ETNOBOTANI
TANAMAN SERAT
Dosen Pembimbing
Dr. Elis Tambaru, M.si
Kelompok 2:
Islah Madjid (H041171310)
Rensi Piri (H041171028)
Sitti Nuraini Rahmah (H041171509)
Ayu Anggreni Sujito (H041171015)
Arini Kusuma Wardani (H041171026)
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
1
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Kami mengucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas izinNya
Kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Tanaman Serat” yang merupakan salah
satu pokok bahasan dalam mata kuliah Etnobotani. Semoga dengan adanya makalah ini dapat
Kami menyadari dalam penulisan makalah ini, masih banyak kekurangan maupun
kesalahan. Oleh karena itu, Kami sangat mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang
sifatnya membangun.
Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam menyusun makalah ini, terutama pada dosen pengampu mata kuliah ini.
Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
ii
II.10 Tanaman Serat Sunn .......................................................................................................... 29
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Serat adalah suatu jenis bahan berupa potongan-potongan komponen yang membentuk
jaringan memanjang yang utuh. Manusia menggunakan serat dalam banyak hal yaitu untuk
membuat tali, kain, benang atau kertas. Berdasarkan sumbernya serat dapat digolongkan menjadi
dua jenis yaitu serat alam dan serat sintetis (Noerati, 2013).
Serat alam merupakan salah satu potensi bahan baku tekstil yang dimiliki oleh bangsa
Indonesia. Potensi ini dapat berkembang dengan baik apabila ada usaha untuk terus berinovasi
dan berkreasi. Serat alam sebagai bahan baku tekstil memiliki keunggulan dibandingkan dengan
serat sintetis. Sebagai komponen penguat di dalam material komposit, serat alam mempunyai
keunggulan antara lain sifatnya yang dapat diperbarui, dapat didaur ulang serta dapat
terbiodegradasi di lingkungan (Zimmermann et al. 2004). Selain itu, serat alam mempunyai sifat
mekanik yang baik dan lebih murah jika dibandingkan dengan serat sintetis.
Serat alam telah banyak digunakan sebagai bahan baku tekstil di Indonesia, bahkan
negara luarpun juga telah memanfaatkan serat alam ini. Kegunaan serat alam tidak hanya sebagai
bahan baku tekstil, serat alam juga dapat dimanfaatkan dalam bidang industri, misalnya sebagai
bahan peredam suara, isolator panas, dan pengisi logam pintu kereta api. Serat alam dapat
diperoleh dari berbagai macam tanaman seperti rumput gajah, alang-alang air dan pisang raja,
yang bisa digunakan untuk memperkuat beton bangunan (Balaguru dan Shah, 1992).
Penggunaan serat alam sebagai pengganti serat sintetis merupakan salah satu langkah bijak
1
dalam meningkatkan nilai ekonomis serat alam mengingat keterbatasan sumber daya alam yang
Dewasa ini pemberdayaan manfaat dari serat alami telah banyak dikembangkan, mulai dari
kerajinan sebagai hiasan, pembuatan tas, hingga dalam dunia Industri Tesktil Interior sebagai
bahan baku serat kain, karena disamping murah, serat alami juga kuat dan ringan.
Ketergantungan industri tekstil dan produk tekstil (TPT) Indonesia terhadap bahan baku
serat impor sangat tinggi. Indonesia mengimpor serat kapas 99.5% dari kebutuhan serat kapas
dalam negeri. Keadaan seperti ini berisiko tinggi pada waktu terjadi fluktuasi yang tajam pada
harga dan suplai kapas dunia sehingga dapat mengancam kelangsungan industri TPT yang
menyerap banyak tenaga kerja. Dari data BPS tahun 2004, pemasok kapas utama adalah
Amerika dan Australia yang proporsinya lebih dari setengah (51.8%) kebutuhan kapas Indonesia.
Indonesia setiap tahun mengimpor serat kapas rata-rata 700.000 ton. Dengan akan
dicabutnya subsidi ekspor serat kapas di negara maju, diduga akan berdampak negatif pada
industri TPT (tekstil dan produk tekstil) di Indonesia. Hal penting lainnya terkait dengan bahan
baku tekstil adalah kenaikan harga minyak bumi dunia yang mencapai lebih dari US$60 per
barrel. Keadaan ini juga meningkatkan harga serat sintetis yang berbahan baku dari minyak
bumi. Kondisi ini secara tidak langsung akan meningkatkan permintaan tekstil berbahan alami
termasuk kapas. Ketergantungan terhadap bahan baku impor perlu dikurangi dengan peningkatan
Sebagai usaha antisipasi kemungkinan terjadi kelangkaan serat kapas di dalam negeri,
maka usaha untuk memanfaatkan serat alam selain kapas sebagai bahan baku alternatif untuk
tekstil perlu diupayakan. Banyak tanaman serat alam yang memiliki peluang untuk dijadikan
bahan baku alternatif atau suplemen serat kapas, antara lain: rami (Boehmeria nivea), abaka
2
(Musa textilis Nee), yute (Corchorus capsularis L. dan C. olitorius L.), kenaf (Hibiscus
cannabinus L.), sisal (Agave sisalana L.), linum atau flax (Linum usitatissimum L.), dan kapuk
Dalam makalah ini kami akan membahas lima tanaman serat yang secara luas
dimanfaatkan di Indonesia. Adapun aspek-aspek yang akan dibahas adalah sebagai berikut: 1.
