Anda di halaman 1dari 9

ANALISA PENGARUH VARIASI JENIS FILLER SERAT KOMPOSIT HYBRID

DAN ORIENTASI FILLER PADA BODI MOBIL

FANDY PRIHATNA SUHADA


Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
(ITATS)
Jl. Arief Rahman Hakim,Surabaya 60111 Indonesia
e-mail : prihatnafandy@gmail.com

Abstrak─Pada penelitian ini bertujuan I. PENDAHULUAN


untuk mengetahui pengaruh variasi jenis filler

D
dan orientasi filler terhadap kekuatan tarik, engan adanya perkembangan yang
kekuatan impact, dan pengamatan morfologi. semakin canggih, munculah material
Menggunakan sudut orientasi serat 30°, 60°, dan baru bertema komposit hybrid. Material
90°. Variasi yang digunakan yaitu fiberglass + komposit hybrid dapat menjadi inovasi baru
serat jute, fiberglass + serat eceng gondok, dan karena memiliki banyak keunggulan yang dapat
fiberglass + serat batang pisang. Penelitian ini menutupi kekurangan-kekurangan yang terjadi
menghasilkan tren yang mengalami kenaikan
pada material yang ada sebelumnya.
untuk kekuatan tarik dan kekuatan impactnya.
Penggunaan komposit hybrid tersebut menjadi
Hasil tertinggi pengujian tarik terdapat pada
pada sudut orientasi Serat 90° dengan variasi salah satu solusi untuk mengurangi dampak
serat batang pisang dengan fiberglass dengan limbah pada alam. Karena memiliki kelebihan
menghasilkan nilai 40 MPa, sedangkan untuk seperti tidak dapat terjadi korosi, massa jenis
nilai terendah didapatkan dari serat jute dengan yang lebih ringan, harganya yang jauh lebih
fiberglass menghasilkan nilai 8 MPa pada sudut murah. Oleh karena itu, penelitian ini akan
orientasi Serat 30°. Modulus elastisitas tertinggi dilakukan analisa pengaruh variasi jenis filler
didapatkan dari hasil sudut orientasi Serat 30° serat komposit hybrid dengan orientasi filler
dengan variasi serat eceng gondok dengan untuk bodi mobil hemat energy.
menghasilkan nilai 3,512 GPa. Dan untuk nilai Pengertian Komposit kata komposit
terendah didapatkan dari serat jute dengan berasal dari kata “to compose” yang berarti
fiberglass menghasilkan nilai 1,252 GPa pada menyusun atau menggabung. Secara sederhana
sudut orientasi Serat 30°. Sedangkan untuk nilai
material komposit adalah material yang tersusun
impact strength tertinggi pada sudut orientasi
Serat 90° dengan variasi serat eceng gondok atas campuran dua atau lebih material dengan
dengan menghasilkan nilai 42,3 x 10-3 J/mm2. sifat kimia dan fisika berbeda, dan menghasilkan
Dan untuk nilai terendah didapatkan dari serat sebuah material baru yang memiliki sifat-sifat
jute dengan fiberglass menghasilkan nilai 2,84 x berbeda dengan material-material pengusunnya.
10-3 J/mm2 pada sudut orientasi Serat 30°. Pada
pengamatan morfologi yang diambil dari
spesimen uji impak disimpulkan bahwa,
komposisi matrik dengan filler saat proses
pencetakan tercampur dengan baik.
Kata kunciꟷKomposit, fiberglass,
jute, eceng gondok, batang pisang, polyester,
hybrid, orientasi serat, kekuatan tarik,
kekuatan impak, morfologi Gambar. Penyusun Komposit
Fiber memiliki sifat yang mudah untuk  Serat Alami
diubah bentuknya dengan cara dipotong atau Serat alami meliputi serat yang diproduksi
juga dicetak sesuai dengan kebutuhan desainnya. alias dihasilkan oleh tumbuhan, hewan dan
Selain itu, perbedaan pengaturan susunan fiber proses geologis. Serat jenis ini sendiri memiliki
akan merubah pula sifat-sifat komposit yang sifat yang mampu mengalami pelapukan.
dihasilkan. Hal tersebut dapat dimanfaatkan a) Serat yang berasal dari tanaman
untuk mendapatkan sifat komposit sesuai dengan
parameter yang dibutuhkan. Matriks umumnya Serat yang berasal dari tanaman memiliki
terbuat dari bahan resin. Ia berfungsi sebagai dasar kimia selulosa yang berdasarkan pada asal
perekat material fiber sehingga tumpukan fiber tumbuhannya dapat berasal dari biji, daun,
batang, dan, buah.
dapat merekat dengan kuat. Resin akan saling
mengikat material fiber sehingga beban yang Beberapa serat dari tanaman yang sering
dikenakan pada komposit akan menyebar secara digunakan sebagai bahan komposit seperti: Serat
merata. Selain itu resin juga berfungsi untuk Jute, Serat Enceng Gondok, Serat Batang Pisang,
melindungi fiber dari serangan bahan kimia atau dan beberapa serat yang lain.
juga kondisi cuaca ekstrim yang dapat b) Serat yang berasal dari hewan
merusaknya. Selain kemudahan untuk medesain
komposit ke dalam bentuk apapun, salah satu Serat hewan atau biasa disebut serat proteina
alasan utama penggunaan material komposit dapat berbentuk staple atau filamen. Serat
adalah didapatkannya kekuatan material tinggi protein berbentuk stapel berasal dari rambut
