- Caledon (I.C.I)
- Cibanone (Ciba-Geigy)
- Sandonthren (Sandoz)
- M.N.Thren (Mitsui)
- Solanthren (Francolor)
Sifat-sifat
a. Zat warna bejana termasuk golongan zat warna yang tidak larut
dalam air dan tidak dapat mewarnai serat selulosa secara
langsung. Dalam pemakaiannya, zat warna ini harus
dibejanakan (direduksi) terlebih dahulu membentuk larutan
yang mempunyai afinitas terhadap serat selulosa.
b. Setelah berada di dalam serat, maka bentuk leuko tadi
dioksidasi kembali menjadi bentuk semula yang tidak larut
dalam air. Oleh karena itu hasil celupannya mempunyai tahan
1
cuci yang sangat baik. Selain itu juga mempunyai sifat tahan
sinar dan tahan larutan hipoklorit dengan baik.
c. Larutan zat warna yang dibejanakan tersebut, disebut juga
larutan leuko. Warnanya lebih muda atau berbeda dengan
warna pigmen aslinya. Afinitas larutan leuko terhadap serat
selulosa sangat besar, sehingga sering menimbulkan celupan
yang tidak rata. Untuk mengatasinya sering dilakukan
pencelupan cara ”pigmen padding” di mana zat warna yang
tidak mempunyai afinitas tersebut didistribusikan merata pada
bahan sebelum direduksi dan d ioksidasi.
2
Memerlukan penambahan elektrol it untuk penyerapannya.
Pemakaian reduktor dan alkali agak banyak dibejanakan dan
dicelup pada suhu hangat (40 – 500C).
2H2O
D = C = O + Hn D = C – OH
(senyawa leuko)
3
2. Pencelupan dengan senyawa leuko
3. Oksidasi
CO2
2D = C – O – Na + On 2D = C = O + Na2CO3
4
yang berbeda dengan warna aslinya. Selain itu suhu
pembejanaan perlu diperhatikan juga. Suhu yang terjadi terlalu
rendah menyebabkan pembejanaan yang kurang sempurna,
sedang apabila terlalu tinggi dapat merubah warna.
c. Penambahan zat pendispersi di dalam larutan celup akan
menambah penetrasinya, akan tetapi menurunkan penyerapan.
oleh karena itu celupan warna tua tidak perlu penambahan zat
pendispersi. Selama pencelupan jumlah alkali dan reduktor
harus dijaga tetap, sehingga afinitasnya tetap besar.
2. Zat Warna Dispersi
5
3. Kromofor Golongan Nitroanilin
6
Penggolongan zat warna Dispersi
Zat warna dispersi yang memiliki berat molekul yang terkecil dan
memiliki ketahanan sublimasi rendah, sehingga dalam
pencelupannya umumnya dilakukan pada suhu didih. Zat warna
jenis ini digunakan untuk mencelup serat selulosa asetat,
triasetat dan poliamida.
7
Zat warna naftol atau zat warna ingrain merupakan zat warna yang
terbentuk di dalam serat dari komponen penggandeng,
(coupler) yaitu naftol dan garam pembangkit, yaitu senyawa
diazonium yang terdiri dari senyawa amina aromatik. Zat warna ini
juga disebut zat warna es atau ”ice colours”, karena pada reaksi
diazotasi dan kopling diperlukan bantuan es. Penggunaannya
terutama untuk pencelupan serat selulosa. Selain itu juga dapat
dipergunakan untuk mencelup serat protein (wol, sutera) dan serat
poliester.
- Naftol (Hoechst)
- Brenthol (I.C.I)
- Youhaothol (R.R.C)
Sifat-sifat
a. Zat warna naftol termasuk golongan zat warna azo yang tidak
larut dalam air. Untuk membedakan dengan jenis zat warna azo
lainnya sering juga disebut zat warna azoic. Daya serapnya
(substantivitas) terhadap serat selulosa kurang baik dan
bervariasi, sehingga dapat digolongkan dalam 3 golongan,
yaitu yang mempunyai substantivitas rendah, misalnya Naftol
AS, substantivitas sedang, misalnya Naftol AS – G dan
substantivitas tinggi, misalnya Naftol AS – BO.