1.2 Tujuan
2. Untuk mengetahui cara pengolahan serat dan peningkatan kualitas dari tanaman.
3
BAB II
PEMBAHASAN
a. Karakteristik Linum
Dikenal dengn nama flax di Eropa, mempunyai nama binomialnya yaitu Linum
usitatissimum, dan nama lokal yaitu Linum. Linum usitatissimum merupakan tanaman berhari
panjang. Untuk hasil serat optimum dan berkualitas, tanaman ini membutuhkan temperatur
sedang hingga dingin dan kelembaban cukup selama masa pertumbuhan. Hasil optimum di
Eropa, diperoleh dengan kisaran temperatur 10-30°C, kelembaban relatif 60-70%, dan curah
hujan 150-200 mm. Hujan deras dan angin kencang akan menyebabkan tanaman ini roboh.
Eksperimen di Jawa pada tahun 1930an, mengindikasikan bahwa untuk menghasilkan kualitas
serat yang bagus pada ketinggian 1000-1600 m. Pada eksperimen pada awal tahun 1980an pada
4
Gambar 1. Kelopak, diperbesar, 2. Kuncup bunga tanpa kelopak bunga, 3. Petal, 4 dan 5 Benang
sari dari sisi yang berbeda, 6. Butir serbuk sari, 7. Stempel dengan pensil yang digulung, 8
Bunga dan mahkota bebas, tanpa benang sari subur, 8a juga sama tapi dengan benang sari, 9.
Sama dengan bagian dalam membujur, 10 dan 11 Buah muda dari sisi yang berbeda sama seperti
di atas, 12. Sayatan melintang yang sama seperti di atas, 13. Sama seperti di atas, 14. Buah
masak diperbesar, 15. Sama di bagian membujur
b. Serat Linen
lebih
Gambar 2. Serat Linen
lentur
dan bertekstur.
Selain panjang, serat linen juga mengkilap jika sudah dipintal menjadi benang. Seratnya
dua sampai tiga kali lebih kuat dari katun dan ujung-ujung seratnya tidak banyak berbulu seperti
pada katun. Setelah menjadi kain pun linen terlihat lebih mengkilap dibanding serat alami jenis
lain.
Linen memiliki sifat mendinginkan dan menyegarkan di udara yang panas. Mudah
menyerap dan konduktor yang baik untuk panas. Daya serap linen sangat baik sehingga dapat
menyerap 20% kelembaban tanpa menjadi lembab. Setelah menjadi kain dan sudah melalui
5
proses akhir yang baik, terkadang-kadang sulit membedakan antara katun dan linen. Untuk
mengidentifikasi katun biasanya dilihat dari permukaan benang-benangnya. Serat katun relatif
pendek dan jika kain yang terbuat dari katun digosok dengan jari akan menjadi berbulu. Jika
rusak/putus, bagian ujung serat katun tumpul. Sedangan linen jika seratnya putus, ujung serat
yang putus cenderung lancip. Benang linen lebih kuat daripada katun, lebih mengkilap dan
biasanya lebih tidak sama rata. Beberapa jenis linen memiliki benang yang datar, tapi katun
Bahan linen jauh lebih mahal daripada katun di pasaran. Baju yang terbuat dari linen
tidak hanya halus, mengkilap dan terlihat mahal tapi juga tidak mudah kotor dibandingkan
dengan katun. Serat linen juga bersifat lebih mudah dibersihkan dari noda bila dibandingkan
dengan katun. Semakin sering dicuci akan semakin lembut, namun jika dilipat secara kuat
berkali-kali pada tempat yang sama dapat mengakibatkan putusnya benang pada bagian yang
dilipat. Hal ini biasa terjadi pada bagian lipatan kerah, keliman dan area lipatan yang diseterika
setelah pencucian. Linen memiliki elastisitas yang buruk dan tidak dapat membal secara cepat,
Dalam hal reaksi dengan larutan kimia, Linen lebih rentan hancur dibandingkan dengan
katun dan tidak akan bertahan jika dididihkan dengan alkali, bubuk pemutih dan bahan oksidasi
lainnya. Karakter inilah yang membuat reaksi linen lambat terhadap bahan pewarna dan
membuatnya sulit untuk mendapatkan warna yang kuat yang dapat mengikat serat. Daya serap
bahan linen terhadap larutan pewarna rendah. Oleh karena itu bahan linen identik dengan warna
putih dan natural karena warna tersebut yang paling baik kualitasnya untuk bahan linen.
