Anda di halaman 1dari 30

PROPOSAL

METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH ALKALI TERHADAP WATER ABSORPTION PADA


COMPOSITE HYBRID BERPENGUAT SERAT ABACA (Musa textilis
nee)/E-GLASS

Oleh:

RIZQON ANUGRAH

G1C017028

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BENGKULU

2020
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam dunia industri saat ini orang berlomba untuk mengembangkan
bahan alternatif di bidang manufaktur salah satunya adalah bahan komposit.
Komposit merupakan suatu material yang terbentuk dari kombinasi dua atau lebih
material. penggabungan di dalam komposit ini adalah penggabungan antara bahan
matriks atau pengikat dan reinforcement atau bahan penguat. Dari dua bahan atau
lebih yang digabungkan dalam satu bahan komposit ini akan menghasilkan sifat-
sifat dari bahan baru yang lebih baik. Kekuatan komposit bergantung pada
compatibility serat dan matriks pengikatnya serta memiliki sifat-sifat dari bahan
yang menjadi penyusunnya. Penelitian tentang bahan komposit saat ini tertuju
pada komposit berpenguat serat alam. Serat alam berpotensi menjadi pengganti
serat gelas karena keunggulan yang dimilikinya, antara lain dapat diperbaharui
(renewable), emisi CO2 dan berat jenis yang rendah (Joshi et al.2003).

Salah satu jenis serat alam yang terdapat di Indonesia adalah serat Abaka .
Pemanfaatan serat Abaka sejauh ini terbatas sebagai bahan baku kerajinan untuk
tas, kertas, map dan lain lain. Hal ini disebabkan belum banyaknya penelitian
yang membahas tentang sifat mekanik serat Abaka. Sementara itu, penelitian
terhadap serat-serat alam non-Indonesia seperti serat flax, sisal dan hemp sudah
cukup maju. Bahkan beberapa perusahaan diluar negeri telah mengaplikasikan
serat tersebut pada beberapa bagian alat transportasi seperti pada interior atau
eksterior bodi mobil (Peijs 2002).

Serat Abaka merupakan serat alam yang didapatkan dari bagian batang
tanaman (bast fiber). Dengan cara dekortikasi dapat diperoleh bundel serat Abaka.
Bundel dekortikasi dapat diperoleh bundel serat Abaka. Bundel serat Abaka
adalah unit terkecil serat yang didapatkan dari pemisahan secara mekanis.
1.1 Tujuan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Pengaruh perlakuan alkali terhadap water absorption.


2. Pengaruh water absoprtion terhadap sifat mekanik composite hybrid.

1.3 Manfaat

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Mendapat informasi tentang pengaruh alkali (NaOH) terhadap kekuatan


impak dari komposit serat abaka,
2. Penelitian ini berguna sebagai referensi tentang bahan dasar komposit
yang terbuat dari serat abaka,
3. Menambah khasanah ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang komposit
berpenguat serat alam.

1.4 Batasan Masalah

Adapun batasan masalah pada penelitian ini adalah :


1. Bahan serat yang digunakan yaitu serat abaka dan e-glass.
2. Variasi alkali yang digunakan 2%, 4%, 6% dan waktu perendaman 1
dan 2 jam,
3. Pengujian mekanik yang dilakukan yaitu pengujian impak, pengujian
tarik, pengujian bending.
4. Perlakuan water absorption (1,5 bulan) dengan menggunakan cairan
limbah beothermal.

1.5 Sistematika penulisan

penulisan ini disusun bab demi bab dan terdiri dari lima bab yaitu: Bab I
(Pendahuluan) yang menjelaskan tentang latar belakang, tujuan, manfaat ,Batasan
masalah, dan sistematika penulisan. Bab II (Tinjauan Pustaka) yang berisi tentang
komposit, serat abaka, perlakuan serat.
BAB II
TINJAUAN

2.1 Pengertian Komposit

Pengertian komposit adalah kombinasi dari dua material atau lebih yang
memiliki fasa yang berbeda menjadi suatu material baru yang memiliki properti
lebih baik dari keduanya. Komposit bisa diartikan bahab yang terbentuk apabila
dua atau lebih komponen yang berlainan digabung [1].

Komposit dibentuk dari dua jenis material yang berbeda, yaitu:

1. Penguat (reinforcement), yang mempunyai sifat kurang ductile tetapi lebih rigid
serta lebih kuat.

2. Matrik, umumnya lebih ductile tetapi mempunyai kekuatan dan rigiditas yang
lebih rendah.

Pada material komposit sifat unsur pendukungnya masih terlihat dengan


jelas, sedangkan pada alloy/ paduan sudah tidak kelihatan lagi unsur-unsur
pendukungnya. Salah satu keunggulan dari material komposit bila dibandingkan
dengan material lainnya adalah penggabungan unsur- unsur yang unggul dari
masing-masing unsur pembentuknya tersebut. Sifat material hasil penggabungan
ini diharapkan dapat saling melengkapi kelemahan-kelemahan yang ada pada
masing-masing material penyusunnya [1].

