Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH

ETNOBOTANI

TANAMAN SERAT

Dosen Pembimbing
Dr. Elis Tambaru, M.si

Kelompok 2:
Islah Madjid (H041171310)
Rensi Piri (H041171028)
Sitti Nuraini Rahmah (H041171509)
Ayu Anggreni Sujito (H041171015)
Arini Kusuma Wardani (H041171026)

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
1
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kami mengucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas izinNya

Kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Tanaman Serat” yang merupakan salah

satu pokok bahasan dalam mata kuliah Etnobotani. Semoga dengan adanya makalah ini dapat

menambah pengetahuan dan dan bisa mengaplikasikannya.

Kami menyadari dalam penulisan makalah ini, masih banyak kekurangan maupun

kesalahan. Oleh karena itu, Kami sangat mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang

sifatnya membangun.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu

dalam menyusun makalah ini, terutama pada dosen pengampu mata kuliah ini.

Makassar, 29 Februari 2020

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................................................... i

Daftar Isi .................................................................................................................................... ii

Bab I. Pendahuluan .................................................................................................................... 1

I.1 Latar Belakang ..................................................................................................................... 1

I.2 Tujuan ................................................................................................................................... 3

Bab II. Pembahasan ................................................................................................................... 4

II.1 Tanaman Serat Linum/Linen .............................................................................................. 4

II.2 Tanaman Serat Nenas .......................................................................................................... 7

II.3 Tanaman Serat Henep ......................................................................................................... 9

II.4 Tanaman Serat Kapuk ........................................................................................................ 11

II.5 Tanaman Serat Rami ........................................................................................................... 13

II.6 Tanaman Serat Jute ............................................................................................................. 15

II.7 Tanaman Serat Abaka ......................................................................................................... 18

II.8 Tanaman Serat Kenaf .......................................................................................................... 23

II.9 Tanaman Serat Rosella ........................................................................................................ 26

ii
II.10 Tanaman Serat Sunn .......................................................................................................... 29

Bab III. Penutup ......................................................................................................................... 32

III.1 Kesimpulan ........................................................................................................................ 32

Daftar Pustaka ............................................................................................................................ 33

iii
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Serat adalah suatu jenis bahan berupa potongan-potongan komponen yang membentuk

jaringan memanjang yang utuh. Manusia menggunakan serat dalam banyak hal yaitu untuk

membuat tali, kain, benang atau kertas. Berdasarkan sumbernya serat dapat digolongkan menjadi

dua jenis yaitu serat alam dan serat sintetis (Noerati, 2013).

Serat alam merupakan salah satu potensi bahan baku tekstil yang dimiliki oleh bangsa

Indonesia. Potensi ini dapat berkembang dengan baik apabila ada usaha untuk terus berinovasi

dan berkreasi. Serat alam sebagai bahan baku tekstil memiliki keunggulan dibandingkan dengan

serat sintetis. Sebagai komponen penguat di dalam material komposit, serat alam mempunyai

keunggulan antara lain sifatnya yang dapat diperbarui, dapat didaur ulang serta dapat

terbiodegradasi di lingkungan (Zimmermann et al. 2004). Selain itu, serat alam mempunyai sifat

mekanik yang baik dan lebih murah jika dibandingkan dengan serat sintetis.

Serat alam telah banyak digunakan sebagai bahan baku tekstil di Indonesia, bahkan

negara luarpun juga telah memanfaatkan serat alam ini. Kegunaan serat alam tidak hanya sebagai

bahan baku tekstil, serat alam juga dapat dimanfaatkan dalam bidang industri, misalnya sebagai

bahan peredam suara, isolator panas, dan pengisi logam pintu kereta api. Serat alam dapat

diperoleh dari berbagai macam tanaman seperti rumput gajah, alang-alang air dan pisang raja,

yang bisa digunakan untuk memperkuat beton bangunan (Balaguru dan Shah, 1992).

Penggunaan serat alam sebagai pengganti serat sintetis merupakan salah satu langkah bijak

1
dalam meningkatkan nilai ekonomis serat alam mengingat keterbatasan sumber daya alam yang

tidak dapat diperbaharui.

Dewasa ini pemberdayaan manfaat dari serat alami telah banyak dikembangkan, mulai dari

kerajinan sebagai hiasan, pembuatan tas, hingga dalam dunia Industri Tesktil Interior sebagai

bahan baku serat kain, karena disamping murah, serat alami juga kuat dan ringan.

Ketergantungan industri tekstil dan produk tekstil (TPT) Indonesia terhadap bahan baku

serat impor sangat tinggi. Indonesia mengimpor serat kapas 99.5% dari kebutuhan serat kapas

dalam negeri. Keadaan seperti ini berisiko tinggi pada waktu terjadi fluktuasi yang tajam pada

harga dan suplai kapas dunia sehingga dapat mengancam kelangsungan industri TPT yang

menyerap banyak tenaga kerja. Dari data BPS tahun 2004, pemasok kapas utama adalah

Amerika dan Australia yang proporsinya lebih dari setengah (51.8%) kebutuhan kapas Indonesia.

Indonesia setiap tahun mengimpor serat kapas rata-rata 700.000 ton. Dengan akan

dicabutnya subsidi ekspor serat kapas di negara maju, diduga akan berdampak negatif pada

industri TPT (tekstil dan produk tekstil) di Indonesia. Hal penting lainnya terkait dengan bahan

baku tekstil adalah kenaikan harga minyak bumi dunia yang mencapai lebih dari US$60 per

barrel. Keadaan ini juga meningkatkan harga serat sintetis yang berbahan baku dari minyak

bumi. Kondisi ini secara tidak langsung akan meningkatkan permintaan tekstil berbahan alami

termasuk kapas. Ketergantungan terhadap bahan baku impor perlu dikurangi dengan peningkatan

produksi di dalam negeri.

Sebagai usaha antisipasi kemungkinan terjadi kelangkaan serat kapas di dalam negeri,

maka usaha untuk memanfaatkan serat alam selain kapas sebagai bahan baku alternatif untuk

tekstil perlu diupayakan. Banyak tanaman serat alam yang memiliki peluang untuk dijadikan

bahan baku alternatif atau suplemen serat kapas, antara lain: rami (Boehmeria nivea), abaka

2
(Musa textilis Nee), yute (Corchorus capsularis L. dan C. olitorius L.), kenaf (Hibiscus

cannabinus L.), sisal (Agave sisalana L.), linum atau flax (Linum usitatissimum L.), dan kapuk

(Ceiba pentandra G.).

Dalam makalah ini kami akan membahas lima tanaman serat yang secara luas

dimanfaatkan di Indonesia. Adapun aspek-aspek yang akan dibahas adalah sebagai berikut: 1.

Deskripsi morfologi; 2. Pamanfaatan dan potensi; 3. Pembudiadayaan dan peningkatan kualitas.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui manfaat dan potensi pada tanaman serat.

