D
dan orientasi filler terhadap kekuatan tarik, engan adanya perkembangan yang
kekuatan impact, dan pengamatan morfologi. semakin canggih, munculah material
Menggunakan sudut orientasi serat 30°, 60°, dan baru bertema komposit hybrid. Material
90°. Variasi yang digunakan yaitu fiberglass + komposit hybrid dapat menjadi inovasi baru
serat jute, fiberglass + serat eceng gondok, dan karena memiliki banyak keunggulan yang dapat
fiberglass + serat batang pisang. Penelitian ini menutupi kekurangan-kekurangan yang terjadi
menghasilkan tren yang mengalami kenaikan
pada material yang ada sebelumnya.
untuk kekuatan tarik dan kekuatan impactnya.
Penggunaan komposit hybrid tersebut menjadi
Hasil tertinggi pengujian tarik terdapat pada
pada sudut orientasi Serat 90° dengan variasi salah satu solusi untuk mengurangi dampak
serat batang pisang dengan fiberglass dengan limbah pada alam. Karena memiliki kelebihan
menghasilkan nilai 40 MPa, sedangkan untuk seperti tidak dapat terjadi korosi, massa jenis
nilai terendah didapatkan dari serat jute dengan yang lebih ringan, harganya yang jauh lebih
fiberglass menghasilkan nilai 8 MPa pada sudut murah. Oleh karena itu, penelitian ini akan
orientasi Serat 30°. Modulus elastisitas tertinggi dilakukan analisa pengaruh variasi jenis filler
didapatkan dari hasil sudut orientasi Serat 30° serat komposit hybrid dengan orientasi filler
dengan variasi serat eceng gondok dengan untuk bodi mobil hemat energy.
menghasilkan nilai 3,512 GPa. Dan untuk nilai Pengertian Komposit kata komposit
terendah didapatkan dari serat jute dengan berasal dari kata “to compose” yang berarti
fiberglass menghasilkan nilai 1,252 GPa pada menyusun atau menggabung. Secara sederhana
sudut orientasi Serat 30°. Sedangkan untuk nilai
material komposit adalah material yang tersusun
impact strength tertinggi pada sudut orientasi
Serat 90° dengan variasi serat eceng gondok atas campuran dua atau lebih material dengan
dengan menghasilkan nilai 42,3 x 10-3 J/mm2. sifat kimia dan fisika berbeda, dan menghasilkan
Dan untuk nilai terendah didapatkan dari serat sebuah material baru yang memiliki sifat-sifat
jute dengan fiberglass menghasilkan nilai 2,84 x berbeda dengan material-material pengusunnya.
10-3 J/mm2 pada sudut orientasi Serat 30°. Pada
pengamatan morfologi yang diambil dari
spesimen uji impak disimpulkan bahwa,
komposisi matrik dengan filler saat proses
pencetakan tercampur dengan baik.
Kata kunciꟷKomposit, fiberglass,
jute, eceng gondok, batang pisang, polyester,
hybrid, orientasi serat, kekuatan tarik,
kekuatan impak, morfologi Gambar. Penyusun Komposit
Fiber memiliki sifat yang mudah untuk Serat Alami
diubah bentuknya dengan cara dipotong atau Serat alami meliputi serat yang diproduksi
juga dicetak sesuai dengan kebutuhan desainnya. alias dihasilkan oleh tumbuhan, hewan dan
Selain itu, perbedaan pengaturan susunan fiber proses geologis. Serat jenis ini sendiri memiliki
akan merubah pula sifat-sifat komposit yang sifat yang mampu mengalami pelapukan.
dihasilkan. Hal tersebut dapat dimanfaatkan a) Serat yang berasal dari tanaman
untuk mendapatkan sifat komposit sesuai dengan
parameter yang dibutuhkan. Matriks umumnya Serat yang berasal dari tanaman memiliki
terbuat dari bahan resin. Ia berfungsi sebagai dasar kimia selulosa yang berdasarkan pada asal
perekat material fiber sehingga tumpukan fiber tumbuhannya dapat berasal dari biji, daun,
batang, dan, buah.
