Anda di halaman 1dari 18

Pengaruh Orientasi Penyusunan Serat Purun terhadap Performa dan Karakteristik

Komposit berpenguat Resin Polyester


Pardi, Sri Aprilia, Yanna Syamsudin
Abstrak

Serat purun tikus (Eleocharis dulcis) yang selama ini digunakan sebagai bahan baku
kerajinan tangan dapat dimanfaatkan sebagai bahan untuk pembuatan komposit. Tetapi
pemanfaatan komposit masih memerlukan pengembangan agar mendapatkan sifat fisika,
morfologi, mekanik serta termal yang baik. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan
untuk membuat material komposit adalah metode pengepresan cetakan (mold pressing)
dengan ukuran 20x20x0,3 cm. Variabel penelitian yang dipelajari adalah perbedaan
komposisi serat purun (5%, 10%, dan 15%) terhadap berat resin poliester dan susunan serat
sejajar, acak, dan anyaman. Komposisi SP dianalisa terhadap gugus fungsi, sifat fisika, sifat
morfologi, sifat mekanika dan sifat termal. Analisa gugus fungsi dilakukan dengan fourier
transform infra-red (FTIR), analisa morfologi menggunakan scanning electron microscope
(SEM), analisa komposisi dan ukuran kristal menggunakan X-Ray diffraction (XRD), Analisa
sifat fisika meliputi densitas, daya serap air dan thickness swelling dari komposit. Sedangkan
analisa sifat mekanik meliputi tensile test dan flexural test. Berdasarkan hasil analisa gugus
fungsi serat purun sebelum dan sesudah treatment yang diberikan kepada serat purun mampu
mengurangi kadar lignin dan hemiselulosa serta bisa menambah gugus fungsi baru yaitu Si-
O-C. Hasil dari derajat serat purun purun sebelum dan sesudah treatment memiliki
karakteristik peak pada 2θ = 12,6o (selulosa I), 22,8o (selulosa II), karakteristik peak pada 2θ
= 12, 6o sedangkan untuk amorph peak pada 2θ = 21, 94o. Hasil tertinggi dari sifat fisik
komposit diantaranya ialah densitas, water absorption, dan thickness swelling berturut-turut
sebesar 0,9577 g/cm3, 10.07977%, dan 24.57x10-3%. Hasil gugus fungsi treated serat purun
adanya serapan yang cukup tajam pada panjang gelombang 1735, 1452 dan 1267 cm-1 yang
menunjukan adanya vibrasi dari C=C pada cincin aromatik. Struktur komposit terbaik
diperoleh dengan penambahan serat purun 10% untuk semua susunan serat. Hasil tertinggi
sifat mekanik komposit diantaranya ialah tensile strength, tensile modulus, elongation, dan
flexural strength berturut-turut sebesar 813.9519 MPa, 9345.737 MPa, 14.06 MPa dan
58.8399 MPa. Sedangkan hasil sifat termal yang dapat dilihat dari persen weight loss
komposit yang diperoleh dari hasil terbaik yaitu pada sampel acak dengan variasi 10%, dan
untuk pengaruh rasio filer serat purun terhadap Heat flow komposit yang diperoleh dari hasil
terbaik yaitu pada sampel sejajar 5% dengan suhu 500.87oC.

Kata kunci: Serat purun tikus (Eleocharis dulcis), komposit, polyester, sifat fisika,
morfologi, mekanika dan termal.

