Anda di halaman 1dari 16

ANALISA KERUSAKAN SERAT KAPAS SECARA KUALITATIF

Wool I dan II

LAPORAN PRAKTIKUM PENGUJIAN DAN EVALUASI KERUSAKAN


SERAT

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Praktikum Pengujian dan Evaluasi
Kerusakan Serat yang ditujukan oleh

Dosen :

1). Luciana, S.Teks., M.Pd

2). Mia K., S.ST

3). Fauzi J., A.Md

Ditulis oleh

Diandra Pertiwi Hermansyah

NPM 22420034

POLITEKNIK STTT BANDUNG


2023
BAB 1

JUDUL PERCOBAAN

1.1 Wool I
1.1.1 Pengujian pewarnaan dengan indigo carmine
1.1.2 Pengujian pewarnaan dengan metilen blue
1.1.3 Pengujian pewarnaan dengan acid red
1.1.4 Pengujian pewarnaan perak amoniakal

1.2 Wool II
1.2.1 penggelembungan dengan NaOH 0,1N
1.2.2 penggelembungan dengan KOH amoniakal

BAB II

MAKSUD DAN TUJUAN

2.1 Maksud Percobaan

 Melakukan pengujian pewarnaan pada serat dengan menggunakan Indigo


Carmin, Methylen Blue, C.I.Acid Red dan Perak amoniakal.

 Melakukan pengujian penggelembungan pada serat wol dengan


menggunakan NaOH 0.1 N dan KOH amoniakal secara mikroskop.

2.2 Tujuan Percobaan

 Untuk mengetahui penyebab kerusakan serat wol.

 Untuk mengetahui jenis kerusakan serat wol dari kerusakan mekanik atau
kimia
BAB III
TEORI DASAR
3.1 Serat Wool
Serat wool merupakan serat terpenting diantara serat-serat binatang. Serat wool yang
berasal dari biri-biri adalah serat yang halus, biasanya keriting dan tumbuh terus
menerus. Jenis biri-biri dan kondisi sekelilingnye seperti letak geografi, idim dan
makanan menentukan sifat wool yang dihasilkan terutama diameter dan panjang
serat. Selain itu juga berpengaruh pada kekuatan kilau, keriting, wama dan jumlah
kotoran, Wool adalah serat tekstil yang terdiri dari susunan protein tinggi yang
merupakan polimer hasil kondensasi antara asam anino.
Ikatan yang terjadi antara amida dengan antar asam amino adalah ikatan
hydrogen, ikatan garam, dan ikatan sistin/disulfida. Ikaian hidrogen dan ikatan garam
menyebabkan wool bersifat elastis, sedangkan jembatan sistin menyebabkan wool
bersifat keriting. Apabila wool diperiksa dengan sinar-X, akan menunjukan pola yang
teratur meskipun agak baur yang menunjukan bahwa sebagian serat wool dalam
bentuk kristal. Ikatan pada wool dipengaruhi oleh suasana larutan (pH stabil antara 4-
8), lon-H-dan lon OH berlebih dapat memutuskan ikatan garam (pH <4; pH>8).K
gelembung tinggi menyebabkan terjadinya lapisan elektrik antara muatan (+) dan [-]
sehingga ikatan pada jembatan garam berkurang. Hal ini dapat menyebabkan
penurunan kokuatan tarik.

 Bentuk dan Dimensi Serat

- Diameter wool rata-rata berkisar antara 16-17μ

- Keriting, wool mempunyai kenting tiga dimensi yaitu bergelombang menurut


bidang.

- Penampang lintang serat, bentuk penampang lintang wool bervariasi dari bulat
sampai lonjong.

- Panjang, panjang staple wool terutama ditentukan oleh jenis biri-bini tetapi
juga tergantung pada kondisi selama pertumbuhan wool.

 Sifat fisika

- Kilau.

Kilau wool berbeda-beda dan bergantung pada struktur permukaan serat,


ukuran seria lurus tidaknya serat, kilau wool ini tidak tampak pada satu serat,
hanya tampak dalam suatu kelompok benang atau kain.
- Berat Jenis dan Indeks Blas,

Berat jenisnya 1,304, sedangkan indeks bias 1,553-1,542.