Bahan komposit merupakan bahan gabungan secara makro yang


didefinisikan sebagai suatu sistem material yang tersusun dari campuran atau
kombinasi dua atau lebih unsur-unsur utama yang secara makro berbeda dalam
bentuk dan atau komposisi material yang tidak dapat dipisahkan. Material
komposit mempunyai beberapa keuntungan diataranya [5]:

1. Bobotnya ringan
2. Mempunyai kekuatan dan kekakuan yang baik
3. Biaya produksi murah
4. Tahan korosi
A. Bahan Utama Penyusun Komposit
Pada umumnya komposit mempunyai dua fase yaitu matriks dan penguat
(reinforcement). Matriks yang banyak digunakan untuk pembuatan bahan
komposit adalah resin polyester dan epoxy, sedangkan penguat (reinforcement)
yang sering digunakan adalah fiberglass,nilon,serat karbon dan serat alam.

1. Matriks

Matriks adalah fasa dalam komposit yang mempunyai bagian atau fraksi
volume terbesar (dominan). Matriks umumnya lebih ductile tetapi memiliki
kekuatan dan rigiditas yang lebih rendah. Syarat pokok matriks yang digunakan
dalam komposit adalah matriks harus bisa meneruskan beban sehingga serat harus
bisa melekat pada matriks dan kompatibel antara serat dan matriks, artinya tidak
ada reaksi yang mengganggu. Umumnya matriks dipilih yang mempunyai
ketahanan panas yang tinggi [6].

bahan penguat mengalami penanggungan beban yang paling besar, oleh


karena itu modulus elastisitas bahan penguat harus lebih baik dari bahan
matriksnya. Selain itu ikatan antara matriks dan penguat harus kritis dan
mengikat. [7]

Matriks mempunyai fungsi sebagai berikut:

a. Mentransfer tegangan ke serat


b. Membentuk ikatan koheren
c. Melindungi serat
d. Mengikat serat agar dapat bekerja dengan baik
e. Melepas ikatan
f. Tetap stabil setelah proses manufaktur [8]
Matrik adalah komponen penyusun pada komposit sehingga berdasarkan
matrik komposit dapat di klasifikasikan kedalam tiga kelompok yaitu
ceramic matrik composite (CMC), metal matrix composite (MMC),
polymer matrix composite (PMC) [9]. Adapun klasifikasi komposit berdasarkan
bentuk dari matriks pada Gambar 2.1
composite

Ceramic matrix Metal matrix Polymer matrix


composite composite composite

Gambar 2.1 Klasifikasi komposit berdasarkan bentuk dari matriks[10]

2. Penguat (reinforcement)
Pembagian komposit berdasarkan penguat pada komposit dapat dilihat
pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Pembagian komposit berdasarkan penguat pada komposit [10]

2.2 Serat Alam


Secara umum serat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu serat alam, serat sintetik
dan kayu. Serat alam dapat diperoleh dari tumbuhan, hewan, dan mineral, seperti
terlihat pada Gambar 2.3.
Gambar 2.3. Klasifikasi serat (Bledzki dkk, 2002)

Tumbuhan di seluruh penjuru dunia umumnya memiliki sel dan kelompok sel
yang memberikan kekuatan dan kekakuan yang dapat ditemukan di batang, daun
dan biji. Salah satu serat yang telah digunakan sebagai bahan baku kerajinan dan
berpotensi untuk digunakan sebagai bahan penguat komposit adalah serat abaca.

2.1.1 Serat Abaca (Musa textilis nee)

Salah satu jenis serat alam yang terdapat di Indonesia adalah serat Abaka.
Pemanfaatan serat Abaka sejauh ini terbatas sebagai bahan baku kerajinan untuk
tas, kertas, map dan lain lain. Hal ini disebabkan belum banyaknya penelitian
yang membahas tentang sifat mekanik serat Abaka. Sementara itu, penelitian
terhadap serat-serat alam non-indonesia seperti serat flax, sisal dan hemp sudah
cukup maju.Bahkan beberapa perusahaan diluar negeri telah mengaplikasikan
serat tersebutpada beberapa bagian alat transforttasi seperti pada interior atau
eksterior mobil.

Serat Abaka merupakan serat alam yang didapatkan dari bagian batang
tanaman (bast fiber). Dengan cara dekortikasi dapat diperoleh bundel serat Abaka.
Bundel serat Abaka adalah unit terkecil serat yang didapatkan dari pemisahan
secara mekanis. Bundel serat ini terdiri dari serat tunggal (single fiber) yang
tersusun dari seratserat mikro (mikrofibril).Didalam mikrofibril tersusun rantai
selulosa yang menjadi penopang utama bahan serat alam. selulosa adalah
komponen utama yang memberikan efek kekuatan pada serat alam. Kekuatan
yang demikian besar ini didapatkan dari struktur ikatan-ikatan kovalen yang
membangunnya.Selain itu kekuatan serat alam juga sangat di pengaruhi oleh
keberadaan cacat pada serat.[12] Serat abaka dapat dilihat pada Gambar 2.4

Gambar 2.4 Serat Abaka[12]