6
Gambar 3. Serat Linen
2.2 TANAMAN SERAT NANAS
a. Karakteristik Nanas
Tanaman nanas mempunyai nama botani Ananas comosus L. Merr. Tanaman nanas jika
diklasifikasikan termasuk tanaman berbunga. Klasifikasi dari tanaman nanas adalah sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Farinosae
Subordo : Comelinidae
Fanilia : Bromeliaceae
Genus : Ananas
Spesies : Ananas comosus
Nanas sering disebut bromeliad dengan lebih dari 2400 kerabat yang memiliki
penampilan menarik. Tanaman nanas termasuk familia nanas-nanasan. Tanaman ini adalah
tanaman tropis yang berasal dari Brazilia, Bolivia, dan Paraguay di Amerika Selatan. Buah nanas
bukan buah sejati, melainkan gabungan buah-buah sejati yang bekasnya terlihat dari setiap sisik
pada kulit buah. Dalam perkembangannya tergabung bersama dengan tongkol buah. Nanas
merupakan tanaman buah yang buahnya selalu tersedia sepanjang tahun. Buahnya buah buni
majemuk dengan bentuk bulat panjang berdaging, dan berwarna hijau. Jika masak, buah
7
b. Serat Nanas
Serat daun nanas adalah salah satu serat yang berasal dari tumbuhan yang di peroleh dari
daun-daun tanaman nanas. Tanaman nanas yang juga mempunyai nama lain, yaitu Ananas
Comosus. Bentuk daun nanas menyerupai pedang yang meruncing diujungnya dengan warna
hijau kehitaman dan pada tepi daun terdapat duri yang tajam, biasanya panjang daun berkisaran
antara 55 sampai 77 cm dengan lebar 3,1 sampai 5,3 cm dan tebal daun antara 0,18 sampai 0,27
cm. di samping species atau varietas nanas, jarak tanam dan intensitas sinar matahari akan
mempengaruhi terhadap pertumbuhan panjang daun dan sifat atau karakteristik dari serat yang
dihasilkan. Intensitas sinar matahari yang tidak terlalu banyak (sebagaian terlindung) pada
umumnya akan menghasilkan serat yang kuat, halus, dan mirip serat sutra (strong, fine, dan silky
fibre) dan jika dengan serat kapas kekuatan, kekakuan lentur serat nanas lebih tinggi dari serat
kapas, daun nanas mempunyai lapisan luar yang terdiri dari lapisan atas dan bawah. Diantara
lapisan tersebut terdapat banyak ikatan atau helai – helai yang terikat satu dengan yang lain, oleh
sejenis perekat (gummy substance) yang terdapat dalam daun. Karena tidak mempunyai tulang
daun, adanya serat – serat dalam daun nanas tersebut akan memperkuat daun nanas saat
pertumbuhannya. Dari berat daun nanas hijau yang masih segar akan dihasilkan kurang lebih
a. Cara pembuatan
Pengambilan serat daun nanas pada umumnya dilakukan pada usia tanaman berkisar
antara 1 sampai 1,5 tahun. Serat yang berasal dari daun nanas yang masih muda pada umumnya
tidak panjang dan kurang kuat, sedangkan serat yang dihasilkan dari daun nanas yang tua,
terutama tananman yang pertumbuhannya di alam terbuka dengan intensitas matahari cukup
tinggi tanpa pelindung cinderung menghasilakan serat yang pendek kasar ataupunn serat yang
rapuh. Oleh sebab itu, untuk mendapatkan serat yang kuat, halus dan lembut perlu dikakukan
8
pemilihan pada daun nanas yang cukup dewasa yang pertumbuhannya sebagian terlindung dari
sinar matahari.
Pemisahan atau pengambilan serat nanas dari daunnya dapat dilakukan dengan
Cara yang paling umum dan praktis adalah dengan cara manual, proses ini dilakukan dengan
cara perendaman, pada saat perendaman ini yang berperan besar adalah micro-organism, micro-
organism ini berperan dalam memisahkan atau membuat busuk zat – zat perekat (gummy
substances) yang berada di sekitas serat daun nanas, sehingga serat akan mudah terpisah dan
terurai satu dengan yang lainnya. Proses ini dilakukan dengan cara memasukan daun – daun
nanas kedalam air dalam waktu tertentu, disini waktu yang digunakan adalah 1 minggu,
kemudian setelah daun nanas direndam, proses selanjutnya adalah proses pengerokan dengan
menggunakan plat atau pisau yang tidak tajam untuk menghilangkan zat – zat yang masih
menempel atau tersisa pada serat, sehingga serat – serat daun nanas akan lebih terurai satu
dengan yang lainnya. Serat – serat tersebut kemudian dicuci dan di keringkan dengan cara
9
Serat henep merupakan serat yang di ambil dari kulit pohon henep yang dilepaskan dari
batangnya seperti lenen. Henep adalah serat yang diperoleh dari batang tanaman Cannabis
sativa. Serat henep telah digunakan sejak zaman pra sejarah di Asia dan Timur Tengah. Saat ini
negara utama penghasil henep adalah Rusia, Italia dan Yugoslavia. Tanaman Henep
Tanaman Henep adalah tanaman tahunan, yang batangnya mempunyai ukuran diameter
1,25 cm, tingginya 2,5-3 meter. Henep tumbuh ditanah lumpur berpasir yang cukup subur,
gembur dan dapat mengalirkan air dengan baik. Penanaman dalam bentuk biji, dalam bentuk
barisan. Penuaian dilakukan apabila daun bagian bawah mulai menguning yaitu 80-90 hari.
Pembusukan dapat dilakukan dengan cara pembusukan embun, pembusukan air atau
pembusukan salju. Setelah dibusukkan kemudian batang dikeringkan seperti halnya pada serat
flax.
Serat lebih kuat dari flax (25%), tetapi lebih kasar dan lebih tua warnanya. Karena kasar,
maka henep tidak bisa dipintal atau menjadi benang yang halus.
Tenunan campuran antara serat henep dan kapas, tenunan ini seperti sutera asli.
10
2. Degumming yaitu menghilangkan sisa-sisa gum dan pektin yang masih menempel pada
3. Pemutihan serat dapat dengan bahan pemutih:biasanya menggunakan senyawa klorin (ca-
5. Pemotongan serat memotong serat rami menjadi sepanjang serat kapas atau polyester
lainnya.
6. Penguraian bundel serat diuraikanmenjadi serat seperti serat kapas, pada tahap ini serat
Tanaman Kapuk (Ceiba pentandra), adalah tanaman yang tumbuh di daerah. Tropis yang
memiliki serat seperti bulu putih. Kapuk dibudidayakan untuk mengambil serat. Kapuk
ditemukan dalam kapsul buah matang. Pohon kapuk umumnya membutuhkan curah hujan yang
melimpah selama musim berbunga dan berbuah. Buah kapuk berukuran rata-rata panjang 10 –20
cm dengan diameter 5.