- Kekuatan dan mulur,

Kekuatan serat dalam keadaan kering berkisar antara 1,2-1,7 gidenier dengan
mulur 30-40%, sedangkan kekuatan serat dalam keadaan basah berkisar antara
0,8-1,4 g/denier dengan mulur 50-70 %. Elastisitas, dalam air dingin wool
mempunyai elastisitas sempuma.

- Set dan Pengerutan,

Dalam air panas wool mempunyai sifat tain, apabila serat wool dilarik sampai
mulur 50 % di dalam air mendidih dan dibiarkan selama 30 menit dalam
keadaan tetap tegang. setelah itu dilepaskan didalam air dingin, wool tersebut
tidak akan mengkeret. Serat tersebut dikatakan telah di "set. Set dan pengen
tan hebat juga bisa dilakukan pada wool pada suhu rendah dari suhu didih air,
tetapi pengaruhnya banyak berkurang.

- Pengaruh sinar,

Sinar matahari menyebabkan kemunduran kekuatan dan mulur serat wool


karena putusnya ikatan lintang sistin dan sinar dapat pula menyebabkan
timbulnya wama kuning pada wool.

- Sifat panas.

Woot mempunyai sifat menahan panas yang baik

 Sifat Kimia

- Pengaruh air dan uap.

Dalam air serat wool akan menggelembung dan derajat penggelembungan wol
bergantung pada suhu air dan tegangan serat

- Asam dan Basa.

Seperti protein-protein yang lain, wool bersifat amfoter yaitu dapat bereaksi
dengan asam maupun basa.

- Garam.

Garam-garam yang bersifat asam atau alkali mempunyai sifat seperti asam-
asam atau alkali pada pH yang sesuai.
- Zat-zat Oksidator dan Reduktor.

Wool peka terhadap zat-zat oksidator. Zat-zat oksidator kuat akan merusak
serat karena putusnya ikatan lintang sistin

- Bakteri dan Jamur.

Dibandingkan dengan serat alam yang lain, wool paling tahan terhadap
serangan Jamur dan bakteri. Wool yang masih baik tahan terhadap serangan
jamur dan bakteri tetapi akan mudah terserang jamur dan bakteri apabila wool
telah rusak oleh zat-zat kimia terutama alkali. Wool mudah rusak karena
dimakan serangga. Untuk mencegah serangan serangga biasanya dikerjakan
dengan insektisida atau dengan Kimia
3.2 Identifikasi Kerusakan Serat Wool.
Jenis kerusakan pada bahan tekstil dapat dibagi menjadi dun golongan besar yaitu:
keruskan mekanika dan kerusakan kimia.
1. Kerusakan Mekanika
 Serengan serangga
Kerusakan yang disebabkan karena serangan serangga biasanya terjadi pada
serat yang berasal dari polimer alam baik selulosa maupun protein. Jenis
kerusakan ini digolongkan pada kerusakan mekanika, karena larva serangga
memakan serat dan menyebabkan kerusakan mekanika.
Kerusakan karena serangga dapat dengan mudah ditunjukkan dengan
pengamatan secara visual pada pola-pola kenisakannya. Contoh uji mungkin
mengandung bagian-bagian yang terserang, yang dapat ditunjukkan dengan
adanya jaring sanng serangga atau bekas gigitan serangga.
Wool mudah atau tidak tahan serangga karena sebagian besar wool terdiri dari
keratin yang dapat digunakan sebagai sumber makanan. Kerusakan yang
terjadi yaitu terdapat lubang-lubang kecil dan kadang menembus pada setiap
lipatan bahan. Untuk menghindari kerusakan tersebut make ikatan disulfida
diubah menjadi bistioester.

 Gesekan
Kerusakan karena gesekan biasanya terbatas pada serat dalam benang atau
kain. Kerusakan dapat terjadi pada setiap tingkat pengolahan dari pemintalan
sampai hasil akhir dan seringkat kerusakan tersebut tidak diketahui sebelum
hasil akhir diperiksa. Pengamatan pola kerusakan, yaitu benang yang tergesek
permukaannya lebih berbulu daripada yang biasa dan mengandung serat-serat
yang tampak terpotong, tersikat atau terknyak-koyak apabila dilihat dengan
mikroskop. Gesekan pada proses penggulungan dan pertenunan dapat
menyebabkan permukaan benang berbulu atau putus benang, dan umumnya
terdapat di daerah tepi kain. Rol penggulung kain dapat juga menyebabkan
gesekan. Kerusakan gesekan sukar diketahui pada kain grey, tetapi pengerjaan
basah akan menampakan kerusakan tersebut.