2.2.2 Pengolahan serat abaca

Pengupasan serat abaca adalah satu-satunya cara mengekstraksi serat dari


selubung daun, tidak seperti itu serat kulit pohon lainnya seperti rami dan rami yang
ekstraksi dapat dibuat dengan retting organik.Pemisahan lapisan luar yang mengandung
serat primer dari lapisan dalam adalah disebut tuxying. Pada tuxying, pisau kecil dan tipis
dimasukkan di antara bagian luar dan bagian dalam lapisan selubung daun dan kemudian
menarik seluruh panjang untuk memisahkan lapisan sepenuhnya. Dasi adalah serat primer
yang dipisahkan dari serat sekunder pada daun Abaca. Proses memisahkan serat primer,
yang dapat dihasilkan dengan melepas lapisan luar selubung daun dari lapisan dalam
(berisi serat sekunder) disebut tuxying. Bundel serat yang dihasilkan dari tuxies
dikenakan stripping di mana berbagai tingkat serat untuk keperluan industri akan
dihasilkan. Serat yang dilucuti serat Abaca yang dikupas dan dikeringkan dibeli untuk
petani dalam pesanan massal oleh pedagang desa. Lapisan serat abaka dapat dilihat pada
Gambar 2.5

Gambar 2.5 Selubung daun abaka (a) dan pseudostem (B)[11]

2.3 Resin dan Katalis

2.3.1 Resin

Resin adalah senyawa polimer rantai karbon. Polimer berasal dari kata poly
(banyak) dan mer (ikatan). Senyawa polimer rantai karbon dapat didefinisikan
sebagai senyawa yang mempunyai banyak ikatan rantai karbon. Resin
merupakan bahan pembuat fiberglass yang berwujud cairan kental seperti lem,
berkelir hitam atau bening. Berfungsi untuk mengeraskan semua bahan yang
akan dicampur. Resin biasanya digunakan sebagai bahan dasar dalam membuat
kerajinan, gantungan, maupun action figure[13] Salah satu jenis resin yaitu
resin polyester, pada umumnya resin polyester tak jenuh sering disebut dengan
poliester saja. Karena berupa resin cair dengan viskositas yang relatif rendah,
maka dapat mengeras pada temperatur kamar atau dengan pemanasan, tidak
mengeluarkan sewaktu pengesetan. Suatu asam basa bereaksi secara kondensasi
dengan alkohol dihidrat untuk mendapatkan poliester.

Karena asam tak jenuh digunakan dengan berbagai cara sebagai bagian
dari asam basa, yang menyebabkan terjadinya ikatan tak jenuh dalam rantai
utama dari polimer yang dihasilkan, maka disebut poliester tak jenuh. Poliester
tak jenuh mempunyai ikatan ganda antara karbon-karbon pada rantai utamanya.
Poliester mempunyai sifat yang bervariasi sesuai dengan susunan struktur
atomnya [14].Keuntungan pemakaian poliester adalah:

1. Mempunyai kekakuan yang baik dibuktikan dengan modulus elastisitas


yang tinggi.

2. Mempunyai kestabilan dimensi yang baik.

3. Kemampuan untuk diproses produksi.

4. Biaya produksi yang murah.

5. Mempunyai sifat kimia yang baik.

6. Ketahanan kimia yang baik, pada umumnya kuat terhadap asam kecuali asam
peroksida, tetapi lemah terhadap alkali.

7. Sifat termalnya lebih rendah dari resin thermosetting lainya.

8. Ketahanan panas jangka panjangnya kira-kira 110-140°C.

9. Sifat listriknya lebih baik diantara resin thermosetting lainnya.

2.4 Manufacturing Composite

Secara garis besar metode pembuatan material komposit terdiri dari atas
dua cara, yaituProses Cetakan Terbuka (open-mold process) dan Proses Cetakan
Tertutup (closed mold processes). [22]
2.4.1 Proses cetakan terbuka
A.Contact molding/ hand lay up
Hand lay-up adalah metode yang paling sederhana dan merupakan proses
dengan metode terbuka dari proses fabrikasi komposit. Adapun proses dari
pembuatan dengan metode ini adalah dengan cara menuangkan resin kedalam
serat berbentuk anyaman, rajutan atau kain, kemudian memberi tekanan
sekaligus meratakannya menggunakan rol atau kuas. Proses tersebut dilakukan
berulang-ulang hingga ketebalan yang diinginkan tercapai. Pada proses ini
resin langsung berkontak dengan udara dan biasanya proses pencetakan
dilakukan pada temperatur kamar. Kelebihan penggunaan metode ini mudah
dilakukan,cocok digunakan untuk komponen yang besar, volumenya rendah.
Aplikasi dari pembuatan produk komposit menggunakan hand lay up ini
biasanya digunakan pada material atau komponen yang sangat besar, seperti
pembuatan bodi kapal, bodi kendaraan, bilah turbin angin, bak mandi, perahu,
dan lain-lain, ,metode hand lay up dapat di lihat pada Gambar 2.6
Gambar 2.6 Hand Lay Up[22]
B.Vacuum bag
Proses vacuum bag merupakan penyempurnaan dari hand lay-up,
penggunaan dari proses vakum ini adalah untuk menghilangkan udara yang
terperangkap dan kelebihan resin. Pada proses ini digunakan pompa vakum
untuk menghisap udara yang ada dalam wadah/tempat dimana komposit akan
dilakukan proses pencetakan. Dengan divakumkan udara dalam wadah maka
udara yang ada diluar penutup plastik akan menekan kearah dalam. Hal ini
akan menyebabkan udara yang terperangkap dalam spesimen komposit akan
dapat diminimalkan.
Dibandingkan dengan hand lay-up, metode vakum memberikan penguatan
konsentrasi yang lebih tinggi, adhesi yang lebih baik antara lapisan, dan
kontrol yang lebih terhadap rasio resin / kaca. Aplikasi dari metoda vacuum
bag ini adalah pembuatan kapal pesiar, komponen mobil balap, perahu, dan
lain-lain.Metode vacuum bag dapat di lihat pada Gambar 2.7

