Anda di halaman 1dari 40

MATA PELAJARAN/PAKET

KEAHLIAN

TATA BUSANA
PENGETAHUAN TEKSTIL
Kelas : X

Nama Penulis :
Frederika Andi Lolo, S.Pd
20150191689
KATA PENGANTAR

Salam Sejahtera untuk Kita Semua.

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa
melimpahkan segala rahmat dan berkat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Modul
Materi Ajar PENGETAHUAN TEKSTIL. Materi ajar ini disusun untuk memenuhi
kebutuhan peserta didik agar dapat mencapai kompetensi dasar yang telah ditentukan
yaitu Perawatan Bahan Tekstil. Pembahasan materi ajar ini memaparkan secara singkat
dan jelas materi pembelajaran serta dilengkapi pula dengan rangkuman yang akan
mendukung ketercapaian kompetensi dasar sesuai dengan yang diharapkan.

Saya menyadari bahwa didalam pembuatan materi ajar masih banyak kekurangan, untuk
itu saya sangat membuka saran dan kritik yang sifatnya membangun. Mudah-mudahan
materi ajar ini memberikan manfaat bagi kita semua khususnya bagi pesertta didik kelas x
sMk. Akhirnya saya mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
secara langsung maupun tidak langsung dalam pengembangan bahan ajar ini.

Palopo, 31 Juli 2021

Frederika Andi Lolo, S.Pd.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................iii

DAFTAR GAMBAR..................................................................................................iv

PETA KONSEP........................................................................................................v

PENDAHULUAN

A. Deskripsi singkat........................................................................................................1
B. Relevansi....................................................................................................................1
C. Petunjuk Belajar.........................................................................................................2

INTI

A. Capaian Pembelajaran................................................................................................3
B. Pokok-pokok Materi...................................................................................................3
C. Uraian Materi.............................................................................................................3
D. Tugas..........................................................................................................................33
E. Forum Diskusi............................................................................................................33

PENUTUP

A. Rangkuman.................................................................................................................34
B. Tes Formatif...............................................................................................................34

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………36

iii
iv
PENDAHULUAN

A. Deskripsi Singkat

Perkembangan industry tekstil saat ini berkembang pesat seiring dengan penggunaan
bahan tekstil yang semakin variative mengikuti perkembangan trend fashion baik tingkat local,
nasional, maupun global. Apalagi didukung oleh kebijakan pemerintah terkait industry kreatif
yang menempatkan industry fashion masuk dalam peringkat empat. Salah satu sector yang
masuk dalam industry tekstil dan produk tekstil adalah sector industry pertenunan, perajutan,
dan non woven untuk memproduksi kain mentah dan industry pencelupan, pengecapan dan
penyempurnaan tekstil untuk memproduksi kain putih, kain berwarna, kain bermotif dan kain-
kain yang berkualitas untuk berbagai kebutuhan pengguna.
Antara serat tekstil, benang tekstil, dan bahan tekstil memiliki keterkaitan satu sama lain.
Serat tekstil merupakan bahan dasar penyusunan benang tekstil dan bahan tekstil sehingga
karakteristiknya akan sangat mempengaruhi karakteristik benang maupun bahan tekstil (kain)
yang dihasilkan sangat tergantung dari karakteristik serat tekstil penyusunnya. Oleh karena itu
sangat penting sekali diperhatikan saat kita melakukan pemilihan dan perawatan bahan tekstil
tersebut kita harus memperhatikan karakteristik bahan tekstil tersebut. Maka pengetahuan
tentang bahan tekstil sangat penting diajarkan pada peserta didik di SMK Tata Busana dengan
baik.
Dengan kemampuan tersebut maka diharapkan siswa dapat mengidentifikasi,
menganalisis, dan mengklasifikasi bahan tekstil serta memilih, menentukan, mengolah, dan
merawat bahan tekstil secara tepat untuk bidang fashion berdasarkan karakteristik bahan
tekstilnya.

B. Relevansi
Setiap orang pasti memiliki beberapa koleksi busana dalam kehidupan sehari-hari dan
pada umumnya koleksinya ini dibedakan menjadi busana rumah, busana kerja, busana olahraga,
dan busana yang digunakan jika bepergian / menghadiri acara social kemasyarakatan.
Namununtuk orang-orang tertentu dengan tingkat ekonomi menengah ke atas jenis koleksi
busananya akan lebih banyak lagi sesuai dengan kesempatan pemakaiannya. Setiap jenis busana
tersebut memiliki perawatan baik secar umum maupun secara khusus.
Terkait uraian diatas, maka dapat dijelaskan bahwa pengetahuan tekstil merupakan

1
materi pembelajaran yang sangat penting dipelajari oleh siswa SMK Tata Busana. Tujuannya
adalah agar dapat membekali para siswa dalam menentukan berbagai jenis / klasifikasi bahan
tekstil (kain), karakteristik kain, menentukan kegunaan dan fungsinyaserta menentukan Teknik
perawatannya sebagai dasar bagi para siswa saat mempelajari materi lain terkait pengetahuan
tekstil.

C. Petunjuk Belajar

Sebelum mempelajari modul ini maka memperhatikan dan ikuti petunjuk serta cara
belajar menggunakan modul ini. Modul ini dapat digunakan oleh guru maupun siswa Tata
Busana dalam proses pembelajaran.
a. Petunjuk bagi guru dalam pembelajaran menggunakan modul ini :
1) Guru dalam hal ini berpera aktif dalam pemeblajaran menggunakan modul ini
2) Sebagai fasilitator, guru memiliki tugas mempasilitasi, mendampingi dan mengarahkan
siswa dalam belajar sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
3) Guru mereview proses dan hasil belajar mahasiswa serta memberi penjelasan jika ada siswa
yang mengalami kesulitan dalam mempelajari modul ini.
b. Petunjuk bagi siswa Tata Busana :
1) Pahami semua capaian pembelajaran, sub capaian pembelajaran, uraian materi,
rangkuman, tugas, dan tes formatif dalam setiap kegiatan di modul ini.
2) Jika ada penjelasan materi yang kurang jelas atau mengalami kesulitan dalam
mempelajarinya, sebaiknya berkonsultasi dengan guru pengampu mata pelajaran ini.
3) Keberhasilan proses pembelajaran anda dalam mempelajari materi ini tergantung pada
kesungguhan anda menegrjakan semua tugas dan tes yang akan diberikan dalam modul
ini.
4) Hasil tes fomatif yang anda kerjakan dapat dikonfirmasi kebenarannya melalui kunci
jawaban yang telah disediakan.
5) Apabila anda sudah menguasai materi sesuai standar yang telah ditentukan, lanjut pada
kegiatan belajar berikiutnya
6) Selamat belajar, semoga sukses…amin.

INTI

2
A. Kompetensi Inti
Menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata
pelajaran Tekstil

B. Kelompok Kompetensi Dasar


1.1. Memahami Penggolongan Serat Dari Bahan Alam
1.2. Proses Pengolahan Serat Bahan Tekstil
1.3. Pengelompokan Benang (Benang Dasar, Benang Hias, Benang Bertekstur)
1.4. Konstruksi Bahan Tekstil ( Tenunan Silang Polos, Silang Satin, dan Silang
Kepar)
1.5. Sifat/Karakterisitik Bahan Tektil dan Fungsinya
1.6. Menganalisis Penyempurnaan Bahan Tekstil
1.7. Memilih Bahan Utama
1.8. Memilih Bahan Tambahan
1.9. Memilih Bahan Pelengkap
1.10. Melakukan Pemeliharaan Bahan Tekstil Dan Busana
1.11. Mengkarakteristikkan Konstruksi Rajutan Dan Kaitan

C. Uraian Materi
1.1. Penggolongan Serat Tekstil
Bahan tekstil adalah bahan yang berasal dari serat yang meliputi benang,
tenunan, maupun bukan tenunan. Bahan dasar busana disebut juga dengan kain. Kain
terbentuk dari serat tekstil yang diolah sedemikian rupa. Serat tekstil adalah serat –
serat yang digunakan untuk aplikasi tekstil. Serat pada umumnya dapat dibedakan
atau diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu serat alam dan serat buatan (secara
kimiawi).
Serat alam adalah serat yang molekulnya terbentuk secara alami. Serat alam
dikelompokkan ke dalam serat yang berasal dari tumbuh - tumbuhan dan yang berasal
dari hewan. Serat tumbuhan dapat diperoleh dari bagian biji (kapas, kapuk), batang
(lenan, rami, goni dan henep ), daun (abaca, rosela, sisal) atau buahnya ( kapuk , sabut
kelapa). Serat hewan dapat diperoleh dari bagian bulu atau rambut binatang ( wol,
sutra, Cashmere.dll).

Sementara serat asbes adalah contoh serat yang berasal dari mineral. masing masing
serat memiliki karakteristik yang berbeda beda seperti panjang, kekuatan, warna sehingga
3
berpengaruh terhadap bahan tekstil yang dihasilkan.