dengan bobot yang jauh lebih ringan daripada hewan berupa domba, alpaca, unta, dan beberapa
serat dari hewan lain.
material-material konvensional. (Misriadi.
2010) Beberapa serat dari hewan yang sering
Komposit serat merupakan jenis digunakan sebagai bahan komposit seperti: Serat
komposit yang hanya terdiri dari satu lamina wol, serat sutra dan beberapa serat yang lain.
atau satu lapisan yang menggunakan penguat
 Serat Buatan
berupa serat. Serat yang digunakan bisa berupa Serat buatan terbentuk dari polimer-polimer
serat gelas, serat karbon, serat aramid yang berasal dari alam maupun polimer-polimer
(polyaramide), dan sebagainya. Serat ini dapat buatan yang dibuat dengan cara kepolimeran
disusun secara acak maupun dengan orientasi senyawa-senyawa kimia yang relatif
tertentu bahkan dapat juga dalam bentuk yang sederhana. Semua proses pembuatan serat
lebih kompleks seperti anyaman. Komposit serat dilakukan dengan menyemprotkan polimer
terdiri dari serat-serat yang diikat oleh matriks. yang berbentuk cairan melalui lubang-
Komposit serat juga terdiri
lubang kecil (spinneter). Serat buatan (serat
dari.dua.macam.yaitu.serat.panjang
termoplastik) disebut juga man-made fibres.
(Continuous.fiber).dan.serat.pendek(short.fiber)
. a) Rayon
Rayon merupakan serat buatan yang paling
awal dibuat, memiliki faktor yang terpenting
untuk keberhasilan pemasaran serat rayon adalah
harga yang murah dan dapat dipergunakan untuk
Gambar. Orientasi serat: a) Searah b) Anyam c) membuat kain yang bagus dengan warna
Acak menyerupai wol, sutera ataupun linen. Serat
(Sumber Gambar: Sulian A, 2008) rayon pertama kali dibuat untuk membuat kain
pakaian jenis krep atau menyerupai linen. Serat
Sedangkan banyak jenis dari serat yang biasa
rayon ada bermacam-macam yaitu serat rayon
dipakai, seperti:
viskos, Serat rayon kupramonium, Serat rayon
modulus, Serat rayon kekuatan tinggi, Serat pada variasi arah 0° dengan nilai kekuatan tarik
polinosic. Jenis serat rayon yang dapat sebesar 39,23MPa (Utama, FY dkk. 2016).
digunakan sebagai kain untuk busana anak, yaitu
serat rayon viskosa dan rayon kuproamonium. Dengan judul penelitian “Penggunaan
b) Polimer Komposit Serat Jute (Chorcorus Capsularis) Sebagai
Bahan Penguat Komposit Matrik Polyester”.
Polimer sintetis yaitu SERAT yang dibuat Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
dari polimer-polimer buatan. Polimer sintesis kekuatan tarik dan ketahanan impact komposit
diantaranya poliamida (Nylon) dan poliester. berdasarkan susunan serat acak dan kontinyu.
Dengan judul penelitian “Pengaruh Hasil uji menunjukkan bahwa hasil kekuatan
Perlakuan Alkali (NaOH) Terhadap Morfologi tarik komposit yang menggunakan susunan serat
dan Kekuatan Tarik Serat Mendong”. Tujuan acak 2,804 (kgf/mm2), sedangkan susunan serat
penelitian tersebut untuk menjelaskan pengaruh kontinyu 3,554 (kgf/mm2). Untuk hasil
perlakuan serat alkali (NaOH) terhadap kekuatan pengujian ketahanan impact, komposit yang
tarik dan morfologi serat mendong. Hasil uji menggunakan susunan serat acak 0,1643
menunjukkan bahwa variasi konsentrasi, variasi (Joule/mm2), dan untuk susunan serat kontinyu
perendaman, dan interaksi keduanya pada 0,1214 (Joule/mm2) (Djiwo, S dan Hiunsiustio.
perlakuan alkali (NaOH) serat mendong F. 2010)
memiliki pengaruh terhadap kekuatan tarik serat
mendong. Hasil uji menunjukkan kekuatan tarik Dengan judul penelitian “Pengaruh
serat mendong yang telah mengalami perlakuan Panjang Serat Terhadap Kekuatan Impact
alkali cenderung meningkat seiring dengan Komposit Enceng Gondok Dengan Matriks
meningkatnya, kemudian cenderung menurun Poliester”. Tujuan penelitian tersebut untuk
setelah melampaui kadar NaOH dan lama mengetahui kekuatan tarik, kekuatan impak,
perendaman tertentu. Hasil uji menunjukkan kekuatan bending komposit serat enceng gondok
kekuatan tarik tertinggi serat mendong yang dengan panjang 25 mm, 50 mm dan 100 mm
telah mengalami perlakuan alkali didapat pada dengan fraksi volume 80% matrik polyesterdan
kadar NaOH 5% dan lama perendaman 2 jam, 20% serat enceng gondok. Hasil uji
sebesar 497,34 MPa. Hasil uji menunjukkan menunjukkan bahwa harga impact rata-rata yang
morfologi serat mendong yang mengalami tertinggi adalah komposit serat enceng gondok
perlakuan alkali (NaOH) terlihat lebih kasar dengan panjang 25 mm yaitu 0,002344 J/mm2,
daripada serat mendong yang belum mengalami sedangkan yang terendah adalah komposit serat
perlakuan alkali (NaOH) dan semakin tinggi enceng gondok dengan panjang 100 mm yang
kadar NaOH, maka semakin kasar serat mempunyai harga impact rata-rata 0,0010836
mendong tersebut (Witono, K dkk. 2013). J/mm2. ( Purboputro. P.I. 2006)