1. Pendahuluan
Masyarakat khususnya di Kabupaten Aceh Tenggara tepatnya di Desa Stambul Jaya Kec.
Tanoh Alas telah menggunakan pohon purun tikus (Eleocharis dilcis) sebagai bahan baku
untuk kerajinan tangan. Produk yang dihasilkan antara lain: tikar, topi, keranjang belanja, tas,
bakul, dan lain-lain. Limbah purun diolah menjadi kerajinan tangan seperti anyaman dan
tumbuhan purun dapat digunakan dalam bentuk serat pada papan komposit. Purun tikus ini
sendiri digunakan sebagai bahan baku anyaman karena lebih kuat dan tidak mudah putus.
Selain itu, pohon purun tikus sampai saat ini dimanfaatkan oleh masyarakat setempat hanya
sebatas untuk pembuatan kerajinan tangan. Pohon purun tikus mengandung selulosa yang
cukup tinggi yaitu sekitar 32,62% sehingga tanaman rawa ini dapat menjadi alternatif untuk
menghasilkan produk komposit (Sunardi, 2012).
Dalam hal ketersediaan serat alam, jenis purun yang banyak digunakan oleh masyarakat
Aceh Tenggara adalah jenis purun tikus. Purun tikus adalah jenis tanaman yang tidak
memerlukan budidaya intensif. Setelah ditanam, purun tikus akan terus tumbuh. Purun tikus
merupakan tumbuhan liar di daerah rawa, pesatnya pertumbuhan purun tikus dikategorikan
sebagai gulma. Batang purun yang dipanen dan dapat panen kembali setelah dua bulan. Purun
yang dapat dipanen memiliki tinggi 1,5 hingga 2 m, dan buah purun dapat dipanen dengan
cara ditarik atau dipotong langsung. Beberapa penelitian telah menggunakan purun tikus
sebagai biofilter, penyerap logam berat, bahan komposit papan semen, dan arang aktif (Safi’I
dkk., 2021).
Berdasarkan penelitian Sulistiyarto dkk. (2018) Purun adalah jenis rumput teka-teki
(cyperaceae). Purun memiliki batang lurus, berongga dan tidak memiliki daun. Purun dapat
ditemukan di daerah terbuka rawa-rawa tergenang air pada ketinggian antara 0 dan 1350 m di
atas permukaan laut. Tanaman ini sering ditemukan di rawa-rawa, karena mentolerir kondisi
tanah asam. Ada beberapa jenis purun, antara lain purun tikus (Eleocharis dulcis), purun
danau (lepironia articular retz.) dan purun bajang (cyperaceae).
Purun tikus (Eleocharis dulcis) adalah tanaman khas daerah rawa yang memiliki batang
tegak, tidak bercabang, warna abu-abu hingga hijau mengkilat dengan panjang 50-200 cm
dan ketebalan 2-8 mm, daun mengecil sampai ke bagian basal, pelepah tipis seperti membran,
ujungnya asimetris, berwarna cokelat kemerahan (Sunardi dkk., 2012).
Saat ini, banyak ilmuwan dan peneliti menunjukkan minat yang besar untuk
menghasilkan produk ramah lingkungan dari bahan yang berasal dari alam seperti serat. Serat
ini bertujuan untuk menggantikan sumber daya minyak yang semakin menipis. Selain itu,
penggunaan serat alami dikaitkan dengan nilai ekonomi bahan, dan ketersediaan serat yang
siap pakai mengurangi biaya produksi. Peneliti-peneliti sebelumnya menggunakan serat
kapas, lenan, rami kenaf sisal dan lain-lain sebagai papan komposit. (Fauzi dkk, 2016). Serat
purun memiliki potensi yang besar sebagai komposit karena murah, bersumber berkelanjutan,
ramah lingkungan dan kompetitif (Sari dkk., 2020).
2. Desain Eksperimental
2.1 Material
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah neraca analitik (Acis Compact
Multi-Purpose Balance-BC 500), oven dryer (GE-171 32 litre), cetakan komposit (20 x 20 x
0,3 cm), spatula besi, spatula kaca, gelas kimia 500 mL dan 250 mL (pyrex), gelas ukur 100
mL (pyrex), dan gunting. Bahan yang digunakan serat purun (SP) (purun fiber), bahan kimia
berupa resin polyester (RP), NaOH, MEKPO, dan aquadest.

2.2 Preparasi Filler Serat Purun


Metode persiapan pertaman dilakukan proses pegambilan bahan baku tanaman purun
tikus, lalu proses pengeringan dengan sinar matahari, kemudian pemotongan dengan ukuran 4
cm, pencucian, pengeringan dengan oven suhu 60 oC waktu 24 jam, lalu proses perendaman
serat purun dengan NaOH 6% suhu 50 oC dengan waktu 30 menit.

2.3 Pembuatan Komposit


Metode persiapan pertaman dilakukan proses pencetakan papan komposit dengan
penambahan antara katalis (MEKPO), resin poliester dan serat purun dengan variasi 5%,
10%, dan 15% dan susunan serat sejajar, acak, dan anyaman.
2.4 Karakteristik Komposit
2.4.1 Analisa Gugus Fungsi
Sampel nanokomposit dianalisa menggunakan attenuated total reflectance (ATR)
instrument (Thermo Scientific iD5 ATR–Nicolet iS5 FTIR spectrophotometer) dengan range
bilangan gelombang antara 400 – 4000 cm-1, sehingga diperoleh suatu spectra absorbansi
dengan peak tertentu. Gugus kimia nanokomposit dapat diidentifikasi melalui bilangan
gelombang pada peak yang terserap oleh nanokomposit.