Gambar 2.7. Vacuum Bag [22]

C. Pressure bag

Pressure bag memiliki kesamaan dengan metode vacuum bag, namun cara
ini tidak memakai pompa vakum tetapi menggunakan udara atau uap
bertekanan yang dimasukkan malalui suatu wadah elastic .Wadah elastis ini
yang akan berkontak pada komposit yang akan dilakukan pemrosesan.
Biasanya tekanan yang di berikan pada proses ini adalah sebesar 30 sampai 50
psi. Aplikasi dari metoda Pressure bag ini adalah pembuatan tangki, wadah,
turbin angin, vessel.Metode Pressure bag dapat di lihat pada Gambar 2.8

Gambar 2.8 Pressure bag[22]

D. Filament winding

Fiber tipe roving atau single strand dilewatkan melalui wadah yang berisi
resin, kemudian fiber tersebut akan diputar sekeliling mandrel yang sedang
bergerak dua arah, arah radial dan arah tangensial. Proses ini dilakukan
berulang, sehingga cara ini didapatkan lapisan serat dan sesuai dengan yang
diinginkan. Bagian yang paling sering dibuat oleh metode ini adalah pipa
silinder, drive shaft, tangki air, tangki tekanan bola dan tiang-tiang kapal
pesiar.Metode Filament winding dapat di lihat pada Gambar 2.9

Gambar 2.9 Filament winding[22]


2.4.2 Proses cetakan terbuka

A.Proses cetakan tekan (compression molding)

Proses cetakan ini menggunakan hydraulic sebagai penekannya. Serat yang


telah dicampur dengan resin dimasukkan ke dalam rongga cetakan, kemudian
dilakukan penekanan dan pemanasan. Aplikasi dari proses compression
molding ini adalah alat rumah, kontainer besar, alat listrik, kerangka sepeda
dan jet ski.

B.Injection molding

Metoda injection molding juga dikenal sebagai reaksi pencetakan cairan atau
pelapisan tekanan tinggi. Fiber dan resin dimasukkan ke dalam rongga cetakan
bagian atas, kondisi temperatur dijaga supaya tetap dapat mencairkan resin.
Resin cair beserta fiber akan mengalir ke bagian bawah, kemudian injeksi
dilakukan oleh mandrel ke arah nozel menuju cetakan.

C. Continuous pultrusion

Fiber jenis roving dilewatkan melalui wadah berisi resin, kemudian secara
kontinu dituangkan ke cetakan pra cetak dan diawetkan (cure), kemudian
dilakukan pengerolan sesuai dengan dimensi yang diinginkan. Atau juga bisa
disebut sebagai penarikan serat dari suatu jaring atau creel melalui bak resin,
kemudian dilewatkan pada cetakan yang telah dipanaskan. Fungsi dari cetakan
tersebut ialah mengontrol kandungan resin, melengkapi pengisian serat, dan
mengeraskan bahan menjadi bentuk akhir setelah melewati cetakan.Metode
Continuous pultrusion dapat di lihat pada Gambar 2.10

Gambar 2.10 Continuous pultrusion[22]


Aplikasi penggunaan proses ini digunakan untuk pembuatan batang yang
digunakan pada struktur atap, dan jembatan. Adapun contohnya adalah Round
Rods, Rectangles, Squares, ‘I’ sections, ‘T’ sections, Angles, Channels, Dog
Bone Profiles, Dove Tail Sticks and Spacers, Corner Profiles, Hallow Sections.

2.4.3 Metode Manufaktur Papan Komposit Hijau

Secara umum ada berbagai metode yang mana partikel komposit hijau
dapat diproduksi. Bagian ini mencakup berbagai metode manufaktur papan
partikel dengan beberapa contoh papan komposit alam.

A. Papan komposit tiga layer


Jenis manufaktur ini terutama dikenal untuk menghasilkan papan partikel
tiga layer. Barubaru ini, kerapatan papan partikel dinilai juga telah
berkembang. Ukuran partikel yang secara bertahap menjadi lebih kecil karena
semakin kecil ukuran partikel maka interface serat dengan matriks akan
semakin besar sehingga gaya yang disalurkan matriks ke serat dapat semakin
baik, dampaknya akan menghasilkan papan partikel yang kokoh dan kuat.

Layer pertama dan ketiga, merupakan partikel halus sebagai filler yang
dibentuk menjadi komposit dengan menambahkan resin sebagai matrik,
sedangkan layer kedua adalah komposit yang terbuat dari partikel kasar sebagai
filler dan ditambahkan dengan resin sebagai matrik. Ketiga layer tersebut
digabung dengan urutan penggabungan adalah layer satu, layer dua, dan layer
tiga. Gabungan inilah yang dinamakan komposit tiga layer.