b. Sifat utama dari zat warna naftol ialah tahan gosoknya yang
kurang, terutama tahan gosok basah, sedang tahan cuci dan
tahan sinarnya sangat baik. Zat warna naftol baru mempunyai
8
afinitas terhadap serat selulosa setelah diubah menjadi naftolat,
dengan jalan melarutkannya dalam larutan alkali.
c. Garam diazonium yang dipergunakan sebagai pembangkit tidak
mempunyai afinitas terhadap selulosa, sehingga cara
pencelupan dengan zat warna naftol selalu dimulai dengan
pencelupan memakai larutan naftolat, kemudian baru
dibangkitkan dengan garam diazonium.
d. Zat warna naftol dapat bersifat poligenik, artinya dapat
memberikan bermacammacam warna, bergantung kepada
macam garam diazonium yang dipergunakan dan dapat pula
brsifat monogetik, yaitu hanya dapat memberikan warna yang
mengarah ke satu warna saja, tidak bergantung kepada macam
garam diazoniumnya.
a. Pengaruh Elektrolit
9
c. Pengaruh Udara
d. Pengaruh pH
10
Nama dagang zat warna direk adalah :
- Benzo (Bayer)
- Diazol (Francolor)
- Solar (Sandoz)
- Direct (Sumitomo)
- Chlorasol (I.C.I)
Sifat-sifat
Zat warna direk termasuk golongan zat warna yang larut dalam air.
Sifat utama dari zat warna direk adalah ketahanan cucinya kurang
baik, ketahanan sinarnya cukup, beberapa di antaranya cukup baik.
Golongan A
Golongan B
11
Golongan C
Mekanisme Pencelupan
~ ~
H H
R – H--------------------- HO selulosa
N.R
1. Pengaruh Elektrolit
12
dari serat, sehingga molekul-molekul zat warna akan tertarik oleh
serat.
2. Pengaruh Suhu
4. Pengaruh pH
13
anionnya merupakan komponen yang berwarna. Zat warna asam
banyak digunakan untuk mencelup serat protein dan poliamida.
Beberapa di antaranya mempunyai susunan kimia seperti zat warna
direk sehingga dapat mewarnai serat selulosa.
Nama dagang zat warna asam adalah :
- Nylosan (Sandoz)
- Nylomine (I.C.I)
- Tectilan (Ciba Geigy)
- Dimacide (Francolor)
- Acid (Mitsui)
Sifat-sifat
Zat warna asam termasuk golongan zat warna yang larut
dalam air. Pada umumnya zat warna asam mempunyai ketahanan
cuci dan ketahanan sinar yang baik. Sifat ketahanan tersebut sangat
dipengaruhi oleh berat molekul dan konfigurasinya.
Berdasarkan cara pamakaiannya zat warna asam digolongkan
menjadi 3 golongan, yaitu :
Golongan 1
Zat warna yang termasuk golongan ini dalam
pemakaiannya memerlukan asam kuat pH 2-3 sebagai asam dapat
dipakai asam sulfat atau asam formiat.
Zat warna asam golongan ini sering juga disebut zat warna
asam celupan rata (leveldying) atau zat warna asam terdispersi
molekul (moleculerly dispersid). Pada umumnya mempunyai
ketahanan sinar yang baik tetapi ketahanan cucinya kurang.
Golongan 2
Zat warna asam yang termasuk golongan ini dalam
pemakaiannya memerlukan asam lemah pH 5,2-6,2 sebagai asam
dapat dipakai asam asetat. Pada pemakaiannya tidak memerlukan
penambahan elektrolit, karena pH lebih besar dari pada 4,7
penambahan elektrolit akan mempercepat penyerapan. Ketahanan
sinar dan ketahanan cucinya baik.
14
Golongan 3
Zat warna asam yang termasuk golongan ini dalam
pemakaiannya tidak memerlukan penambahan asam, sehingga
cukup pada pH netral. Pada suhu rendah terdispersi secara koloidal
sedang pada suhu mendidih terdispersi secara molekuler. Zat
warna asam golongan ini sering disebut zat warna asam milling.