2. Untuk mengetahui cara pengolahan serat dan peningkatan kualitas dari tanaman.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 TANAMAN SERAT LINUM/LINEN

a. Karakteristik Linum

Dikenal dengn nama flax di Eropa, mempunyai nama binomialnya yaitu Linum

usitatissimum, dan nama lokal yaitu Linum. Linum usitatissimum merupakan tanaman berhari

panjang. Untuk hasil serat optimum dan berkualitas, tanaman ini membutuhkan temperatur

sedang hingga dingin dan kelembaban cukup selama masa pertumbuhan. Hasil optimum di

Eropa, diperoleh dengan kisaran temperatur 10-30°C, kelembaban relatif 60-70%, dan curah

hujan 150-200 mm. Hujan deras dan angin kencang akan menyebabkan tanaman ini roboh.

Eksperimen di Jawa pada tahun 1930an, mengindikasikan bahwa untuk menghasilkan kualitas

serat yang bagus pada ketinggian 1000-1600 m. Pada eksperimen pada awal tahun 1980an pada

ketinggian 800 hingga 1400 m, 13 kultivar

dapat tumbuh bagus, dalam arti tinggi

tanaman dan berat kering jerami, pada

ketinggian 1200 m. Akan tetapi sampai

sekarang tanaman Linum belum

dikembangkan secara komersial di Indonesia.

4
Gambar 1. Kelopak, diperbesar, 2. Kuncup bunga tanpa kelopak bunga, 3. Petal, 4 dan 5 Benang
sari dari sisi yang berbeda, 6. Butir serbuk sari, 7. Stempel dengan pensil yang digulung, 8
Bunga dan mahkota bebas, tanpa benang sari subur, 8a juga sama tapi dengan benang sari, 9.
Sama dengan bagian dalam membujur, 10 dan 11 Buah muda dari sisi yang berbeda sama seperti
di atas, 12. Sayatan melintang yang sama seperti di atas, 13. Sama seperti di atas, 14. Buah
masak diperbesar, 15. Sama di bagian membujur

b. Serat Linen

Linen memiliki serat yang relatif panjang

dibandingkan katun dan serat alami lainnya.

Panjangnya bervariasi dari 25 sampai 150 cm dan

rata-rata berdiameter 12-16 micrometer. Serat

linen dapat diidentifikasi dari guratan memanjang

dan ruas-ruas sambungan pada seratnya. Ruas-

ruas pada serat ini membuat bahan linen menjadi

lebih
Gambar 2. Serat Linen
lentur

dan bertekstur.

Selain panjang, serat linen juga mengkilap jika sudah dipintal menjadi benang. Seratnya

dua sampai tiga kali lebih kuat dari katun dan ujung-ujung seratnya tidak banyak berbulu seperti

pada katun. Setelah menjadi kain pun linen terlihat lebih mengkilap dibanding serat alami jenis

lain.

Linen memiliki sifat mendinginkan dan menyegarkan di udara yang panas. Mudah

menyerap dan konduktor yang baik untuk panas. Daya serap linen sangat baik sehingga dapat

menyerap 20% kelembaban tanpa menjadi lembab. Setelah menjadi kain dan sudah melalui

5
proses akhir yang baik, terkadang-kadang sulit membedakan antara katun dan linen. Untuk

mengidentifikasi katun biasanya dilihat dari permukaan benang-benangnya. Serat katun relatif

pendek dan jika kain yang terbuat dari katun digosok dengan jari akan menjadi berbulu. Jika

rusak/putus, bagian ujung serat katun tumpul. Sedangan linen jika seratnya putus, ujung serat

yang putus cenderung lancip. Benang linen lebih kuat daripada katun, lebih mengkilap dan

biasanya lebih tidak sama rata. Beberapa jenis linen memiliki benang yang datar, tapi katun

seringkali diproses supaya bisa menyerupai benang linen yang datar.

Bahan linen jauh lebih mahal daripada katun di pasaran. Baju yang terbuat dari linen

tidak hanya halus, mengkilap dan terlihat mahal tapi juga tidak mudah kotor dibandingkan

dengan katun. Serat linen juga bersifat lebih mudah dibersihkan dari noda bila dibandingkan

dengan katun. Semakin sering dicuci akan semakin lembut, namun jika dilipat secara kuat

berkali-kali pada tempat yang sama dapat mengakibatkan putusnya benang pada bagian yang

dilipat. Hal ini biasa terjadi pada bagian lipatan kerah, keliman dan area lipatan yang diseterika

setelah pencucian. Linen memiliki elastisitas yang buruk dan tidak dapat membal secara cepat,

hal inilah yang menyebabkan bahan ini mudah kusut.

Dalam hal reaksi dengan larutan kimia, Linen lebih rentan hancur dibandingkan dengan

katun dan tidak akan bertahan jika dididihkan dengan alkali, bubuk pemutih dan bahan oksidasi

lainnya. Karakter inilah yang membuat reaksi linen lambat terhadap bahan pewarna dan

membuatnya sulit untuk mendapatkan warna yang kuat yang dapat mengikat serat. Daya serap

bahan linen terhadap larutan pewarna rendah. Oleh karena itu bahan linen identik dengan warna

putih dan natural karena warna tersebut yang paling baik kualitasnya untuk bahan linen.

6
Gambar 3. Serat Linen
2.2 TANAMAN SERAT NANAS

a. Karakteristik Nanas

Tanaman nanas mempunyai nama botani Ananas comosus L. Merr. Tanaman nanas jika

diklasifikasikan termasuk tanaman berbunga. Klasifikasi dari tanaman nanas adalah sebagai

berikut:

Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Farinosae
Subordo : Comelinidae
Fanilia : Bromeliaceae
Genus : Ananas
Spesies : Ananas comosus
Nanas sering disebut bromeliad dengan lebih dari 2400 kerabat yang memiliki

penampilan menarik. Tanaman nanas termasuk familia nanas-nanasan. Tanaman ini adalah

tanaman tropis yang berasal dari Brazilia, Bolivia, dan Paraguay di Amerika Selatan. Buah nanas

bukan buah sejati, melainkan gabungan buah-buah sejati yang bekasnya terlihat dari setiap sisik

pada kulit buah. Dalam perkembangannya tergabung bersama dengan tongkol buah. Nanas

merupakan tanaman buah yang buahnya selalu tersedia sepanjang tahun. Buahnya buah buni

majemuk dengan bentuk bulat panjang berdaging, dan berwarna hijau. Jika masak, buah

berwarna kuning. Rasa buah nanas manis hingga asam manis.