Penelitian yang dilakukan oleh Utam,


FY dkk ini mengkaji bagaimana pengaruh
variasi arah serat terhadap kekuatan tarik dan
densitas material. Hasil uji menunjukkan bahwa
variasi arah serat memiliki pengaruh terhadap
kekuatan tarik pada komposit. Hasil uji
menunjukkan bahwa kekuatan tarik tertinggi
Wofen Roving-Ramie didapat pada variasi arah Gambar. Histogram Kekuatan Impak
0° dengan nilai kekuatan tarik sebesar
64,36MPa. Hasil uji menunjukkan bahwa
kekuatan tarik tertinggi Carbon-Ramie didapat
II. METODE PENELITIAN C. Prosedur Pengujian

A. Persiapan Bahan  Prosedur Pengujian Tarik


Siapkan spesimen yang telah dibentuk sesuai
Dalam penelitian ini akan digunakan 3 jenis
dengan ASTM D-3039. Tempatkan spesimen di
serat hybrid. Serat Hybrid yang digunakan adalah
dalam fixture dengan menempatkannya di tengah-
Serat Enceng Gondok, Serat Batang Pisang, Serat
tengah antarmuka grip. Pastikan bahwa seluruh
Jute, Serat Kaca, Resin, Katalis (Catalyst), Wax
panjang pegangan menyentuh permukaan
Mold Release, NaOH (Natrium Hidroksida)
pegangan ketika fixture ditutup. Pasang pengukur
B. Proses Percobaan regangan atau ekstensometer yang diperlukan ke
lokasi mid-span, mid-width spesimen. Untuk
Menghitung berat filler dan matriks sesuai menentukan modulus elastisitas, regangan
perhitungan.Pemotongan filler sesuai Panjang longitudinal harus diukur. Untuk menentukan
yang diinginkan. Proses penimbangan filler dan rasio Poisson, nilai regangan pada arah
matriks sesuai dengan perhitungan filler dan longitudinal dan lateral harus dihitung. Terapkan
matriks. Mengolesi Wax Mold Release pada beban pada tingkat yang konstan sampai
permukaan cetakan yang terbuat dari alumunium kegagalan. Rekam beban versus perpindahan dan
agar komposit tidak menempel dengan cetakan. beban versus regangan, jika ekstensometer
Mencampur Resin dan katalis dengan digunakan. Jika spesimen pecah, catat gaya dan
perbandingan 40:1. Filler dan matriks yang telah regangan maksimum. Print hasil grafik pengujian
ditimbang selanjutnya dimasukkan dalam cetakan yang muncul di computer. Menganalisa hasil
dengan orientasi serat 30º, 60º, dan 90º. pengujian tarik.
 Prosedur Pengujian Impact
Siapkan spesimen yang telah dibentuk sesuai
dengan ASTM D-256. Mengangkat beban palu.
Meletakkan spesimen pada batang uji atau
Gambar. Orientasi Serat a.)30º b.)60º c.)90º tumpuan dengan bantuan penjepit. Melepaskan
dengan penyusunan filler dan matriks serselang- palu atau bandul dengan cara menekan tombol.
seling. Menarik handel-nya. Palu akan jatuh dan
memukul spesimen secara otomatis. Catat energi
serap yang ditunjukkan oleh jarum pada alat uji
Impak. Hitung harga Impak
 Prosedur Pengamatan Morfologi
Menyiapkan mikroskop. Mengamplas spesimen
Gambar. Susunan Filler dan Matriks agar spesimen terlihat jelas saat diamati.
Mengatur lensa pada mikroskop. Meletakan
Setelah spesimen berada dalam cetakan, spesimen pada meja pengamatan pada mikroskop.
lakukan proses penekanan yang bertujuan untuk Mengatur focus lensa agar terlihat struktur
meratakan cetakan agar sesuai dengan standart specimen. Mengamati specimen. Mengambil
pengujian yang ditetapkan dan untuk gambar spesimen pada mikroskop. Analisa hasil
mengeluarkan gelembung udara yang tersisa. pengamatan
Setelah proses penekanan biarkan cetakan III. HASIL PENELITIAN
mengering di ruang terbuka dengan waktu sekitar
8-10 jam. Setelah spesimen uji jadi kemudian a) Pengaruh variasi jenis filler dan orientasi
potong spesimen dengan gergaji dan di amplas di filler terhadap kekuatan tarik pada
tiap sisi spesimen uji agar idak kasar.Spesimen uji
komposit hybrid
yang telah didapat dilakukan pengujian
diantaranya : pengujian Impact, pengujian Penelitian komposit ini menggunakan variasi
kekuatan tarik dan pengamatan mikro. filler Serat Jute + Fiberglass, Serat Eceng Gondok
+ Fiberglass, dan Serat Batang Pisang +
Fiberglass dengan orientasi serat 30°, 60°, dan
90°. Penelitian ini dilakukan dengan cara pembebanan pada serat dapat didistribusikan
pengujian tarik. Pengujian ini mengacu pada secara merata oleh matriks.
standart pengujian D-3039.
Berdasarkan data diatas, dengan variasi
Tensile Strength () J + FG serat Serat Jute dengan Fiberglass, Serat Eceng
45 EG + FG
P + FG
Gondok dengan Fiberglass, dan Serat Batang
40 40
38 Pisang dengan Fiberglass. Dengan orientasi serat
36
35
30°, 60°, dan 90°. Untuk nilai tertinggi didapatkan
30
27
dari hasil Orientasi Serat 90° dengan variasi serat
UTS (MPa)

25
22
Batang Pisang dengan Fiberglass dengan
20 20
menghasilkan nilai 40 MPa, sedangkan untuk
15
14
12 nilai terendah didapatkan dari Serat Jute dengan
10
8 Fiberglass menghasilkan nilai 8 MPa pada
5
Orientasi Serat 30°. Semakin besarnya sudut
0