B. Proses manufaktur papan partikel tiga layer


Papan partikel diproduksi dengan mencampur partikel kayu atau serpihan
bersama-sama dengan resin dan membentuk campuran ke dalam sheet.
Sebelumnya, bahan baku dihancurkan terlebih dulu dengan menggunakan
mesin crusher sehingga membentuk partikel-partikel. Partikel tersebut
dikeringkan dan kemudian disaring menjadi 2 (dua) bagian bentuk partikel,
yaitu partikel halus dan kasar.

Resin, dalam bentuk cair, kemudian disemprotkan melalui nozel ke partikel.


Ada beberapa jenis resin yang umum digunakan. Resin urea formaldehida
adalah yang termurah dan termudah untuk digunakan, dan penggunaan resin ini
untuk papan tahan non-air .Resin melamin formaldehida secara signifikan lebih
mahal, sedangkan fenol formaldehida juga cukup mahal, warna resin ini
cenderung gelap dan sangat tahan lama. Resin ini kadang-kadang dicampur
dengan aditif lain sebelum diterapkan pada partikel dalam rangka untuk
membuat produk akhir tahan terhadap air, api, tahan serangga, dan lain-lain,
yang selanjutnya campuran tersebut dibuat menjadi lembaran papan.

Sebuah perangkat yang terukur, yang mana perangkat ini terdapat dua jet
penyemprot yang digunakan untuk menyemprotkan partikel halus dan kasar
secara bergantian. Jet pertama akan menyemprotkan partikel halus sebanyak
ukuran yang telah ditentukan. Jika ukuran telah dipenuhi (sebagai layer
pertama), maka jet kedua akan menyemprotkan partikel kasar di atas layer
pertama sebanyak ukuran yg telah ditentukan, dan pada pembuatan layer
ketiga, jet pertama akan menyemprotkan kembali partikel halus sesuai
ukurannya. Lembaran yang telah terbentuk, kemudian dikompres dengan
perlakuan dingin untuk mengurangi ketebalan dan menambah densitas papan.
Langkah terakhir, lembaran papan dikompres kembali dengan perlakuan di
bawah tekanan 2 – 3 megapascal pada suhu antara 140 – 220 o C, pada proses
ini akan terjadi pengerasan pada partikel dan lem. Semua aspek pengerjaan dari
seluruh proses ini harus dilakukan dengan hati-hati dan dikendalikan untuk
memastikan ukuran kepadatan dan konsistensi dari papan, yang kemudian
papan tersebut didinginkan, dipangkas/diratakan dan diampelas.[22

2.5 Water Absorption.

Water absorption dalam komposit merupakan kemampuan komposit


dalam menyerap uap air dalam waktu tertentu. Water absorption pada komposit
merupakan salah satu masalah terutama dalam penggunaan komposit di luar
ruangan[15]. Pori-pori yang terjadi pada komposit dapat menjadi reservoir air
bebas didalam resin. Presentase berat air yang mampu diserap resin dan serat
didalam air disebut daya serapan air, sedangkan banyaknya air yang terkandung
dalam resindan serat disebut kadar air.Jumlah air yang dapat diserap bergantung
kepada jumlah matriks resin yang terdapat pada komposit dan kualitas ikatan
antara matriks resin dengan bahan pengisi. Pengujian daya serap air (Water
absorption) pada masing – masing komposit dapat dilakukan dengan cara
menimbang massa kering sampel dan massa basah. Massa kering adalah massa
pada saat sampel dalam keadaan kering, dan massa basah diperoleh setelah
sampel mengalami perendaman. Menurut ASTM D570-98 untuk mendapatkan
nilai penyerapan air dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai
berikut:

Mb− Mk
Daya serap air (%) = x 100%............................................(1)
Mk

Dimana :

Mb =Massa sampel dalam keadaan basah (gr)

Mk =Massa sampel dalam keadaan kering (gr)

Gambar2.6 .Water absorption komposit.[16]

Water-absorptionpada komposit berpenguat serat alami memiliki beberapa


pengaruh yang merugikan dalam propertiesnya dan mempengaruhi
kemampuannya dalam jangka waktu yang lama juga penurunan secara perlahan
dari ikatan interface komposit serta menurunkan sifat mekanis komposit seperti
kekuatan impaknya. Penurunan ikatan interface komposit menyebabkan
penurunan properties mekanis komposit tersebut[17].Semakin besar fraksi volume
serat pada komposit menyebabkan peningkatan water-absoption. Demikian pula
ikatan matriks dengan serat membuat adanya celah yang membuat aliran air dapat
masuk secara kapilarisasi yang menyebabkan serat membengkak sehingga terjadi
kerusakan pada serat tersebut dimana salah satu karakteristik serat alami yaitu
mudah mengalami pembusukan.Dengan adanya pembusukan pada serat maka
menurunkan sifat kekuatan impak material komposit.