Gambar.1.Tanaman Kapas, Sisal dan Serat Sisal

Gambar.2. Kepompong Ulat Sutera dan Serat Sutera

Serat alam dapat dikelompokkan menjadi beberapa bagian seperti terlihat pada skema
Gambar.3. Bulu dan Serat Domba

berikut:

4
Serat buatan merupakan serat yang dibuat dengan teknologi pembuatan serat,
bahan baku serat buatan selain dapat berasal dari alam (misalnya selulosa atau
protein) juga dapat berasal dari bahan baku yang harus disintesis terlebih dahulu.
Serat buatan dikelompokkan ke dalam serat alam yang diolah kembali , serat
setengah buatan (bahan dari serat alam dan bahan kimia buatan), serat buatan (murni
dari bahan kimia buatan). Serat ini pada umumnya dipakai untuk membuat bahan baju
pemadam kebakaran, kasa nyamuk, jala dan dapat juga dipakai untuk bahan busana.

5
Berikut ini pengelompokkan dari serat buatan :

Gambar.6. Skema Kelompok Serat Buatan Sumber. Masyhariati, 2013

1.2. Pengolahan Serat Bahan Tekstil

Industri tekstil mempergunakan bermacam-macam serat, baik serat-serat yang


langsung diperoleh dari alam maupun serat-serat buatan untuk bahan bakunya. Sebagai
bahan baku, serat tekstil memegang peranan yang sangat penting, karena sifat serat
menentukan sifat bahan tekstil jadinya. Disamping itu proses pengolahan yang
dilakukan pada serat tekstil harus didasarkan pula pada sifat-sifat seratnya. Pengolahan
serat menjadi benang, dilakukan melalui serangkaian proses, diantaranya, penyikatan
(carding), penyisiran (combing), pemintalan (spinning) dan pengkanjian (sizing).
Adapun proses pengolahan serat bahan tekstil harus melalui serangkaian proses
diantaranya adalah:
1. Penyikatan (Carding) Serat Tekstil
Pada tahap awal serat alami diperoleh masih dalam kotor karena tercampur aduk
dengan helaian dan tangkai daun atau benda asing lainnya. Maka serat sebaiknya
dibersihan terlebih dahulu yaitu melalui penyikatan (carding) guna menyingkirkan
benda asing yang mungkin masih melekat, dan memisahkannya. Penyikatan juga
berfungsi untuk memisahkan serat yang pendek dan serat yang panjang sehingga
ketika dibentangkan secara paralel satusama lain serat tersebut akan lebih rata. Tujuan
proses carding adalah memisahkan serat menjadi elemen tunggal dan menjajarkan
serat sejajar mungkin satu sama lain. Proses carding sangat penting dalam tahap
pemintalan karena akan mempengaruhi mutu hasil akhir.

6
2. Penyisiran (Combing) Serat Tekstil
Proses penyisiran melanjutkan langkah pembersihan dan penyortiran yang
sudah dimulai dalam tahap penyikatan. Serat-serat tersebut diluruskan sehingga
terbentang secara parallel (sejajar). Penyisiran sangat tergantung pada jenis kain yang
akan dibuat dengan serat tersebut. Biasanya serat bermutu baik adalah yang
berukuran lebih panjang dan bila disisir akan menghasilkan benang yang lebih halus
dan rata. Untuk memperoleh hasil yang lebih halus dan rata, serat berserabut panjang
tadi dapat disisir lebih dari sekali. Serat berserabut pendek yang dipisahkan pada
tahap penyikatan biasanya tidak dibuang. Serat itu masih diolah menjadi benang,
tetapi hasilnya tidak sehalus berserabut panjang.
Istilah disikat dan disisir dalam produk tekstil biasanya ditujukan untuk benang
yang terbuat dari kapas. Benang hasil penyisiran serat berukuran panjang lebih kuat
dan menghasilkan kain lebih baik dan permukaanya lebih halus tetapi kuat,
semuanya disisir. Jika akan digunakan untuk membuat kain wol, serat tersebut hanya
disikat. Tetapi jika dipergunakan untuk membuat benang wol serat harus disikat dan
disisir. Benang wol biasanya lebih pendek dan lebih halus dari pada benang wool
yang tidak diluruskan dalam penyisiran. Jika benang tersebut telah menjadi kain wol,
permukaannya umumnya lunak, seperti permukaan halus kain flannel dan tweed.
Sedangkan kain wol seperti kain gabardin, kain kepar atau kain krep tampak halus
permukaannya namun terasa kaku.
3. Pemintalan (Spinning) Serat Tekstil
Selama proses pemintalan, serabut-serabut kapas dijalin untuk membentuk
benang yang akan saling melekat, sehingga cukup kuat untuk memasuki tahapan
selanjutnya, sebagai rangkaian proses pembuatan kain. Benang tersebut dapat dipilin
ke kiri (simpul s) atau ke kanan (simpul z) atau arah pilinannya dapat berganti sesuai
dengan jenis benang yang ingin dihasilkan. Jumlah pilinan biasanya diukur dengan
jumlah putaran pada panjang yang ditentukan, biasanya satu inci.
Jika benang wol yang akan dirajut menjadi sebuah sweater halus, maka hanya
diperlukan sedikit pilinan dibandingkan dengan benang wol worsted yang dirancang
untuk menenun kain ketat dan kuat seperti gabardine atau kain kepar. Kain krep yang
memiliki permukaan tidak teratur, dibuat dari benang yang dipilin dengan ketat.
Permukaan kasar yang dihasilkan oleh kain krep tersebut disebabkan oleh pilinan
yang ketat. Benang yang telah dipilin akan terlihat dari jumlah helaian yang telah
dikombinasikan selama proses pemintalan. Sehelai benang terdiri dari beberapa serat

7
yang telah terpilin dengan sendirinya. Sedangkan helaian benang terdiri dari dua
helai benang atau lebih yang telah dipilin secara bersamaan. Benang biasa juga dibuat
dari serat buatan, biasanya diklasifikasikan sebagai benang monofilament dan
multifilament (terbuat dari sejumlah filamen yang dipilih bersamaan). Pilihan benang
bisanya lebih kokoh dan lebih kuat dibanding benang satuan. Pemintalan serat alam,
khususnya serat kapas terdiri dari proses cara tradisional dan mekanisasi/mesin.
Cara tradisional, meliputi proses penarikan serat kapas sedikit demi sedikit
sambil diputar untuk memberikan ikatan antara serat hingga menjadi panjang tertentu
sesuai kebutuhan, kemudian digulung pada tempatnya. Cara mekanisasi/mesin,
meliputi proses yang menggunakan mesin sebagai berikut:
 Blowing, adalah proses pembukaan biji kapas, kemudian dibersihkan, lalu
dicampur dan hasilnya berupa lap.
 Carding, adalah proses pembersihan penguraian serat, pemisahan serat yang
panjang dengan serat yang pendek serta merubah bentuk lap menjadi sliver.
 Drawing, adalah proses perangkapan, penarikan dan peregangan serat-serat dan
membuat sliver yang lebih rata.
 Roving, adalah proses penarikan, pemberian putaran/twist, penggulungan dan
hasilnya berupa roving.
 Ring Spinning, adalah proses penarikan, pemberian putaran/twist, penggulungan
dan hasilnya berupa benang.
 Winding, proses penggulungan benang menjadi bentuk gulungan yang lebih besar
sambil menghilangkan bagian yang lemah dan tidak rata.
Pemintalan serat buatan, yang terbentuk dari polimer-polimer, baik yang berasal dari
alam maupun buatan hasil proses kimia yang sederhana. Semua proses pembuatan
serat buatan/sintetis dilakukan dengan menyemprotkan polimer yang terbentuk cairan
melalui lubang-lubang kecil (spineret).

8
4. Penganjian (Sizing) Serat Tekstil

Menganji berbagai jenis benang merupakan pekerjaan yang sangat rumit,


karena tidak semua serat mengggunakan sistem pengukuran yang sama. Pada benang
pintal, jumlah ukuran, atau perhitungannya didasarkan pada berat dan panjang benang
tersebut. Penganjian sutra juga berdasarkan pada yard gulungan benang. Benang wol
(wool) menggunakan 300 yard sedangkan pengajian benang worsted berdasarkan
pada gulungan 560 yard. Penganjian benang kapas dihitung berdasarkan jumlah
gulungan yang panjangnya 840 yard. Pada benang filamen, ukurannya ditentukan
oleh ukuran lubang-lubang pada spinneret dan juga jumlah larutan, yang dimasukkan
melalui spinneret tersebut.

Penganjian benang lusi adalah proses paling penting dalam pertenunan karena
hasilnya akan mempengaruhi effisiensi tenunan dan mutu hasilnya. Pemilinan bahan
kanji yang sesuai juga penting. Pengajian lusi bertujuan untuk memperbaiki sifat
tenunan, rupa, dan rabaan (handling), dan menimbang kain. Benang yang telah dikanji
akan terikat bulu- bulu benangnya, mempertinggi kekuatan dan kekenyalan serta
kelicinan permukaan benang yang akan mengalami gesekan pada waktu menenun
serat tekstil.