7
b. Serat Nanas

Serat daun nanas adalah salah satu serat yang berasal dari tumbuhan yang di peroleh dari

daun-daun tanaman nanas. Tanaman nanas yang juga mempunyai nama lain, yaitu Ananas

Comosus. Bentuk daun nanas menyerupai pedang yang meruncing diujungnya dengan warna

hijau kehitaman dan pada tepi daun terdapat duri yang tajam, biasanya panjang daun berkisaran

antara 55 sampai 77 cm dengan lebar 3,1 sampai 5,3 cm dan tebal daun antara 0,18 sampai 0,27

cm. di samping species atau varietas nanas, jarak tanam dan intensitas sinar matahari akan

mempengaruhi terhadap pertumbuhan panjang daun dan sifat atau karakteristik dari serat yang

dihasilkan. Intensitas sinar matahari yang tidak terlalu banyak (sebagaian terlindung) pada

umumnya akan menghasilkan serat yang kuat, halus, dan mirip serat sutra (strong, fine, dan silky

fibre) dan jika dengan serat kapas kekuatan, kekakuan lentur serat nanas lebih tinggi dari serat

kapas, daun nanas mempunyai lapisan luar yang terdiri dari lapisan atas dan bawah. Diantara

lapisan tersebut terdapat banyak ikatan atau helai – helai yang terikat satu dengan yang lain, oleh

sejenis perekat (gummy substance) yang terdapat dalam daun. Karena tidak mempunyai tulang

daun, adanya serat – serat dalam daun nanas tersebut akan memperkuat daun nanas saat

pertumbuhannya. Dari berat daun nanas hijau yang masih segar akan dihasilkan kurang lebih

sebanyak 2,5 sampai 3,5 % serat – serat daun nanas.

a. Cara pembuatan

Pengambilan serat daun nanas pada umumnya dilakukan pada usia tanaman berkisar

antara 1 sampai 1,5 tahun. Serat yang berasal dari daun nanas yang masih muda pada umumnya

tidak panjang dan kurang kuat, sedangkan serat yang dihasilkan dari daun nanas yang tua,

terutama tananman yang pertumbuhannya di alam terbuka dengan intensitas matahari cukup

tinggi tanpa pelindung cinderung menghasilakan serat yang pendek kasar ataupunn serat yang

rapuh. Oleh sebab itu, untuk mendapatkan serat yang kuat, halus dan lembut perlu dikakukan

8
pemilihan pada daun nanas yang cukup dewasa yang pertumbuhannya sebagian terlindung dari

sinar matahari.

Pemisahan atau pengambilan serat nanas dari daunnya dapat dilakukan dengan

menggunakan dua cara yaitu:

a. Dengan cara manual

Cara yang paling umum dan praktis adalah dengan cara manual, proses ini dilakukan dengan

cara perendaman, pada saat perendaman ini yang berperan besar adalah micro-organism, micro-

organism ini berperan dalam memisahkan atau membuat busuk zat – zat perekat (gummy

substances) yang berada di sekitas serat daun nanas, sehingga serat akan mudah terpisah dan

terurai satu dengan yang lainnya. Proses ini dilakukan dengan cara memasukan daun – daun

nanas kedalam air dalam waktu tertentu, disini waktu yang digunakan adalah 1 minggu,

kemudian setelah daun nanas direndam, proses selanjutnya adalah proses pengerokan dengan

menggunakan plat atau pisau yang tidak tajam untuk menghilangkan zat – zat yang masih

menempel atau tersisa pada serat, sehingga serat – serat daun nanas akan lebih terurai satu

dengan yang lainnya. Serat – serat tersebut kemudian dicuci dan di keringkan dengan cara

penjemuran ataupun pengopenan.

2.3 TANAMAN SERAT HENEP

Gambar 4. Serat Henep

9
Serat henep merupakan serat yang di ambil dari kulit pohon henep yang dilepaskan dari

batangnya seperti lenen. Henep adalah serat yang diperoleh dari batang tanaman Cannabis

sativa. Serat henep telah digunakan sejak zaman pra sejarah di Asia dan Timur Tengah. Saat ini

negara utama penghasil henep adalah Rusia, Italia dan Yugoslavia. Tanaman Henep

menghasilkan cairan yang mengandung narkotik marijuana, sehingga dibeberapa daerah

penanaman henep dilarang.

Tanaman Henep adalah tanaman tahunan, yang batangnya mempunyai ukuran diameter

1,25 cm, tingginya 2,5-3 meter. Henep tumbuh ditanah lumpur berpasir yang cukup subur,

gembur dan dapat mengalirkan air dengan baik. Penanaman dalam bentuk biji, dalam bentuk

barisan. Penuaian dilakukan apabila daun bagian bawah mulai menguning yaitu 80-90 hari.

Pembusukan dapat dilakukan dengan cara pembusukan embun, pembusukan air atau

pembusukan salju. Setelah dibusukkan kemudian batang dikeringkan seperti halnya pada serat

flax.

Sifat-sifat serat henep yaitu :

 Serat lebih kuat dari flax (25%), tetapi lebih kasar dan lebih tua warnanya. Karena kasar,

maka henep tidak bisa dipintal atau menjadi benang yang halus.

 Tahan pengaruh udara dan lembab.

Kegunaan serat henep yaitu :

 Henep umumnya digunakan untuk tali temali, kanvas dan karung.

 Tenunan campuran antara serat henep dan lenan

 Tenunan campuran antara serat henep dan kapas, tenunan ini seperti sutera asli.

Cara Pengolahan Serat Henep.

1. Dekortikasi yaitu memisahkan kulit tanaman dari batangnya

10
2. Degumming yaitu menghilangkan sisa-sisa gum dan pektin yang masih menempel pada

serat, dapat dilakukan dengan cara kimia

3. Pemutihan serat dapat dengan bahan pemutih:biasanya menggunakan senyawa klorin (ca-

hipoklorit atau na-hipoklorit) atau hidrogenperoksida (h202)

4. Pelurusan serat dengan bantuan alat brushing machine

5. Pemotongan serat memotong serat rami menjadi sepanjang serat kapas atau polyester

lainnya.

6. Penguraian bundel serat diuraikanmenjadi serat seperti serat kapas, pada tahap ini serat

rami baru dapat dipintal atau dicampur dengan serat lainnya.

2.4 TANAMAN SERAT KAPUK

Gambar 5. Tanaman Kapuk Ceiba pentandra.

Tanaman Kapuk (Ceiba pentandra), adalah tanaman yang tumbuh di daerah. Tropis yang

memiliki serat seperti bulu putih. Kapuk dibudidayakan untuk mengambil serat. Kapuk

ditemukan dalam kapsul buah matang. Pohon kapuk umumnya membutuhkan curah hujan yang

melimpah selama musim berbunga dan berbuah. Buah kapuk berukuran rata-rata panjang 10 –20

cm dengan diameter 5.

11
Karakteristik serat kapuk:

 Tekstur halus

 Sangat berkilau

 Lemah

 Serat pendek, tahan terhadap kelembaban, cepat kering bila basah

Kegunaan serat kapuk:

 Pohon kapuk sebagai obat asma.

 Pohon kapuk dapat mengobati diare dan penyembuh luka.

 Pohon kapuk dan manfaat antioksidan dan antidiabetes.

 Kapuk organik dapat menjadi bantal mewah.

 Kapuk tidak beracun dan bebas bahan kimia.

 Kapuk membuat tidur lebih baik.

Cara Pengolahan Serat Kapuk

1) Pemilahan kapuk gelondong kering

Kapuk yang siap diproses di pabrik pengolahan kapuk adalah kapuk yang sudah benar-

benar kering. Akan lebih baik lagi kapuk yang kering di pohon, dengan ciri-ciri kulit buah kapuk

berkeriput berwarna kecoklatan dan serat kapuk menyembul pecah dari kulitnya, menandakan

bahwa kapuk siap untuk dipanen. Setelah kapuk sampai di pabrik akan dilakukan pemilahan

gelondong kapuk yang sudah benar-benar kering dan yang masih basah. Hal ini dimungkinkan

karena terkena air hujan akibat pengiriman atau gelondong kapuk memang belum terlalu kering.