 Putus karena tarikan dan potongan.


Kerusakan ini dapat dibedakan dengan melihat ujung serat di bawah
mikroskop. Kerusakan karena tarikan ujung serat blasanya tercabik-cabik dan
terdiri dari campuran serat putus dan tidak putus sedangkan serat terpotong
biasanya ujungnya rata.

 Tusukan
Sering terdapat adanya tusukan atau lubang kecil pada kain dalam suatu pola
yang berulang, cacat ini di sebabkan oleh suatu titik kasar pada rol logam atau
sepotong logrum kecil yang tertanam pada rol lunak. Pengamatan dengan
menggunakan mikroskop akan menunjukan adanya serat yang terpotong atau
hancur. Banyak pabrik penyempurnaan tekstil yang membuat tabel mengenal
rolrol yang dilewati kain sehingga sumber kerusakan tersebut dengan mudah
dapat dicari.
2. Kerusakan kimia.
Kerusakan kimia dapat di sebabkan oleh serangan jasad renik (microbial
attack), cahaya. panas serta pengerjaan dengan menggunakan zat kimia. Pada
umumnya kerusakan serat karena zat kimia dapat diberfakan dari kerusakan
mekanika dengan cara mengukur fluiditas serat

 Serangan Jased renik (microbial attack),


Serangan jasad renik digolongkan kedalam konusakan kimia karena jasad
renk tersebut mengeluarkan enzim yang dapat menyebabkan kerusakan kimia.
Hanya serat dari polimer alam yang diserang oleh jasad renik dan scrat
selulosa lebih banyak rusak dibandingkan dengan serat protein. Serat buatan
tidak rusak oleh jasad renik meskipun penodaan yang Simbul dapat
mengurangi daya pakainya.
Jasad renik akan tumbuh pada permukaan bahan tekstil apabila suhu,
kelembaban, pH disekelilingnya sesual dan terdapat sumber makanan bagi
jasad renik tersebut. Jasad renik tumbuh dalam kelompok-kelompok dengan
kenampakan tertentu dan menimbulkan noda-noda pada serat yang dapat
dilihat dengan cahaya biasa atau dengan cahaya ultra violet.
 Cahaya,
Kerusakan karena penyinaran disebabkan karena terjadinya pemutusan ikatan
primer, membentuk gugus - gugus yang dapat ditunjukkan dengan pewamaan
atau trasi. Kerusakan ini sangat susah di bedakan dari kerusakan kimia lainya
tetapi kerusakan oleh cahaya terjadi dalam pola tertentu, hal ini dapat
membantu dalam penentuan kerusakan serat tersebut.

 Panas
Kerusakan serat karena panas dapat ditunjukan dengan timbulnya penodaan
pada dinding primer selulosa yang berbentuk spiral.

 Pengaruh alkali
Wool sangat tidak tahan terhadap alkali, adanya alkali mengakibatkan
disulfida mudah sekali putus, sehingga wol menjadi rusak. Wool larut dalam
alkali kuat seperti NaOH dan KOH, sedengkan dalam alkali lemah seperti
Na,CO, dan NH4OH, wool akan rusak meskipun diperlukan waktu yang lebih
lama. Kerusakan wool dalam alkali menyebabkan terbukanya sisik - sisik
pada wool kemudian larut menjadi garam amino karboksilat misalnya dalam
larutan NaOH 15% dengan suhu mendidih selama 5 menit. wool akan berubah
menjadi garam natrium dan amino karboksilat.

BAB IV
ALAT DAN BAHAN
4.1 Alat dan Bahan Wool I

Alat Bahan
1.Tabung reaksi 1.Larutan indigo carmine jenuh
yang diasamkan dengan H2SO4
1N
2.Batang pengaduk 2. Larutan metilen biru 10 gram/L
yang diasamkan dengan H2SO4 2N
3.Larutan C.I Acid red 1 1gram/L
4.Larutan perak nitrat amoniakal
5. Sample wool
4.2 Alat dan Bahan Wool II

Alat Bahan
1.Mikroskop 1.Larutan NaOH 0,1N
2.Kaca objek 2. Larutan KOH amoniakal

BAB V
PROSEDUR KERJA
5.1 Prosedur Kerja Wool I
5.1.1 Pengujian pewarnaan dengan indigo carmine