2.4.2 Analisa Morfologi


Struktur morfologi nanokomposit dianalisa menggunakan SEM (JSF-7500F, JEOL).
Sampel nanokomposit ditempatkan pada sample holder, selanjutnya sample holder
ditambahkan pelapis sampel untuk menghasilkan konduktivitas elektrik dan diletakkan pada
instrument SEM. Energi elektron dengan voltase 5,0 kV ditembakkan pada sampel
nanokomposit sehingga morfologinya dapat teramati.

2.5 Sifat Fisik Komposit


2.5.1 Densitas
Pengujian densitas pada komposit bertujuan untuk mengetahui kerapatan papan
komposit yang dihasilkan. Kerapatan papan yang dihasilkan juga dipengaruhi oleh kerapatan
dan berat jeniss bahan baku yang digunakan. Densitas diukur dengan menggunakan standar
ASTM D1895 pada temperatur lingkungan. Pengujian densitas dilakukan dengan cara
komposit yang telah ditimbang dihitung volumenya. Untuk menghitung densitas
menggunakan Persamaan 3.1 berikut (Atiqah dkk., 2019; Jawaid dkk., 2011).

2.5.2 Water Absorption


Uji penyerapan air dilakukan untuk menyelidiki kenaikan berat material setelah
direndam dalam air (Ramlee dkk., 2019). Berat spesimen diukur sebelum dan setelah
direndam dalam aquades. Sampel komposit dengan ukuran 1 x 1 x 0,5 cm direndam dalam
aquades selama 24 jam pada suhu kamar. Penyerapan air ditentukan menggunakan Persamaan
3.2 berikut (Radzi dkk., 2019).

2.5.3 Thickness Swelling


Uji Thickness Swelling dilakukan dengan menyiapkan komposit dengan ukuran 1 x 1 x
0,5 cm untuk dievaluasi pembengkakan ketebalan. Sampel diukur sebagai T 0 sebelum
perendaman dan T1 setelah direndam ke dalam air dengan menggunakan jangka sorong.
(Radzi dkk., 2019).

2.6 Sifat Mekanik Komposit


Uji tarik pada hibrida komposit dilakukan untuk menentukan modulus elestisitas dan
untuk mengetahui gaya tarik maksimum pada komposit dan perubahan panjang sampel saat
ditarik hingga putus. Tes dilakukan di kedua arah untuk mengkarakterisasi sepenuhnya
komposit. Uji spesimen tarik mengikuti ASTM D638-10, “Standar Metode Uji untuk Sifat
Tarik Plastik” dengan kecepatan lintas crosshead 50 mm/menit pada suhu ruang
menggunakan alat Universal Testing Machine (MTS) 647 (Khoshnava dkk., 2017).
Uji lentur dilakukan pada bahan untuk menentukan secara eksperimental modulus dan
kekuatan lentur. Spesimen lentur diuji dalam pembengkokan tiga titik menurut ASTM D790,
“Metode Uji Standar untuk Sifat Lentur Bahan Isolasi Listrik dan Plastik Tanpa Perkuatan
dan Bertulang”. Pengujian dilakukan pada suhu kamar, menggunakan INSTRON 8874
Universal Testing Machine dan dengan beban 25 kN (Amir dkk., 2019; Khoshnava dkk.,
2017).

3. Hasil dan Pembahasan


3.1 Karakteristik Komposit
3.1.1 Gugus Fungsi

Gambar 3.1 Spektrum FTIR serat purun sebelum dan sesudah treatment serta FTIR papan
komposit 10%
Spektrum FTIR serat purun sebelum dan sesudah treatment menunjukan bahwa terdapat
sedikit perbedaan antara transmitan serat purun sebelum dan sesudah treatment.
Memperlihatkan bahwa getaran pada bilangan gelombang 2879 cm -1 tidak terdeteksi lagi
pada transmitan serat purun sesudah treatment. Hal ini menunjukkan bahwa gugus C-H tidak
terlihat setelah treatment menggunakan larutan NaOH 6% dengan suhu 50 OC dalam waktu
30 menit, kondisi ini bertujuan untuk menghilangkan komponen non-cellulosic yang terdapat
pada serat purun. Sedangkan transmitan papan komposit dengan variasi 10% menunjukan
bahwa adanya serapan yang cukup tajam dengan puncak serapat 2983; 1726; dan 1724 cm-1
yang menunjukan adanya vibrasi dari C=C, C-O pada cincin aromatic dan glikosida. Hal ini
menunjukan bahwa adanya metode preparasi komposit yang digunakan pada penelitian ini
berdasarkan penelitian dari (Silva dkk., 2019).