30 40 50 60 70 80 90
orientasi serat, maka nilai tegangan tarik akan
Orientasi Serat () semakin besar dikarenakan arah pembebanan
serat dapat didistribusikan secara merata oleh
Gambar. Tensile Strength matriks pengikat. Begitupula sebaliknya, semakin
Gambar menunjukkan hasil pengujian mengecilnya sudut orientasi serat, maka nilai
Tensile Strength (σ) dari material serat komposit tegangan tarik akan semakin rendah disebabkan
Serat Jute dengan Fiberglass menghasilkan nilai 8 oleh arah pembebanan yang tidak searah dengan
MPa pada Orientasi Serat 30°, sedangkan untuk arah pembebanan.
Orientasi Serat 60° menghasilkan nilai 27 MPa,
Teori tersebut sejalan dengan jurnal yang
sedangkan untuk Orientasi Serat 90°
menjelaskan bahwa “Kekuatan tarik komposit
menghasilkan nilai 38 MPa. Semakin
dengan arah orientasi vertikal lebih besar, karena
besarnyanya sudut orientasi serat, maka nilai
tegangan tarik akan semakin besar. Hal tersebut beban uji tarik spesimen arah vertikal akan
diterima langsung oleh resin dan selanjutnya
dikarenakan arah pembebanan yang searah
dengan sudut orientasi serat, sehingga didistribusikan keseluruh permukaan searah
pembebanan pada serat dapat didistribusikan dengan orientasi serat Sedangkan untuk komposit
dengan arah orientasi horizontal beban uji tarik
secara merata oleh matriks.
spesimen arah vertikal hanya akan diterima oleh
Hasil pengujian dari material serat resinnya saja.” (Banowati L, 2017)
komposit Serat Eceng Gondok dengan Fiberglass
menghasilkan nilai 14 MPa pada Orientasi Serat 1. Modulus Elastisitas
30°, sedangkan untuk Orientasi Serat 60° J + FG
Modulus Elastisitas ()
menghasilkan nilai 20 MPa, sedangkan untuk 5.5
EG + FG
P + EG
Orientasi Serat 90° menghasilkan nilai 36 MPa. 5.0

Semakin besarnyanya sudut orientasi serat, maka 4.5

nilai tegangan tarik akan semakin besar. Hal


Modulus Elastisitas (GPa)

4.0

tersebut dikarenakan arah pembebanan yang 3.5 3.512


3.076
searah dengan sudut orientasi serat, sehingga 3.0
3.051
2.851
pembebanan pada serat dapat didistribusikan 2.5 2.393 2.847

secara merata oleh matriks. 2.0


1.678
1.5
1.596
Pengujian dari material serat komposit 1.0 1.252
Serat Batang Pisang dengan Fiberglass 0.5
menghasilkan nilai 12 MPa pada Orientasi Serat 30 40 50 60 70 80 90
Orientasi Serat ()
30°, sedangkan untuk Orientasi Serat 60°
menghasilkan nilai 22 MPa, sedangkan untuk Gambar. Modulus Elastisitas
Orientasi Serat 90° menghasilkan nilai 40 MPa.
Semakin besarnyanya sudut orientasi serat, maka
Modulus Elastisitas (E) dari material serat
nilai tegangan tarik akan semakin besar. Hal komposit Serat Jute dengan Fiberglass
tersebut dikarenakan arah pembebanan yang
menghasilkan nilai 1,252 GPa pada Orientasi
searah dengan sudut orientasi serat, sehingga Serat 30°, sedangkan untuk Orientasi Serat 60°
menghasilkan nilai 1,678 GPa, dan untuk 2. Foto Makro Hasil Patahan Uji Tarik
Orientasi Serat 90° menghasilkan nilai 2,847 GPa.
Pada gambar 4.2 hasil elastisitas mengalami Serat Fibergla Fibergla
