TINJAUAN PUSTAKA
Tujuan dari penelitian ( Maryanti dkk, 2011) ini adalah untuk menganalisis
pengaruh alkalinisasi terhadap kekuatan tarik dan deformasi komposit serat kelapa
dengan matriks poliester dengan memvariasikan konsentrasi NaOH sebagai berikut
0%, 2%, 5 % dan 8%. Alkalisasi adalah salah satu modifikasi yang dilakukan pada
serat alami untuk meningkatkan kompatibilitas serat-matriks. Metode penelitian ini
menggunakan metode superposisi tangan. Sebagai berikut, serat kelapa pertama yang
diolah tanpa alkalisasi atau alkalisasi 0% dan serat kelapa kedua direndam dalam
larutan alkali (2%, 5% dan 8% NaOH) selama 1 jam. Kemudian, setiap sampel
perlakuan dicetak menjadi komposit sesuai dengan uji Tarik standar ASTM D638 - I.
Fraksi volume serat kelapa 30% dan 70% poliester, dan serat kelapa ditempatkan
langsung. Dan menggunakan matriks resin poliester 157 BTQN tipe 157 dengan
pengeras MEKPO 1%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa komposit yang
diperkuat serat kelapa dengan konsentrasi NaOH 0%, 2%, 5% dan 8% masing-masing
memiliki kekuatan tarik yaitu 90.144 MPa, 93.75 MPa, 97356 MPa dan 94151 MPa.
Batas konsentrasi optimal 5% NaOH menghasilkan kekuatan tarik tertinggi 97.356
MPa, sedangkan komposit serat kelapa non-alkali memiliki kekuatan tarik terendah
90.144 MPa.
4
Kelapa merupakan salah satu komoditi dengan produktivitas terbesar di
Indonesia. Berdasarkan data dari kementrian pertanian, pada tahun 2015 tercatat
produksi kelapa sebesar 31,284,306.00 ton, dengan produktivitas sebesar 3,679.00
Kg/Ha. Sehingga pemanfaatan serat kelapa dalam pengembangan berbagai inovasi
material dapat mengurangi limbah kelapa. Sumber kebisingan tertinggi pada
kehidupan manusia adalah kendaraan bermotor. Untuk mengurangi kebisingan dari
luar kendaraan bermotor tersebut, digunakan material penyerap suara. Serat kelapa
merupakan sebuah alternatif material penyerap suara yang ramah lingkungan. Tujuan
dari penelitian ini adalah menganalisa morfologi serat kelapa sebagai bahan absorpsi
suara menggunakan Scanning Electron Microscopy (SEM). Analisa SEM
menunjukkan permukaan serat yang kasar dengan diameter serat 343–365 µm, serta
terdapat pori yang memudahkan mekanisme penyerapan suara.
5
Hasil analisa data diolah secara statistik menggunakan metode
deskriptif,dimana semua data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.
Adapun hasil perhitunganyang telah dilakukandidapatkan nilai rata-rata tegangan uji
tarik komposit serat sabut kelapa yang optimal ialah arah sejajar 0˚, 0˚ sebesar 14,34
N/mm², dan untuk tegangan lentur komposit serat sabut kelapa yang optimal ialah
arah sejajar 0˚, 45˚ sebesar 23,34 N/mm². Dari hasil perhitungan tersebut, nilai
kekuatan sesuai standar Badan Klasifikasi Indonesia masih jauh dari nilai yang
didapatkan. Kata Kunci: komposit, serat, kelapa, sifat mekanik
6
Komposit adalah suatu material yang terbentuk dari kombinasi dua atau lebih
material pembentuknya melalui campuran yang tidak homogen, dimana sifat mekanik
dari masing-masing material pembentuknya perbedaan.
Karena serat yang digunakan sebagai penguat komposit, maka serat inilah
yang akan menentukan karakteristik material komposit, seperti : kekakuan, kekuatan
serta sifat-sifat mekanik yang lainnya. Seratlah yang menahan sebagian besar gaya-
gaya yang bekerja pada material komposit, sedangkan matriks bertugas melindungi
dan mengikat serat agar dapat bekerja dengan baik. Salah satu keuntungan material
komposit adalah kemampuan material tersebut untuk diarahkan sehingga
kekuatannya dapat diatur hanya pada arah tertentu yang kita kehendaki. Hal ini
dinamakan tailoring propeties dan ini adalah salah satu sifat istimewa komposit
dibandingkan dengan material konvensional lainnya. Selain kuat, kaku dan ringan
komposit juga memiliki ketahanan yang tinggi pula terhadap beban dinamis (Hadi,
2001).