Gelondong kapuk yang belum kering kemudian dijemur di bawah terik matahari hingga benar-

benar kering

2) Pengupasan kulit kapuk

Pengupasan kulit kapuk bertujuan untuk memisahkan serat kapuk dari kulit gelondong.

Pekerjaan ini dilakukan secara manual dengan tenaga kerja manusia.

12
3) Pemisahan serat kapuk dengan ati

Setelah kapuk dikupas kemudian dipisahkan dari ati tempat menempelnya serat kapuk.

Pekerjaan ini juga dilakukan dengan tenaga kerja manusia.

4) Pengeringan

Kapuk yang sudah dipisahkan dari batang ati kemudian dikeringkan dibawah terik sinar

matahari selama 3-5 jam sampai benar-benar kering dengan cara sering diaduk/dibalik. Tempat

pengeringan ini dibuat secara khusus dengan bangunan berdinding yang bagian atasnya ditutup

dengan kasa kelambu, sedangkan lantainya terbuat dari beton plester. Hal ini bertujuan agar debu

dan serat kapuk yang sudah kering tidak berterbangan sehingga mencemari lingkungan.

5) Pemisahan serat kapuk dengan biji

Setelah kapuk kering pekerjaan belumlah selesai, karena kapuk masih mengandung biji

(klentheng). Kapuk yang sudah kering kemudian dilakukan pemisahan dengan menggunakan

peralatan mesin/penggilingan. Peralatan yang kami gunakan adalah dengan menggunakan mesin

penggerak diesel berkekuatan 12 PK. Prinsip kerja dari alat ini adalah, pertama kali kapuk yang

sudah kering dimulut corong dihisap dengan mesin vacum kemudian kisi-kisi yang berbentuk

kipas akan mengaduk-aduk kapuk sehingga terpisah dari bijinya. Setelah biji rontok kemudian

diayak melalui beberapa tahapan. Terakhir dengan mesin blower biji dan kapuk dipisahkan dan

disalurkan pada masing-masing penampungan. Pekerjaan penggilingan ini harus dilakukan

secara cermat sehingga menghasilkan serat kapuk yang berkualitas dengan tidak merusak

struktur serat kapuk.

2.5 TUMBUHAN SERAT RAMI

13
Gambar 6. Tanaman Rami Boehmeria nivea (L.) Gaudich.

Serat ini merupakan serat alam yang berasal dari batang tanaman Boehmeria nivea (L.)

Gaudich atau sering disebut dengan tanaman rami. Tanaman rami Boehmeria nivea adalah salah

satu dari kelompok hasil pertanian yang memiliki serat terbaik. Tanaman rami juga sangat baik

ditanam di lahan gundul atau di lereng ketinggian yang memiliki kemiringan besar.Karena rami

tumbuh dari tunas akar sehingga dapat tumbuh dan berkembang biak berumpun dengan cepat

seperti halnya bambu. Oleh karena itu tanaman rami sangat efektif untuk menahan erosi.

Pohon rami memiliki batang yang tinggi, kecil dan lurus dengan tinggi batang sekitar 1

meter - 2,5 meter dengan diameter sekitar 1,25 cm - 2 cm, tanaman ini bukan merupakan

tanaman musiman, tanaman rami dapat di panen berkali-kali, tanaman ini dapat tumbuh dengan

baik pada daerah dengan cuaca hangat dan lembab seperti daerah tropik maupun subtropik

dengan curah hujan lebih dari 9- 10 cm/bulan yang merata sepanjang tahun. Pada kulit rami

terdapat getah dan pektin yangmemerlukan pengolahan secara kimiawi untuk dapat digunakan

sebagai serat penguat dalam komposit.

Serat rami merupakan serat yang mempunyai morfologi paling putih dibanding kan

dengan serat -serat batang lainnya. Hal ini karena kandungan lignin dalam rami paling sedikit

diantara serat serat batang lainnya. serat rami diambil dari batang tanaman rami setelah terlebih

dahulu mengalami proses pemisahan serat dari batang yang disebut dengan proses dekortisasi.

14
Gambar 7. Serat Rami

Tahapan Pengolahan :

1. Dekortikasi yaitu memisahkan kulit rami dari batangnya

2. Degumming yaitu menghilangkan sisa-sisa gum dan pektin yang masih menempel pada

serat, dapat dilakukan dengan cara kimia

3. Pemutihan serat dapat dengan bahan pemutih:biasanya menggunakan senyawa klorin (ca-

hipoklorit atau na-hipoklorit) atau hidrogenperoksida (H202)

4. Pelurusan serat dengan bantuan alat brushing machine,

5. Pemotongan serat memotong serat rami menjadi sepanjang serat kapas atau polyester

lainnya.

6. Penguraian bundel serat diuraikan menjadi serat seperti serat kapas, pada tahap ini serat rami

baru dapat dipintal atau dicampur dengan serat lainnya.

Rami merupakan serat batang yang memiliki susunan molekul selulosa sehingga sifat-

sefat rami mirip dengan sifat serat selulosa yang lainnya. serat rami rusak dalam asam sulfat 70%

dan menggelembung dalam larutan alkali. Morfologi serat rami mirip dengan serat kapas dengan

ukuran lumen yang lebih besar daripada serat kapas, tetapi penampang memanjang serat rami

tidak terdapat pilinan seperti halnya serat kapas. Rami mempunyai kekuatan yang cukup tinggi,

sehingga baik digunakan untuk kain kanvas, talitemali, kain jala. Untuk tekstil pakaian dengan

dicampur dengan serat lain misalkan kapas atau serat sintetik.

15
Gambar 8. a. Membujur Bentuk memanjang seperti silinder dengan permukaan bergarisgaris dan

berkerut-kerut kecil., b. Melintang Bentuk lonjong memanjang dengan dinding sel yang tebal

dan lumen yang pipih.

2.6 TUMBUHAN SERAT JUTE

Serat jute adalah serat yang didapat dari kulit batang tanaman Corchorus capsularis.

Tanaman jute yang ditanam untuk diambil seratnya mempunyai batang kecil, tinggi lurus. Tinggi

pohon jute antara 1,5 meter-4,8 meter dan diameter batang 1,25 cm-2 cm. Daun-daunnya

terutama terdapat pada bagian atas pohon. Dikenal sejak zaman Mesir Kuno. Diperkirakan yute

berasal dari daerah sekitar Laut Tengah dan kemudian banyak ditanam di Asia, terutama di India

dan Pakistan. Serat yute mempunyai kekuatan dan kilau sedang tetapi serat kasar. Digunakan

sebagai bahan pembungkus dan karung, di industri dipakai sebagai pelapis permadani, isolasi

listrik, dan tali temali. Tanaman jute yang ditanam untuk diambil seratnya mempunyai batang

kecil, tinggi, dan lurus.