kenaikan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa Fibergla
pengujian serat Jute + Fiberglass memiliki Hybrid ss ss
modulus elastisitas yang baik karena naik seiring ss
+ +
dengan semakin bertambah besarnya sudut +
orientasi serat. Orienta Serat Serat
Serat
Hasil pengujian dari material serat si Enceng Batang
komposit Serat Eceng Gondok dengan Fiberglass Jute
menghasilkan nilai 3,512 GPa pada Orientasi Serat Gondok Pisang
Serat 30°, sedangkan untuk Orientasi Serat 60°
menghasilkan nilai 1,596 GPa, sedangkan untuk
Orientasi Serat 90° menghasilkan nilai 3,076 GPa. 30º
Pada gambar 4.2 hasil elastisitas mengalami
kenaikan dan penurunan. Penurunan terjadi pada
orientasi serat 60°, hal tersebut dikarenakan
orientasi serat 60° memiliki elastisitas yang
rendah jika dibandingkan dengan orientasi serat 60º
yang lainnya.
Pengujian dari material serat komposit
Serat Batang Pisang dengan Fiberglass
menghasilkan nilai 3,051 GPa pada Orientasi 90º
Serat 30°, sedangkan untuk Orientasi Serat 60°
menghasilkan nilai 2,393 GPa, sedangkan untuk
Orientasi Serat 90° menghasilkan nilai 2,851 GPa. Gambar. Foto Makro Hasil Patahan Uji Tarik
Pada gambar 4.2 hasil elastisitas mengalami
kenaikan dan penurunan. Penurunan terjadi pada Patahan serat yang terjadi menunjukkan
orientasi serat 60°, hal tersebut dikarenakan bahwa benda uji mengalami patahan getas semua,
orientasi serat 60° memiliki elastisitas yang hal tersebut dapat dilihat tidak terjadi
rendah jika dibandingkan dengan orientasi serat penyempitan patahan uji. Sedangkan untuk serat
yang lainnya. yang mengalami fiber pull out ikatan serat dengan
matriks tidak melekat secara sempurna. Ada
Berdasarkan data diatas, dengan variasi serat beberapa kecacatan lagi seperti void atau udara
Jute dengan Fiberglass, Serat Eceng Gondok yang terjelembab pada material.
dengan Fiberglass, dan Serat Batang Pisang
dengan Fiberglass. Dengan orientasi serat 30°,
60°, dan 90°. Untuk nilai tertinggi didapatkan dari b) Pengaruh variasi jenis filler dan
hasil Orientasi Serat 90° dengan variasi serat orientasi filler terhadap kekuatan
Eceng Gondok dengan menghasilkan nilai 3,512 impact pada komposit hybrid
GPa. Dan untuk nilai terendah didapatkan dari
Jute dengan Fiberglass menghasilkan nilai 1,252 Penelitian komposit ini menggunakan variasi
GPa pada Orientasi Serat 30°. Pada komposit serat filler Serat Jute + Fiberglass, Serat Eceng
hybrid dapat diambil kesimpulan bahwa semakin Gondok + Fiberglass, dan Serat Batang Pisang +
tinggi nilai modulus elastisitas maka material Fiberglass dengan orientasi serat 30°, 60°, dan
semakin getas. 90°. Penelitian ini mengacu pada standart
pengujian D-256.
1. Impact Strength Berdasarkan data diatas, dengan variasi serat
Serat Jute dengan Fiberglass, Serat Eceng
Impact Strength (Is) J + FG Gondok dengan Fiberglass, dan Serat Batang
50 EG + FG
P + FG Pisang dengan Fiberglass. Dengan orientasi serat
40
42.3 30°, 60°, dan 90°. Untuk nilai tertinggi didapatkan
38
37 dari hasil Orientasi Serat 90° dengan variasi serat
Is (x10-3 J/mm2)