dapat merekat dengan kuat. Resin akan saling
mengikat material fiber sehingga beban yang Beberapa serat dari tanaman yang sering
dikenakan pada komposit akan menyebar secara digunakan sebagai bahan komposit seperti: Serat
merata. Selain itu resin juga berfungsi untuk Jute, Serat Enceng Gondok, Serat Batang Pisang,
melindungi fiber dari serangan bahan kimia atau dan beberapa serat yang lain.
juga kondisi cuaca ekstrim yang dapat b) Serat yang berasal dari hewan
merusaknya. Selain kemudahan untuk medesain
komposit ke dalam bentuk apapun, salah satu Serat hewan atau biasa disebut serat proteina
alasan utama penggunaan material komposit dapat berbentuk staple atau filamen. Serat
adalah didapatkannya kekuatan material tinggi protein berbentuk stapel berasal dari rambut
dengan bobot yang jauh lebih ringan daripada hewan berupa domba, alpaca, unta, dan beberapa
serat dari hewan lain.
material-material konvensional. (Misriadi.
2010) Beberapa serat dari hewan yang sering
Komposit serat merupakan jenis digunakan sebagai bahan komposit seperti: Serat
komposit yang hanya terdiri dari satu lamina wol, serat sutra dan beberapa serat yang lain.
atau satu lapisan yang menggunakan penguat
Serat Buatan
berupa serat. Serat yang digunakan bisa berupa Serat buatan terbentuk dari polimer-polimer
serat gelas, serat karbon, serat aramid yang berasal dari alam maupun polimer-polimer
(polyaramide), dan sebagainya. Serat ini dapat buatan yang dibuat dengan cara kepolimeran
disusun secara acak maupun dengan orientasi senyawa-senyawa kimia yang relatif
tertentu bahkan dapat juga dalam bentuk yang sederhana. Semua proses pembuatan serat
lebih kompleks seperti anyaman. Komposit serat dilakukan dengan menyemprotkan polimer
terdiri dari serat-serat yang diikat oleh matriks. yang berbentuk cairan melalui lubang-
Komposit serat juga terdiri
lubang kecil (spinneter). Serat buatan (serat
dari.dua.macam.yaitu.serat.panjang
termoplastik) disebut juga man-made fibres.
(Continuous.fiber).dan.serat.pendek(short.fiber)
. a) Rayon
Rayon merupakan serat buatan yang paling
awal dibuat, memiliki faktor yang terpenting
untuk keberhasilan pemasaran serat rayon adalah
harga yang murah dan dapat dipergunakan untuk
Gambar. Orientasi serat: a) Searah b) Anyam c) membuat kain yang bagus dengan warna
Acak menyerupai wol, sutera ataupun linen. Serat
(Sumber Gambar: Sulian A, 2008) rayon pertama kali dibuat untuk membuat kain
pakaian jenis krep atau menyerupai linen. Serat
Sedangkan banyak jenis dari serat yang biasa
rayon ada bermacam-macam yaitu serat rayon
dipakai, seperti:
viskos, Serat rayon kupramonium, Serat rayon
modulus, Serat rayon kekuatan tinggi, Serat pada variasi arah 0° dengan nilai kekuatan tarik
polinosic. Jenis serat rayon yang dapat sebesar 39,23MPa (Utama, FY dkk. 2016).
digunakan sebagai kain untuk busana anak, yaitu
serat rayon viskosa dan rayon kuproamonium. Dengan judul penelitian “Penggunaan
b) Polimer Komposit Serat Jute (Chorcorus Capsularis) Sebagai
Bahan Penguat Komposit Matrik Polyester”.
Polimer sintetis yaitu SERAT yang dibuat Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
dari polimer-polimer buatan. Polimer sintesis kekuatan tarik dan ketahanan impact komposit
diantaranya poliamida (Nylon) dan poliester. berdasarkan susunan serat acak dan kontinyu.
