Ngubaidi Achmad
Abstrak
Alam telah banyak menyediakan kebutuhan manusia mulai dari makanan sampai bahan bangunan. Salah
satunya adalah bahan-bahan serat alam.Sepanjang kebudayaan manusia penggunaan serat alam sebagai
salah satu material pendukung kehidupan, Penelitian ini bertujuan untuk melihat sejauhmana sifat
mekanis dari serat enceng gondok sebagai penguat material komposit serat karbon dalam pembuatan
cooling pad. Material penelitian berupa serat eceng gondok, serbuk eceng gondok, cairan resin sebagai
pengikat, dengan tahapan penelitian yaitu Pembuatan Serbuk Serat Eceng gondok, mekanisme
percampuran bahan, Pembuatan benda uji, Penentuan titik, Pengujian Temperatur dan Pengujian
Impact. Sementara hasil yang didapatkan pada penelitian yaitu ilai dari hasil pengujian temperature dan
pengujian impak memiliki perbedaan yang beragam dengan 5 macam variasi yaitu serat 10 gr, serat 20
gr, serbuk 20 gr, serbuk 40 gr dan tanpa adanya penambahan serat dan serbuk sama sekali.Nilai terbaik
dari dari produk NOTE PAD dari ke 5 macam variasi tersebut terdapat pada variasi serbuk 40 gr dan
resin 0,5 gr yaitu sebesar max 1,8 mm dibandingkan dengan variasi yang lainnya( serat dan tanpa
penambahan serat dan serbuk
PENDAHULUAN
Siapa bilang serat alam adalah bahan yang sepele ?. Jika mendengar atau melihat tentang serat
alam kebanyakan dari kita melihatnya sebagai bahan yang sepele atau menganggapnya sebagai sampah.
Tapi ternyata dalam bidang teknologi material, bahan-bahan serat alam merupakan kandidat sebagai
bahan penguat untuk dapat menghasilkan bahan komposit yang ringan, kuat, ramah lingkungan serta
ekonomis. Alam telah banyak menyediakan kebutuhan manusia mulai dari makanan sampai bahan
bangunan. Salah satunya adalah bahan-bahan serat alam.Sepanjang kebudayaan manusia penggunaan
serat alam sebagai salah satu material pendukung kehidupan, mulai dari serat ijuk sebagai bahan
bangunan, serat nanas atau tanaman kayu sebagai bahan sandang dan serat alam yang dapat digunakan
untuk membuat tambang.
Seiring dengan perkembangan teknologi bahan, peran serat-serat alam mulai tergantikan oleh
jenis bahan serat sintetik seperti serat gelas atau serat karbon. Seiring dengan inovasi yang dilakukan
dalam bidang material, serat alam kembali dilirik oleh peneliti untuk dijadikan sebagai bahan penguat
Indonesia sebagai negara dengan keaneka ragaman hayati yang luas memiliki peluang yang besar
untuk mengeksplorasi pemanfaatan bahan serat alam sebagai penguat material komposit. Karena sifat
kekuatan serat alam ini bervariasi maka pemanfaatannya akan bervariasi mulai dari bahan komposit untuk
penggunaan yang ringan dan tidak terlalu memerlukan kekuatan tinggi sampai bahan komposit untuk
penggunaan yang memerlukan kekuatan dan ketangguhan tinggi. Sejauh ini beberapa institusi pendidikan
dan penelitian sudah mulai melakukan penelitian penggunaan serat alam sebagai bahan penguat untuk
komposit. Mulai dari serat kelapa, serat eceng gondok, serat aren.Tinggal kita tunggu kapan finishing
produk berbahan komposit serat alam buatan dalam negeri digunakan secara luas.