2.5 Pengujian Impak Charpy

Pengujian impact adalah suatu pengujian yang digunakan untuk


menentukan sifat suatu material yang mendapatkan beban dinamis, sehingga dari
pengujian ini dapat diketahui sifat ketangguhan suatu material baik dalam wujud
liat maupun ulet serta getas. Dengan catatan bahwa apabila nilai atau kekuatan
impact semakin tinggi maka material tersebut memiliki keuletan yang tinggi. Nilai
kekuatan impact pada suatu spesimen adalah energi yang diserap tiap satuan luas
penampang lintang spesimen uji.[21]Standar impak pengujian impak Charpy
berdasarkan ASTM D-5942. Adapun skema pengujian impak metode Charpy
dapat dilihat pada Gambar 2.7

Gambar 2.7 Skema Pengujian Charpy

Besarnya energi yang diserap oleh benda uji dapat digunakan persamaan
sebagai berikut

E Serap = G x R (Cos ß - Cos ɑ )............................................................................(2)

Dimana: E serap = Energi yang terserap (J)

G = Berat beban/pendulum (N)


R = Jari-jari putar ke titik berat pendulum (m)

cos ß = Sudut posisi akhir pendulum

cos ɑ = sudut posisi awal pendulum

Untuk nilai kekuatan impak dapat dihitung menggunakan persamaan sebagai


berikut:

Eserap
HI = ........................................................................(3)
A

Dimana: HI = harga impak (J/mm2 )

E serap = Energi yang terserap (J)

A = Luas penampang ( mm2 )

Pengujian tarik bertujuan untuk mengetahui tegangan, regangan, modulus elastisitas

2.7 Uji Tarik

Pengujian tarik bertujuan untuk mengetahui tegangan, regangan, modulus


elastisitas bahan dengan cara menarik spesimen sampai putus/patah.Dalam
pengujiann tarik, terdapat Dalam pengujian tarik, terdapat grafik hubungan antara
Tegangan dan Regangan yang dapat memberikan gambaran dari sifat
material[20]. Grafik hubungan tegangan dapat di lihat pada Gambar 2.8

Gambar 2.8 Kurva tegangan regangan


Untuk menghitung nilai kekuatan tarik, dapat menggunakaan persamaan
berikut (Bondan T. Sofian, 2010).

F = σ. A .................................................................................................................(4)
Dimana :
F = beban (N).
A = luas penampang (mm2).

untuk standar spesimen uji tarik ASTM D 638-01 Dapat di lihat


pada Gambar 2.9

Gambar 2.9 Spesimen Uji Tarik ASTM D 638-01[20]

Keterangan :
Radius = 76 mm
Ketebalan = 4 -7 mm

2.8 Uji Bending

Kekuatan bending atau kekuatan lengkung adalah tegangan bending


terbesar yang dapat diterima akibat pembebanan luar tanpa mengalami deformasi
yang besar atau kegagalan.[20]

Gambar 2.10 Spesimen Uji Bending ASTM D709-02


Keterangan:

Tebal spesimen = 4 - 7 mm
Persamaan yang digunakan untuk menghitung kekuatan bending menurut William
D. Callister Jr,2000 :

Gambar 2.11 Skema pengujian bending[20]

Mc
σ= ...................................................................................................................(5)
I

M c I σ

FL d bd 3 3 FL
Rectangular: = = = .........................................................
4 2 12 2 db d 2
(6)

FL π R4 FL
Circular : R= = ..............................................................
4 4 π R3
(7)

Dimana:

σb =Kekuatan tarik (Mpa)

M =Momen lentur (N.mm)

c =Jarak sumbu netral (mm)

I =Momen inersia (mm 4)

F =Gaya tarik (N)

L =Panjang spesimen (mm)


b =Lebar(mm)

d =Tebal (mm

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Diagram Alir

Adapun diagram alir penelitian ini adalah dapat dilihat pada Gambar 3.1

Mulai

Studi Literatur dan


penentuan topik bahasan

Persiapan serat abaka ,E glass


dan pembuatan specimen

perlakuan alkali (NaOH)

Proses pemanasan specimen


sebelum direndam dan
perendaman

Proses Pengambilan data water


absorption, pembengkakan,dan
uji impak

Membandingkan,menganalis
a dan pembahasan

Membandingkan,mengana
lisa dan pembahasan

Kesimpulan dan saran

Selesai
Gambar 3.1 Diagram Alir

3.2 Alat dan Bahan


Pada penelitian ini alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini
adalah sebagai berikut:
3.2.1. Alat
Peralatan yang digunakan untuk mendukung penelitian ini yaitu sebagai
berikut:

1. Timbangan Digital
Timbangan yang digunakan pada penelitian ini memiliki akurasi hingga
0,001 gram dan berat maksimal 100 gram. Dimana dengan ketelitian
tersebut dapat diperoleh hasil yang lebih akurat.

2. Alat uji Impak


Adapun uji impak digunakan untuk mengetahui ketangguhan dari
komposit setelah dilakukan perendaman. Spesifikasi dari alat uji impak
yang digunakan adalah
Merk ` : Hung Ta

Type : HT-8041N
Massa Pendulum : 26,1 kg
Panjang lengan : 658 mm
3. Cetakan Spesimen
Cetakan untuk membuat spesimen benda uji terbuat dari kaca yang dengan
dimensi panjang x lebar x tinggi = 60 x 10 x 5 mm berdasarkan standar
ASTM D 5942-96 Dapat dilihat pada Gambar 3.2.
60 mm

5 mm
10 mm
Gambar 3.2 Cetakan Spesimen Uji Impak
4. Jangka Sorong
Jangka sorong digunakan untuk mengukur dimensi spesimen dan panjang
serat dengan kecermatan 0.1mm.