1.3. Pengelompokan Benang


Benang merupakan hasil akhir dari proses pemintalan baik berupa benang alam
seperti benang kapas/katun, ataupun benang buatan seperti benang nilon, dan
polyester sesuai dengan asal seratnya. Benang dapat digolongkan ke dalam empat
kategori yaitu:

1. Benang dasar ( simple yarns)

Benang dasar atau disebut juga benang biasa merupakan jenis benang yang
paling sederhana, meskipun terbuat dari satu serat yang sama atau serat campuran,
tetapi jumlah pilinan pada keseluruhan panjangnya sama dan jenis benang ini terlihat
lembut dan rata. Bahan tekstil yang terbuat dari benang dasar satu ukuran dengan
kandungan serat yang sama akan menghasilkan tenunan yang lembut permukaannya
tetapi kurang bervariasi. Sedangkan untuk benang dasar yang dipilin dengan cara
berlainan dengan kandungan serat yang berbeda bisa dikombinasikan melalui proses
menenun untuk menghasilkan bahan tekstil dengan tekstur yang beragam. Dengan
benang ini, bisa dilakukan berbagai kombinasi sehingga menghasilkan jenis bahan

9
yang bervariasi. Golongan benang dasar antara lain benang lawe, benang sering,
benang tenun.
2. Benang hias (novelty yarns)

Benang hias dapat diperoleh dengan berbagai cara, antara lain sebagai berikut.

a. Mencampur serat-serat yang berbeda warna, kemudian dipintal.


b. Memintal campuran serat – serat dari jenis serat - serat yang berbeda.
c. Men - cap sliver atau benang dengan pola tertentu.
d. Menggintir benang - benang yang berbeda dalam hal jenis seratnya, warnanya,
kehalusannya, kelembutannya, panjangnya, jumlah dan arah antihannya.
Contoh benang hias adalah sebagai berikut:
a. Benang berbintik teratur (mauline atau grandrelle).
b. Benang berbintik tak teratur (marl atau mock – grand - relle).
c. Benang spiral (benang gimp atau gimp yarn).
d. Benang berjerat (benang keriting atau curl – yarn ).
e. Benang knop.
f. Benang awan (cloud yarn ).
g. Benang slab (slub yarn).
h. Benang chenille.
3. Benang spiral

Benang spiral dapat diperoleh dengan memilin dua benang yang memiliki
ketebalan berbeda. Biasanya, benang bermutu memiliki pilinan lebih tinggi dan lebih
baik daripada yang kasar dan benang yang lebih kasar melilit benang yang lebih
baik. Berbagai variasi dapat dilakukan tergantung pada efek yang dikehendaki pada
kain yang akan dibuat.

4. Benang bertekstur

Benang bertekstur umumnya dihasilkan dari serat termoplastik yaitu serat yang
bentuknya dapat diatur oleh panas, yang diterapkan pada proses pembuatannya.
Karena serat buatan mampu menyesuaikan dengan panas. Benang bertekstur serat
seratnya sengaja diacak sehingga pada sat dibentangkan maka benang menjadi tidak
sama. Benang bertekstur dapat diikalkan pada satu sisi atau kedua duanya, digulung,
dilipat, dikerut atau diolah menjadi bulu bulu halus agar benang mengembang.

10
Panas yang diterapkan pada titik tertentu saat proses pembuatan sedang
berlangsung akan menghasilkan tekstur yang dikehendaki pada benang, bahkan
benang dapat dirajut menjadi bahan tekstil, dipanaskan lalu ditutup, sehingga benang
yang dihasilkan akan memiliki bentuk dan akan mempengaruhi permukaan bahan
tekstil yang dibuat dengan benang bertekstur.
Jenis Benang Menurut Kontruksinya
Menurut kontruksinya benang dapat dibagi menjadi :
1. Benang Tunggal
Benang tunggal ialah benang yang terdiri dari satu helai benang saja. Benang ini
terdiri dari susunan serat-serat yang diberi antihan yang sama.
2. Benang Rangkap
Benang rangkap ialah benang yang terdiri dari dua benang tunggal atau lebih yang
dirangkap menjadi satu.
3. Benang gintir
Benang gintir ialah benang yang dibuat dengan menggintir dua helai benang atau
lebih bersama-sama. Biasanya arah gintiran benang gintir berlawanan dengan arah
antihan benang tunggalnya.Benang yang digintir lebih kuat daripada benang
tunggalnya.
4. Benang Tali
Benang tali ialah benang yang dibuat dengan menggintir dua helai benang gintir
atau lebih bersama-sama.
Jenis Benang Menurut Pemakaiannya

Menurut pemakaiannya benang dibagi menjadi :

1. Benang Lusi
Benang lusi ialah benang untuk lusi, yang pada kain tenun terletak memanjang
kearah panjang kain. Dalam proses pembuatan kain, benang ini banyak
mengalami tegangan dan gesekan. Oleh karena itu, benang lusi harus dibuat
sedemikian rupa, sehingga mampu untuk menahan tegangan dan gesekan
tersebut. Untuk memperkuat benang lusi, maka jumlah antihannya harus lebih
banyak atau benangnya dirangkap dan digintir. Apabila berupa benang
tunggal, maka sebelum dipakai harus diperkuat terlebih dahulu melalui proses
penganjian.
2. Benang Pakan
11
Benang pakan ialah benang untuk pakan, yang pada kain tenun terletak
melintang kearah lebar kain. Benang ini mempunyai kekuatan yang relatif lebih
rendah daripada benang lusi.
3. Benang Rajut
Benang rajut ialah benang untuk bahan kain rajut. Benang ini mempunyai
antihan / gintiran yang relatif lebih rendah daripada benang lusi atau benang
pakan.
4. Benang Sisir
Benang sisir ialah benang yang dalam proses pembuatannya, melalui mesin sisir
(Combing machine). Nomor benang ini umumnya berukuran sedang atau tinggi
(Ne1 40 keatas) dan mempunyai kekuatan dan kerataan yang relatif lebih baik
daripada benang biasa.
5. Benang Hias
Benang hias ialah benangbenang yang mempunyai corak-corak atau konstruksi
tertentu yang dimaksudkan sebagai hiasan. Benang ini dibuat pada mesin
pemintalan dengan suatu peralatan khusus.
6. Benang Jahit
Benang jahit ialah benang yang dimaksudkan untuk menjahit pakaian. Untuk
pakaian tekstil benang jahit ini terdiri dari benang-benang yang digintir dan
telah diputihkan atau dicelup dan disempurnakan secara khusus.
7. Benang Sulam
Benang sulam ialah benang - benang yang dimaksudkan untuk hiasan pada kain
dengan cara penyulaman. Benangbenang ini umumnya telah diberi warna,
sifatnya lemas dan mempunyai efek-efek yang menarik.

1.4. Konstruksi Bahan Tekstil

Konstruksi bahan tekstil terjadi karena susunan benang lungsin dan benang
pakan. Benang lungsin adalah benang yang membujur menurut panjang bahan,

12
benang pakan adalahbenang yang melintang menurut lebar bahan. Pembuatan bahan
tekstil sudah dikenal sejak zaman sebelum masehi, proses pembuatannya dapat
dilakukan dengan tangan maupun dengan mesin. Sesuai perkembangan industri tekstil
proses pembuatan bahan teksil dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain
dengan di tenun. Tenunan adalah proses pembuatan bahan tekstil yang dilakukan
melalui persilangan antara benang lungsin dan benang pakan pada sudut yang tepat
satu sama lain (900). Silang tenun terdiri dari bermacam macam silang dasar dan
variasinya. Silang dasar dikelompokkan menjadi tiga yaitu, silang polos, silang satin
dan silang kepar.

