POLITEKNIK STTT
BANDUNG
2015
I. JUDUL
1.1 Pengujian Penggelembungan dengan NaOH
1.2 Pengujian Pewarnaan dengan Congo Red
1.3 Pengujian Pewarnaan dengan Cara Uji Harrizon
1.4 Pengujian Pewarnaan dengan Perak Nitrat Amoniakal
1.5 Pengujian Pewarnaan dengan Pereaksi Fehling
1.6 Pengujian Pewarnaan dengan Cara Pencucian Tolak
1.7 Pengujian Pewarnaan dengan Cara Biru Trunbull
1.8 Pengujian Pewarnaan dengan Na-Kromat
1.9 Pengujian Pewarnaan dengan Metilen Biru
a. Serangan serangga.
Serangan serangga dapat ditentukan dengan adanya bekas gigitan dan jaring
sarang serangga pada bagian serat yang rusak.
b. Gesekan.
Gesekan benang dapat terjadi selama proses pengerjaan benang sampai
menjadi kain. Pengamatan dibawah mikroskop menunjukkan benang yang tergesek
permukaannya lebih berbulu, serat tampak terpotong-potong, tersikat atau terkoyak-
koyak.
c. Tusukan.
Kerusakan dapat dilihat dengan adanya tusukan atau lubang kecil pada kain.
Dibawah mikroskop terlihat adanya serat yang terpotong-potong atau hancur.
d. Putus karena tarikan dan potongan
Kerusakan ini dapat dibedakan dengan melihat ujung serat dibawah mikroskop.
Kerusakan karena tarikan ujung serat biasanya tercabik-cabik dan terdiri dari
campuran seratputus dan tidak putus. Sedangkan serat terpotong biasanya ujungnya
rata.
Kerusakan kimia
a. Serangan jasad renik.
Kerusakan disebabkan karena jasad renik tersebut mengeluarkan enzim yang
menyebabkan kerusakan kimia. Degradasi selulosa oleh enzim sama dengan
degradasi oleh asam, hanya enzim terregenerasi secara tetap. Adanya zimasa dapat
mengubah selulosa menjadi glukosa. Selulosa yang terregenerasi (misal rayon
viskosa atau rayon kupro) lebih mudah terkena jasad renik daripada selulosa alam
(makin rendah polimer makin mudah diserang).
b. Pengolahan kimia.
Serat selulosa dapat rusak karena asam maupun zat oksidator. Asam
menyebabkan terjadinya hidroselulosa yang mempunyai gugus pereduksi. Proses
oksidasi baik dalam suasana asam maupun basa menimbulkan oksiselulosa yang
mempunyai gugus pereduksi maupun karboksilat.
c. Cahaya.
Kerusakan disebabkan oleh terjadinya pemutusan ikatan primer pada selulosa.
d. Panas.
Kerusakan karena panas dapat dilihat dengan terjadinya perubahan pada
dinding primer selulosa.
Untuk dapat menganalisa berbagai kerusakan tersebut telah disusun beberapa
cara pengujian yang masing-masing cara mempunyai derajat ketelitian hasil
pengujian yang berbeda. Contoh uji harus bebas dari zat lain seperti zat
penyempurnaan, kanji, lemak, lilin, dsb, karena zat tersebut kadang-kadang
mempengaruhi hasil pengujian atau memberi hasil sama dengan oksiselulosa dan
hidroselulosa. Dalam beberapa hal, pencelupan juga berpengaruh terhadap
pengujian ini, karena pengujian kebanyakan dilakukan dengan cara penodaan,
sedangkan zat warna yang ada pada selulosa, pada umumnya tidak dapat
dihilangkan tanpa merusak selulosa.
Ag2S H2SO4
Ag+ + Hn Na2S2O3 Ag + H+
- Uji Fehling
Cara ini dimaksudkan untuk menunjukkan adanya gugus pereduksi pada
serat selulosa yang rusak karena zat kimia. Larutan fehling terdiri dari dua larutan
yaitu larutan A, yang dibuat dengan melarutkan 34,63 g CUSO4 kristal dalm 500 ml
air. Larutan fehling B, yang 70 g NaOH + 173 g KNaC4H4O6.4H2O dalam 500 ml air
Adanya endapan kuprooksida yang berwarna pink atau merah menunjukkan
adanya gugus pereduksi. Pengamatan adanya endapan tersebut akan lebih jelas
apabila dilihat dengan mikroskop. Reaksi yang terjadi adalah :
CuSO4 + 2 NaOH 6 Cu (OH) 4 + Na2SO4
C4H4O
larutan biru
Cu (OH)2 CuO + H2O
2CuO Cu2O + H2O
VIII. KESIMPULAN
8.1 Pengujian Penggelembungan dengan NaOH
Berdasarkan hasil percobaan dan pengamatan serat yang tidak
memiliki dumble (kerusakannya parah) adalah kapas rusak oleh asam,
kaporit, H2O2, Hipoklorit, KMnO4, panas, jamur dan pukulan. Semakin
kecil dumble yang terlihat menunjukkan derajat kerusakan kimia.