5. Spatula
Digunakan untuk menekan dan meratakan serat ke dalam campuran resin
dan katalis agar celah-celah serat terisi semua dengan campuran resin dan
katalis.
6. Kuas
Digunakan untuk meratakan resin pada cetakan .
7. Gelas Ukur
Digunakan untuk mengukur takaran dari resin yang akan digunakan.
8. Suntikan
Digunakan untuk menakar katalis.
9. Sarung tangan
Digunakan agar tangan tidak kotor akibat larutan resin dan katalis.

10. Sisir
Digunakan untuk menghaluskan serat setelah dipukul.
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Resin Polyester Yukalac BQTN 157
Resin Polyester yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis Yukalac
BQTN 157 dimana digunakan sebagai matriks pengikat. Dengan
spesifikasi sebagai berikut :
Merk : Yukalac
Type : Yukalac BQTN 157
Modulus Young : 3.5 GPa
Kekutan Tarik : 70 MPa
2. Katalis
Katalis digunakan sebagai bahan tambahan untuk mempercepat
pengeringan resin.

3. Larutan alkali (NaOH)


Larutan alkali digunakan sebagai media pengujian untuk merendam serat
mensiang. Larutan alkali yang digunakan mempunyai konsentrasi 99 %.
4. Serat abaka
Serat abaka digunakan sebagai penguat komposit pada penelitian ini.
Dapat dilihat pada Gambar 3.3.

Gambar 3.3 Serat abaka


5. Aquades
Aquades pada penelitian ini digunakan sebagai media perendaman
6. Kaca
Kaca berfungsi sebagai cetakan spesimen.
7. Amplas
Amplas digunakan untuk meratakan dan mengaluskan permukaan dan
bagian tepi spesimen .
8. Gerinda
Gerinda digunakan untuk memotong specimen sesuai dengan standar
pengujian yang dilakukan.
9. Crystal glue
Digunakan sebagai lem perekat pada saat pencetakan.
10. Larutan limbah geothermal untuk water absorption
3.3. Prosedur Pembuatan Spesimen

Prosedur pembuatan specimen terdiri dari dua yaitu persiapan serat dan
pembuatanya.

3.3.1 Persiapan Serat


Adapun langkah-langkah mempersiapkan serat sebelum digunakan sebagai
penguat komposit adalah sebagai berikut.

1. siapkan serat abaka yang telah jadi.


2. Setelah itu kelompokan serat yang terkumpul menjadi 2 bagian,
bertujuan yang mana 1 bagian untuk dilakukanya proses pemberian
Alkali (NaOH), sedangkan 1 bagian tanpa perlakuan langsung dilakuan
proses penjemuran di bawah terik Matahari selama 4-5 jam hingga
kering.
3.3.2 Pembuatan Spesimen
Adapun pembuatan spesimen dimana langkah-langkahnya sebagai berikut.

1. Menyiapkan bahan-bahan yang akan digunakan dalam pengerjaan


pembuatan material spesimen.
2. Peralatan yang digunakan yang menunjang dalam pengerjaan
pembuatan material spesimen.
1. Menghitung fraksi berat dan volume bahan. Setelah diketahui fraksi
berat dan volume untuk serat untuk satu cetakan (420 x 380 x 10 mm
dan 420 x 380 x 10 mm). Maka lembaran-lembaran serat dapat dibagi
sesuai dengan dimensi panjang dan lebar cetakan.
2. Kemudian resin yang telah diukur dicampur dengan katalis dengan
perbandingan 1 lt resin : 10 ml katalis, hal ini dilakukan supaya proses
polimerisasi tidak terlalu cepat sehingga gelembung yang muncul dan
terperangkap dalam matriks bisa dikeluarkan dengan cara ditekan-
tekan dalam waktu yang cukup lama.
3. Resin yang telah diberi katalis dicampur/diaduk dengan menggunakan
alat pengaduk (sendok) pada putaran rendah selama 2 menit,
tujuannya supaya proses pencampuran resin dan katalis merata dengan
putaran adukan yang konstan. Kemudian diamkan selama ± 4 menit
agar gelembung udara dapat terlepas keluar.
4. Metode pembuatan material spesimen menggunakan metode woven
roving, yaitu serat abaka yang Pada proses pembuatan lamina,
perbandingan volume antara serat abaca dengan resin yang digunakan
adalah sekitar 35 – 40 % serat abaca dan 55 – 60 % resin polyester.
5. Menuangkan campuran resin dan katalis ke dalam cetakan sebanyak
1/2 dari total campuran lamina, lalu diratakan dengan kuas, tunggu
sekitar 15 menit agar resin mengental.
6. Kemudian letakan serat abaca di atas cairan resin dalam cetakan.
7. Menuangkan sisa campuran resin dan katalis ke dalam cetakan
sebanyak 1/2 dari total campuran lamina, lalu diratakan dengan kuas.
8. Setelah ± 12 jam atau lamina material spesimen benar-benar kering,
material boleh dikeluarkan dari cetakan.