TINJAUAN PUSTAKA
Struktur anatomi batang serat eceng gondok yang berhubungan erat dengan menentukan
keawetan dan kekuatan eceng gondok antara lain adalah besar pori dan tebalnya dinding sel serabut. Sel
serabut diketahui merupakan komponen struktural yang memberikan kekuatan pada rotan (Rachman,
1996). Bhat dan Thulasidas (1993) melaporkan bahwa tebal dinding sel serabut merupakan parameter
anatomi yang paling penting dalam menentukan kekuatan eceng gondok, dinding yang lebih tebal
membuat eceng gondok manjadi lebih keras dan lebih berat. Sel-sel serabut yang berdinding tebal
menunjang fungsi utama sebagai penunjang mekanis
Hasil penelitian Jasni et al. (1997), terhadap tiga jenis eceng gondok, yaitu eceng gondok
sampang (Khorthalsia junghunii Miq.), eceng gondok seuti (Calamus ornatus Bl.) dan eceng gondok
bubuay (Plectocomia elongata Bl.) , ternyata sel-sel serabut eceng gondok sampang rata-rata dinding sel
lebih tebal (4,89 mm), eceng gondok seuti rata-rata 3,91 mm, kemudian eceng gondok bubuay 3,49 mm.
Ditinjau dari tebal dinding sel serabut maka dapat dikatakan eceng gondok sampang lebih kuat dari pada
eceng gondok seuti dan kemudian bubuay.
Selanjutnya sifat anatomi ketiga jenis eceng gondok yang diteliti menunjukkan bahwa pada ikatan
pembuluh sampang dan seuti terdapat satu metaxylem, sedangkan bubuay memiliki satu atau dua
metaxylem. Pholem pada jenis eceng gondok sampang dan seuti terdiri atas dua untaian yang terletak di
kiri dan kanan metaxylem, sedangkan bubuay letaknya mengelompok. Bentuk sel bagian kulit eceng
gondok atau sel epidermis dari jenis eceng gondok sampang adalah kubus, sedangkan seuti dan bubuay
berbentuk balok. Di antara ketiga jenis eceng gondok tersebut, hanya eceng gondok seuti yang tidak
METODOLOGI PENELITIAN
-Material Penelitian
Material penelitian berupa serat eceng gondok, serbuk eceng gondok, cairan resin sebagai pengikat.
- Alat Penelitian
a. Blender
Blender digunakan untuk menghaluskan serat eceng gondok untuk menjadi serbuk, dan
digunakan juga untuk mencampurkan komposisi bahan. Blender ini dilengkapi dua pasang mata
pisau pengaduk dan bekerja pada putaran 1300 rpm
b. Sieving (ayakan)
Digunakan untuk mendapatkan ukuran serbuk yang seragam. Ukuran mesh yang digunakan yaitu
mesh 10, artinya dalam setiap inchi terdapat 10 kawat.
c. Timbangan Digital
d. Cetakan spesimen
Digunakan untuk mencetak spesimen sesuai dengan bentuk yang diinginkan yaitu produk cooling
pad
Alat uji produk cooling pad ini dirancang sesuai dengan kondisi kerja riil cooling pad . Parameter
pengujian meliputi: temperatur produk cooling pad dan beban impak dengan beban 20 kg
f. Vernier Caliver
g. Timbangan digital
Digunakan untuk mengetahui masa pemberat yang akan digunakan untuk pengujian impak pada
cooling pad
- Tahapan Penelitian.
Adapun tahap-tahap yang perlu dilakukan dalam pembuatan cooling pad berbahan dasar serat eceng
gondok adalah sebagai berikut :
Bagian yang digunakan untuk membuat cooling pad adalah debu bagian serat eceng gondok. Oleh
karena itu untuk memperoleh debu yang diinginkan maka harus ada pemisahan terlebih dahulu antara
serat dan debu dengan cara seperti tersaji dalam gambar berikut :
Serbuk, serat eceng gondok dan cairan resin dicampur secara manual sesuai komposisi yang telah
ditentukan. Proses pengadukan menggunakan blender pada kecepatan 1300 rpm selama 30 menit.