Sifat kerataannya sangat kurang, sehingga di dalam pemakaiannya
memerlukan pengamatan yang teliti. Ketahanan sinar dan
ketahanan cucinya paling baik dibanding dengan kedua golongan
zat warna asam lain nya.
Mekanisme Pencelupan
Mekanisme utama pada pencelupan serat protein dengan zat
warna asam adalah pembentukan ikatan garam dengan gugusan
amino dalam serat. Selain itu mungkin juga terjadi ikatan lain.
Dalam keadaan iso elektrik wol mengandung ikatan garam yang
netral, seperti berikut :
+ N - wol - COO - H3
Dengan penambahan ion hidrogen dari asam, maka akan terbentuk
ion amonium bebas yang bermuatan positif, seperti berikut :
+H3N – wol – COO + H+ -* +H3N – wol - COOH
Sehingga dapat mengikat anion dari zat warna asam sebagai
berikut : +H3N – wol – COOH + D -*DH3N – wol – COOH
Anion zat warna asam
Faktor-faktor yang Berpengaruh
Pada pencelupan dengan zat warna asam celupan rata,
penambahan elektrolit akan berfungsi menghambat penyerapan zat
warna sedang pada pencelupan dengan zat warna asam celupan
netral, penambahan elektrolit akan berfungsi mempercepat
penyerapan.
Pengaruh Suhu
Kecepatan penyerapan zat warna sangat dipengaruhi oleh
sudut. Di bawah 390C hampir tidak terjadi penyerapan.
15
Selanjutnya apabila suhu dinaikkkan lebih dari 390C kecepatan
penyerapan bertambah. Tiap golongan zat warna asam mempunyai
suhu kritis tertentu di mana apabila suhu tersebut telah dilampaui,
zat warna akan terserap dengan cepat sekali.
Sebagai contoh zat warna asam celupan netral pada suhu di
bawah 600C hampir tidak akan terserap, tetapi apabila suhu
dinaikkan sampai 700C akan terjadi penyerapan dengan cepat
sekali, sehingga ada kemungkinan menghasilkan celupan yang
tidak rata.
6. Zat warna basa
Zat warna basa adalah zat warna yang mempunyai muatan
positif atau sebagai kation pada bagian berwarna, maka zat warna
ini disebut zat warna kation. W.H.Perin (1856) mereaksikan
kondensasi senyawa anilin yang belum dimurnikan untuk membuat
senyawa kinin, tetapi di dalamnya terdapat pula senyawa berwarna
yang dapat mencelup serat sutera dan wool secara langsung.
Senyawa tersebut ternyata merupakan zat warna basa dan disebut
zat warna Mauvein, yakni golongan Magenta dan Malachite Green.
Zat warna basa selalu terionkan di dalam mediumnya
dengan gugus pembawa warna yang bersifat kation yang biasanya
mencelup serat-serat binatang, poliamida (nylon) dan beberapa
serat poliakrilat (Cresian, Verel dan Orlon), berdasarkan ikatan
elektrovalen.
Sifat Zat Warna Basa
Sifat utama zat warna basa adalah mempunyai kecerahan
dan intensitas warna yang tinggi. Zat warna basa segera larut
dalam alkohol, tetapi pada umumnya tidak mudah larut dalam air,
sehingga seringkali berbentuk gumpalan. Demikian pula beberapa
zat warna basa misalnya Auramine, akan mengurai pada
pendidihan, sehingga pemakaiannya hanya pada suhu 60 o –
65 o C. Umumnya pada pendidihan yang lama akan terjadi
16
penguraian sebagian yang menghasilkn penurunan intensitas
warna.
Bila ke dalam larutan zat warna basa ditambahkan alkali
kuat maka terbentuk basa dari zat warna basa yang tidak berwarna.
Tetapi dengan penambahan suatu asam maka terbentuk lagi
garamnya yang berwarna. Zat warna basa karena bersifat kation
dapat diendapkan dengan zat warna direk dan asam, terutama
dalam larutan agak pekat.