11
Karakteristik serat kapuk:
Tekstur halus
Sangat berkilau
Lemah
Kapuk yang siap diproses di pabrik pengolahan kapuk adalah kapuk yang sudah benar-
benar kering. Akan lebih baik lagi kapuk yang kering di pohon, dengan ciri-ciri kulit buah kapuk
berkeriput berwarna kecoklatan dan serat kapuk menyembul pecah dari kulitnya, menandakan
bahwa kapuk siap untuk dipanen. Setelah kapuk sampai di pabrik akan dilakukan pemilahan
gelondong kapuk yang sudah benar-benar kering dan yang masih basah. Hal ini dimungkinkan
karena terkena air hujan akibat pengiriman atau gelondong kapuk memang belum terlalu kering.
Gelondong kapuk yang belum kering kemudian dijemur di bawah terik matahari hingga benar-
benar kering
Pengupasan kulit kapuk bertujuan untuk memisahkan serat kapuk dari kulit gelondong.
12
3) Pemisahan serat kapuk dengan ati
Setelah kapuk dikupas kemudian dipisahkan dari ati tempat menempelnya serat kapuk.
4) Pengeringan
Kapuk yang sudah dipisahkan dari batang ati kemudian dikeringkan dibawah terik sinar
matahari selama 3-5 jam sampai benar-benar kering dengan cara sering diaduk/dibalik. Tempat
pengeringan ini dibuat secara khusus dengan bangunan berdinding yang bagian atasnya ditutup
dengan kasa kelambu, sedangkan lantainya terbuat dari beton plester. Hal ini bertujuan agar debu
dan serat kapuk yang sudah kering tidak berterbangan sehingga mencemari lingkungan.
Setelah kapuk kering pekerjaan belumlah selesai, karena kapuk masih mengandung biji
(klentheng). Kapuk yang sudah kering kemudian dilakukan pemisahan dengan menggunakan
peralatan mesin/penggilingan. Peralatan yang kami gunakan adalah dengan menggunakan mesin
penggerak diesel berkekuatan 12 PK. Prinsip kerja dari alat ini adalah, pertama kali kapuk yang
sudah kering dimulut corong dihisap dengan mesin vacum kemudian kisi-kisi yang berbentuk
kipas akan mengaduk-aduk kapuk sehingga terpisah dari bijinya. Setelah biji rontok kemudian
diayak melalui beberapa tahapan. Terakhir dengan mesin blower biji dan kapuk dipisahkan dan
secara cermat sehingga menghasilkan serat kapuk yang berkualitas dengan tidak merusak
13
Gambar 6. Tanaman Rami Boehmeria nivea (L.) Gaudich.
Serat ini merupakan serat alam yang berasal dari batang tanaman Boehmeria nivea (L.)
Gaudich atau sering disebut dengan tanaman rami. Tanaman rami Boehmeria nivea adalah salah
satu dari kelompok hasil pertanian yang memiliki serat terbaik. Tanaman rami juga sangat baik
ditanam di lahan gundul atau di lereng ketinggian yang memiliki kemiringan besar.Karena rami
tumbuh dari tunas akar sehingga dapat tumbuh dan berkembang biak berumpun dengan cepat
seperti halnya bambu. Oleh karena itu tanaman rami sangat efektif untuk menahan erosi.
Pohon rami memiliki batang yang tinggi, kecil dan lurus dengan tinggi batang sekitar 1
meter - 2,5 meter dengan diameter sekitar 1,25 cm - 2 cm, tanaman ini bukan merupakan
tanaman musiman, tanaman rami dapat di panen berkali-kali, tanaman ini dapat tumbuh dengan
baik pada daerah dengan cuaca hangat dan lembab seperti daerah tropik maupun subtropik
dengan curah hujan lebih dari 9- 10 cm/bulan yang merata sepanjang tahun. Pada kulit rami
terdapat getah dan pektin yangmemerlukan pengolahan secara kimiawi untuk dapat digunakan
Serat rami merupakan serat yang mempunyai morfologi paling putih dibanding kan
dengan serat -serat batang lainnya. Hal ini karena kandungan lignin dalam rami paling sedikit
diantara serat serat batang lainnya. serat rami diambil dari batang tanaman rami setelah terlebih
dahulu mengalami proses pemisahan serat dari batang yang disebut dengan proses dekortisasi.
14
Gambar 7. Serat Rami
Tahapan Pengolahan :
2. Degumming yaitu menghilangkan sisa-sisa gum dan pektin yang masih menempel pada
3. Pemutihan serat dapat dengan bahan pemutih:biasanya menggunakan senyawa klorin (ca-
5. Pemotongan serat memotong serat rami menjadi sepanjang serat kapas atau polyester
lainnya.
6. Penguraian bundel serat diuraikan menjadi serat seperti serat kapas, pada tahap ini serat rami
Rami merupakan serat batang yang memiliki susunan molekul selulosa sehingga sifat-
sefat rami mirip dengan sifat serat selulosa yang lainnya. serat rami rusak dalam asam sulfat 70%
dan menggelembung dalam larutan alkali. Morfologi serat rami mirip dengan serat kapas dengan
ukuran lumen yang lebih besar daripada serat kapas, tetapi penampang memanjang serat rami
tidak terdapat pilinan seperti halnya serat kapas. Rami mempunyai kekuatan yang cukup tinggi,
sehingga baik digunakan untuk kain kanvas, talitemali, kain jala. Untuk tekstil pakaian dengan
15
Gambar 8. a. Membujur Bentuk memanjang seperti silinder dengan permukaan bergarisgaris dan
berkerut-kerut kecil., b. Melintang Bentuk lonjong memanjang dengan dinding sel yang tebal
Serat jute adalah serat yang didapat dari kulit batang tanaman Corchorus capsularis.