7
Sifat material hasil penggabungan ini diharapkan dapat saling melengkapi
kelemahan-kelemahan yang ada pada masing-masing material penyusunnya. Sifat-
sifat yang dapat diperbaharui antara lain :
8
3. Rasio perbandingan bahan-bahan penyusun, yaitu perbandingan bahan yang
akan digunakan untuk menghasilkan material komposit yang baru dan baik.
4. Daya lekat antar bahan-bahan penyusun, merupakan kemampuan serat untuk
saling mengikat antar bahan penyusunnya.
5. Proses pembuatan, pada proses ini perlu diperhatikan langkah-langkah dalam
membuat material baru sehingga diperoleh material yang baik dan sesuai
dengan standar.
2.2.2. Klasifikasi Komposit Serat
Klasifikasi menurut komposit serat (fiber-matrik composites) dibedakan
menjadi beberapa macam, yaitu (Schwartz, 1984):
1. Fiber composite (komposit serat) adalah gabungan serat dengan matrik.
2. Filled composite adalah gabungan matrik continuous dengan matrik yang
kedua.
3. Flake composite adalah gabungan serpih rata dengan matrik.
4. Particulate composite adalah gabungan partikel dengan matrik.
5. Laminate composite adalah gabungan lapisan atau unsur pokok laminat.
Bahan komposit secara umum terdiri dari 3 macam yaitu bahan komposit
partikel (particulate composite), bahan komposit serat (fiber composite) dan komposit
struktur (structural composite). Bahan komposit partikel terdiri dari partikel-partikel
yang diikat oleh matrik, bentuk partikel ini bisa berupa bulat, kubik, tetragonal atau
bahkan berbentuk yang tidak beraturan atau acak, bahan komposit serat terdiri dari
serat-serat yang diikat matrik, bentuknya ada dua macam yaitu serat panjang
(continous fiber) dan serat pendek (short fiber), sedangkan komposit struktur
(structural composite) dibentuk oleh reinforce yang memiliki bentuk lembaran-
lembaran.
9
elemen struktur secara integral pada komposit, sedangkan struktur sandwich adalah
komposit yang tersusun dari 3 lapiasan yang terdiri dari metal sheet sebagai kulit
permukaan serta material inti (core) dibagian tengahnya (berada diantaranya).
2.2.3. Serat
Serat atau fiber dalam bahan komposit berperan sebagai bagian utama yang
menahan beban, sehingga besar kecilnya kekuatan bahan komposit sangat tergantung
dari kekuatan serat pembentuknya. Semakin kecil bahan (diameter serat mendekati
ukuran kristal) maka semakin kuat bahan tersebut, karena minimnya cacat pada
material (Triyono & Diharjo , 2000). Selain itu serat (fiber) juga merupakan unsur
yang terpenting, karena seratlah nantinya yang akan menentukan sifat mekanik
komposit tersebut seperti kekakuan, keuletan, kekuatan dan sebagainya. Fungsi utama
dari serat adalah:
1. Sebagai pembawa beban. Dalam struktur komposit 70% - 90% beban dibawa
oleh serat.
2. Memberikan sifat kekakuan, kekuatan, stabilitas panas dan sifat-sifat lain
dalam komposit.
3. Memberikan insulasi kelistrikan (konduktivitas) pada komposit, tetapi ini
tergantung dari serat yang digunakan.
10
paling banyak hanyalah untuk kayu bakar. Secara tradisional, masyarakat telah
mengolah sabut untuk dijadikan tali dan dianyam menjadi keset. Padahal sabut masih
memiliki nilai ekonomis cukup baik . Sabut kelapa jika diurai akan menghasilkan
serat sabut (cocofibre) dan serbuk sabut (cococoir). Namun produk inti dari sabut
adalah serat sabut. Dari produk cocofibre akan menghasilan aneka macam derivasi
produk yang manfaatnya sangat luar biasa.