7. Pengertian polyester
17
Polyamide (Poliamida) adalah polimer yang terdiri dari monomer
amida yang tergabung dengan ikatan peptida. Poliamida dapat
terbentuk secara alami ataupun buatan. Salah satu bentuk
poliamida alami yaitu protein, seperti wol dan sutra. Poliamida
dapat dibuat secara artifisial melalui polimerisasi atau sintesis (fase
padat). Contoh poliamida buatan diantaranya nilon, aramid dan
sodium poly(aspartat). Poliamida biasanya digunakan dalam
industri tekstil, otomotif, karpet dan pakaian olahraga karena
memiliki sifat kuat dan daya tahan yang ekstrim.
III. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah:
1. Tabung reaksi
2. Sabun
3. Penanggas
4. Piridin
5. Toluen
6. Asam asetat 10%, glasial
7. Natrium bikromat
8. NaOCl
9. NaOH 10%
10. Alcohol
11. Kapas, wol
12. Amonia pekat
18
13. NaCl
14. Pipet tetes
15. Pipet ukur
16. Penjepit
IV. Cara Kerja
Poliamida
1. Uji pencucian
- CU+ 10 ml sabun(0,5% sabun netral & 0,2% natrium bikromat)
- Dipanaskan lalu amati
2. Uji piridin
- CU+15 ml piridin;air (57:43)
- Dipanaskan sampai warna luntur
- Didinginkan lalu diamati
3. Uji toluene
- Ekstrak piridin + 1 ml HCl pekat + 2 ml toluene
- Kocok lalu biarkan sampai terbentuk lapisan
4. Uji disperse
- Pisahkan larutan toluene lalu cuci 5-6 kali
- Panaskan sampai hampir kering
- Ditambahkan air dan serat rayon asetat
- Panaskan lalu cuci dan amati
5. Uji naftol
- Pisahkan larutan toluene lalu cuci 5-6 kali
- Panaskan sampai hampir kering
- Ditambahkan 3 ml alcohol dan 0,5 ml NaOH lalu panaskan
- Ditambahkan Na2S2O4, panaskan kembali
- Ditambahkan kapas dan NaCl
- Panaskan, cuci dan amati
6. Uji direk
- Pisahkan toluene lalu tambahkan kapas, NaCl, dan 1 tetes
ammonia pekat
- Dipanaskan selama 2 menit
19
7. Uji basa
- Ekstrak piridin + larutan toluene air
- Ditambahkan 2 ml NaOH 10% sampai suasana alkali
- Dikocok, biarkan sesaat
- Ekstrak toluene ditambah asam asetat 10%
- Dikocok lalu amati
8. Uji asam
- Pisahkan toluene lalu ditambahkan 3-4 tetes asam asetat 10%
dan wol
- Dipanaskan, cuci dan amati
Poliester
1. Uji pendahuluan
- Asam asetat glasial ditambah dengan CU
- Amati kelunturan warna
2. Uji disperse
- Lunturan dipanaskan, dinginkan
- Ditambah eter lalu dikocok
- Eter dipindahkan lalu diuapkan
- Ditambahkan zat pendispersi, air, dan serat asetat
- Cuci lalu amati
3. Uji naftol & bejana
- Lunturan dipanakan, lalu amati
- Jika lunturan bertambah maka terdapat zat warna disperse
termosol/naftol, jika lunturan tidak bertambah terdapat zat
warna bejana
- Lakukan uji zat warna disperse
V. Data Percobaan
Data percobaan terlampir.
20
VIII. Daftar Pustaka
http://teknologitekstil.com/pengertian-kain-poliester/ diunduh tanggal
27 November 2016
https://ahmadrifqi01.wordpress.com/ 27 November 2016
http://borosh.blogspot.co.id/2014/02/zat-warna-direk-smk-tekstil-
texmaco.html 27 November 2016
http://borosh.blogspot.co.id/2014/02/zat-warna-bejana-smk-tekstil-
texmaco.html 27 November 2016
http://weavingandsilk.blogspot.co.id/2015/09/zat-warna-dispersi-
tekstil.html 27 November 2016
http://borosh.blogspot.co.id/2014/02/zat-warna-dispers-smk-tekstil-
texmaco.html 27 November 2016
http://borosh.blogspot.co.id/2014/02/zat-warna-naftol-smk-tekstil-
texmaco.html 27 November 2016
21