3.1.2 Morfologi

1 2 3

Gambar 3.2 Hasil analisa SEM terhadap komposit (1) sejajar 10%, (2) acak 10%, dan (3)
anyaman 10%

Hasil analisa SEM terhadap sampel SE 10% memperlihatkan berbentuk sejajar, Hal
ini karena ketika proses pencetakan komposit, serat purunnya hampir memenuhi cetakan, dan
pada sampel AC 10% berbentuk tidak teratur, tipis, teragregat dan saling tumpang tindih
antara serat purun satu dengan serat purun yang lain sehingga hasilnya kuat dan kokoh,
sedangkan pada sampel AY 10% tidak terlihat bahwa disela-sela serat purun adanya poliester,
Hal ini dikarenakan serat purun sudah memenuhi standar cetakan pada papan komposit
(Syarief., 2011).

3.2 Sifat Fisik Komposit


3.2.1 Densitas
Gambar 3.3 Pengaruh resin poliester terhadap densitas komposit

Pengaruh resin poliester terhadap densitas komposit memperlihatkan pengaruh resin


poliester terhadap densitas komposit berpengisi serat purun. Dari hasil penelitian yang
dilakukan, dapat diketahui bahwa terjadi kenaikan densitas komposit dengan bertambahnya
filer yang digunakan maka pada sampel SE 10%, AC 10%, dan AY 10%, dengan nilai
densitas berturut-turut sebesar 0,678; 0,6815; dan 0,9412 g/cm3 (Budihartono, 2012).

3.2.2 Water Absorption


Gambar 3.4 Pengaruh rasio filer serat purun terhadap penyerapan air komposit

Pengaruh rasio filer serat purun terhadap penyerapan air komposit memperlihatkan
pengaruh rasio filer serat purun terhadap penyerapan air pada komposit. Pada awalnya
komposit berpenguat serat alam sensitif terhadap penyerapan air. Hal ini dikarenakan serat
alam mempunyai sifat hidrofilik yang membuat komposit mempunyai daya serap air yang
sangat besar, pada sampel SE 10%, AC 10%, dan AY 10%, dengan nilai daya serap air
berturut-turut sebesar 14.4019; 11.4893; dan 17.1138% (Radzi dkk., 2019).

3.2.3 Thickness Swelling


Gambar 3.5 Pengaruh rasio filer serat purun terhadap thickness swelling komposit

Pengaruh rasio filer serat purun terhadap thickness swelling komposit memperlihatkan
hasil yang dilakukan pada sampel sampel SE 10%, AC 10%, dan AY 10%, dan diperoleh
dengan nilai berturut-turut sebesar 12.93x10-3; 24.57-3x10-3; dan 11.74x10-3% (Atiqah dkk.,
2018).

3.3 Sifat Mekanik Komposit


3.3.1 Tensile Strength
Gambar 3.6 Pengaruh resin poliester terhadap tensile strength komposit

Pengaruh resin poliester terhadap tensile strength komposit memperlihatkan hasil yang
dilakukan pada sampel sampel SE 10%, AC 10%, dan AY 10%, dan diperoleh dengan nilai
berturut-turut sebesar 470.7192; 353.0394; dan 186.3263 MPa (Asim dkk., 2016).
3.3.2 Tensile Modulus
Gambar 3.7 Pengaruh resin poliester terhadap tensile modulus komposit

Pengaruh resin poliester terhadap tensile modulus komposit memperlihatkan hasil yang
dilakukan pada sampel sampel SE 10%, AC 10%, dan AY 10%, dan diperoleh dengan nilai
berturut-turut sebesar 4207.053; 3236.19; dan 6786.202 GPa (Odera dkk., 2019).
3.3.3 Elongation
Gambar 3.8 Pengaruh resin poliester terhadap elongation komposit

Pengaruh resin poliester terhadap elongation komposit memperlihatkan hasil yang dilakukan
pada sampel sampel SE 10%, AC 10%, dan AY 10%, dan diperoleh dengan nilai berturut-
turut sebesar 8.8; 14.06; dan 11.31% (Sabri dkk., 2013).