16
Gambar 9. Tumbuhan Corchorus capsularis

tanaman Corchorus capsularis merupakan tanaman tahunan yang tumbuh baik ditanah

alluvial dengan iklim tropik lembab. Serat yang dihasilkan berasal dari batangnya yang kecil dan

lurus. Setelah dipanen, batang jute diikat dan dibiarkan diladang selama berhari-hari sehingga

daun-daunnya terlepas. Retting adalah perlakukan yang diberikan kepada batang jute, yaitu

direndam dalam air dengan suhu tidak kurang dari 27ºC. Air perendaman dalam keadaan diam

atau mengalir secara perlahan selama 10-20 hari. Hal ini dilakukan untuk proses pemisahan serat

dari batangnya. Pembusukan akibat perendaman akan memunculkan serat-serat jute yang

kemudian dicuci berulang-ulang dengan air bersih untuk menghilangkan getah, serta kotoran-

kotoran yang lain.Apabila perendama dilakukan kurang lama, maka serat sukar terlepas dan

masih banyak getah dalam seratnya. Namun sebaliknya apabila perendaman terlalu lama maka

kekuatan serat akan turun serta tidak berkilau.

Cara pengelolahan dilakukan dengan membundel batang yute dan merendamnya dalam

air yang mengalir. Ada dua jenis bentuk pilinan yaitu batangan dan pita. Setelah proses

pemilinan selesai, kemudian disiangi. Wanita dan anak-anak biasa yang mengerjakan ini. Pada

proses penyiangan, bagian yang tak berserat kemudian dikupas,kemudian bagian yang berserat

dicungkil dan diambil dari dalam batang

Serat jute terdiri dari selulosa 71 %, lignin 13 %, hemiselulosa 13 %, pektin 0,2 %. Zat-

zat yang larut dalam air 2,3 %, lemak dan lilin 0,5 %. Jute peka erhadap alkali dan asam karena

adanya hemiselulosa. Pengelantangan yang kuat menyebabkan kehilangan berat yang cukup

besar. Serat jute yang belum dikelantang sangat peka terhadap sinar matahari, dan dalam

penyinaran yang lama maka serat ini akan berubah menjadi coklat atau kekuning-kuningan serta

17
kekuatan seratnya akan berkurang. Kekuatan dan kilau serat jute adalah sedang, tetapi mulur saat

putusnya rendah 1,7 % dan getas. Serat jute tidak tahan terhadap lipatan lipatan. Sifat penting

yang lain dari jute ialah sifat higroskopnya lebih tinggi dibanding dengan serat-serat selulosa

yang lain.

Gambar 10. Serat jute sebagai bahan

teksil industri

Penggunaan serat jute sebagai bahan pembungkus dan karung, sebagai tekstil industri

pelapis permadani, isolasi listrik, tali-temali, terpal, dan bahan untuk atap. Tetapi untuk jenis

makanan tertentu jute tidak baik dipergunakan sebagai bahan pembungkus karena bulu-bulu

yang putus akan mengotori makanannya.

2.7 TUMBUHAN SERAT ABAKA Musa textilis

18
Gambar 11. Tumbuhan serat abaka Musa textilis
Tanaman abaka (Musa textilis Nee) termasuk salah satu jenis tanaman pisang yang

buahnya tidak dimanfaatkan, tetapi diambil seratnya dari batang semu. Pada awal abad ke-16

penduduk asli daerah Cebu, Filipina memanfaatkan serat abaka untuk bahan pakaian. Oleh sebab

itu,tanaman abaka dinamakan Musa textilis.

Sejak dahulu serat abaka populer secara komersial dalam bentuk produksi tali dan jaring

ikan. Saat

ini,

seratnya diolah untuk bahan baku kertas, seperti kertas sering, kertas teh celup, kertas stensil,

kertas rokok, serta kertas yang memerlukan ketahanan dan daya simpan yang tinggi seperti

kertas uang, kertas surat berharga, kertas dokumen, kertas peta, dan produk komersial lainnya.

Masyarakat Filipina sejak lama memanfaatkan serat abaka untuk pembuatan bahan

pakaian nasional. Sementara Pemerintah Amerika Seerikat memanfaatkan serat abaka untuk

pembuatan uang kertas dolarnya karena serat abaka memang memiliki sejumlah keunggulan jika

dibandingkan dengan jenis serat alam lainnya dan serat sintesis. Keunggulannya antara lain

memiliki kekuatan tidak getas dan tidak mudah putus, memiliki tekstur yang sangat baik,

mengilap seperti memantulkan cahaya,awet,lentur,serta tahan salinitas.

19
Karakter-karakter unggul ini yang menyebabkan serat abaka populer sebagai tali kapal

dan jaring nelayan. Tanaman abaka sama dengan pisang biasa. Yang membedakannya adalah,

abaka lebih ramping. Tingginya bisa sampai enam meter. Ciri khas abaka adalah batang, dan

pelepahnya berwarna kecokelatan. Helai daunnya variegata hijau dengan cokelat, mirip dengan

seragam Korps Pasukan Khusus (Kopasus) TNI AD. Abaka juga tidak menghasilkan pisang,

sebab buahnya tidak pernah tumbuh sempurna. Seperti halnya pisang lainnya, abaka tumbuh

merumpun dengan satu induk dan beberapa anakan tanaman. Anakan inilah yang digunakan

sebagai benih dalam budidaya abaka.

Abaka ditanam dengan jarak rapat, agar pertumbuhannya meninggi. Dengan tumbuh

meninggi, akan diperoleh batang yang cukup panjang, hingga serat yang dihasilkan juga panjang.

Umur abaka sejak tanam sampai panen antara 18 sd. 24 bulan (1,5 – 2 tahun). Panen bisa

dilakukan terus-menerus selang 3 sampai 8 bulan, selama sekitar 20 tahun. Abaka dipanen

dengan menebang batangnya. Pada pisang buah, penebangan dilakukan di bagian tengah batang.

Dalam memanen abaka, penebangan dilakukan pada bagian pangkal batang.

Serat abaka diambil terutama dari bagian batang. Batang pisang, sebenarnya merupakan

batang semu, yang terdiri dari lembaran pelepah daun yang menyatu. Batang aslinya pisang

beruba bonggol yang berada dalam tanah. Lembaran-lembaran pelepah daun inilah yang

selanjutnya akan diproses untuk diambil seratya. Dalam satu batang abaka berdimeter 30 – 40

cm, bisa diperoleh antara 12 sd. 25 lembar pelepah daun. Selain terdiri dari serat selulosa,

pelepah abaka juga mengandung lignin, dan pektin. Setelah lignin dan pektin, dihilangkan, serat

abaka disebut sebagai manila, atau manila hemp.

20
Gambar 12. Serat Abaka
Pengolahan serat abaka Musa textilis :

1. Tanaman mulai dipanen setelah berumur 2 – 3 tahun dengan kriteria pohon sudah dapat

ditebang yaitu bila sudah keluar bunga (jantung) atau dekat pada waktu tanaman akan mulai

berbunga, jantung kelihatan diujung batang, umur panen didataran rendah lebih cepat

dibandingkan dengan umur panen di dataran tinggi.

2. Cara panen dengan memotong pangkal batang pisang di atas bonggol, pemotongan jangan

mendatar agar tidak terjadi akumulasi air hujan yang menyebabkan busuk. Produktivitas

abaka per hektar bisa mencapai 3 ton serat kering setiap enam bulan.

3. Batang yang telah ditebang dipotong-potong sepanjang 110 cm atau disesuaikan dengan

mesin penyerat (dekortikator).