Serat wool rusak


1. Direndam dalam larutan pereaksi indigo carmine selama 10 menit
pada suhu kamar.
2. Dicuci menggunakan air dingin
3. Diamati perubahaan warna yang terjadi
Evaluasi

5.1.2 Pengujian pewarnaan dengan metilen blue

Serat wool rusak


1. Direndam dalam larutan metilen biru selama 5-10 menit pada suhu
kamar
2. Dicuci menggunakan air dingin
3. Diamati perubahan warna yang terjadi
Evaluasi

5.1.3 Pengujian pewarnaan dengan acid red

Serat wool rusak

1. Direndam dalam larutan acid red selama 10 menit pada suhu


kamar
2. Dicuci dengan air dingin
3. Diamati perubahan warna yang terjadi
Evaluasi
5.1.4 Pengujian pewarnaan dengan perak amoniakal

Serat wool rusak

1. Direndam dalam larutan perak nitrat amoniakal selama 10 menit


pada suhu kamar
2. Dicuci dengan air dingin
3. Diamati warna yang terjadi
Evaluasi

5.2 Prosedur Kerja Wool II


5.2.1 Penggelembungan dengan NaOH 0,1N

Serat wool rusak


1. Dipotong sepanjang 1-2 mm
2. Diletakan diatas kaca objek dengan menggunakan medium air
3. Ditutup kaca penutup dan dipanaskan pada oven dengan suhu 40-
60ºC selama 2-3 menit
4. Ditambahkan NaOH 0,1N dari sisi kaca penutup
5. Diamati dibawah mikroskop

Evaluasi

5.2.2 Penggelembungan dengan KOH amoniakal

Serat wool rusak


1. Dipotong sepanjang 1-2 mm
2. Diletakan diatas kaca objek dengan menggunakan medium KOH
3. Ditutup kaca penutup dan dipanaskan pada oven dengan suhu 40-
60ºC selama 2-3 menit
4. Diamati dibawah mikroskop