Dengan judul penelitian “Pengaruh Hasil uji menunjukkan bahwa hasil kekuatan
Perlakuan Alkali (NaOH) Terhadap Morfologi tarik komposit yang menggunakan susunan serat
dan Kekuatan Tarik Serat Mendong”. Tujuan acak 2,804 (kgf/mm2), sedangkan susunan serat
penelitian tersebut untuk menjelaskan pengaruh kontinyu 3,554 (kgf/mm2). Untuk hasil
perlakuan serat alkali (NaOH) terhadap kekuatan pengujian ketahanan impact, komposit yang
tarik dan morfologi serat mendong. Hasil uji menggunakan susunan serat acak 0,1643
menunjukkan bahwa variasi konsentrasi, variasi (Joule/mm2), dan untuk susunan serat kontinyu
perendaman, dan interaksi keduanya pada 0,1214 (Joule/mm2) (Djiwo, S dan Hiunsiustio.
perlakuan alkali (NaOH) serat mendong F. 2010)
memiliki pengaruh terhadap kekuatan tarik serat
mendong. Hasil uji menunjukkan kekuatan tarik Dengan judul penelitian “Pengaruh
serat mendong yang telah mengalami perlakuan Panjang Serat Terhadap Kekuatan Impact
alkali cenderung meningkat seiring dengan Komposit Enceng Gondok Dengan Matriks
meningkatnya, kemudian cenderung menurun Poliester”. Tujuan penelitian tersebut untuk
setelah melampaui kadar NaOH dan lama mengetahui kekuatan tarik, kekuatan impak,
perendaman tertentu. Hasil uji menunjukkan kekuatan bending komposit serat enceng gondok
kekuatan tarik tertinggi serat mendong yang dengan panjang 25 mm, 50 mm dan 100 mm
telah mengalami perlakuan alkali didapat pada dengan fraksi volume 80% matrik polyesterdan
kadar NaOH 5% dan lama perendaman 2 jam, 20% serat enceng gondok. Hasil uji
sebesar 497,34 MPa. Hasil uji menunjukkan menunjukkan bahwa harga impact rata-rata yang
morfologi serat mendong yang mengalami tertinggi adalah komposit serat enceng gondok
perlakuan alkali (NaOH) terlihat lebih kasar dengan panjang 25 mm yaitu 0,002344 J/mm2,
daripada serat mendong yang belum mengalami sedangkan yang terendah adalah komposit serat
perlakuan alkali (NaOH) dan semakin tinggi enceng gondok dengan panjang 100 mm yang
kadar NaOH, maka semakin kasar serat mempunyai harga impact rata-rata 0,0010836
mendong tersebut (Witono, K dkk. 2013). J/mm2. ( Purboputro. P.I. 2006)
25
22
Batang Pisang dengan Fiberglass dengan
20 20
menghasilkan nilai 40 MPa, sedangkan untuk
15
14
12 nilai terendah didapatkan dari Serat Jute dengan
10
8 Fiberglass menghasilkan nilai 8 MPa pada
5
Orientasi Serat 30°. Semakin besarnya sudut
0
30 40 50 60 70 80 90
orientasi serat, maka nilai tegangan tarik akan
Orientasi Serat () semakin besar dikarenakan arah pembebanan
serat dapat didistribusikan secara merata oleh
Gambar. Tensile Strength matriks pengikat. Begitupula sebaliknya, semakin
Gambar menunjukkan hasil pengujian mengecilnya sudut orientasi serat, maka nilai
Tensile Strength (σ) dari material serat komposit tegangan tarik akan semakin rendah disebabkan
Serat Jute dengan Fiberglass menghasilkan nilai 8 oleh arah pembebanan yang tidak searah dengan
MPa pada Orientasi Serat 30°, sedangkan untuk arah pembebanan.