Matriks dalam komposit berfungsi sebagai bahan pengikat serat menjadi sebuah
unit struktur, melindungi dari kerusakan eksternal, meneruskan atau memindahkan
beban eksternal pada bidang geser antara serat dan matriks, sehingga matriks dan
serat saling berhubungan. Pembuatan komposit serat membutuhkan ikatan permukaan
yang kuat antara serat dan matriks. Selain itu matriks juga harus mempunyai
kecocokan secara kimia agar reaksi yang tidak diinginkan tidak terjadi pada
permukaan kontak antara keduanya. Untuk memilih matriks harus diperhatikan sifat-
sifatnya antara lain seperti tahan terhadap panas, tahan cuaca yang buruk dan tahan
terhadap goncangan yang biasanya menjadi pertimbangan dalam pemilihan material
matriks. Bahan polimer yang sering digunakan sebagai material matriks dalam
komposit ada dua macam yaitu thermoplastik dan termoset. Thermoplastik dan
termoset ada banyak macam jenisnya yaitu :
1. Thermoplastik
Polyamide (PI),
Polysulfone (PS),
Poluetheretherketone (PEEK),
Polyhenylene Sulfide (PPS),
Polyethylene (PE) dll.
2. Thermosetting
11
Epoksi,
Polyester.
Phenolic,
Plenol,
Resin Amino,
Resin Furan dll.
12
temperatur proses polipropilena rata-rata 2000C – 3000C. Polipropilena mempunyai
ketahanan terhadap bahan kimia (Chemical Resistance) yang tinggi, tetapi ketahanan
pukul (impact strength) nya rendah.
13
PEEK 1.27- 3.7 92 50 4.8 83
1.32
PEK 1.3 4.0 105 5 - -
Polysulphone (PS) 1.27 3.6 70 50-100 2.5 69
Polyether imide (PEI) 1.29 3 103 30 - 40
Polyether sulphone 1.37 2.6 84 40-80 3 84
(PES)
Polyamide imide 1.3-1.4 3.8- 152-193 10-15 3.2-3.9 80
(PAI) 4.8
Polyimide (PI) 1.3-1.4 3.5 101-166 9-14 - 21
Untuk sifat panas dari matriks thermoplastik dapat dilihat dari table dibawah
ini:
14
Compression Molding menurut Shamsuri dan Daik,(2012) penggunaan teknik
pencetakan kompresi untuk pembuatan produk biokomposit cukup menarik karena
menawarkan proses pembentukan tercepat dibandingkan dengan teknik casting.
Teknik ini juga merupakan salah satu proses pencetakan harga terendah
dibandingkan dengan proses lain misalnya pencetakan injeksi, dan sebagainya. Selain
itu, teknik ini juga membuang limbah yang relatif kecil, sehingga memberikan
manfaat saat mencetak dengan bahan mahal lainnya. Disisi lain, teknik cetakan
kompresi cocok untuk proses pembuatan tekanan tinggi dan juga cocok untuk
mencetak biokomposit polimer yang diperkuat serat alami yang kompleks. Hal lain
yang baik dari teknik pencetakan kompresi adalah ia mampu mencetak komponen
yang ekstra besar dan rumit dibandingkan dengan teknik cetakan injeksi. Teknik
pencetakan kompresi biasanya digunakan untuk pembuatan crockeries, sepatu karet,
wadah besar, produk peralatan rumah tangga, dan lain-lain. Teknik pencetakan ini
juga benar-benar diterapkan dalam pembuatan suku cadang kendaraan, beberapa
contoh penting adalah spoiler, scoop bonnet, spatbor, dan sebagainya.
15
bending pada sisi bagian atas sama nilai dengan kekuatan bending pada sisi bagian
bawah.
16
Gambar 2.2 Ukuran specimen uji bending menurut ASTM D790
Kombinasi dari perbesaran yang tinggi, depth of field yang besar, resolusi yang baik,
kemampuan untuk mengetahui komposisi dan informasi kristalografi membuat SEM
banyak digunakan untuk keperluan penelitian dan industri. Adapun fungsi utama dari
SEM antara lain dapat digunakan untuk mengetahui informasi-informasi mengenai:
2. Morfologi, yaitu bentuk dan ukuran dari partikel penyusun objek (kekuatan, cacat
pada Integrated Circuit (IC) dan chip, dan sebagainya).
3. Komposisi, yaitu data kuantitatif unsur dan senyawa yang terkandung di dalam
objek (titik lebur, kereaktifan, kekerasan, dan sebagainya).
Prinsip kerja SEM yaitu bermula dari electron beam yang dihasilkan oleh
sebuah filamen pada electron gun. Pada umumnya electron gun yang digunakan
adalah tungsten hairpin gun dengan filamen berupa lilitan tungsten yang berfungsi
17
sebagai katoda. Tegangan diberikan kepada lilitan yang mengakibatkan terjadinya
pemanasan. Anoda kemudian akan membentuk gaya yang dapat menarik elektron
melaju menuju ke anoda. Kemudian electron beam difokuskan ke suatu titik pada
permukaan sampel dengan menggunakan dua buah condenser lens.
18