Evaluasi
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1 Pembahasan Wool I
Prinsip dasar dari percobaan ini adalah berdasarkan pelarutan serat
menggunakan pereaksi yang telah ditentukan untuk mengetahui jenis dari
kerusakan seratnya. Pada percobaan wool 1 ada 4 pereaksi yang digunakan
yaitu : larutan metilen biru, acid red, perak nitrat amoniakal dan indigo
carmine. Cara mengidentifikasinya adalah dengan uji organoleptic yaitu cara
pengujian menggunakan indra manusia, pada pengujian wool 1 ini lebih
dikhusus kan pada indra penglihatan yaitu mata untuk melihat perubahan
warna yang terjadi. Karena pengujian ini menggunakan uji organoleptic tidak
menutup kemungkinan hasil dari percobaannya berbeda-beda karena
tergantung penglihat praktikan.
Pada saat akan melakukan pengujian ini menggunakan serat wool yang
rusak karena NaOCl asam, NaOCl basa, H2O2, Alkali, KMnO4, Kaporit,
Asam, Panas, dan serat wool baik. Serat yang diambil untuk pengujian jangan
terlalu banyak agar semua permukaan serat yang dimasukan kedalam tabung
reaksi terkena oleh larutan pereaksi. Setelah serat dimasukan kedalam tabung
reaksi ditambahkan pereaksi yang berbeda pada masing-masing tabung untuk
diidentifikasi, pereaksi yang digunakan adalah larutan metilen biru, acid red,
perak nitrat amoniakal dan indigo carmine. Setelah itu ditunggu selama
kurang lebih 5-10 menit untuk memaksimalkan reaksi antara serat wool yang
rusak dengan pereaksi yang digunakan. Reaksi berlangsung pada suhu ruang
karena jika pada suhu panas serat wool akan mudah larut. Kemudian
dilakukan pencucian untuk menghilangkan pereaksi yang tidak bereaksi
dengan serat, pencucian harus dilakukan dengan teliti sampai warnanya tidak
hilang lagi setelah dicuci dan benar-benar menempel atau bereaksi dengan
serat. Setelah itu dilakukan identifikasi pada masing-masing tabung dengan
peraksi yang berbeda.
Pada tabung yang berisi serat wool yang rusak ditambah larutan
metilen biru, jika setelah pengujian serat wool berubah warna menjadi warna
biru tua, maka dapat ditarik kesimpulan serat tersebut rusak karena zat kimia.
Semakin tua warnanya maka derajat kerusakan seratnya semakin tinggi. Dari
hasil praktikum serat yang terjadi perubahan warna menjadi biru adalah : serat
wool yang rusak karena H2O2, Alkali, Asam, Kaporit, NaOCl asam, NaOCl
basa dan kapas baik. Dan derajat keruskan seratnya sebagai berikut :
Kaporit >= NaOCl asam >= Alkali >= Kapas baik >= KMnO4 >= NaOCl
basa >= Asam. Untuk wool baik jika menurut teoritik tidak terjadi perubahan
warna karena wool tersebut tidak rusak, tetapi pada saat praktikum terjadi
perubahan warna, ada beberapa hal yang bisa menyebabkan hal tersebut
seperti kurang teliti saat melakukan pengujian atau bisa jadi sample yang di
uji sudah terkontaminasi atau tercampur serat lain sehingga hasil yang
didapatkan tidak sesuai dengan teoritik.
Pada tabung yang berisi serat wool yang rusak ditambah larutan acid
red, jika setelah pengujian serat wool terjadi perubahan warna menjadi merah
maka wool tersebut rusak, tingkat kerusakannya bisa dilihat dari perubahan
warna yang terjadi, semakin tua perubahan warna semakin tinggi derajat
kerusakan seratnya dan begitu pun sebaliknya. Pada hasil praktikum semua
serat wool terjadi perubahan menjadi warna merah. Untuk derajat kerusakan
yang tinggi ada pada serat wool yang rusak oleh alkali, NaOCl asam, H2O2,
kaporit. NaOCl basa dan asam. Derajat kerusakan seratnya sebagai berikut :
Alkali >= NaOCl asam >= H2O2 >= Kaporit >= NaOCl basa >= Asam >
KMnO4 > Panas > Wool baik
Warna serat wool yang rusak akibat panas tidak setua serat wool yang rusak
akibat zat kimia, tetapi masih ada sedikit warna pink pada seratnya pada saat
diidentifikasi. Serat wool baik seharusnya tidak terjadi perubahan warna tetapi
pada saat praktikum ada perubahan warna menjadi warna pink.
Pada tabung yang berisi serat wool yang rusak ditambah larutan perak
nitrat amoniakal, jika setelah pengujian terjadi perubahan warna menjadi
warna coklat maka wool tersebut dinyatakan rusak, tingkat kerusakannya bisa
dilihat dari warna yang dihasilkan, semakin tua warnanya maka derajat
keruskan seratnya semakin tinggi. Pada hasil praktikum serat yang derajat
kerusakan seratnya paling tinggi adalah serat wool yang rusak karena alkali,
KMnO4,panas dan NaOCl asam ditunjukan dengan warna yang dihasilkan
coklat tua. Jika dibandingkan dengan kerusakan serat yang dilakukan
pengujian, derajat kerusakan seratnya sebagai berikut :
KMnO4 >= Panas >= Alkali >= NaOCl asam > Kaporit > Wool baik > Asam
> NaOCl asam > H2O2
Tingkat kerusakan wool baik lebih tinggi dibandingkat serat wool yang rusak
oleh H2O2 hal ini mungkin terjadi kurang teliti saat melakukan pengujian atau
serat wool yang diuji sudah terkontaminasi dengan serat lain sehingga hasil
dari pengujian tidak maksimal.
Pada tabung yang berisi serat wool yang rusak ditambah larutan indigo
ceramine, jika setelah pengujian serat wool berubah menjadi warna biru tua
maka serat tersebut rusak oleh zat kimia. Semakin tua warnanya makan
semakin tinggi derajat kerusakan seratnya begitu pun sebaliknya. Pada hasil
pengujian serat yang memiliki warna biru tua yaitu serat wool yang rusak
karena alkali, KMnO4, asam, NaOCl asam, kaporit dan wool baik. Derajat
keruskaan seratnya sebagai berikut :
Alkali >= KMnO4 >= Asam >= NaOCl asam >= Wool baik >= Kaporit >
H2O2 > NaOCl basa > Panas
Tingkat terusakan wool baik tinggi karena warna yang dihasilkan tidak sesuai
dengan seharusnya, jika menurut teoritik wool baik seharusnya tidak
mengalami perubahan warna karena serat wool baik tidak rusak oleh apapun.
Dari ke empat pengujian wool 1, yaitu dengan pengujian pewarnaaan
menggunakan larutan metilen biru, acid red, perak nitrat amoniakal dan indigo
carmine. Serat wool baik menunjukan hasil yang tidak sesuai dengan teoritik,
hal ini mungkin terjadi karena sampel telah terkontaminasi dengan serat wool
lainnya sehingga hasil yang didapatkan tidak sesuai.