Tanaman jute yang ditanam untuk diambil seratnya mempunyai batang kecil, tinggi lurus. Tinggi
pohon jute antara 1,5 meter-4,8 meter dan diameter batang 1,25 cm-2 cm. Daun-daunnya
terutama terdapat pada bagian atas pohon. Dikenal sejak zaman Mesir Kuno. Diperkirakan yute
berasal dari daerah sekitar Laut Tengah dan kemudian banyak ditanam di Asia, terutama di India
dan Pakistan. Serat yute mempunyai kekuatan dan kilau sedang tetapi serat kasar. Digunakan
sebagai bahan pembungkus dan karung, di industri dipakai sebagai pelapis permadani, isolasi
listrik, dan tali temali. Tanaman jute yang ditanam untuk diambil seratnya mempunyai batang
16
Gambar 9. Tumbuhan Corchorus capsularis
tanaman Corchorus capsularis merupakan tanaman tahunan yang tumbuh baik ditanah
alluvial dengan iklim tropik lembab. Serat yang dihasilkan berasal dari batangnya yang kecil dan
lurus. Setelah dipanen, batang jute diikat dan dibiarkan diladang selama berhari-hari sehingga
daun-daunnya terlepas. Retting adalah perlakukan yang diberikan kepada batang jute, yaitu
direndam dalam air dengan suhu tidak kurang dari 27ºC. Air perendaman dalam keadaan diam
atau mengalir secara perlahan selama 10-20 hari. Hal ini dilakukan untuk proses pemisahan serat
dari batangnya. Pembusukan akibat perendaman akan memunculkan serat-serat jute yang
kemudian dicuci berulang-ulang dengan air bersih untuk menghilangkan getah, serta kotoran-
kotoran yang lain.Apabila perendama dilakukan kurang lama, maka serat sukar terlepas dan
masih banyak getah dalam seratnya. Namun sebaliknya apabila perendaman terlalu lama maka
Cara pengelolahan dilakukan dengan membundel batang yute dan merendamnya dalam
air yang mengalir. Ada dua jenis bentuk pilinan yaitu batangan dan pita. Setelah proses
pemilinan selesai, kemudian disiangi. Wanita dan anak-anak biasa yang mengerjakan ini. Pada
proses penyiangan, bagian yang tak berserat kemudian dikupas,kemudian bagian yang berserat
Serat jute terdiri dari selulosa 71 %, lignin 13 %, hemiselulosa 13 %, pektin 0,2 %. Zat-
zat yang larut dalam air 2,3 %, lemak dan lilin 0,5 %. Jute peka erhadap alkali dan asam karena
adanya hemiselulosa. Pengelantangan yang kuat menyebabkan kehilangan berat yang cukup
besar. Serat jute yang belum dikelantang sangat peka terhadap sinar matahari, dan dalam
penyinaran yang lama maka serat ini akan berubah menjadi coklat atau kekuning-kuningan serta
17
kekuatan seratnya akan berkurang. Kekuatan dan kilau serat jute adalah sedang, tetapi mulur saat
putusnya rendah 1,7 % dan getas. Serat jute tidak tahan terhadap lipatan lipatan. Sifat penting
yang lain dari jute ialah sifat higroskopnya lebih tinggi dibanding dengan serat-serat selulosa
yang lain.
teksil industri
Penggunaan serat jute sebagai bahan pembungkus dan karung, sebagai tekstil industri
pelapis permadani, isolasi listrik, tali-temali, terpal, dan bahan untuk atap. Tetapi untuk jenis
makanan tertentu jute tidak baik dipergunakan sebagai bahan pembungkus karena bulu-bulu
18
Gambar 11. Tumbuhan serat abaka Musa textilis
Tanaman abaka (Musa textilis Nee) termasuk salah satu jenis tanaman pisang yang
buahnya tidak dimanfaatkan, tetapi diambil seratnya dari batang semu. Pada awal abad ke-16
penduduk asli daerah Cebu, Filipina memanfaatkan serat abaka untuk bahan pakaian. Oleh sebab
Sejak dahulu serat abaka populer secara komersial dalam bentuk produksi tali dan jaring
ikan. Saat
ini,
seratnya diolah untuk bahan baku kertas, seperti kertas sering, kertas teh celup, kertas stensil,
kertas rokok, serta kertas yang memerlukan ketahanan dan daya simpan yang tinggi seperti
kertas uang, kertas surat berharga, kertas dokumen, kertas peta, dan produk komersial lainnya.
Masyarakat Filipina sejak lama memanfaatkan serat abaka untuk pembuatan bahan
pakaian nasional. Sementara Pemerintah Amerika Seerikat memanfaatkan serat abaka untuk
pembuatan uang kertas dolarnya karena serat abaka memang memiliki sejumlah keunggulan jika
dibandingkan dengan jenis serat alam lainnya dan serat sintesis. Keunggulannya antara lain
memiliki kekuatan tidak getas dan tidak mudah putus, memiliki tekstur yang sangat baik,
19
Karakter-karakter unggul ini yang menyebabkan serat abaka populer sebagai tali kapal
dan jaring nelayan. Tanaman abaka sama dengan pisang biasa. Yang membedakannya adalah,
abaka lebih ramping. Tingginya bisa sampai enam meter. Ciri khas abaka adalah batang, dan
pelepahnya berwarna kecokelatan. Helai daunnya variegata hijau dengan cokelat, mirip dengan
seragam Korps Pasukan Khusus (Kopasus) TNI AD. Abaka juga tidak menghasilkan pisang,
sebab buahnya tidak pernah tumbuh sempurna. Seperti halnya pisang lainnya, abaka tumbuh
merumpun dengan satu induk dan beberapa anakan tanaman. Anakan inilah yang digunakan
Abaka ditanam dengan jarak rapat, agar pertumbuhannya meninggi. Dengan tumbuh
meninggi, akan diperoleh batang yang cukup panjang, hingga serat yang dihasilkan juga panjang.