30 29.5
Eceng Gondok dengan menghasilkan nilai 42,3 x
25.8 10-3 J/mm2. Dan untuk nilai terendah didapatkan
24.1
20 dari Jute dengan Fiberglass menghasilkan nilai
2,84 x 10-3 J/mm2 pada Orientasi Serat 30°.
10
5.04 Semakin bertambahnya orientasi serat, maka nilai
4.15
2.84 Impact Strength akan semakin besar dikarenakan
0
30 40 50 60 70 80 90 arah pembebanan serat semakin merata.
Orientasi Serat ()
Begitupula sebaliknya, semakin kecilnya orientasi
Gambar. Impact Strength serat, maka nilai Impact Strength akan semakin
rendah disebabkan oleh arah pembebanan yang
Gambar diatas menunjukkan hasil
tidak searah dengan gaya tarik yang terjadi.
pengujian Impact Strength (Is) dari material serat
komposit Serat Jute dengan Fiberglass Teori tersebut sejalan dengan jurnal yang
menghasilkan nilai 2,84 x 10-3 J/mm2 pada menjelaskan bahwa “Dari hasil perhitungan data
Orientasi Serat 30°, sedangkan untuk Orientasi nilai kekuatan impact disimpulkan bahwa terdapat
Serat 60° menghasilkan nilai 24,1 x 10-3 J/mm2, pengaruh fraksi volume dan arah serat terhadap
sedangkan untuk Orientasi Serat 90° nilai kekuatan impact. Serat sebagai penguat di
menghasilkan nilai 37 x 10-3 J/mm2. Semakin dalam material komposit jelas memiliki peran
besarnyanya sudut orientasi serat, maka nilai yang sangat penting saat komposit menerima
impact strength akan semakin besar. Hal tersebut suatu beban karena beban yang diterima akan
dikarenakan arah pembebanan yang searah ditransfer hingga ke bagian serat. Oleh karena itu
dengan sudut orientasi serat, sehingga kekuatan dari material komposit dengan penguat
pembebanan pada serat dapat didistribusikan berupa serat sangat dipengaruhi oleh kekuatan
secara merata oleh matriks. serat dan ikatan antara matriks dan serat.”
Hasil pengujian dari material serat (Hermawan Y, 2016)
komposit Serat Eceng Gondok dengan Fiberglass 2. Foto Makro Hasil Patahan Uji Impact
menghasilkan nilai 5,04 x 10-3 J/mm2 pada
Orientasi Serat 30°, sedangkan untuk Orientasi Fibergla Fiberglas
Serat 60° menghasilkan nilai 29,5 x 10-3 J/mm2 Serat
Fibergla
Semakin besarnyanya sudut orientasi serat, maka Hybrid ss s
nilai impact strength akan semakin besar. Hal ss
tersebut dikarenakan arah pembebanan yang + +
+
searah dengan sudut orientasi serat, sehingga Serat Serat
Orienta
pembebanan pada serat dapat didistribusikan Serat
secara merata oleh matriks. si Enceng Batang
Jute
Pengujian dari material serat komposit Serat Gondok Pisang
Serat Batang Pisang dengan Fiberglass
menghasilkan nilai 4,15 x 10-3 J/mm2 pada
Orientasi Serat 30°, sedangkan untuk Orientasi 30º
Serat 60° menghasilkan nilai 25,8 x 10-3 J/mm2,
sedangkan untuk Orientasi Serat 90°
menghasilkan nilai 38 x 10-3 J/mm2. Semakin 60º
