarnai tua. Sedangkan pada kerusakan karena kimia serat
terwarnai secara tidak merata dan menyebar (bintik-bintik atau bagian
dekat lumennya yang terwarnai) dan juga terlihat sedikit retakan
memanjang, dumble yang terbentuk sangat kecil.

7.3 Pengujian Pewarnaan dengan Cara Uji Harrizon


Adanya endapan abu-abu atau hitam menunjukkan adanya gugus
aldehida. Dari hasil pengamatan dapat dilihat warna serat yang paling
abu-abu kehitaman adalah serat kapas yang rusak karena asam,
kaporit, hipoklorit dan pukulan. Hal ini menunjukkan bahwa pada serat
tersebut memiliki gugus aldehida terbanyak. Sedangkan pada serat
kapas yang rusak karena alkali, H2O2, KMnO4, panas dan jamur kadar
gugus aldehida tidak terlalu banyak karena warna yang dihasilkan tidak
terlalu abu.
7.4 Pengujian Pewarnaan dengan Perak Nitrat Amoniakal
Serat yang rusak berwarna kuning atau coklat menunjukkan adanya
gugus aldehid. Menurut hasil percobaan dan pengamatan serat yang
berwarna paling cokelat adalah serat dengan kerusakan asam, panas
dan pukulan. Hal ini menunjukkan bahwa serat tersebut memiliki gugus
aldehid yang banyak. Sedangkan pada serat kapas ang rusak oleh
alkali, hipoklorit, KMnO4 dan jamur gugus aldehid tidak terlalu banyak,
karena warna yan dihasilkan berwarna coklat muda. Pada serat kapas
yang rusak oleh kaporit dan H2O2 gugus aldehid sangat sedikit karena
warna yang dihasilkan berwarna krem.

7.5 Pengujian Pewarnaan dengan Pereaksi Fehling


Adanya endapan berwarna pink atau merah menunjukkan adanya
gugus pereduksi. Berdasarkan hasil percobaan dan pengamatan
diperoleh serat yang berwarna paling pink adalah serat kapas dengan
kerusakan karena asam. Ini menunjukkan bahwa serat kapas dengan
kerusakan karena asam memiliki gugus pereduksi yang banyak.
Sedangkan pada serat yang rusak karena jamur dan pukulan terdapat
sedikit gugus pereduksi karena warna yang dihasilkan sedikit pink.
Namun, serat kapas yang lainnya tidak berwarna.

7.6 Pengujian Pewarnaan dengan Cara Pencucian Tolak


Adanya gugus karboksil ditunjukkan dengan tidak terjadinya
pewarnaan atau adanya titik warna muda pada daerah yang rusak.
Menurut hasil percobaan dan pengamatan, serat kapas atau contoh uji
yang digunakan tidak ada yang memiliki gugus karboksil, karena warna
yang dihasilkan semuanya biru.

7.7 Pengujian Pewarnaan dengan Cara Biru Trunbull


Warna biru tua menunjukkan adanya gugus karboksilat pada serat.
Berdasarkan hasil percobaan dan pengamatan diperoleh serat yang
berwarna paling biru tua adalah serat kapas yang rusak karena asam,
KMnO4 dan jamur. Hal ini menunjukkan bahwa pada serat kapas yang
rusak tersebut terdapat gugus karboksilat yang paling banyak.
7.8 Pengujian Pewarnaan dengan Na-Kromat
Adanya gugus karboksilat ditunjukkan oleh warna kuning tua
sedangkan adanya gugus pereduksi memberikan warna cream.
Berdasarkan hasil percobaan dan pengamatan diperoleh serat kapas
yang paling berwarna kuning tua adalah kapas dengan kerusakan oleh
alkali,panas, jamur dan pukulan, hal ini menunjukkan bahwa kapas
yang rusak karena panas memiliki gugus karboksilat yang banyak.
Sedangkan yang berwarna paling cream adalah kapas yang rusak
karena H2O2, hal ini menunjukkan bahwa serat kapas dengan
kerusakan asam memiliki gugus pereduksi yang banyak.