Umur abaka sejak tanam sampai panen antara 18 sd. 24 bulan (1,5 – 2 tahun). Panen bisa
dilakukan terus-menerus selang 3 sampai 8 bulan, selama sekitar 20 tahun. Abaka dipanen
dengan menebang batangnya. Pada pisang buah, penebangan dilakukan di bagian tengah batang.
Serat abaka diambil terutama dari bagian batang. Batang pisang, sebenarnya merupakan
batang semu, yang terdiri dari lembaran pelepah daun yang menyatu. Batang aslinya pisang
beruba bonggol yang berada dalam tanah. Lembaran-lembaran pelepah daun inilah yang
selanjutnya akan diproses untuk diambil seratya. Dalam satu batang abaka berdimeter 30 – 40
cm, bisa diperoleh antara 12 sd. 25 lembar pelepah daun. Selain terdiri dari serat selulosa,
pelepah abaka juga mengandung lignin, dan pektin. Setelah lignin dan pektin, dihilangkan, serat
20
Gambar 12. Serat Abaka
Pengolahan serat abaka Musa textilis :
1. Tanaman mulai dipanen setelah berumur 2 – 3 tahun dengan kriteria pohon sudah dapat
ditebang yaitu bila sudah keluar bunga (jantung) atau dekat pada waktu tanaman akan mulai
berbunga, jantung kelihatan diujung batang, umur panen didataran rendah lebih cepat
2. Cara panen dengan memotong pangkal batang pisang di atas bonggol, pemotongan jangan
mendatar agar tidak terjadi akumulasi air hujan yang menyebabkan busuk. Produktivitas
abaka per hektar bisa mencapai 3 ton serat kering setiap enam bulan.
3. Batang yang telah ditebang dipotong-potong sepanjang 110 cm atau disesuaikan dengan
5. Pelepah daun diangkut ke mesin dekortikator dan dihasilkan serat basah, kemudian diperas
dan dijemur.
tinggi, sehingga memungkinkan untuk menghasilkan pulp dan kertas berkekuatan tinggi sperti
kertas uang. Selain itu, abaka merupakan tanaman yang mudah dibudidayakan dalam wkatu
relatif singkat dibandingkan dengan tanaman kayu. Tanaman abaka dapat tumbuh pada lahan
tanpa pengolahan tanah dan tidak memerlukan persiapan lahan yang intensif. Abaka adalah
tanaman naungan yang tumbuh baik di bawah kanopi pohjon hutan, sehingga pengembangan
21
Di Indonesia, perusahaan yang menangani budi daya dan industri abaka, sangat terbatas.
Perusahaan yang mulai memanfaatkan abaka, antar lain Abaka Crafts dalam bentuk usaha
industri kerajinan kertas serat dan PT Kertas Leces Probolinggo untuk industri pulp dan kertas.
Produk utama abaka adalah serat, yang diolah melalui proses penyeratan dan pengeringan. Selain
serat,dari abaka dapat dihasilkan minyak biji abaka yang dapat dimanfaatkan sebagai produk
kesehatan dan perawatan kulit, limbah dari sisa penyeratan dan daun abaka dapat digunakan
Orientasi pemanfaatan abaka saat ini dominan ke produk serat, sehingga pengembangan
produk dari biji berupa minyak abaka dan pendayagunaan limbah sebagai pupuk organik kurang
mendapat perhatian. Peluang ini patut dikembangkan untuk lebih meningkatkan nilai tambah
bagi pengembangan abaka dan aneka produknuya. Kebutuhan abaka dalam bentuk pulp dan
kertas meningkat seiring dengan perkembangan kepeduliaan terhadap keamanan lingkungan dan
konservasi hutan serta peningkatan kebutuhan dunia akan pulp kertas bermutu tinggi.
Di Filipina, produktivitas abaka rendah disebabkan usaha budi daya tidak intensif, adanya
penyakit virus abaka yakni Bunchy-top dan Mosaic, serta sebagian besar penanaman abaka
sudah tua dan rusak pada areal pertanaman abaka di Filipina dan menjadi penyakit utama yang
menyerang abaka. Saat ini, belum dijumpai varietas abaka yang resisten terhadap virus. Untuk
itu , setidaknya satu varietas abaka perlu dikembangkan melalui teknik rekayasa genetik (genetic
berkembangnya kedua penyakit tersebut, maka penggunaan benih abaka yang berasal dari
Produk serat abaka saat ini dapat memenuhi kebutuhan, baik untuk pasar Filipina maupun
internasional. Diperkirakan 69,2% dari total serat abaka yang dihasilkan oleh Filipina
dikonsumsi secara lokal dan sisantya diekspor ke inggris (53,3%), Jepang (34%), dan Amerika
22
Serikat (6%). Untuk pulp, abaka diekspor ke Jerman, Inggris, Jepang, Perancis, Amerika Serikat,
Selama ini , kebutuhan kapas untuk industri tekstil dalam negeri 95% bergantung impor
dari Amerika Serikat. Kapas memang tidak mungkin dibudidayakan di kawasan tropis dengan
hasil sebaik di kawasan subtropis. Alternatifnya adalah meningkatkan budi daya rami
(Bohemeria nivea), jute (Corchorus capsularis dan Corchorus olitorius), kenaf (hibiscus
cannabinus), dan abaka (Mus textilis) yang merupakan tanaman asli kawasan tropis. Abaka
cocok dibudidayakan mulai dataran rendah sampai ketinggian 1.500 m dpl, maka pada iklim
Bank Indonesia dan Direktorat Jendral Industri Agro, kementerian Perindustrian tahun
2012 melaporkan bahwa potensi pasar internasional serat abaka sebesar 600.000 ton/tahun dan
meningkat 5% tahun.Saat ini potensi pasar serat abaka disuplai produsen utama sebesar 80%.