Orientasi Serat 60° menghasilkan nilai 27 MPa,
Teori tersebut sejalan dengan jurnal yang
sedangkan untuk Orientasi Serat 90°
menjelaskan bahwa “Kekuatan tarik komposit
menghasilkan nilai 38 MPa. Semakin
dengan arah orientasi vertikal lebih besar, karena
besarnyanya sudut orientasi serat, maka nilai
tegangan tarik akan semakin besar. Hal tersebut beban uji tarik spesimen arah vertikal akan
diterima langsung oleh resin dan selanjutnya
dikarenakan arah pembebanan yang searah
dengan sudut orientasi serat, sehingga didistribusikan keseluruh permukaan searah
pembebanan pada serat dapat didistribusikan dengan orientasi serat Sedangkan untuk komposit
dengan arah orientasi horizontal beban uji tarik
secara merata oleh matriks.
spesimen arah vertikal hanya akan diterima oleh
Hasil pengujian dari material serat resinnya saja.” (Banowati L, 2017)
komposit Serat Eceng Gondok dengan Fiberglass
menghasilkan nilai 14 MPa pada Orientasi Serat 1. Modulus Elastisitas
30°, sedangkan untuk Orientasi Serat 60° J + FG
Modulus Elastisitas ()
menghasilkan nilai 20 MPa, sedangkan untuk 5.5
EG + FG
P + EG
Orientasi Serat 90° menghasilkan nilai 36 MPa. 5.0
4.0
30 29.5
Eceng Gondok dengan menghasilkan nilai 42,3 x
25.8 10-3 J/mm2. Dan untuk nilai terendah didapatkan
24.1
20 dari Jute dengan Fiberglass menghasilkan nilai
2,84 x 10-3 J/mm2 pada Orientasi Serat 30°.
10
5.04 Semakin bertambahnya orientasi serat, maka nilai
4.15
2.84 Impact Strength akan semakin besar dikarenakan
0
30 40 50 60 70 80 90 arah pembebanan serat semakin merata.
Orientasi Serat ()
Begitupula sebaliknya, semakin kecilnya orientasi
Gambar. Impact Strength serat, maka nilai Impact Strength akan semakin
rendah disebabkan oleh arah pembebanan yang
Gambar diatas menunjukkan hasil
tidak searah dengan gaya tarik yang terjadi.
pengujian Impact Strength (Is) dari material serat
komposit Serat Jute dengan Fiberglass Teori tersebut sejalan dengan jurnal yang
menghasilkan nilai 2,84 x 10-3 J/mm2 pada menjelaskan bahwa “Dari hasil perhitungan data
Orientasi Serat 30°, sedangkan untuk Orientasi nilai kekuatan impact disimpulkan bahwa terdapat
Serat 60° menghasilkan nilai 24,1 x 10-3 J/mm2, pengaruh fraksi volume dan arah serat terhadap
sedangkan untuk Orientasi Serat 90° nilai kekuatan impact. Serat sebagai penguat di
menghasilkan nilai 37 x 10-3 J/mm2. Semakin dalam material komposit jelas memiliki peran
besarnyanya sudut orientasi serat, maka nilai yang sangat penting saat komposit menerima
impact strength akan semakin besar. Hal tersebut suatu beban karena beban yang diterima akan
dikarenakan arah pembebanan yang searah ditransfer hingga ke bagian serat. Oleh karena itu
dengan sudut orientasi serat, sehingga kekuatan dari material komposit dengan penguat
pembebanan pada serat dapat didistribusikan berupa serat sangat dipengaruhi oleh kekuatan
secara merata oleh matriks. serat dan ikatan antara matriks dan serat.”