3.3.4 Flexural Strength


Gambar 3.9 Pengaruh rasio filer serat purun terhadap flexural strength komposit

Pengaruh rasio filer serat purun terhadap flexural strength komposit memperlihatkan hasil
yang dilakukan pada sampel sampel SE 10%, AC 10%, dan AY 10%, dan diperoleh dengan
nilai berturut-turut sebesar 78.4532; 68.64655; dan 39.2266 MPa (Pai dkk., 2021).

3.4 Sifat Termal Komposit


3.4.1 Thermogravimetric analysis (TGA) komposit
Gambar 3.10 Pengaruh rasio filer terhadap weight loss komposit

Pengaruh rasio filer terhadap weight loss komposit memperlihatkan bahwa rasio serat purun
yang lebih besar membuat nilai weight loss naik terhadap komposit, dengan nilai tertinggi
terletak pada sampel Acak 10%, sedangan nilai weight loss terendah terletak pada sampel
Sejajar 10%. Naiknya dan turunnya nilai weight loss terhadap komposit dikarenakan serat
purun lebih sulit terdekomposisi pada suhu yang sama. Apabila bahan yang dipakai memiliki
suhu dekomposisi yang tinggi, maka suhu dekomposisi terhadap material komposit akan
menyesuaikan dengan filernya (Nagendiran dkk., 2016).
3.4.2 Differential scanning calorimeter (DSC) komposit
Gambar 3.11 Pengaruh rasio filer serat purun terhadap Heat flow komposit

Pengaruh rasio filer terhadap Heat flow komposit memperlihatkan Hasil uji dari sifat termal
yang dilaksanakan menggunakan analisa DSC komposit dari serat purun memperlihatkan
adanya puncak tertinggi dan terendah yang menandakan bahwa poliester dan serat purun
telah bercampur dengan baik. Hasil uji dari sifat termal komposit tertinggi terletak pada
sampel Anyaman 10%, sedangkan nilai terendah terletak pada sampel Sejajar 10% dengan
suhu 500.87oC. Hal ini memperlihatkan adanya terjadi turunnya titik leleh sesudah dilakukan
saat pembuatan komposit. Hal ini terjadi adanya penyerapan panas terhadap sampel komposit
sehingga terjadi transisi dari fase padat hingga fase cair. Saat adanya molekul tersebut
menyerap energi panas terhadap material, melalui proses adanya pelelehan serta perubahan
dari zat padat ke zat cair, sehingga demikian adanya penyebab ikatan antara molekul mulai
melemah (Rizki dkk., 2018).

Kesimpulan
Analisa FTIR serat purun sebelum treatment dan sesudah treatment memperlihatkan
adanya gugus fungsi yang intensitasnya bertambah serta berkurang. Gugus C=O dan C=O
yang memperlihatkan keberadaan lignin serta hemiselulosa berkurang intensitasnya dan
gugus Si-O-C yang memperlihatkan kandungan silika dari serat purun setelah treatment.
Analisa XRD sebelum dan sesudah treatment menunjukan adanya amorph (hemiselulosa
serta lignin) dan kristal (selulosa). Analisa gugus fungsi dari papan komposit
memperlihatkan adanya gugus fungsi yang intensitasnya berkurang serta bertambah. Hasil
analisa SEM menggambarkan morfologi dari papan komposit menunjukan adanya struktur
yang rapuh atau kokoh. Sifat mekanik yang diproleh memperlihatkan peningkatan nilai
tensile strength, tensile modulus, elongation dan flexural strength dengan bertambahnya rasio
serat purun yang digunakan. Sifat termal dari komposit yang diproleh memperlihatkan
terjadinya penurunan nilai weight loss dengan seiringnya bertambahnya rasio serat purun
komposit yang digunakan. Sedangkan untuk sifat termal dari komposit Heat flow
memperlihatkan adanya terjadi turunnya titik leleh setelah dilaksanakan pembuatan komposit.
Serta adanya puncak tertinggi dan terendah yang menandakan bahwa poliester dan serat
purun telah bercampur dengan baik.