besarnyanya sudut orientasi serat, maka nilai
impact strength akan semakin besar. Hal tersebut
90º
dikarenakan arah pembebanan yang searah
dengan sudut orientasi serat, sehingga
pembebanan pada serat dapat didistribusikan Gambar. Foto Makro Hasil Patahan Uji Tarik
secara merata oleh matriks.
Patahan serat yang terjadi menunjukkan makroskopis untuk membentuk material baru
bahwa benda uji mengalami patahan getas semua, yang lebih bermanfaat.Komposit terdiri dari
hal tersebut dapat dilihat tidak terjadi dua unsur yaitu serat (fiber) sebagai
penyempitan patahan uji. Sedangkan untuk serat reinforcement atau penguat dan bahan
yang mengalami fiber pull out ikatan serat dengan pengikat serat yang disebut dengan matriks.”
matriks tidak melekat secara sempurna. Ada
beberapa kecacatan lagi seperti void atau udara
IV. KESIMPULAN
yang terjelembab pada material.
Berdasarkan hasil pengujian tarik
c) Pengaruh variasi jenis filler dan orientasi
mendapatkan nilai Tensile Strength tertinggi pada
filler terhadap pengamatan morfologi
sudut Orientasi Serat 90° dengan variasi serat
pada komposit hybrid Batang Pisang dengan Fiberglass dengan
Penelitian komposit ini menggunakan variasi menghasilkan nilai 40 MPa, sedangkan untuk
filler Serat Jute + Fiberglass, Serat Eceng Gondok nilai terendah didapatkan dari Serat Jute dengan
+ Fiberglass, dan Serat Batang Pisang + Fiberglass menghasilkan nilai 8 MPa pada
Fiberglass dengan orientasi serat 30°, 60°, dan Orientasi Serat 30°. Hasil tersebut menunjukkan
90°. Pengambilan data dilakukan dengan bahwa semakin besarnya sudut orientasi serat,
menggunakan alat mikroskop dengan perbesaran maka nilai tegangan tarik akan semakin besar
20 kali. Morfologi serat dapat dilihat pada tabel dikarenakan arah pembebanan serat dapat
sebagai berikut: didistribusikan secara merata oleh matriks
pengikat.
Berdasarkan hasil pengujian impact
Serat Fibergla Fibergla mendapatkan nilai Impact Strength tertinggi pada
Fibergla sudut Orientasi Serat 90° dengan variasi serat
Hybrid ss ss
ss Eceng Gondok dengan menghasilkan nilai 42,3 x
+ + 10-3 J/mm2. Dan untuk nilai terendah didapatkan
+ dari Serat Jute dengan Fiberglass menghasilkan
Orienta Serat Serat nilai 2,84 x 10-3 J/mm2 pada Orientasi Serat 30°.
Serat
Enceng Batang Hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin
si
Jute besarnya sudut orientasi serat, maka nilai impact
Serat Gondok Pisang strength akan semakin besar dikarenakan arah
pembebanan serat dapat didistribusikan secara
merata oleh matriks pengikat.
30º Berdasarkan pengamatan morfologi dapat
dilihat bahwa serat fiberglass dengan serat alam
tercampur secara dengan baik. Campuran antara
matriks dan filler tercampur dengan baik dan
60º
dapat dilihat secara makroskopis.