4. Potongan batang kemudian dikelupas menjadi lembaran-lembaran pelepah.

5. Pelepah daun diangkut ke mesin dekortikator dan dihasilkan serat basah, kemudian diperas

dan dijemur.

Abaka penghasil ligno-selulosa potensial yang menyebabkan kekuatan serat sangat

tinggi, sehingga memungkinkan untuk menghasilkan pulp dan kertas berkekuatan tinggi sperti

kertas uang. Selain itu, abaka merupakan tanaman yang mudah dibudidayakan dalam wkatu

relatif singkat dibandingkan dengan tanaman kayu. Tanaman abaka dapat tumbuh pada lahan

tanpa pengolahan tanah dan tidak memerlukan persiapan lahan yang intensif. Abaka adalah

tanaman naungan yang tumbuh baik di bawah kanopi pohjon hutan, sehingga pengembangan

abaka tidak merusak ekosistem.

21
Di Indonesia, perusahaan yang menangani budi daya dan industri abaka, sangat terbatas.

Perusahaan yang mulai memanfaatkan abaka, antar lain Abaka Crafts dalam bentuk usaha

industri kerajinan kertas serat dan PT Kertas Leces Probolinggo untuk industri pulp dan kertas.

Produk utama abaka adalah serat, yang diolah melalui proses penyeratan dan pengeringan. Selain

serat,dari abaka dapat dihasilkan minyak biji abaka yang dapat dimanfaatkan sebagai produk

kesehatan dan perawatan kulit, limbah dari sisa penyeratan dan daun abaka dapat digunakan

sebagai pupuk organik.

Orientasi pemanfaatan abaka saat ini dominan ke produk serat, sehingga pengembangan

produk dari biji berupa minyak abaka dan pendayagunaan limbah sebagai pupuk organik kurang

mendapat perhatian. Peluang ini patut dikembangkan untuk lebih meningkatkan nilai tambah

bagi pengembangan abaka dan aneka produknuya. Kebutuhan abaka dalam bentuk pulp dan

kertas meningkat seiring dengan perkembangan kepeduliaan terhadap keamanan lingkungan dan

konservasi hutan serta peningkatan kebutuhan dunia akan pulp kertas bermutu tinggi.

Di Filipina, produktivitas abaka rendah disebabkan usaha budi daya tidak intensif, adanya

penyakit virus abaka yakni Bunchy-top dan Mosaic, serta sebagian besar penanaman abaka

sudah tua dan rusak pada areal pertanaman abaka di Filipina dan menjadi penyakit utama yang

menyerang abaka. Saat ini, belum dijumpai varietas abaka yang resisten terhadap virus. Untuk

itu , setidaknya satu varietas abaka perlu dikembangkan melalui teknik rekayasa genetik (genetic

engineering) untuk mengidentifikasi varietas yang terus menerus memproduksi dan

menguntungkan,walaupun diserang penyakit tersebut. Untuk mencegah dampak negatif

berkembangnya kedua penyakit tersebut, maka penggunaan benih abaka yang berasal dari

Filipina harus dihindari.

Produk serat abaka saat ini dapat memenuhi kebutuhan, baik untuk pasar Filipina maupun

internasional. Diperkirakan 69,2% dari total serat abaka yang dihasilkan oleh Filipina

dikonsumsi secara lokal dan sisantya diekspor ke inggris (53,3%), Jepang (34%), dan Amerika

22
Serikat (6%). Untuk pulp, abaka diekspor ke Jerman, Inggris, Jepang, Perancis, Amerika Serikat,

Inggris, dan Singapura.

Selama ini , kebutuhan kapas untuk industri tekstil dalam negeri 95% bergantung impor

dari Amerika Serikat. Kapas memang tidak mungkin dibudidayakan di kawasan tropis dengan

hasil sebaik di kawasan subtropis. Alternatifnya adalah meningkatkan budi daya rami

(Bohemeria nivea), jute (Corchorus capsularis dan Corchorus olitorius), kenaf (hibiscus

cannabinus), dan abaka (Mus textilis) yang merupakan tanaman asli kawasan tropis. Abaka

cocok dibudidayakan mulai dataran rendah sampai ketinggian 1.500 m dpl, maka pada iklim

basah, untuk sekali tanam, dan terus-menerus dipanen selama 10 tahun.

Bank Indonesia dan Direktorat Jendral Industri Agro, kementerian Perindustrian tahun

2012 melaporkan bahwa potensi pasar internasional serat abaka sebesar 600.000 ton/tahun dan

meningkat 5% tahun.Saat ini potensi pasar serat abaka disuplai produsen utama sebesar 80%.

Keadaan ini merupakan peluang untuk pengembangan abaka bagi daerah yang berpotensi, seperti

Lampung dan Kabupaten Kepulauan Talaud Sulawesi Utara.

2.8 TUMBUHAN SERAT KENAF Hibiscus cannabinus L

23
Gambar 13. Tanaman Kenaf (Hibiscus cannabinus L)

Kenaf (Hibiscus cannabinus L) sudah lama dibudidayakan di Indonesia dan pada tahun

1986/1987 mencapai luas 26.000 ha yang tersebar di Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa

Timur, dan Kalimantan Selatan. Kenaf memiliki keunggulan beradaptasi luas pada berbagai

kondisi lahan dan memiliki toleransi yang tinggi terhadap kondisi cekaman abiotik seperti:

genangan air, kekeringan, dan pH tanah yang rendah (masam). Kenaf merupakan tanaman hari

pendek berumur 100–140 hari, dikembangkan dengan benih.

Gambar 14. Serat Kenaf

Hampir semua bagian tanaman dapat digunakan untuk bahan baku berbagai industri.

Serat kenaf banyak digunakan sebagai bahan baku berbagai industri seperti: fibre board, geo-

textile, soil remediation, pulp dan kertas, tekstil, karpet, kerajinan tangan, dll. Fibre board dari

serat kenaf saat ini digunakan sebagai bahan untuk interior mobil seperti langit-langit, pintu,

dushboard, dll. Selain itu, fibre board juga banyak digunakan pada industri eletronik untuk

24
casing TV, radio, tape, dll. Juga untuk perumahan sebagai pelapis dinding rumah, peredam suara,

dll. Geo-textile, fibredrain banyak digunakan oleh para kontraktor pada pembangunan bandara,

jembatan, pertambangan, dll. sebagai ba-han untuk pencegahan longsornya tanah dan

penyerapan air tanah. Soil remediation menggu-nakan serat kenaf adalah untuk memperbaiki

kondisi kesuburan tanah terutama pada bekas pertambangan sebagai usaha reklamasi. Serat kenaf

juga digunakan sebagai bahan suplemen dalam pembuatan tekstil yang diblending dengan serat

kapas dan poliester. Pulp dari kenaf digunakan untuk industri kertas.

Pengolahan serat kenaf Hibiscus cannabinus :

1. Dilakukan pemanenan pada tanaman kenaf. Umur panen yang optimal untuk kenaf yaitu bila

50% dari populasi sudah berbunga atau dapat ditunda sampai bunga yang kesepuluh mekar.