Daftar Pustaka
Atiqah, A., Jawaid, M., Sapuan, S. M., & Ishak, M. R. (2018). Physical properties of silane-
treated sugar palm fiber reinforced thermoplastic polyurethane composites. IOP
Conference Series: Materials Science and Engineering, 368(1).
Asim, M., Jawaid, M., Abdan, K., & Ishak, M. R. (2016). Effect of Alkali and Silane
Treatments on Mechanical and Fibre-matrix Bond Strength of Kenaf and Pineapple Leaf
Fibres. Journal of Bionic Engineering, 13(3), 426–435.
Budihartono, S. (2012). Pengaruh Pressureleses Sintering Komposit Al-Kaolin Terhadap
Densitas, Kekerasan Dan Struktur Mikro. Traksi, 12(1).
Fauzi, M. I., Widodo, S., & Hastuti, S. (2016, October). SERAT IJUK SEBAGAI PENGUAT
KOMPOSIT GUNA MENINGKATKAN NILAI KETANGGUHAN IMPAK.
In SENASTER" Seminar Nasional Riset Teknologi Terapan" (Vol. 2, No. 2).
Nagendiran, S., Badghaish, A., Hussein, I. A., Shuaib, A. N., Furquan, S. A., & Al-Mehthel,
M. H. (2016). Epoxy/Oil Fly Ash Composites Prepared Through In Situ Polymerization:
Enhancement of Thermal and Mechanical Properties. Polymers and Polymer
Composites, 37, 512–522.
Syarief, A. (2011). “Uji Lentur Komposit Poliester – Serat Purun Tikus (Eleocharis dulcis)”.
Jurnal Staf Pengajar Fakultas Teknik Unlam Banjarmasin.
Sabri, M., Hafiz, F., Shahril, K., Rohana, S. S., & Salmah, H. (2013). Effects of silane
coupling agent on mechanical properties and swelling behaviour of coconut fiber filled
polypropylene composite. Advanced Materials Research, 626(September 2014), 657–
661.
Sulistiyarto, B. (2018). Akumulasi logam besi (Fe) pada tumbuhan air di sungai Sebangau,
Kalimantan Tengah. JURNAL ILMU HEWANI TROPIKA (JOURNAL OF TROPICAL
ANIMAL SCIENCE), 6(2), 85-89.
Silva, I., Winowlin Jappes, J. T., & Amico, S. C. (2019). Effect of silane treatment on the
Curaua fibre/polyester interface. Plastics, Rubber and Composites, 48(4), 160–167.
Radzi, A. M., Sapuan, S. M., Jawaid, M., & Mansor, M. R. (2019). Water absorption,
thickness swelling and thermal properties of roselle/sugar palm fibre reinforced
thermoplastic polyurethane hybrid composites. Journal of Materials Research and
Technology, 8(5), 3988–3994.
Pai, K., Lokesh, K. S., Shrinivasa Mayya, D., Naveen Kumar, J. R., & Hebbale, A. M.
(2021). Experimental study on preparation and mechanical 87 characteristics of
jute/silk/coco-peat reinforced with epoxy polymers. Materials Today: Proceedings,
46(xxxx), 2764–2769.
Odera, R. S., Onukwuli, O. D., & Aigbodion, V. S. (2019). Effect of alkali-silane chemical
treatment on the tensile properties of raffia palm fibre. Australian Journal of Multi-
Disciplinary Engineering, 00(00), 1–9.

Khoshnava, S. M., Rostami, R., Ismail, M., Rahmat, A. R., & Ogunbode, B. E. (2017).
Woven hybrid Biocomposite: Mechanical properties of woven kenaf bast fibre/oil palm
empty fruit bunches hybrid reinforced poly hydroxybutyrate biocomposite as non-
structural building materials. Construction and Building Materials, 154, 155–166.

Jawaid, M., Khalil, H. P. S. A., & Bakar, A. A. (2011). Hybrid composites of oil palm empty
fruit bunches/woven jute fiber: Chemical resistance, physical, and impact properties.
Journal of Composite Materials, 45(24), 2515–2522.
Sari, Dkk. (2020). “Pengaruh Perendaman Air dan Kadar Serat Terhadap Sifat Serat Sekam
Jagung Yang Diperkuat Komposit Poliester Termoset”. Jurnal Jurusan Teknik Mesin,
Fakultas Teknik Universitas Mataram, Nusa Tenggara Barat, Indonesia.
Sunardi dan Istikowati, W.T. (2012). ‘Analisis Kandungan Kimia Dan Sifat Serat Tanaman
Purun Tikus (Eleocharis ulcis) Asal Kalimantan Selatan’. Jurnal Bioscientiae Volume 9,
Nomor 2, Halaman 15-25.
Safi'i, A. D., Candra, A. I., Altara, J. E., Oktaviadi, M. R., Mahardika, R., & Aditia, T. S.
(2021). Penentuan Karakteristik Tanah Desa Ngasem dengan Metode ASTM. Jurnal
Komposit: Jurnal Ilmu-ilmu Teknik Sipil, 7(1), 85-92.

Anda mungkin juga menyukai