Proses pembuatan cooling pad komposit serat eceng gondok dengan matrik polyester adalah sebagai
berikut :
d. Penentuan titik
Sebelum melakukan pengujian, specimen di beri titik terlebih dahulu dengan maksud untuk
menentukan titik awal dan titik setelah dilakukan pengujian sehingga dapat diketahui seberapa besar
beban impak yang terjadi pada specimen tersebut.Masing-masing specimen diberi 5 titik
Pentingnya melakukan pengujian temperatur dan impact adalah mengetahui nilai beban impact
sebelum pengujian dan sesudah pengujian apakah terjadi kelendutan atau tidak. Temperatur erat
hubungannya dengan life time dan cost dari suatu perangkat produk atau komponen suatu alat. Apabila
semakin awet suatu produk tidak menutup kemungkinan harga dari suatu produk akan semakin mahal
1. Pengujian Displacement () pada cooling pad dengan variasi serat 10 gr dan matrik resin
polyester seberat 0,5 kg
2. Pengujian Displacement () pada cooling pad dengan variasi serat 20 gr dan matrik resin
polyester seberat 0,5 kg
Grafik 3. hasil pengujian pada cooling pad(specimen Grafik 4. hasil pengujian pada cooling
ke 1 ) dengan vavriasi serat 20 gr pada(specimen ke 2 ) dengan vavriasi serat 20
gr
Grafik 5. hasil pengujian pada cooling pad(specimen Grafik 6. hasil pengujian pada cooling
ke 1 ) dengan vavriasi sebuk 40 gr pad(specimen ke 2 ) dengan vavriasi sebuk 40
gr
4. Pengujian Displacement ( ) pada cooling pad dengan variasi serbuk 40 gr dan matrik resin
polyester seberat 0,5 kg
Grafik 7. hasil pengujian pada cooling pad(specimen Grafik 8. hasil pengujian pada cooling
ke 1 ) dengan vavriasi sebuk 40 gr pad(specimen ke 2 ) dengan vavriasi sebuk 40
gr
KESIMPULAN
1. Nilai dari hasil pengujian temperature dan pengujian impak memiliki perbedaan yang beragam
dengan 5 macam variasi yaitu serat 10 gr, serat 20 gr, serbuk 20 gr, serbuk 40 gr dan tanpa
adanya penambahan serat dan serbuk sama sekali.Nilai terbaik dari dari produk NOTE PAD dari
ke 5 macam variasi tersebut terdapat pada variasi serbuk 40 gr dan resin 0,5 gr yaitu sebesar max
1,8 mm dibandingkan dengan variasi yang lainnya( serat dan tanpa penambahan serat dan serbuk
)
2. Terbukti dengan adanya penambahan serat dan serbuk eceng gondok dapat meningkatkan
kekuatan produk dilihat dari aspek temperature dan beban impak setelah diadakannya pengujian
temperature dan pengujian impak
3. Bahan serat eceng gondok merupakan bahan yang sesuai untuk bahan NOTE PAD dengan nilai
ekonomis yang rendah, kualitas bagus, ergonomik, dan mudah didapatkan bahan bakunya.
ASTM, 1990, Standards and Literature References for Composite Materials, 2d ed., American Society
for Testing and Materials, Philadelphia, PA.
Budinski, Kenneth, 2000, Engineering Materials Properties and Selection sixth Edition, Prentice Hall,
New Jersey. MEDIA MESIN, Vol. 7, No. 2, Juli 2006, 70-76 75
Gibson.Ronald F., 1994, Principles Of Composite Material Mechanics, Mc Graw Hill Inc, New York.
Jamasri, 2002, Buku Pegangan Kuliah Komposit, Surakarta
Roseno, Seto, 2003, Karakteristik dan Model Mekanis Material Komposit Berpenguat Serat Alam, ,
BPPT , Jakarta.
Shackelford James F, 1996, Introduction To Materials Science For Engineers, Prentice Hall
International. Inc, London.
Staf Laboratorium Bahan Teknik, 2005., Petunjuk Praktikum Ilmu Logam,Teknik Mesin UGM,
Yogyakarta.
Surdia T., Saito S, 1991, Pengetahuan Bahan Teknik, Pradnya Paramita, Jakarta.
Vlack Lawrence H.Van , 1995, Ilmu dan Teknologi Bahan, terjemahan Ir. Sriati Djaprie, Erlangga,
Jakarta.
Pramuko I Purboputro, Pengaruh Panjang Serat terhadap Kekuatan Impak Enceng Gondok dengan
Matrik Polieste
Gibson, Ronald F.,Principles of Composite Material Mechanics, McGra Hill. Inc.New York (1994) 27-
29
Mel. M. Schwartz, Composite Material Processing, Fabrication and Applications.Vol II, Prencitice-
Hall, Inc. New Jersey (1997) 143-201
S. Y. Oh, J. A. Cornie, and K. C. Russell, Wetting of Ceramic Particulates withLiquid Aluminum Alloys,
Part II. Study of Wettability, Met. Trans.A 20 A (1983) 538