Hasil pengujian dari material serat (Hermawan Y, 2016)
komposit Serat Eceng Gondok dengan Fiberglass 2. Foto Makro Hasil Patahan Uji Impact
menghasilkan nilai 5,04 x 10-3 J/mm2 pada
Orientasi Serat 30°, sedangkan untuk Orientasi Fibergla Fiberglas
Serat 60° menghasilkan nilai 29,5 x 10-3 J/mm2 Serat
Fibergla
Semakin besarnyanya sudut orientasi serat, maka Hybrid ss s
nilai impact strength akan semakin besar. Hal ss
tersebut dikarenakan arah pembebanan yang + +
+
searah dengan sudut orientasi serat, sehingga Serat Serat
Orienta
pembebanan pada serat dapat didistribusikan Serat
secara merata oleh matriks. si Enceng Batang
Jute
Pengujian dari material serat komposit Serat Gondok Pisang
Serat Batang Pisang dengan Fiberglass
menghasilkan nilai 4,15 x 10-3 J/mm2 pada
Orientasi Serat 30°, sedangkan untuk Orientasi 30º
Serat 60° menghasilkan nilai 25,8 x 10-3 J/mm2,
sedangkan untuk Orientasi Serat 90°
menghasilkan nilai 38 x 10-3 J/mm2. Semakin 60º
besarnyanya sudut orientasi serat, maka nilai
impact strength akan semakin besar. Hal tersebut
90º
dikarenakan arah pembebanan yang searah
dengan sudut orientasi serat, sehingga
pembebanan pada serat dapat didistribusikan Gambar. Foto Makro Hasil Patahan Uji Tarik
secara merata oleh matriks.
Patahan serat yang terjadi menunjukkan makroskopis untuk membentuk material baru
bahwa benda uji mengalami patahan getas semua, yang lebih bermanfaat.Komposit terdiri dari
hal tersebut dapat dilihat tidak terjadi dua unsur yaitu serat (fiber) sebagai
penyempitan patahan uji. Sedangkan untuk serat reinforcement atau penguat dan bahan
yang mengalami fiber pull out ikatan serat dengan pengikat serat yang disebut dengan matriks.”
matriks tidak melekat secara sempurna. Ada
beberapa kecacatan lagi seperti void atau udara
IV. KESIMPULAN
yang terjelembab pada material.
Berdasarkan hasil pengujian tarik
c) Pengaruh variasi jenis filler dan orientasi
mendapatkan nilai Tensile Strength tertinggi pada
filler terhadap pengamatan morfologi
sudut Orientasi Serat 90° dengan variasi serat
pada komposit hybrid Batang Pisang dengan Fiberglass dengan
Penelitian komposit ini menggunakan variasi menghasilkan nilai 40 MPa, sedangkan untuk
filler Serat Jute + Fiberglass, Serat Eceng Gondok nilai terendah didapatkan dari Serat Jute dengan
+ Fiberglass, dan Serat Batang Pisang + Fiberglass menghasilkan nilai 8 MPa pada
Fiberglass dengan orientasi serat 30°, 60°, dan Orientasi Serat 30°. Hasil tersebut menunjukkan
90°. Pengambilan data dilakukan dengan bahwa semakin besarnya sudut orientasi serat,
menggunakan alat mikroskop dengan perbesaran maka nilai tegangan tarik akan semakin besar
20 kali. Morfologi serat dapat dilihat pada tabel dikarenakan arah pembebanan serat dapat
sebagai berikut: didistribusikan secara merata oleh matriks
pengikat.
Berdasarkan hasil pengujian impact
Serat Fibergla Fibergla mendapatkan nilai Impact Strength tertinggi pada
Fibergla sudut Orientasi Serat 90° dengan variasi serat
Hybrid ss ss
ss Eceng Gondok dengan menghasilkan nilai 42,3 x
+ + 10-3 J/mm2. Dan untuk nilai terendah didapatkan
+ dari Serat Jute dengan Fiberglass menghasilkan
Orienta Serat Serat nilai 2,84 x 10-3 J/mm2 pada Orientasi Serat 30°.
Serat
Enceng Batang Hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin
si
Jute besarnya sudut orientasi serat, maka nilai impact
Serat Gondok Pisang strength akan semakin besar dikarenakan arah
pembebanan serat dapat didistribusikan secara
merata oleh matriks pengikat.
30º Berdasarkan pengamatan morfologi dapat
dilihat bahwa serat fiberglass dengan serat alam
tercampur secara dengan baik. Campuran antara
matriks dan filler tercampur dengan baik dan
60º
dapat dilihat secara makroskopis.