Pada waktu mulai berbunga tanaman dalam fase generatif dan pertumbuhan vegetatif yang

dicerminkan oleh aktivitas kambium mulai berhenti. Dalam fase vegetatif, kambium

membentuk kulit dan sel-sel serat. Dalam fase generatif sudah tidak terjadi pembentukan

serat. Bila panen terlambat atau kelewat masak, akan terjadi perombakan karbohidrat serat

untuk dikirimkan ke buah. Panen yang terlalu muda menghasilkan produktivitas dan kualitas

yang rendah, meskipun warna seratnya putih. Sebaliknya panen yang terlalu tua (buah sudah

mulai kering) kualitas seratnya rendah, serat menjadi rapuh karena meningkatnya kandungan

lignin dan kekuatan serat juga turun.

2. Pemotongan batang hendaknya pada pangkal batang dekat permukaan tanah, karena

kandungan serat yang paling tinggi terdapat pada sepertiga batang bagian bawah.

3. Perendaman batang atau kulit (retting). Agar dapat diambil seratnya, maka batang berkulit

atau kulit batang harus direndam dalam kolam perendaman. Dengan perendaman sel-sel serat

dapat terlepas melalui proses mikrobiologis. Terlepasnya serat hanya dapat dilakukan karena

adanya perombakan substansi yang mengelilingi sel serat oleh aktivitas bakteri.

25
4. Diameter ikatan batang yang direndam jangan melebihi 20 cm karena bila terlalu besar

bagian dalam memerlukan waktu masak lebih lama. Bila yang direndam seluruh batang,

maka waktu yang diperlukan untuk perendaman adalah 14-20 Hari. Bila yang direndam

banya kulitnya, waktu perendaman hanya 7-10 hari saja.

5. Kedalaman kolam rendaman kurang lebih 100 cm. Pemberian Urea ke dalam kolam

perendaman dapat mempersingkat waktu retting dan meningkatkan kualitas serat. Dosis Urea

untuk setiap 1.000 kg batang yang direndam adalah 0,1 kg.

6. Untuk melepaskan kulit dari kayu kenaf digunakan alat pengelupas kulit atau ribboner.

Proses penyeratan dan perendaman batang merupakan pekerjaan yang sangat banyak

membutuhkan tenaga dan biaya. Umumnya kemampuan petani untuk menyerat adalah 15-20

kg serat kering/ha/orang.

Pengembangan tanaman kenaf diprioritaskan pada lahan bonorowo (lahan banjir) yang

tidak sesuai untuk tanaman lain pada waktu banjir. Dengan menyempitnya areal bonorowo

(akibat dari perbaikan jaringan irigasi), tanaman kenaf mulai dikembangkan pada daerah lahan

masam di daerah Kalimantan Timur dan lahan kering di Jawa. Pengembangan tanaman kenaf

diprioritaskan pada lahan sawah irigasi terbatas dan lahan podsolik merah kuning (PMK).

Kendala yang dihadapi untuk pengembangan komoditas tersebut adalah masih rendahnya

produktivitas di tingkat petani, dan sulitnya proses penyeratan.

2.9 TUMBUHAN SERAT ROSELLA Java Jute

26
Gambar 15. Tanaman Rosella
Rosella (Hibiscus sabdariffa Linn) adalah tanaman perdu yang

diperkirakan berasal dari India Timur yang kemudian menyebar secara luas

ke daerah tropis dan sub tropis, termasuk di Indonesia. Tanaman rosela

dapat tumbuh dengan ketinggian mencapai 3-5 meter serta mampu

berbunga hampir sepanjang tahun. Bunga Rosella berwarna cerah dengan

kelopak bunga atau kaliksnya berwarna merah gelap. Di Indonesia sendiri,

tanaman rosela sudah dikenal sejak tahun 1922 dimana rosela telah tumbuh

subur disepanjang lintasan kereta api Indramayu, Jawa Barat. Bunga rosella

yang biasanya berwarna merah maupun kuning memiliki keindahan pada

umumnya digunakan sebagai tanaman hias taman luar ruangan, tanaman

pagar, serta sebagai tanaman hias dalam ruangan berupa bunga rangkai.

Serat rosela termasuk serat daun diambil dari tanaman Hibiscus

sabdariffa yang ditanam di India, Bangladesh, Ceylon, Filipina dan Indonesia,

terutama di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Rosela tumbuh baik di tanah yang

cukup subur dan gembur yang dapat mengalirkan air dengan lancar, di

daerah tropis atau subtropis yang tidak berangin kencang dengan curah

hujan yang cukup. Penanaman rosela sangat rapat dan penyiangan

27
dilakukan sampai daun tanaman dapat melindunginya kira-kira 4-6 minggu

setelah tanaman mulai tumbuh. Panen dilakukan jika tanaman telah

berbunga biasanya setelah 110-130 hari. Di Indonesia rosela di tanam

sebagai tanaman tahunan dan hanya menghasilkan satu kali panenan setiap

tahun, hal ini karena ada musim kemarau. Serat rosela yang baik berwarna

krem sampai putih perak. Pemisahan serat dan pencuciannya seperti halnya

pada serat jute dengan cara retting. Kekuatan serat rosela dalam keadaan

kering sedikit lebih rendah dari serat jute, tetapi dalam keadaan basah

kekuatan serat rosela tetap, sedangkan serat jute menurun. Mulur saat putus

dari serat rosela hampir sama dengan serat jute. Serat rosela terutama

digunakan untuk pembuatan karung pembungkus gula dan beras.

Gambar 16. Serat Rosella


Varietas yang umum dibudidayakan ada 2 jenis yaitu rosella

berkelopak bunga kuning (Hibiscus sabdariffa var. Altisima) yang biasa

dimanfaatkan serat batangnya sebagai bahan membuat tali dan Varietas

yang umum dibudidayakan ada 2 jenis yaitu rosella berkelopak bunga

kuning (Hibiscus sabdariffa var. Altisima) yang biasa dimanfaatkan serat

28
batangnya sebagai bahan membuat tali dan karung goni dan rosella

berkelopak bunga merah (H. sabdariffa var. Sabdariffa) yang biasa

dimanfaatkan sebagai tanaman obat meskipun varietas ini juga mepunyai

potensi untuk diambil seratnya .

Setelah pemanenan, tanaman rosela diikat dan dibiarkan diladang

selama berhari-hari sehingga daun-daunnya terlepas. Retting adalah

perlakukan yang diberikan kepada tanaman rosela, yaitu direndam dalam air

dengan suhu tidak kurang dari 27ºC. Air perendaman dalam keadaan diam

atau mengalir secara perlahan selama 10-20 hari. Hal ini dilakukan untuk

proses pemisahan serat dari batangnya. Pembusukan akibat perendaman

akan memunculkan serat-serat rosela yang kemudian dicuci berulang-ulang

dengan air bersih untuk menghilangkan getah, serta kotoran-kotoran yang

lain. Apabila perendaman dilakukan kurang lama, maka serat sukar terlepas

dan masih banyak getah dalam seratnya. Namun sebaliknya apabila

perendaman terlalu lama maka kekuatan serat akan turun serta tidak

berkilau.