Keadaan ini merupakan peluang untuk pengembangan abaka bagi daerah yang berpotensi, seperti
23
Gambar 13. Tanaman Kenaf (Hibiscus cannabinus L)
Kenaf (Hibiscus cannabinus L) sudah lama dibudidayakan di Indonesia dan pada tahun
1986/1987 mencapai luas 26.000 ha yang tersebar di Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa
Timur, dan Kalimantan Selatan. Kenaf memiliki keunggulan beradaptasi luas pada berbagai
kondisi lahan dan memiliki toleransi yang tinggi terhadap kondisi cekaman abiotik seperti:
genangan air, kekeringan, dan pH tanah yang rendah (masam). Kenaf merupakan tanaman hari
Hampir semua bagian tanaman dapat digunakan untuk bahan baku berbagai industri.
Serat kenaf banyak digunakan sebagai bahan baku berbagai industri seperti: fibre board, geo-
textile, soil remediation, pulp dan kertas, tekstil, karpet, kerajinan tangan, dll. Fibre board dari
serat kenaf saat ini digunakan sebagai bahan untuk interior mobil seperti langit-langit, pintu,
dushboard, dll. Selain itu, fibre board juga banyak digunakan pada industri eletronik untuk
24
casing TV, radio, tape, dll. Juga untuk perumahan sebagai pelapis dinding rumah, peredam suara,
dll. Geo-textile, fibredrain banyak digunakan oleh para kontraktor pada pembangunan bandara,
jembatan, pertambangan, dll. sebagai ba-han untuk pencegahan longsornya tanah dan
penyerapan air tanah. Soil remediation menggu-nakan serat kenaf adalah untuk memperbaiki
kondisi kesuburan tanah terutama pada bekas pertambangan sebagai usaha reklamasi. Serat kenaf
juga digunakan sebagai bahan suplemen dalam pembuatan tekstil yang diblending dengan serat
kapas dan poliester. Pulp dari kenaf digunakan untuk industri kertas.
1. Dilakukan pemanenan pada tanaman kenaf. Umur panen yang optimal untuk kenaf yaitu bila
50% dari populasi sudah berbunga atau dapat ditunda sampai bunga yang kesepuluh mekar.
Pada waktu mulai berbunga tanaman dalam fase generatif dan pertumbuhan vegetatif yang
dicerminkan oleh aktivitas kambium mulai berhenti. Dalam fase vegetatif, kambium
membentuk kulit dan sel-sel serat. Dalam fase generatif sudah tidak terjadi pembentukan
serat. Bila panen terlambat atau kelewat masak, akan terjadi perombakan karbohidrat serat
untuk dikirimkan ke buah. Panen yang terlalu muda menghasilkan produktivitas dan kualitas
yang rendah, meskipun warna seratnya putih. Sebaliknya panen yang terlalu tua (buah sudah
mulai kering) kualitas seratnya rendah, serat menjadi rapuh karena meningkatnya kandungan
2. Pemotongan batang hendaknya pada pangkal batang dekat permukaan tanah, karena
kandungan serat yang paling tinggi terdapat pada sepertiga batang bagian bawah.
3. Perendaman batang atau kulit (retting). Agar dapat diambil seratnya, maka batang berkulit
atau kulit batang harus direndam dalam kolam perendaman. Dengan perendaman sel-sel serat
dapat terlepas melalui proses mikrobiologis. Terlepasnya serat hanya dapat dilakukan karena
adanya perombakan substansi yang mengelilingi sel serat oleh aktivitas bakteri.
25
4. Diameter ikatan batang yang direndam jangan melebihi 20 cm karena bila terlalu besar
bagian dalam memerlukan waktu masak lebih lama. Bila yang direndam seluruh batang,
maka waktu yang diperlukan untuk perendaman adalah 14-20 Hari. Bila yang direndam
5. Kedalaman kolam rendaman kurang lebih 100 cm. Pemberian Urea ke dalam kolam
perendaman dapat mempersingkat waktu retting dan meningkatkan kualitas serat. Dosis Urea
6. Untuk melepaskan kulit dari kayu kenaf digunakan alat pengelupas kulit atau ribboner.
Proses penyeratan dan perendaman batang merupakan pekerjaan yang sangat banyak
membutuhkan tenaga dan biaya. Umumnya kemampuan petani untuk menyerat adalah 15-20
kg serat kering/ha/orang.
Pengembangan tanaman kenaf diprioritaskan pada lahan bonorowo (lahan banjir) yang
tidak sesuai untuk tanaman lain pada waktu banjir. Dengan menyempitnya areal bonorowo
(akibat dari perbaikan jaringan irigasi), tanaman kenaf mulai dikembangkan pada daerah lahan
masam di daerah Kalimantan Timur dan lahan kering di Jawa. Pengembangan tanaman kenaf
diprioritaskan pada lahan sawah irigasi terbatas dan lahan podsolik merah kuning (PMK).