Jenis-jenis tenunan
1. Tenunan polos
Tenunan polos merupakan corak tenun yang paling sederhana, yaitu masing-
masing dengan sebuah benang lusi dan benang pakan naik turun bergantian dan
saling menyilang. ATBM atau mesin yang digunakan untuk tenun polos dapat
menggunakan semua mesin berapapun jumlah gun atau kamrannya.
2. Tenunan satin

Pada tenunan satin , titik temu antara benang lusi dan pakan dibuat
sedikit mungkin dan lagi pula titik temu harus dihamburkan dan dibuka terus
menerus sehingga seolah-olah hanya benang lusi saja atau benang pakan saja yang
mengapung di atas permukaan kain. Tenunan pada benang lusi dinamakan satin
pakan. ATBM atau mesin yang digunakan untuk tenun satin adalah yang memiliki
minimal 5 (lima) gun/kamran.
Pada dasarnya proses pembuatan tenun polos, kepar, dan satin hampir
sama, yaitu dari pemilihan bahan, penghanian, penyucukan, penyetelan
(pemasangan benang lusi pada boom, penggulungan, pengikatan) dan penenunan.
Perbedaan terjadi dalam proses penyucukan, yaitu disesuaikan dengan bentuk
anyaman atau konstruksi dari tenunannya. Perbedaan dalam pembuatannya juga
disesuaikan dengan jumlah gun/kamran yang tersedia pada mesin. Untuk tenun
polos dapat menggunakan berapapun jumlah gun, tenun kepar minimal 3 (tiga)
gun/kamran, dan tenun satin minimal 5 (lima) gun/kamran. Demikian juga dengan
injakan/tarikan pedalnya. Untuk tenun polos, tarik/injak 1(satu) tinggal 1(satu).
Untuk tenun kepar, tarik/injak 1 (satu) tinggal 2 (dua) atau 3 (tiga), dan tenun satin,
tarik/injak 1 (satu) tinggal 4 (empat) atau 5 (lima).
13
3. Tenunan kepar
Benang pakan menyilang di bawah benang lusi, silih berganti. Pada tenun
kepar titik pertemuan antara lusi dan pakan berjalan miring pada tenunannya.
ATBM atau mesin yang digunakan untuk tenun kepar adalah yang memiliki
minimal 3 (tiga) gun/kamran
Mengklasifikasi macam-macam alat tenun
Alat tenun adalah alat atau mesin untuk menenun benang menjadi tekstil (kain). Alat
tenun terdiri dari:
1. Alat tenun Gedog, alat yang digunakan untuk membuat bahan tekstil yang
ukurannya pendek antara lain bahan tekstil untuk acara acara adat, keagamaan,
atau hiasan kerajaan seperti, ulos, songket palembang, tapis lampung, batik tuban
dan sejenisnya
2. ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) alat tenun yang dapat memproduksi bahan
tekstil yang lebih panjang dengan waktu produksi lebih cepat. Kecepatan produksi
terjadi karena ATBM tidak saja digerakkan dengan tangan, tetapi digerakan juga
dengan bantuan kaki.
3. Alat Tenun Mesin yang dilengkapi motor penggerak secara mekanis.
Menurut ukurannya, alat tenun tradisional dan alat tenun bukan mesin yang
berukuran kecil dipakai untuk menenun sambil duduk, sementara alat tenun
berukuran besar digunakan untuk menenun sambil berdiri. Orang Mesir kuno dan
orang Cina kuno sudah mengenal alat tenun bukan mesin sejak 4000 SM. Fungsi
dasar alat tenun sebagai tempat memasang benang-benang lungsin agar benang
pakan dapat diselipkan di sela-sela benang lungsin untuk dijadikan kain. Bentuk
dan mekanisme alat tenun dapat berbeda- beda, namun fungsi dasarnya tetap sama.

14
Menenun adalah proses pembuatan barang-barang tenun (kain) dari
persilangan dua set benang dengan cara memasuk-masukkan benang pakan secara
melintang pada benang-benang lungsin (benang lusi). Benang pakan dan lungsin
dipersilangkan tegak lurus. Benang-benang lungsin ditarik memanjang keatas pada
alat tenun dan benang-benang pakan disisipkan selang seling diatas dan dibawah
benang-benang lungsin dengan gerakan maju mundur. Kekencangan dari suatu
tenunan tergantung pada jumlah benang-benang lungsing dan benang-benang
pakannya dalam setiap centimeter (cm). Semakin banyak jumlah benang per 1 cm
kain tenun semakin awet. Sebelum menenun dilakukan penghanian, yakni
pemasangan benang-benang lungsin secara sejajar satu sama lainnya di alat tenun
sesuai lebar kain yang diingini.

Ada 3 (tiga) macam silang dasar diantaranya:


1. Silang Polos
Tiap benang lusi dan benang pakan saling menyilang sehingga membentuk garis
kotak-kotak. Silang polos juga merupakan silang yang paling sederhana dengan
permukaan timbal balik yang sama. Silang polos merupakan merupakan silang
paling tua dan paling banyak digunakan.. Jenis-jenis kain yang ditenun dengan
silang polos diantaranya adalah kain mori, kain blacu, poplin, berkolin, kain organdi
dll.

Gambar. 8. Struktur Tenunan Silang Polos


Sumber. Masyhariati, 2013

15
2. Silang Kepar
Pada bagian baik dari tenunan silang kepar terlihat alur yang arahnya serong ke kiri
atau ke kanan. Timbal balik silang kepar tidak sama, kecuali pada kepar timbal
balik. Pada bagian baik tenunan terlihat lebih berkilau sedikit dari bagian buruk.
Pada salah satu bagian lebih banyak terlihat benang lungsin dari pada benang pakan,
pada bagian yang lain sebaliknya. Apabila pada bagian baik tenunan terlihat banyak
lungsin, disebut kepar lungsin. Apabila terlihat banyak benang pakan, disebut kepar
pakan. Silang kepar lebih kuat daripada silang polos, karena lebih banyak benang
yang dipergunakan untuk silang kepar juga lebih berat dari pada silang polos.
Bahan tekstil yang dihasilkan ditenun silang kepar ialah: drill, gabardine, bahan
kasur, dan veterban.

Gambar. 9. Struktur Tenunan SilangKepar


Sumber. Masyhariati, 2013

3. Silang Satin
Membuat tenunan dengan silang satin paling sedikit memerlukan lima gun, oleh
karena itu disebut satin silang lima. Gambaran yang sekecil-kecilnya dari silang
satin ialah lima lungsin dan lima pakan. Satin itu disebut satin lungsin apabila yang
terlihat di atas bahan banyak benang lungsin. Disebut satin pakan apabila yang
terlihat di atas bahan banyak benang pakan. Biasanya tenunan satin lima gun ditulis
4:1, artinya empat benang lungsin di atas dan satu benang pakan di bawah.
Kemungkinan yang lain 1: 4 artinya satu benang lungsin di atas dan empat benang
pakan di bawah.
Karakter yang paling menonjol pada kain satin adalah kilaunya. Jenis serat dan
benang yang digunakan dan panjang efek akan mempengaruhi kilau satin. Karena
sedikitnya jumlah silangan pada satin menyebabkan benang-benang berimpit satu

16
sama lain dan menghasilkan sifat-sifat kain yang lebih halus, berkilau dan lembut.
Kain yang ditenun dengan konstruksi satin ialah damas, kain pique

Gambar.10. Konstruksi Tenunan Silang Satin

Pada dasarnya proses pembuatan tenun polos, kepar, dan satin hampir sama, yaitu
dari pemilihan bahan, penghanian, penyucukan, penyetelan (pemasangan benang lusi pada
boom, penggulungan, pengikatan) dan penenunan. Perbedaan terjadi dalam proses
penyucukan, yaitu disesuaikan dengan bentuk anyaman atau konstruksi dari tenunannya.
Perbedaan dalam pembuatannya juga disesuaikan dengan jumlah gun/kamran yang tersedia
pada mesin. Untuk tenun polos dapat menggunakan berapapun jumlah gun, tenun kepar
minimal 3 (tiga) gun/kamran, dan tenun satin minimal 5 (lima) gun/kamran. Demikian juga
dengan injakan/tarikan pedalnya. Untuk tenun polos, tarik/injak 1(satu) tinggal 1(satu). Untuk
tenun kepar, tarik/injak 1 (satu) tinggal 2 (dua) atau 3 (tiga), dan tenun satin, tarik/injak 1
(satu) tinggal 4 (empat) atau 5 (lima).
Tabel .1. Perbedaan Jenis Tenunan

Jumlah
No. Tenunan Pedal
Gun/kamran

1. Polos Minimal 2 gun Tarik/injak 1 (satu)


2. Kepa Minimal 3 gun Tarik/injak 1 (satu) tinggal 2 (dua)
3. r Minimal 5 gun Tarik/injak 1 (satu) tinggal 4 (empat)
Satin
(Sumber, Budiyono dkk, 2008 )