Kegunaan serat rosela adalah sebagai bahan baku dalam industri

pabrik karung goni terutama untuk bahan baku pembuatan karung goni,

karung pembungkus gula dan beras. Sifat-sifat serat rosela antara lain :

batang dan daun tanaman rosella berwarna hijau tua sampai kemerah-

merahan, bunganya berwarna putih, cream sampai kuning, warna serat yang

baik adalah cream sampai putih perah, berkilau dan kekuatan cukup, dalam

keadaan basah kekuatan serat rosella tetap, serta kekuatan serat rosella

sedikit lebih rendah daripada serat yute.

29
Pada saat ini, tanaman rosela yang sebenarnya berasal dari Asia,

sudah menyebar luas ke Benua Amerika, khususnya Amerika Serikat. Bahkan

di Australia, serat rosela sudah sejak lama dimanfaatkan oleh penduduk asli

(Aborigin) untuk kepentingan membuat tali, membuat tambang, ataupun

perlengkapan lainnya. Selain pemanfaatan sebagai serat, usahatani bunga

rosella juga dapat menjadi andalan sumber ekonomi baru bagi masyarakat

sehingga meningkatkan pendapatan petani di indonesia. Hal tersebut

dikarenakan tanaman rosella dapat dijadikan berbagai olahan produk baik

makanan maupun minuman, bahan baku obat tradisional, serta batang

bunga rosella juga dapat diproses menjadi tali dan goni. kulit kayu rosela

mengandung serat panjang hampir sama dengan kenaf (2,78 mm) dan

seloluse yang cukup tinggi yaitu sebesar 69,6% (Sastrosupadi, 1988).

Dibandingkan dengan tanaman kenaf, rosela dapat tumbuh lebih tinggi dan

lebih besar. Sebatang tanaman rosela yang tumbuh di salah satu kebun di

Pulau Jawa pada tahun 1930-an mempunyai tinggi lebih dari 30 kali tinggi

orang dewasa (lebih dari 5 meter).

Serat yang dihasilkan dari batang kering rosela juga berpotensi untuk

menggantikan kayu, seperti pinus dan bagas, namun sayangnya hingga saat

ini belum ada industri pulp dan kertas mau meliriknya. Kalangan industri

pulp dan kertas masih meragukan pulp dari batang rosela mampu

menghasilkan lembaran kertas yang memiliki kekuatan yang sama dengan

pulp dari batang kayu, seperti pinus, bambu, akasia dan eukaliptus. Padahal

saat ini pertumbuhan industri pulp dan kertas memperlihatkan kemajuan

yang pesat, contohnya pada tahun 1993 terdapat 14 pabrik membutuhkan

30
bahan baku dari serat alami 1.334.700 ton/tahun hingga saat ini jumlah

industri pulp dan kertas meningkat menjadi 34 pabrik yang membutuhkan

serat 15.878.400 ton/tahun. Oleh karena itu kedepannya diharapkan adanya

suatu upaya pengembangan serat alami di lahan-lahan produktif di

Indonesia guna pengembangan produk pertanian lokal dan pemberdayaan

masyarakat pertanian serta dapat juga menekan ketergantungan tingkat

impor serat alami dari luar negeri, seperti contohnya China, Bangladesh, dan

India.

2.10 TUMBUHAN SERAT SUNN

Gambar 17. Tanaman Crotalaria juncea


Serat Sunn adalah serat yang didapat dari batang tanaman Crotalaria

juncea dan sudah dikenal sejak zaman pra sejarah di India dan Pakistan.

Negara utama penghasil serat Sunn adalah India dan sebagian kecil

dihasilkan oleh Uganda.

Tanaman Crotalaria juncea termasuk tanaman tahunan setinggi 2,5 m

hingga 3 m dengan diameter sekitar 1,25 cm-1,8 cm. Tanaman ini tumbuh

dengan baik di tanah yang cukup subur dan mengandung sedikit tanah liat

31
serta dapat mengalirkan air dengan baik. Penanaman dilakukan dengan

menyebar biji sangat rapat. Penuaian dilakukan apabila tanaman telah

berbunga dan dilakukan dengan cara memotong atau mencabut batang

yang kemudian dibiarkan selama 1-2 hari di ladang hingga daunnya gugur.

Serat dipanen dengan cara menebang pohon yang kemudian dibusukan

supaya serat terpisah. Pembusukan dilakukan memerlukan waktu 4-6 hari.

Serat agak sukar dipisahkan dibandingkan dengan jute dan cepat membusuk

setelah pembusukan, sehingga pemisahan serat dari batangnya harus

segera dilakukan. Serat sunn sering digunakan untuk membuat tali-temali,

kertas, dan karung. Pada umumnya, produk-produk yang dibuat dari serat

tanaman ini dijual dengan harga yang cukup murah

Gambar 18. Serat Sunn


Panjang serat dapat mencapai 150 cm, biasanya dipergunakan untuk
tali temali, jala, bahan kertas atau untuk karung. Serat yang baik berwarna
sangat muda dan berkilau. Serat elementernya berbentuk silinder dengan
permukaan bergaris-garis dan mempunyai tanda-tanda melintang dengan
lumen yang tidak teratur. Bentuk irisan lintangnya lonjong. Ujung sel
menebal tak teratur, tumpul, dan tidak mempunyai lumen. Panjang serat
elementer 0,4 cm-1,2 m dan rata-rata 0,8 cm dengan diameter 25 μ-50 μ dan

32
rata-rata 30 μ. Komposisi serat sunn antara lain: selulosa 80%, pektin 6,4%,
zat-zat yang larut dalam air 2,8%, lilin dan lemak 0,6%, air 9,6%, dan abu
0,6%.

Gambar 19. Penampakan Irisan Serat Sunn

33
BAB III
KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Serat adalah suatu jenis bahan berupa potongan-potongan komponen yang membentuk

jaringan memanjang yang utuh. Manusia menggunakan serat dalam banyak hal yaitu untuk

membuat tali, kain, benang atau kertas. Banyak tanaman serat alam yang memiliki peluang

untuk dijadikan bahan baku alternatif atau suplemen serat kapas, antara lain: rami

(Boehmeria nivea), abaka (Musa textilis Nee), yute (Corchorus capsularis L. dan C. olitorius

L.), kenaf (Hibiscus cannabinus L.), sisal (Agave sisalana L.), linum atau flax (Linum

usitatissimum L.), dan kapuk (Ceiba pentandra G.).

2. Cara pengolahan serat dan peningkatan kualitas tanaman tidak jauh berbeda dalam

prosesnya. Contoh pada tanaman rami dilakukan dekortikasi yaitu memisahkan kulit rami

dari batangnya, retting adalah perlakukan yang diberikan kepada batang jute, yaitu direndam

dalam air dengan suhu tidak kurang dari 27ºC, dan masih banyak lagi.

34
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Pratikno. 2008. Teknologi Pemanfaatan Serat Daun Nanas Sebagai Alternatif Bahan
Baku Tekstil. Jurnal Teknoin. 13 (2): 31-35.
Sastrosupadi, A. 1989. Hasil-basil penetitian serat batang selama Pelita IV. Prosiding Simposium
I Hasil Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, Bogor.
Sudjindro. Peluang dan Tantangan Pemanfaatan Tanaman Serat Alam Sebagai Bahan Baku
Tekstil Di Indonesia.

35

Anda mungkin juga menyukai