6.2 Pembahasan Wool II


Prinsip dasar dari percobaan ini adalah berdasarkan penampang membujur
dari serat wool yang memiliki kerusakan berbeda-beda. Pada percobaan wool
2 menggunakan pereaksi NaOH 0,1 N dan KOH amoniakal. Cara
identifikasinya adalah dengan menggunakan cara uji mikroskop. Penampang
yang dilihat adalah penampang melintang. Untuk penampang membujur wool
sendiri yaitu adanya sisik (serisin) pada serat.
Pada saat melakukan pengujian ini menggunakan serat wool yang
rusak karena NaOCl asam, NaOCl basa, H2O2, Alkali, KMnO4, Kaporit,
Asam, Panas, dan serat wool baik. Sebelum pengujian serat wool dipotong
sekitar 1-2 mm kemudian diletakan pada kaca preparat, untuk preparat (1)
sample serat wool yang rusak ditetesi larutan NaOH 0,1N sebagai medium
dan untuk preparat (2) serat wool yang rusak ditetesi larutan KOH amoniakal
lalu ditutup dengan cover glass dan keduanya di oven pada suhu 40-60ºC
selama 2-3 menit. Tujuan dari pemanasan ini adalah untuk mempercepat
reaksi antar serat dengan NaOH 0,1N dan KOH amoniakal. Setelah itu
diamati menggunakan mikroskop untuk mengetahui penampang membujur
dari serat wool yang rusak setelah di tambahkan NaOH 0,1N dan KOH
amoniakal.
Pada pengujian penggelembungan serat menggunakan NaOH 0,1N,
akan terjadi kerusakan pada struktur polimer asam lemak yang ada dalam
serat yang menyebabkan sisik (serisin) pada serat akan rapuh atau terbuka.
Karena sifat dari wool nya sendiri akan larut dalam alkali kuat. Pada
pengujian ini alkali yang digunakan konsentrasinya tidak terlalu tinggi tetapi
cukup untuk merusak struktur polimer asam lemak dengan bantuan
pemanasan menggunakan oven. Reaksi yang terjadi saat pengujian sebagai
berikut :
RNH3OOCR + NaOH RNH3OH NaOOC-R

RNH2NaOOCR + H2O
(Garam natrium dari amino karboksilat)
Pada saat pengujian tingkat kerusakan seratnya bisa dilihat langsung dengan
penampang membujur dari serat yang diuji. Semakin rapuh sisiknya (serisin)
makan semakin rusak seratnya. Pada saat pengujian serat yang sisiknya rapuh
adalah serat wool yang rusak oleh KMnO4, NaOCl basa, NaOCl asam, H2O2,
alkali, asam. Sedangkan untuk serat wool yang rusak oleh kaporit hanya
sedikit serat yang sisiknya rapuh. Dan untuk serat wool baik dan panas serat
wool hanya menggembung sehingga sisik yang ada pada serat tidak rapuh.
Derajat kerusakan seratnya sebagai berikut :
KMnO4 >= NaOCl basa >= NaOCl asam >= H2O2 >= Alkali >= asam >
Kaporit > Panas > Wool baik
Pada pengujian penggelembungan serat menggunakan KOH amoniakal,
pun sama akan terjadi kerusakan pada struktur polimer asam lemak yang ada
dalam serat yang menyebabkan sisik (serisin) pada serat akan rapuh atau
terbuka. Karena sifat dari wool nya sendiri akan larut dalam alkali kuat. Pada
pengujian ini alkali yang digunakan cukup kuat sehingga setelah dilakukan
pemanasan menggunakan oven harus langsung diidentifikasi melalui
mikroskop untuk menghindari seratnya larut. Reaksi yang terjadi saat
pengujian sebagai berikut :
RNH3OOCR + KOH RNH3OH KOOC-R

RNH2KOOCR + H2O
(Garam natrium dari amino karboksilat)
Pada pengujian ini tingkat kerusakan seratnya bisa dilihat langsung dengan
penampang membujur dari serat yang uji. Namun penampang melintang ini
cukup sulit diamati Karena terjadinya blister atau terlihat seperti kaca, maka
dari itu setelah dipanaskan dalam oven harus segera diamati. Pada pengujian
ini serat wool yang terjadi blister adalah serat wool yang rusak karena kaporit,
KMnO4, panas, NaOCl asam, NaOCl basa, alkali, asam dan H2O2.
Sedangkan untuk serat wool baik terdapat garis-garis memanjang dari lapisan
fibrilnya.