3.4 Metode Penelitian

Metode yang digunakan untuk pengambilan data pada penelitian ini


1. Dilakukan penimbangan awal berat spesimen menggunakan timbangan.
2. Dilakukan perendaman menggunakan larutan alkali (NaOH).
3. setelah spesimen jadi, lakukan proses perendaman (water absorption)
dengan menggunakan cairan limbah geothermal.
4. Kemudian dilakukan pengujian impak ,tarik dan bending pada spesimen,
selanjutnya dilakukan pembahasan dan ditarik kesimpulan.
3.5 Matriks Data
Matrik pengambilan data pada penelitian ini adalah:
3.5.1Hasil Uji Tarik
Tabel 3.1 Hasil Pengujian Tarik compositr hybrid Abaca/E-Glass
Test Width Thickness t Sectional Max Max Elastic Strain
area point point modulu
No w (mm) ε
s
(mm) A Load Stress
(%GL)
2 E
( mm ) F σ
(GPa)
(N) (MPa)
Rata
-rata
Stdv

3.5.2 Hasil Uji Impak


Tabel 3.2 Hasil Uji Impak Komposit hybrid Abaca/E-Glass

No Specimen Luas Penampang Harga Impak


test (mm2)
(Joule/mm2)

3.5.3Hasil Uji Bending


Tabel 3.3 Hasil Pengujian Tarik composite hybrid Abaca/E-Glass

Test Width Thickness t Sectional Max Max Elastic Strain


area point point modulu
No w (mm) ε
s
(mm) A Load Stress
(%GL)
2 E
( mm ) F σ
(GPa)
(N) (MPa)
1
2
3
Rata
-rata
Stdv

DAFTAR PUSTAKA

[1] Jones. M.R., 1975. Mechanics of Composite Material, Mc Graww Hill


Kogakusha,.

[2] Wang, W, Sain, M, Copper, P.A.,Wang, W, Sain, M, Copper, P.A., 2005.


Study of Moisture Absorptionin Natural Fiber Plastic Composites.
Composites Science and Technology Vol 66/ 379-386,.

[3] Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesiaa 1:152-3. Badan Litbang


Kehutanan,Departemen Kehutanan.Jakarta.(Versi Bahasa Belanda-1992-
1:294),.

[4] Kioschwitz,J.l.,G.,1987. Excyclopedia of polimer science and


engineering,John Wiley lnc. New Yor,.

[5] Schwartz,M.M.,1997. Composite Material Handbook.Magrawhill : New


York,.

[6] Diharjo,K., dan Triyono,T.,2000. Buku Pegangan Material


Teknik.Universitas Sebelas Maret,Surakarta,.

[7] Van Vlack.L.H., 1994. Terjemahan Japrie.S. Ilmu dan Teknologi Bahan.
Edisi kelima, Erlangga,Jakarta,.

[8] Kristianto, L. 2018. Pengaruh Presentase Serat Fiberglass Terhadap


Kekuatan Tarik Komposit Matriks Polimer Polyester. Universitas Sanata
Dharma, Yogyakarta,.

[9] Nayiroh, N. 2013. Teknologi Material Komposit.[online].


http://nurun.lecctuner.uinmalang.ac.id/wp-
content/uploads/sites/7/2013/03/Material-Komposit.pdf,.
[10] Kristianto, L. 2018. Pengaruh Persentase Serat Fiberglass Terhadap
Kekuatan Tarik Komposit Matriks Polimer Polyester,Universitas Sanata
Dharma, Yogyakarta,.

[11] Delicano, J.A. 2018. A review on abaca fiber reinforced composites.

[12] Dawam, A.H. dkk . Identifikasi Morfologi dan Sifat Mekanik Serat Abaka
(Musa textilis)

[13] Imade, A., Lokantara, P. & Karohika, G. (2013). Sifat Mekanis Komposit
Polyester. Universitas Undayana, Bali.

[14] Berthelot, J. (1997). Composite Materials-Mechanical Behavior and


Structural Analysis. Singapore.

[14] Kusmono, (2020) The water absorption, mechanical and thermal


properties of chemically treated woven fan palm
reinforced polyester composites

[15] Wang, W, Sain, M, Copper, P.A.,2005,Study of Moisture Absorptionin


Natural Fiber Plastic Composites. Composites Science and Technology 66
(2006) 379-386

[16] Shen, C.H, &Springer, G.S 1975,Moisture Absorption andDesorptionof


Composite Materials,Department of Mechanical EngineeringThe
Universityof MichiganAnn Arbor, Michigan

[17] Errajhi, O.A.Z, Osborne, J.R.F, Richardson, M.O.W, Dhakal,


H.N.,2005,Water Absorption Characteristic of Aluminised E-glass
FibreReinforced Unsaturated Poliéster Composites, CompositeStructures

[18] Dhakal, H.N, Zhang, Z.Y, Richardson, M.O.W., 2006, Effect of Water
Absorption on The Mechanical Properties of Hemp Fibre Reinforced
Unsaturated Polyester

[19] Nasution, F.A.K,2017,Penyelidikan karakteristik mekanik tarik komposit


serbuk jkasar kenaf.

[20] Gunawan.Y, 2016, Analisa pengaruh ukuran diameter serat tangkai sagu
terhadap sifat mekanik pada material komposit.

[21] Lakhtin, Y. 1968. Engineering Physical Metallurgy . Moscow: Mir Pub


Lishers.

[22] Setyanto.R.H,2012. Teknik Manufaktur Komposit Hijau dan Aplikasinya.

Anda mungkin juga menyukai