17
1.5. Sifat Bahan Tekstil
Jenis tekstil dapat diketahui dari perbedaan serat dan permukaan teksturnya. Ada yang
berasal dari serat alam (tumbuhan dan hewan), serat buatan (sintetis), dan serat dari bahan
galian (asbes dan logam). Serat bahan alam misalnya: katun, wol, sutera. Serat buatan
misalnya: dakron, polyester, dan nilon. Serat dari bahan galian misalnya: brokat, lame, dan
songket. Jenis-jenis bahan tekstil ini memiliki sifat yang berbeda-beda, sebagai berikut:
Katun
Sifat-sifat bahan katun adalah bersifat hidroskopis atau menyerap air, mudah kusut,
kenyal, dalam keadaan basah kekutannya bertambah lebih kurang 25%, dapat disetrika dalam
temperatur panas yang tinggi, katun lenan tersebut mengandung lilin, oleh sebab itu tidak
perlu dikanji. Katun lenan ini tidak tahan chloor.
Wol
Bahan wol memiliki sifat sangat kenyal hingga tidak mudah kusut, bila wol
dipanaskan ia akan menjadi lunak karena kenyalnya berkurang. Wol mengikat, panas, karena
serabut wol keriting. Udara dalam pori-pori wol bertahan, bila dipakai dapat mengantarkan
panas, wol tidak tahan akan nyengat. Salah satu sifat fisika wol adalah kekuatan serat dalam
keadaan basah berkisar antara 1,2 – 1,7 gram/denier dengan mulur 30 – 40 %, sementara
sifar kimia antara lain dapat mengelembung kira-kira 3% dalam asam khlorida pada PH=0,6.
Sutera
Kain sutera yang terbuat dari protein di alam memiliki daya serap yang baik. Daya
serap dari kain sutera membuat pakaian menjadi nyaman bahkan untuk suasana yang lebih
hangat. Kain yang terbuat dari sutera akan nyaman dipakai di musim panas atau hangat dan
njuga di musim dingin. Serat sutera umumnya dapat menyerap sekitar 11 persen dari berat
dalam cairan, tetapi rentang cukup bervariasi dari 10 persen sampai 30 persen. Sifat ini juga
merupakan faktor utama dalam kemampuan sutera untuk di-printing dan dicelup secara
mudah. Bahan sutera memiliki sifat lembut, licin dan berkilap, kenyal dan kuat. Dalam
keadaan basah sutera berkurang kekuatannya 15%. Bahan sutera tahan ngengat, banyak
menghisap air dan bila dipergunakan memberi rasa sejuk.

18
Serat Asbes
Serat asbes umumnya mempunyai kekuatan tarik yang tinggi, daya mulurnya sangat
rendah, hanya sedikit menyerap air, sangat tahan panas dan api, dan tahan cuaca. Serat asbes
merupakan penghantar listrik dan panas yang jelek, sehingga mineral asbes banyak
dimanfaatkan untuk pelapis kabel listrik, sarung tangan, dan tirai.
Serat Nylon
Serat nylon mempunyai ciri sangat kuat, ringan dan berkilau, elastisitas sangat kuat,
tidak mudah kusut, tahan terhadap serangan jamur dan bakteri. Nylon tidak tahan panas,
mudah terbakar, meleleh bila dibakar, berbau khas, serta meninggalkan bentuk pinggiran
keras yang berwarna cokelat.
Polyester
Serat polyester mempunyai ciri elastisitasnya tinggi sehingga tidak mudah kusut,
tahan terhadap sinar matahari, tahan suhu tinggi, daya serap air yang rendah, tahan terhadap
jamur, bakteri, dan serangga. Apabila dibakar polyester mudah terbakar, tetapi apinya cepat
padam, meninggalkan tepi yang keras dan berwarna cokelat muda.
Brokat, Lame dan Songket
Bahan tekstil yang berasal dari brokat, lame dan songket ini mudah berubah warna,
tidak mudah kusut, kurang menyerap air, tidak tahan temperatur setrika yang tinggi.
Rayon viskosa
Kekuatan serat rayon viskosa kira-kira 2,6 gram per denier dalam keadaan kering dan
kekuatan basahnya kira-kira 15% dalam keadaan kering dan kira-kira 25% dalam keadaan
basah. Kurang elastis. apabila benangnya mendapat suatu tarikan mendadak, kemungkinan
benangnya tetap mulur dan tidak mudah kembali lagi, jadi jika dicelup akan menghasilkan
celupan yang tidak rata dan kelihatan seperti garis-garis yang berkilau.

1.6. Penyempurnaan Bahan Tekstil


Penggunaan bahan tekstil baik sebagai bahan sandang maupun bahan industri
berkembang seiring dengan berkembangnya jaman. Dahulu, penggunaan bahan tekstil terbatas
dalam bentuk mentah (grey). Namun semakin lama kita membutuhkan bahan tekstil dengan
spesifikasi tertentu. Agar spesifikasi tersebut dapat dipenuhi, perlu dilakukan pengolahan lebih
lanjut terhadap bahan grey.

Salah satu pengolahan yang dilakukan terhadap bahan tekstil adalah penyempurnaan.
Proses Penyempurnaan (finishing) dapat didefinisikan sebagai pengerjaan pada serat, benang
atau kain yang ditujukan untuk mengubah / menyempurnakan kenampakan, pegangan atau
19
daya guna (fungsi) dari bahan-bahan tersebut. Proses penyempurnaan tekstil dibagi 2 (Dua)
yaitu :
1. Proses Penyempurnaan Awal, meliputi :
 Proses Pembakaran Bulu
 Penghilangan kanji
 Pemasakan
 Pengelantangan
 Merserisasi dan
 Heat-setting
2. Proses penyempurnaan akhir bertujuan untuk memperbaiki, meningkatkan
kualitas dan daya pakai bahan, sehingga penggunaan bahan lebih luas. Proses ini
meliputi :
 Perbaikan kenampakan
 Stabilitas dimensi
 Pegangan (handfeel) dan
 Perbaikan sifat khusus/daya guna.

Proses penyempurnaan akhir ini dibagi kembali kedalam 2 (dua) pengerjaan


prosesnya yaitu :
a. Proses Penyempurnaan Basah (Kimia) : Menggunakan zat kimia dan hasilnya
bersifat permanen
b. Proses Penyempurnaan Kering (Fisika) : Tanpa menggunakan zat kimia dan
hasilnya tidak bersifat permanen.

1.7. Memilih Bahan Utama


Bahan utama busana yang dimaksud disini adalah bahan tekstil berupa kain yang
menjadi bahan pokok pembuatan busana. Bahan atau kain yang diperdagangkan beragam
jenis dan kualitasnya, ada yang tipis, sedang dan ada yang tebal. Busana yang baik ditentukan
oleh pemilihan dan pemakaian bahan tekstil yang tepat. Agar dapat memilih dan

20
membeli bahan yang tepat sesuai dengan yang diharapkan ada beberapa faktor yang perlu
diperhatikan diantaranya yaitu :

1). Memilih bahan yang sesuai dengan desain.

Untuk menentukan bahan yang cocok digunakan untuk model yang sesuai dengan
desain yang diharapkan dapat dilakukan dengan menganalisa model secara cermat. Analisa
ini meliputi jenis pakaian yang akan dibuat, kesempatan pemakaiannya, siapa yang akan
memakai, bagaimana bentuk tubuh pemakai, bagaimana jatuh pakaian pada tubuh, dan lain-
lain. Hal-hal di atas merupakan pedoman dalam menentukan bahan yang cocok dipilih dan
dibeli. Letak jatuh bahan yang melangsai pada tubuh atau mengikuti bentuk tubuh dapat
diketahui kalau bahan yang digunakan bertekstur lembut atau melangsai.

2). Memilih bahan yang sesuai dengan pemakai

Pakaian yang dikenakan oleh seseorang bisa saja terlihat aneh jika memakai pakaian
tersebut. Hal ini bisa saja terjadi karena bahan yang digunakan kurang cocok dengan
pemakai. Agar tidak keliru dalam memilih bahan sebaiknya bahan yang dipilih di sesuaikan
dengan pemakai, seperti jenis bahan, warna bahan, tekstur bahan, corak bahan, dan lain- lain.
Bahan yang tebal dan kaku membuat pemakainya terlihat lebih gemuk karena jatuh bahan
pada badan juga kaku. Bahan yang lembut dan melangsai membuat pemakainya kelihatan
lebih langsing karena jatuh pakaian pada badan mengikuti bentuk tubuh. Bahan yang
mengkilap atau berkilau juga dapat memberi efek pemakai terlihat lebih gemuk, maka bahan
ini cocok dipakai oleh orang yang bertubuh sedang atau kurus. Untuk menutupi kekurangan
bentuk tubuh seseorang, juga dapat dilakukan dengan pemilihan bahan yang tepat.

3). Memilih bahan yang sesuai dengan kesempatan

Pakaian yang sering digunakan seperti pakaian kerja, pakaian rumah, pakaian santai,
akaian sekolah dan pakaian olah raga sebaiknya menggunakan bahan yang menghisap
keringat dan umumnya dibuat dari serat alam atau campuran serat alam. pakaian sekolah,
pakaian kerja dan pakaian santai bahan dari kapas atau campuran kapas dan poliester seperti
katun, tetoron, batik cocok digunakan. Bahan ini dapat mengisap keringat, kuat dan mudah
dalam pemeliharaannya. pakaian pesta, seperti pesta siang, pesta malam, dapat dipilih bahan
seperti sutera, brokat, saten, chiffon, beledru dan lain-lain.