7.9 Pengujian Pewarnaan dengan Metilen Biru


Warna biru tua menunjukkan adanya gugus karboksilat. Berdasarkan
hasil percobaan dan pengamatan diperoleh serat kapas yang paling
berwarna biru adalah serat kapas yang rusak karena kaporit, hipoklorit
dan jamur. Hal ini menunjukkan bahwa serat kapas yang rusak karena
kaporit, hipoklorit dan jamur adalah serat kapas yang memiliki gugus
karboksilat paling banyak.

VIII. KESIMPULAN
8.1 Pengujian Penggelembungan dengan NaOH
Berdasarkan hasil percobaan dan pengamatan serat yang tidak
memiliki dumble (kerusakannya parah) adalah kapas rusak oleh asam,
kaporit, H2O2, Hipoklorit, KMnO4, panas, jamur dan pukulan. Semakin
kecil dumble yang terlihat menunjukkan derajat kerusakan kimia.

8.2 Pengujian Pewarnaan dengan Congo Red


Serat yang rusak karena mekanik terlihat warna merah pada bagian
serat yang rusak (pada bagian sobekan, potongan) terwarnai tua. Pada
kerusakan serat karena kimia serat terwarnai secara tidak merata dan
menyebar (bintik-bintik atau bagian dekat lumennya yang terwarnai)
dan juga terlihat sedikit retakan memanjang, dumble yang terbentuk
sangat kecil.
8.3 Pengujian Pewarnaan dengan Cara Uji Harrizon
Serat kapas yang memiliki gugus aldehida terbanyak menurut uji
Harrizon adalah serat kapas dengan kerusakan akibat asam, alkali,
kaporit, H2O2, hipoklorit, panas dan pukulan.

8.4 Pengujian Pewarnaan dengan Perak Nitrat Amoniakal


Serat kapas yang memiliki gugus aldehida terbanyak menurut uji Perak
Nitrat Amoniakal adalah serat kapas dengan kerusakan akibat asam,
panas dan pukulan.

8.5 Pengujian Pewarnaan dengan Pereaksi Fehling


Serat kapas yang memiliki gugus pereduksi terbanyak menurut uji
fehling adalah serat kapas dengan kerusakan akibat asam.

8.6 Pengujian Pewarnaan dengan Cara Pencucian Tolak


Menurut hasil percobaan dan pengamatan, serat kapas atau contoh uji
yang digunakan tidak ada yang memiliki gugus karboksil, karena warna
yang dihasilkan semuanya biru.

8.7 Pengujian Pewarnaan dengan Cara Biru Trunbull


Berdasarkan hasil percobaan dan pengamatan diperoleh serat yang
berwarna paling biru tua adalah serat kapas yang rusak karena asam,
KMnO4 dan jamur.

8.8 Pengujian Pewarnaan dengan Na-Kromat


Serat kapas yang memiliki gugus karboksilat terbanyak menurut uji Na
– Kromat adalah serat kapas dengan kerusakan akibat alkali,panas,
jamur dan pukulan.
Serat kapas yang memiliki gugus pereduksi terbanyak menurut uji Na –
Kromat adalah serat kapas dengan kerusakan akibat H2O2.

8.9 Pengujian Pewarnaan dengan Metilen Biru


Serat kapas yang memiliki gugus karboksilat terbanyak menurut uji
metilen biru adalah serat kapas dengan kerusakan akibat kaporit,
hipoklorit dan jamur.
IX. DAFTAR PUSTAKA
Widayat, S.Teks. dkk, evaluasi tekstil bagian kimia, Institut Teknologi
Tekstil Bandung,1975.
Soeprijono,P S.Teks, dkk, Serat-Serat Tekstil, STTT, Bandung, 1973
Buku Panduan Praktek Evaluasi Tekstil 1, STTT, Bandung

Anda mungkin juga menyukai