Kendala yang dihadapi untuk pengembangan komoditas tersebut adalah masih rendahnya
26
Gambar 15. Tanaman Rosella
Rosella (Hibiscus sabdariffa Linn) adalah tanaman perdu yang
diperkirakan berasal dari India Timur yang kemudian menyebar secara luas
tanaman rosela sudah dikenal sejak tahun 1922 dimana rosela telah tumbuh
subur disepanjang lintasan kereta api Indramayu, Jawa Barat. Bunga rosella
pagar, serta sebagai tanaman hias dalam ruangan berupa bunga rangkai.
terutama di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Rosela tumbuh baik di tanah yang
cukup subur dan gembur yang dapat mengalirkan air dengan lancar, di
daerah tropis atau subtropis yang tidak berangin kencang dengan curah
27
dilakukan sampai daun tanaman dapat melindunginya kira-kira 4-6 minggu
sebagai tanaman tahunan dan hanya menghasilkan satu kali panenan setiap
tahun, hal ini karena ada musim kemarau. Serat rosela yang baik berwarna
krem sampai putih perak. Pemisahan serat dan pencuciannya seperti halnya
pada serat jute dengan cara retting. Kekuatan serat rosela dalam keadaan
kering sedikit lebih rendah dari serat jute, tetapi dalam keadaan basah
kekuatan serat rosela tetap, sedangkan serat jute menurun. Mulur saat putus
dari serat rosela hampir sama dengan serat jute. Serat rosela terutama
28
batangnya sebagai bahan membuat tali dan karung goni dan rosella
perlakukan yang diberikan kepada tanaman rosela, yaitu direndam dalam air
dengan suhu tidak kurang dari 27ºC. Air perendaman dalam keadaan diam
atau mengalir secara perlahan selama 10-20 hari. Hal ini dilakukan untuk
lain. Apabila perendaman dilakukan kurang lama, maka serat sukar terlepas
perendaman terlalu lama maka kekuatan serat akan turun serta tidak
berkilau.
pabrik karung goni terutama untuk bahan baku pembuatan karung goni,
karung pembungkus gula dan beras. Sifat-sifat serat rosela antara lain :
batang dan daun tanaman rosella berwarna hijau tua sampai kemerah-
merahan, bunganya berwarna putih, cream sampai kuning, warna serat yang
baik adalah cream sampai putih perah, berkilau dan kekuatan cukup, dalam
keadaan basah kekuatan serat rosella tetap, serta kekuatan serat rosella
29
Pada saat ini, tanaman rosela yang sebenarnya berasal dari Asia,
di Australia, serat rosela sudah sejak lama dimanfaatkan oleh penduduk asli
rosella juga dapat menjadi andalan sumber ekonomi baru bagi masyarakat
bunga rosella juga dapat diproses menjadi tali dan goni. kulit kayu rosela
mengandung serat panjang hampir sama dengan kenaf (2,78 mm) dan
Dibandingkan dengan tanaman kenaf, rosela dapat tumbuh lebih tinggi dan
lebih besar. Sebatang tanaman rosela yang tumbuh di salah satu kebun di
Pulau Jawa pada tahun 1930-an mempunyai tinggi lebih dari 30 kali tinggi
Serat yang dihasilkan dari batang kering rosela juga berpotensi untuk
menggantikan kayu, seperti pinus dan bagas, namun sayangnya hingga saat
ini belum ada industri pulp dan kertas mau meliriknya. Kalangan industri
pulp dan kertas masih meragukan pulp dari batang rosela mampu
pulp dari batang kayu, seperti pinus, bambu, akasia dan eukaliptus. Padahal
30
bahan baku dari serat alami 1.334.700 ton/tahun hingga saat ini jumlah
impor serat alami dari luar negeri, seperti contohnya China, Bangladesh, dan
India.
juncea dan sudah dikenal sejak zaman pra sejarah di India dan Pakistan.
Negara utama penghasil serat Sunn adalah India dan sebagian kecil
hingga 3 m dengan diameter sekitar 1,25 cm-1,8 cm. Tanaman ini tumbuh
dengan baik di tanah yang cukup subur dan mengandung sedikit tanah liat
31
serta dapat mengalirkan air dengan baik. Penanaman dilakukan dengan
yang kemudian dibiarkan selama 1-2 hari di ladang hingga daunnya gugur.
Serat agak sukar dipisahkan dibandingkan dengan jute dan cepat membusuk
kertas, dan karung. Pada umumnya, produk-produk yang dibuat dari serat
32
rata-rata 30 μ. Komposisi serat sunn antara lain: selulosa 80%, pektin 6,4%,
zat-zat yang larut dalam air 2,8%, lilin dan lemak 0,6%, air 9,6%, dan abu
0,6%.
33
BAB III
KESIMPULAN
1. Serat adalah suatu jenis bahan berupa potongan-potongan komponen yang membentuk
jaringan memanjang yang utuh. Manusia menggunakan serat dalam banyak hal yaitu untuk
membuat tali, kain, benang atau kertas. Banyak tanaman serat alam yang memiliki peluang
untuk dijadikan bahan baku alternatif atau suplemen serat kapas, antara lain: rami
(Boehmeria nivea), abaka (Musa textilis Nee), yute (Corchorus capsularis L. dan C. olitorius
L.), kenaf (Hibiscus cannabinus L.), sisal (Agave sisalana L.), linum atau flax (Linum
2. Cara pengolahan serat dan peningkatan kualitas tanaman tidak jauh berbeda dalam
prosesnya. Contoh pada tanaman rami dilakukan dekortikasi yaitu memisahkan kulit rami
dari batangnya, retting adalah perlakukan yang diberikan kepada batang jute, yaitu direndam
dalam air dengan suhu tidak kurang dari 27ºC, dan masih banyak lagi.
34
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Pratikno. 2008. Teknologi Pemanfaatan Serat Daun Nanas Sebagai Alternatif Bahan
Baku Tekstil. Jurnal Teknoin. 13 (2): 31-35.
Sastrosupadi, A. 1989. Hasil-basil penetitian serat batang selama Pelita IV. Prosiding Simposium
I Hasil Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Bogor.
Sudjindro. Peluang dan Tantangan Pemanfaatan Tanaman Serat Alam Sebagai Bahan Baku
Tekstil Di Indonesia.
35