Jenis-Jenis Bahan Utama pada Pembuatan Busana

21
Secara Umum bahan utama dapat dipergunakan dalam dalam pembuatan produk
busana dan karya tekstil yang bahan nya di utamakan / bahan pokok. Yang temasuk bahan
bahan utama adalah:

1. COTTON
Bahan ini ada 2 jenis besaran yaitu Cotton Combed serta Cotton Carded. Untuk
Cotton Combed bahannya lebih halus daripada Cotton Carded yang agak kasar. Memang
secara sepintas ketika kita memegang bahan Cotton Carded terasa lebih tebal, tapi Cotton
Combed ketika di pakai lebih nyaman dan enteng. Sifat kedua jenis bahan tersebut bisa
menyerap keringat dan tidak panas, karena bahan baku dasarnya adalah serat kapas. Selain
itu, untuk membedakan tebal tipisnya kaos dengan bahan ini adalah jenis benang yang
dipergunakan. Biasanya kita sering melihat jenis kaos yang 20’s, 30’s atau lainnya. Bahan
dengan benang 20’s lebih tebal ketimbang 30’s. Ada lagi bahan yang lebih tebal dari Cotton
Combed 20’s yaitu Double Cotton atau biasanya juga di sebut dengan Double Nett. Tentunya
bahan lebih nyaman dan jatuh (berat ke bawah) ketika di pakai. Tapi, kekurangan dari bahan
Double Cotton ini adalah melar ketika sering dicuci dan dipakai, apalagi jika sering ditarik
2. POLYESTER dan PE
Jenis bahan ini terbuat dari serat sintetis atau buatan dari hasil minyak bumi untuk
dibuat bahan berupa serat fiber poly dan yang untuk produk plastik berupa biji plastik.
Karena sifat bahan dasarnya, maka jenis bahan ini tidak bisa menyerap keringat dan panas
dipakainya. Terbuat dari butiran plastik sehingga terasa panas di badan dan tidak menyerap
keringat.
3. VISCOSE
Bahan Viscose merupakan bahan yang sering dipergunakan dalam pakaian-pakaian
model busana pesta, casual wear, lingerie, underwear, sampai jaket sebab halus dan licin serta
lentur. Bahan ini terbuat dari serat kayu (Eucalyptus-sejenis pohon pinus
4. WOOL
Bahan ini sangat menyerap air akan tetapi berbahan tebal sehingga jika kena noda akan lebih
sulit dibersihkan dan akan menyusut jika cara mencuci dan mengeringkannya tidak benar.
Ada juga jenis Lightweight Wool. Untuk Lightweight Wool, sesuai dengan namanya, kain
wol ini tergolong ringan dan bisa dipadukan dengan apa saja. Jatuhnya di badan pun enak
dilihat. Kelebihannya, kain ini agak ‘bandel’ alias tahan banting (awet).
5. LINEN

22
Seperti katun, namun memiliki serat yang lebih kuat, sangat cocok untuk casual wear
dan dresses. Kain cantik ini berkerut tapi jangan sampai kerutannya malahan menganggu
penampilan.
6. SUTERA/SILK
Bahan ini menyerap air dan mudah sobek. Pencucian dengan menggunakan enzym
dan pemutih dapat menyebabkan kerusakan pada jenis pakaian ini sehingga cara pencucian
yang baik dilakukan adalah dengan sistem dry clean.
7. CASHMERE
Bahan ini tergolong mewah, dengan kualitas prima. Jangan heran bila embel-embel
price tagnya pun tergolong menguras kantung. Dipadukan dengan rok yang elegan ataupun
dengan jeans saja, cashmere tetap terlihat mewah dan mahal. Semakin sering dicuci, bahan
ini akan semakin halus. Tapi perhatikan dulu, tidak sembarang cuci, karena mencucinya pun
dilakukan dengan shampoo.
8. SHEER
Biasa digunakan untuk tampilan elegan dan anggun. Pilih yang transparan dilengkapi
dengan dalaman maka akan terlihat simple yet sexy.
9. DENIM
Tidak ada yang tidak mengenal dan sayang pada jenis bahan satu ini. Denim alias
bahan jeans, dicintai semua kalangan. Semakin gelap warnanya, semakin mudah mencari
padanannya. Selain itu juga denim yang berwarna gelap akan terlihat lebih rapi dan formal
daripada yang terang dan belel.

10. JERSEY

Bahan jersey merupakan bahan kain yang dibuat dari jenis tekstil rajutan, yang terdiri
dari serat katun seluruhnya atau sebagian dicampur dengan serat sintetis. Ciri-ciri dari bahan
kain jersey ini adalah merupakan kain katun strech, halus, lebih tebal dibandingkan dengan
kain spandex rayon, serta tidak berbulu.

11. LYCRA
Lycra atau disebut juga bahan spandex biasanya dipadukan dengan bahan pakaian
lainya, karena kandungannya hanya beberapa persen saja. Tapi bahan pakaian yang terbuat
dari unsure lycra akan lebih tahan lama kerapiannya. Sifatnya yang mengikuti bentuk tubuh
(elastis) dan nyaman tidak terlalu tebal sering dipakai pula untuk pakaian senam.
12. LEATHER (BAHAN KULIT)
23
Bahan kulit ini biasanya dibedakan berdasarkan bagian tubuh dari hewan tersebut,
yaitu bagian pungung, leher, bahu, perut bawah dan paha. Bagian tubuh yang paling mahal
adalah bagian punggung karena memiliki kualitas kulit tebal dan halus yang baik
dibandingkan bagian tubuh lainnya yang tipis dan melar.
13. DRILL

Bahan jenis drill diantaranya kain drill merk taipan drill dan taipan tropical untuk
produk jepang yang kualitasnya baik dan tebal. Adapula merk American Drill seperti
Verlando dan Venosa yang harga nya lebih murah ketimbang Japan Drill. Bahan ini nyaman
sekali dipakai untuk seragam, koleksi warna pun terbilang paling lengkap dibanding bahan
merk lain. Bentuk tekstrur dari bahan ini adalah terlihat garis benang bahan ini yang jelas.
1.8. Memilih Bahan Tambahan

Bahan Pelapis (underlying) adalah bahan tambahan yang terletak di bawah bahan
utama yang fungsinya antara lain untuk membentuk, menopang kain, menjaga tetap kuat dari
gesekan, lipatan, tekanan dan tahan rendaman. Juga untuk memberi rasa nyaman saat
pemakaian seperti memberi rasa sejuk, hangat dan menghindari rasa gatal.
Dalam pembuatan busana bahan pelapis digolongkan menjadi 4 jenis yaitu
 Lapisan bawah (Underlining),
 Lapisan dalam (Interfacing),
 Lapisan antara (Interlining) dan
 Bahan pelapis (lining) yang biasa disebut furing (Lining).
Penggolongan Bahan Pelapis
a. Lapisan Bawah (Underlining)
Adalah bahan pelapis yang terletak di bagian bawah (bagian buruk) bahan utama
pakaian (Garment fabric) biasa disebut lapisan bawah atau lapisan pertama. Pada umumnya
lapisan bawah dimaksudkan untuk menguatkan bahan utama pakaian serta keseluruhan
desain.
b. Lapisan Dalam (Interfacing)
Adalah bahan pelapis yang lebih kokoh dari lapisan bawah yang dipergunakan untuk
menguatkan dan memelihara bentuk pakaian. Bahan lapisan ini dapat dipergunakan pada
seluruh bagian dari pakaian, tetapi pada umumnya hanya dipergunakan pada bagian-bagian
tertentu saja seperti pada kerah, manset, saku dan lainnya.
c. Lapisan Antara (Interlining)
24
Adalah bahan pelapis lembut dan ringan yang diletakkan diantara interfacing dan
lining pada suatu pakaian untuk memberikan rasa hangat selama dikenakan. Biasanya untuk
lengan baju dan bagian badan dari jaket atau mantel.
d. Bahan Pelapis (Lining) atau biasa disebut furing
Adalah bahan pelapis yang memberikan penyelesaian yang rapi, rasa nyaman,
kehangatan, kehalusan terhadap kulit, biasanya disebut bahan pelapis terakhir (furing) karena
merupakan penyelesaian terakhir pada pembuatan busana untuk menutupi bagian dalamnya.