BAB VII
KESIMPULAN
7.1 Kesimpulan Kerusakan Wool I
7.1.1 Metilen Biru
Dari hasil praktikum, serat yang berwarna biru tua (pekat) menandakan
derajat keruskan tinggi. Semakin pekat warnanya semakin tinggin
derajat kerusakan seratnya begitupun sebaliknya. Derajat kerusakannya
dapat ditunjukan sebagai berikut :
Serat wool yang rusak karena Kaporit >= NaOCl asam >= Alkali >=
Kapas baik >= KMnO4 >= NaOCl basa >= Asam
7.1.2 Acid red
Dari hasil praktikum, serat yang berwarna merah tua (pekat)
menandakan derajat keruskan tinggi. Semakin pekat warnanya
semakin tinggin derajat kerusakan seratnya begitupun sebaliknya .
Derajat kerusakannya dapat ditunjukan sebagai berikut :
Serat wool yang rusak karena Alkali >= NaOCl asam >= H2O2 >=
Kaporit >= NaOCl basa >= Asam > KMnO4 > Panas > Wool baik
7.1.3 Perak nitrat amoniakal
Dari hasil praktikum, serat yang berwarna coklat tua (pekat)
menandakan derajat keruskan tinggi. Semakin pekat warnanya
semakin tinggin derajat kerusakan seratnya begitupun sebaliknya .
Derajat kerusakannya dapat ditunjukan sebagai berikut :
Serat wool yang rusak karena KMnO4 >= Panas >= Alkali >= NaOCl
asam > Kaporit > Wool baik > Asam > NaOCl asam > H2O2
7.1.4 Indigo carmine
Dari hasil praktikum, serat yang berwarna coklat tua (pekat)
menandakan derajat keruskan tinggi. Semakin pekat warnanya semakin
tinggin derajat kerusakan seratnya begitupun sebaliknya . Derajat
kerusakannya dapat ditunjukan sebagai berikut :
Serat wool yanh rusak karena Alkali >= KMnO4 >= Asam >= NaOCl
asam >= Wool baik >= Kaporit > H2O2 > NaOCl basa > Panas

7.2 Kesimpulan Kerusakan Wool II


7.2.1 Penggelembungan NaOH 0,1N
Dari hasil praktikum serat yang mengalami keruskana akibat NaOH
0,1 ditandai pada penampang membujur tidak ada sisik (serisin) pada
serat atau sisik pada seratnya rapuh. Semakin rapuh sisiknya maka
semakin tinggi derajar keruskan seratnya. Dari hasil praktikum serat
yang sisiknya rapuh adalah serat wool yang rusak oleh KMnO4,
NaOCl basa, NaOCl asam, H2O2, alkali, asam. Sedangkan untuk serat
wool yang rusak oleh kaporit hanya sedikit serat yang sisiknya rapuh.
Dan untuk serat wool baik dan panas serat wool hanya menggembung
sehingga sisik yang ada pada serat tidak rapuh.
7.2.2 Penggelembungan KOH amoniakal
Dari hasil praktikum serat yang mengalami kerusakan akibat KOH amoniakal
ditandai pada penampang membujur terjadi blister atau seperti kaca. Serat
wool yang terjadi blister adalah serat wool yang rusak karena kaporit,
KMnO4, panas, NaOCl asam, NaOCl basa, alkali, asam dan H2O2.
Sedangkan untuk serat wool baik terdapat garis-garis memanjang dari lapisan
fibrilnya.
DAFTAR PUSTAKA

Evaluasi Tekstil Bagian Kimia, Institut Teknologi Tekstil, Bandung, 1975. Penuntun
Praktikum Evaluasi Kimia Tekstil I, Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil, Bandung, 1993.

Anda mungkin juga menyukai