90º DAFTAR PUSTAKA

Gambar. Tabel Morfologi


Amyrezaa, 2015 “Sifat Mekanik Material”
Pada tabel dapat dilihat bahwa serat
ASTM. D 256 – 00 “Standard test methods for
fiberglass dengan serat alam tercampur secara determining the izod pendulum impact resistance
dengan baik. Campuran antara matriks dan of plastics”. PA : American Society for Testing
filler tercampur dengan baik dan dapat dilihat and Materials.
secara makroskopis. Hal tersebut sejalan
dengan penelitian (Pradika L. ,2016) ASTM. D 3039, 2012, “Standard Test Method for
“Komposit dalam lingkup ilmu material Tensile Properties of Polymer Matrix Composite
merupakan gabungan antara dua buah Materials”, American Society for Testing and
material atau lebih yang digabung pada skala Materials.
Banowati, L dkk. 2017. “Analisis Perbandingan Santoso, M. Y, 2012. “Sifat Mekanik Logam:
Kekuatan Tarik Orientasi Unidirectional 0° Dan Ketangguhan, Kuat Impak, Kekerasa.” Surabaya
90° Pada Struktur Komposit Serat Mendong
Dengan Menggunakan Epoksi Bakelite Epr 174”. Schwartz, M.M, 1984, Composite Material
Bandung:UNB. Handbook, Mc Graw Hill, Singapore.
Sulian A, 2008. “Pengaruh Komposisi Matrik-
Djiwo, S dan Hiunsiustio, F. 2010. Partikel dan Jenis Resin Terhadap Sifat Mekanik
“Penggunaanserat Jute (Chorcorus Capsularis) Komposit Yang Diperkuat Serbuk Tempurung
Sebagai Bahan Penguat Komposit Matrik Kemiri”. Lampung: UNILA.
Polyester”. Malang:ITN.
Surdia, T dan Saito, S., 1995, “Pengetahuan
Gurunathan T. dkk “A review of the recent Bahan Teknik, Pradnya Paramita”, Jakarta.
developments in biocomposites based on natural
fibres and their application perspectives”. India - Suryanto, H. 2017. “Karakterisasi fisik, kimia,
CIPET 2015 ketahanan panas dan kekuatan tarik dari Serat
Mendong (Fimbristylis globulosa)”. Malang:UM.
Hestiawan H, dkk. 2017. “Pengaruh Penambahan
Katalis Terhadap Sifat Mekanis Resin Poliester Utama, FY dkk. 2016. “Pengaruh Variasi Arah
Tak Jenuh”. Jogja - UGM Serat Komposit Berpenguat Hibrida Fiberhybrid
Hermawan, Y dkk. 2016. “Manufaktur Terhadap Kekuatan Tarik Dan Densitas Material
Biokomposit Laminat Serat Tebu – Polyester Dalam Aplikasibody Partmobil”.
Sebagai Bahan Alternatif Pengganti Struktur Surabaya:UNESA.
Logam Body Mobil Listrik”. Jember:UNEJ Witono, K dkk. 2013. “Pengaruh Perlakuan
Nopriantina, N dan Astuti. 2013. “Pengaruh Alkali (NaOH) Terhadap Morfologi dan
Ketebalan Serat Pelepah Pisang Kepok (Musa Kekuatan Tarik Serat Mendong”. Malang:UB.
Paradisiaca) Terhadap Sifat Mekanik Material
Komposit Poliester-Serat Alam”.
Padang:UNAND.
Misriadi. 2010. “Pemanfaatan Serat Alami
(Serabut Kelapa) Sebagai Alternatif Pengganti
Serat Sintetis Pada Fiberglass Guna
Mendapatkan Kekuatan Tarik Yang Optimal”.
Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Pickering K.L. dkk “A review of recent
developments in natural fibre composites and
their mechanical performance”. New Zealand -
University of Waikato 2016
Pradika L.I. “Analisis Komposit Dengan Penguat
Serat Rami 40% Dan Serbuk Kayu Sengon 60%
Pada Fraksi Volume 40%, 50%, 60% Bermatrik
Resin Polyester Untuk Panel Akuistik”. Solo -
UMS

Purboputro, PI. 2006 “Pengaruh Panjang Serat


Terhadap Kekuatan Impak Komposit Enceng
Gondok Dengan Matriks Poliester”.
Surakarta:UMS.

Rafe’I A. 2011. “Laporan Material Teknik Uji


Tarik”. Banten

Anda mungkin juga menyukai