Gambar.11. Penempatan Bahan Pelapis Pada Pakaian

1.9. Memilih Bahan Pelengkap


Pelengkap (aksesori) busana adalah detail-detail yang dipasang pada permukaan
busana. Bisa dipasangkan pada permukaan busana sebelum bahan digunting, pada bagian-
bagian busana sebelum dijahit, atau setelah busana selesai dijahit. Pelengkap busana bisa
sebagai unsur dekoratif (hiasan) atau unsur fungsional (kegunaan), ataupun keduanya. Segala
yang dapat dipindahkan tanpa menganggu struktur dasar busana, seperti memasang monte,
aplikasi dan bordir, adalah unsur dekoratif dan menambah nilai penampilan diri desainnya.
Sedangkan kancing-kancing dan tutup tarik adalah unsur fungsional, sebab
mereka penting untuk memudahkan mengenakan dan melepas busana, serta juga bisa
menambah perhatian pada desainnya. Macam dan Fungsi Bahan Pelengkap Busana adalah
sebagai berikut:
a. Aplikasi, adalah bentuk-bentuk dekorasi yang dijahitkan atau dilem pada busana.
b. Benang sangatlah penting dalam menjahit. Benang yang digunakan dalam menjahit juga
berpengaruh pada produk busana yang dibuat. Benang yang digunakan harus sesuai
25
dengan asal serat bahan yang digunakan. Ukuran dan pemakaian label benang berbeda-
beda untuk setiap benang.
c. Badge, bisa berupa bordiran, atau terbuat dari metal yang biasanya dijahitkan pada
busana, tetapi beberapa mempunyai segelan/lem dibelakangnya yang disetrikakan di atas
busana supaya melekat.
d. Bunga korsase (corsage), dapat dibuat dari bahan dasar busananya, atau dibeli terpisah
dan dipasangkan.
e. Bulu burung dan bulu imitasi (fake fur), terutama dengan bulu imitasi bisa diperoleh
macam-macam pola bulu kulit binatang.
f. Bisban, potongan serong bahan tetoron, satin yang dilipat yang dipergunakan untuk
pinggiran, untuk menggantikan kebutuhan lapisan singkap (facings).
g. Pita tersedia dalam beberapa ukuran dan warna. Ada yang lebarnya ¼ cm, ½ cm, 1 cm, 2
cm dan 3 cm. Pita ini juga terbuat dari bahan yang berbeda dengan warna yang beraneka,
mulai dari warna perak, emas, dan warna-warna pada umumnya. Pita digunakan sebagai
bahan untuk menghias busana, baik busana anak maupun busana orang dewasa. Pada
busana anak, pita umumnya dibuatkan bunga atau bahan untuk ikat pinggang, sedangkan
pada busana wanita dewasa atau busana remaja pita bisa dibuatkan sulaman dengan
teknik sulaman pita. Jenis pita antara lain: pita satin, pita bordir, pita strip dua atau tiga
warna, pita golt/silver (emas/perak).
h. Renda tersedia dalam aneka bahan dan model. Renda dari bahan katun digunakan
untuk menghias busana dari bahan katun pula dan sebaliknya. Renda yang terbuat dari
bahan sintetis seperti renda organdi lebih cocok digunakan untuk busana yang
berbahan sama dengan renda sehingga terlihat kesatuannya dengan bahan pakaian.
Renda yang sering digunakan terbuat dari bahan katun, sutera, nylon, polyester, dan
sebagainya. Renda dapat dibuat dengan tangan atau mesin. Beberapa macam renda sepe.
rti bordir dan renda air, privolite, renda rajutan, renda elastik.
i. Kancing mempunyai model dan ukuran yang bervariasi. Selain berfungsi sebagai
penutup belahan, kancing juga bisa dipakai sebagai hiasan atau asessoris. Dalam
memilih kancing hendaknya disesuaikan dengan pakaian atau busana yang kita buat.

26
Gambar.12. Aneka Bentuk Kancing Hias

j. Zipper (ritsluiting)
Tutup tarik atau sehelai kain/plastik/polyester yang dilegkapi gigi dan tarikan
sehingga dapat dibuka dan ditutup. Fungsinya adalah sebagai penutup belahan dan
sebagai hiasan.

Gambar.13. Tutup Tarik (Zipper)


1.10. Pemeliharaan Bahan Tekstil Dan Busana
Bahan tekstil dan busana perlu dipelihara agar selalu bersih, awet/tahan lama dan
selalu terlihat indah. Pada umumnya busana yang dipelihara dengan tepat, dicuci, diseterika
dan disimpan dengan rapi akan awet dan tahan lama, baik dari segi serat bahan itu sendiri
maupun dari warnanya. Sementara itu tidak semua busana yang kotor dapat dicuci. Apabila
busana kena noda, perlu dipisahkan karena memerlukan pemeliharaan atau teknik mencuci
yang khusus.
Prosedur pemeliharaan bahan tekstil dan busana meliputi:
a. Mencuci secara manual

27
Sebelum melakukan pencucian, pisahkan dahulu busana yang berwarna dan yang
putih. Setelah itu rendam hanya dengan air biasa, tujuannya adalah untuk melepaskan
kotoran dan debu yang melekat pada pakaian tersebut, selama 10 menit, kemudian
rendam dengan menggunakan detergen/sabun selama kurang lebih 20 menit. Lalu
digosok pada bagian yang kotor dan bilas sampai bersih. Setelah itu dijemur dengan
memperhatikan sifat/asal serat.
b. Mencuci dengan mesin cuci
Asal serat wol dan sutera sebaiknya tidak menggunakan mesin cuci dalam
pemeliharaannya. Kapasitas mesin cuci berbeda sesuai dengan spesifikasi mesin
tersebut. Untuk rumah tangga kapasitas 4–10 kg. Untuk industri lebih besar seperti
25–35 kg.

Label Pada Busana


Label merupakan keterangan yang terdapat pada suatu hasil produksi. Keterangan tersebut
memberi kejelasan pada konsumen tentang segala sesuatu yang menyangkut antara lain sifat
dan kualitas bahan. Label tekstil meliputi label kain, busana jadi dan benang.
Fungsi Label diantaranya adalah:

a. Merupakan salah satu bentuk perlindungan pemerintah kepada konsumen


b. Dengan melekatkan label sesuai dengan peraturan berarti produsen memberikan
keterangan yang diperlakukan oleh para konsumen agar dapat memilih membeli
serta meneliti secara bijaksana.

c. Merupakan Jaminan bahwa barang yang telah dipilih tidak berbahaya bila
digunkan untuk mengatasi hal ini maka para konsumen membiasakan diri untuk
membaca label terlebih dahulu sebelum membelinya.

d. Dengan membaca label, konsumen dapat mengetahui spesifikasi produk tekstil


seperti jenis serat, ukuran, komposisi kain, ketahanan lentur warnanya, cara
perawatan dan sebagainya.

Khusus mengenai cara pemeliharaan busana, biasanya dinyatakan dalam bentuk


symbol atau gambar. Ada 5 (lima) symbol dasar yang merupakan symbol internasional :

28
Wash

Dry Cleaning

Bleach

Iron

Dry

Tabel. 2. Simbol Dasar Pemeliharaan Bahan Tekstil dan Busana


Sumber.http://www.coatsindustrial.com

1.11. Konstruksi Rajutan Dan Kaitan


Merajut (knitting) salah satu proses untuk mendapatkan lembaran kain yang
dihasilkan dari jeratan-jeratan benang yang bersambung satu sama lainnya, dimana letak
jeratan-jeratan ini teratur merupakan suatu deretan. Merajut berbeda dengan menenun yaitu
menyilangkan dua jajaran benang yang saling tegak lurus. Merajut hanya menggunakan
sehelai benang yang dibentuk sedemikian rupa. Pada proses pembuatan rajutan, sebaris
tusukan yang telah selesai dipegang pada salah satu jarum rajut, dilanjutkan hingga
menghasilkan tusukan baru.
Merajut dapat dilakukan dengan tangan ataupun dengan mesin. Dalam merajut,
terdapat berbagai jenis gaya dan teknik yang dilakukan. Teknik dasar dalam merajut adalah
tusuk atas dan tusuk bawah. Tusuk atas dilakukan dengan mengaitkan benang dari arah
depan. Sementara tusuk bawah dilakukan dengan mengaitkan benang dari arah belakang.
Struktur kain rajut bisa dikatakan dibentuk oleh sekelompok rangkaian jeratan-jeratan benang
yang saling mengait satu dengan yang lainnya.
Konstruksi Rajutan
Konstruksi rajutan ditinjau dari alat yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Konstruksi Rajutan Pakan
Konstruksi rajutan pakaian ialah apabila kain itu tersusun benang benang yang
membentuk jeratan-jeratan sedemikian rupa hingga sehelai benang membentuk satu jeratan,
29
dan benang-benang tersebut memanjang kearah lebar kain. Alur-alur tersebut terbentuk oleh
rangkaian jeratan yang disebut deret jeratan (course ). Konstruksi rajutan pakan terdiri dari
tiga macam yaitu; (a.) Rajutan polos, (b) Rajutan purl, (c) Rajutan rib.

Gambar.14. 1 Deret Jeratan dan 2 Baris Jeratan

2. Konstruksi kain rajut lungsi


Kain rajut lungsi ialah apabila kain itu tersusun dari benang-benang yang membentuk
jeratan-jeratan kearah panjang kain, Alur-alur tersebut terbentuk oleh rangkaian jeratan yang
disebut baris jeratan (wale). Baris jeratan ini merupakan satu deretan jeratan rajut kearah
panjang kain yang dalam pembuatannya dibentuk oleh satu jarum. Kain rajutan lungsi terdiri
dari tiga jeratan dasar sebagai berikut; (a) Kain rajut tricot, (b) Kain Raschel, (c) Milanesse.

Gambar.15. Merajut Menggunakan Tangan Gambar.16. Merajut Menggunakan mesin

30
Teknik pembuatan bahan baru lainnya adalah kaitan, kaitan ini terbuat dari benang
kait seperti benang sayet, benang DMC no.8, benang cap jagung atau tali raffia. Untuk
mengait dipergunakan jarum kait dari ukuran kecil sampai besar, disesuaikan dengan benang
yang digunakan. Untuk jarum kait yang kecil (dengan jarum yang bernomor besar) dipakai
benang yang kecil (halus). Untuk benang yang besar digunakan jarum kait yang besar
(dengan jarum yang bernomor kecil).
Kaitan
Teknik membuat kain yang lain adalah mengait dan hasilnya dinamakan crochet
(kaitan). Kaitan dibuat dari benang kait, misalnya benang wol, benang akrilik, benang katun,
benang nilon maupun jerami (raffia) dan lainnya. Mengait menggunakan jarum kait (haak-
pen/Belanda, Crochet needle/Inggris) dari ukuran kecil sampai besar, disesuaikan dengan
benang yang dipergunakan. Jarum kait yang kecil (jarum bernomor kecil) dipakai benang
yang kecil (halus). Benang yang besar menggunakan jarum kait yang besar (jarum bernomor
besar). Nomor jarum kait ukuran standar internasional adalah dari 0.60 sampai dengan 7.00.
Contoh hasil kaitan ialah blus, vest (rompi), selendang, taplak meja, seprei, tas, topi, dan
lainnya.
Ada bermacam-macam kaitan antara lain:
a. Kaitan Biasa
b. Kaitan Tunisia
c. Kaitan Irish
d. Kaitan Amerika
e. Kaitan Renda
Konstruksi kaitan dasar adalah:
1. Kaitan tunggal,
2. Kaitan rangkap,
3. Kaitan stok atau rangkap tiga,
4. Kaitan setengah stok,
5. Kaitan double stok,

31
A. Tugas
1. Benang merupakan hasil akhir dari proses pemintalan baik berupa benang alam ataupun
benang buatan. Uraikan secara ringkas penggolongan benang menurut kategorinya.

2. Salah satu pengolahan yang dilakukan terhadap bahan tekstil adalah penyempurnaan,
yang merupakan (finishing) pengerjaan pada serat, benang atau kain yang ditujukan
untuk mengubah / menyempurnakan kenampakan, pegangan atau daya guna (fungsi)
bahan tersebut. Sebutkan dan jelaskan proses penyempurnaan bahan tekstil.

3. Bahan Pelapis (underlying) adalah bahan tambahan yang terletak di bawah bahan utama
yang fungsinya antara lain untuk membentuk, menopang kain, menjaga tetap kuat dari
gesekan, lipatan, tekanan dan tahan rendaman. Juga untuk memberi rasa nyaman saat
pemakaian seperti memberi rasa sejuk, hangat dan menghindari rasa gatal. Gambarkan
dan jelaskan letak/posisi setiap bagian penempatan bahan pelapis pada sebuah jas.

B. Forum Diskusi

Jelaskan mengapa kita perlu memahami klasifikasi kain, konstruksi kain, dan
karakteristik kain dalam kaitannya dengan cara perawatannya.

PENUTUP

A. Rangkuman

32
Materi bahan tekstil ini sangat penting anda pelajari karena akan sangat membantu anda
dalam menentukan jenis perawatan bahan tekstil pada busana anda sesuai dengan
karakteristik dan spesifikasi bahan tekstil dan jenis busana tersebut.
1. Perawatan bahan tekstil adalah proses merawat bahan tekstil agar tetap terpelihara seperti
baru mulai dari konstruksi bahan tekstilnya, kebersuhan, keawetan, warna/motif,
kenampakan, kerapian, dan kenyamanannya agar tetap terjaga kondisinya meskipun
sering digunakan
2. Tujuan utama perawatan bahan tekstil pada busana adalah untuk mempertahan kan
bentuk, keindahan, kecemerlangan warna/motif, dan kenyamanan saat dikenakan.
3. Jenis perawatan bahan tekstil ada 2, yaitu : perawatan secara umum dan perawatan secara
khusus.
4. Perawatan secara umum meliputi: pencucian, penjemuran, penyetrikaan, dan
penyimpanan.
5. Perawatan bahan tekstil secara khusus adalah perawatan bahan tekstil pada jenis busana
tertentu sehingga membutuhkan perlakuan dan perawatan khusus, misalnya pada kain
bati tulis.

B.Tes Formatif

1. Urutan dalam pemeliharaan bahan tekstil yang benar adalah.....

a. Pencucian, penyetrikaan, pengeringan dan penyimpanan

b. Pencucian, pengeringan, penyetrikaan dan penyimpanan

c. Pengeringan, pencucian, penyetrikaan dan penyimpanan

d. Penyetrikaan, pencucian, penyetrikaan dan pengeringan

e. Penyimpanan, Pencucian, penyetrikaan dan pengeringan

2. Dengan cara Dry cleaning. Dry cleaning adalah.....

a. Mencuci dengan air

b. Mencuci dengan disemprot

c. Mencuci dengan pemutih

d. Mencuci tanpa air menggunakan obat kimia

e. Mencuci dengan dipres

33
3. . Obat pencuci banyak macamnya,di bawah ini yang tidak termasuk obat pencuci
adalah.....

a. Sabun

b. Aceton

c. Garam dapur

d. Tepung tapioka

e. Tepung kanji

4. Pakaian yang terkena noda cat kuku dapat dihilangkan dengan menggunakan.....

a. Bedak

b. Aceton

c. Garam dapur

d. Bleaching

e. Jeruk nipis

5. Agar warna pada batik awet, maka dalam mencuci sebaiknya menggunakan.....

a. Garam dapur

b. Tepung kanji

c. Deterjen

d. Ocalis asid

e. Lerak

6. Pakaian yang terkena noda darah dapat dihilangkan dengan menggunakan….

a. Tepung kanji

b. Bedak

c. Jeruk nipis

d. Sabun mandi

e. Garam dapur

7. Pengeringan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dijemur dan dengan
menggunakan.....

a. mesin pendingin

b. mesin pengering

34
c. mesin press

d. mesin pemanas

e. mesin uap

8. Drip dry in shade” maksudnya adalah.....

a. Jangan dikeringkan pada mesin pengering

b. Jangan dipiuh, dijemur di tempat yang teduh

c. Dijemur di tempat dingin

d. Dapat dikeringkan dengan mesin cuci

e. Dijemur di bawah matahari

9. Alat bantu setrika yang salah satu ujungnya runcing disebut dengan.....

a. Rol kampuh (Seam roll)

b. Lap setrika (Press cloth)

c. Papan meruncing (Point presser)

d. Papan lengan baju (Sleeve boards)

e. Balok penepuk (Wooden lapper)

10. Pakaian yang luntur bila dicuci, biasanya diberi keterangan.....

a. Use mild soup

b. No chloring bleach

c. Do not rub or wring

d. Wash separately

e. Dry away from direct sunlight

Daftar Pustaka
35
Budiyono. 2008. KRIYA TEKSTIL Untuk SMK JILID 1. Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah. Departemen Pendidikan Nasional

Budiyono. 2008. KRIYA TEKSTIL Untuk SMK JILID 2. Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah. Departemen Pendidikan Nasional
Budiyono. 2008. KRIYA TEKSTIL Untuk SMK JILID 3. Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah. Departemen Pendidikan Nasional
Ernawati. 2008.Buku Tata Busana Jilid lI .Jakarta.Departemen Pendidikan

Nasional. Masyhariati, Lily,2013. Tekstil I. Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan, Jakarta Puspo, Goet. 2005. Pemilihan Bahan Tekstil. Kanisius

Yogyakarta
Rambe,A,dkk.2014. I M Usaha Penjahit Busana Wanita dalam Pembuatan Aksesoris dari
b
Limbah Kain Perca. Laporan Kegiatan Pengabdian Masyarkat,
Universitas Negeri Medan.
Tim Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya, 2001. Mengidentifikasi Benang Tekstil.
Departemen Pendidikan Nasional Proyek Pengembangan Sistem Dan Standar
Pengelolaan Smk Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan Jakarta
http://teknologitekstil.com/klasifikasi-serat-tekstil . Akses 25 Juli 2021
http://mode.ok-rek.com/2014/11/klasifikasi-serat-tekstil-alam-buatan.html . Akses 2 5 Juli
2021

http://www.slideshare.net/085753889956/asbes-presentation . Akses 7 juli 2021

http://kelasbusana.blogspot.co.id/2016/01/jenis-jenis-kancing-pada-busana. Akses 25 juli


2021
http://www.coatsindustrial.com/id/information-hub/apparel-expertise/care-labels.
Akses 25 juli 2021
http://garmenstudionline.blogspot.co.id/2013/01/fusing-dan-bahan-pelapis.html.
Akses 8 April 2017
https://iniyangbener.blogspot.co.id/2012/11/3-bahan-ajaib-yang-membuat-baju- pemadam.html.
Akses 25 juli 2021
http://www.mikirbae.com/2016/08/macam-macam-belahan-pada-jahitan.html. Akses
25 juli 2021

36

Anda mungkin juga menyukai