Anda di halaman 1dari 19

ZAMAN LOGAM

Masa perundagian: budaya logam

• Sekitar tahun 300 SM, gelombang kedua dari bangsa Melayu


Austronesia dari ras Mongoloid tiba di Nusantara (bangsa
Deutero-Melayu atau Melayu Muda).
• Bangsa Deutero-Melayu ini hidup bersama dan bahkan
kawin-mawin (kohabitasi) dengan penduduk asli dari bangsa
dan ras yang sama yang jauh lebih dulu tiba di Nusantara
(pada masa bercocok tanam), yang biasa disebut dengan
bangsa Proto-Melayu.
Corak kehidupan sosial-ekonomis

• Masa ini disebut masa perundagian—dari kata undagi yang berarti


terampil—karena pada masa ini muncul golongan undagi atau golongan
yang terampil melakukan suatu jenis usaha tertentu, seperti membuat
alat-alat dari logam, rumah kayu, gerabah, perhiasan, dan sebagainya.
• Munculnya alat-alat dari logam hanya mengganti alat-alat dari batu dan
tulang, dan tidak menggantikan gerabah.
• hidup secara menetap di desa-desa di daerah pegunungan, dataran
rendah, dan di tepi pantai dalam tata kehidupan yang makin teratur dan
terpimpin.
• Perahu bercadik memainkan peranan yang besar dalam hubungan-hubungan
perdagangan ini.
• Perdagangan dilakukan dengan cara tukar-menukar barang-barang (barter).
• Ada dua teknik utama membuat barang-barang dari logam, yaitu a cire perdue
(teknik cetak tuang) dan bivalve (teknik dua setangkup).
ZAMAN LOGAM

Setelah kita membahas tahapan hasil budaya manusia purba pada zaman batu, marilah kita sekarang
menuju ke zaman logam. 5
Kepandaian membuat logam diperoleh ketika nenek moyang kita menerima pengaruh dari kebudayaan
Donson (Vietnam). Kebudayaan perunggu menyebar ke Nusantara, sekitar tahun 500 SM.
Hasil budayanya
meliputi

1. KAPAK CORONG & CANDRASA 2. NEKARA & MOKO


Kapak Corong & Candrasa, keduanya merupakan alat yang Nekara, juga memiliki fungsi sebagai alat upacara. Nekara
sering digunakan sebagai tanda kebesaran atau alat memiliki berbagai macam tipe. Nekara adalah genderang
upacara saja. Kapak Corong banyak ditemukan di besar yang terbuat dari perunggu berpinggang di bagian
Sumatera Selatan, Jawa, Bali, Sulawesi Tengah, Selayar tengahnya. Nekara banyak ditemukan di Sumatera, Jawa,
dan dekat Danau Sentani, Papua Bali, Roti, Selayar dan Kepualauan Kei.
Yang berbentuk lebih kecil disebut Moko, banyak
ditemukan di alor dan digunakan sebagai mas kawin.

Kapak Corong Candrasa

Nekara Moko
SMA Negeri 71 Jakarta Sejarah Peminatan
3. BEJANA PERUNGGU 4. GERABAH

Bejana Perunggu, bejana yang digunakan sebagai Gerabah, pada zaman logam mencapai tingkat
tempat air 6 yang lebih maju dengan ragam hias yang lebih
kaya. Tempat penemuan gerabah misalnya di
Gilimanuk (Bali), Leuwiliang (Bogor), Anyer (Jawa
Barat), dan Kalumpang (Sulawesi Selatan)

SMA Negeri 71 Jakarta Sejarah Peminatan


Gerabah

Sumber: mnplatypus, pixabay.com Sumber: BarnImages, pixabay.com

Dikenalnya teknik pembuatan gerabah menjadi salah satu ciri khas hasil budaya pada masa
bercocok tanam. Tradisi yang telah berkembang sejak seribuan tahun lalu ini masih dipraktikkan
sampai sekarang.
Bentuk kepercayaan

Hasil budayanya berupa bangunan-bangunan besar atau megalithik (mega


berarti besar, dan lithikum atau lithos berarti batu) yang berfungsi sebagai
sarana pemujaan kepada roh nenek moyang, seperti menhir, batu berundak,
dolmen, kubur batu, sarkofagus, waruga, serta berbagai jenis arca berukuran
besar.

Kompleks bangunan megalithik berupa


menhir (batu tegak) di Bori, Tana Toraja,
Sulawesi Selatan.

Sumber:
Mw.Prof.Dr. C.H.M. (Hetty) Nooy-Palm (Fotograaf/photograp
her
), wikimedia.org
Hasil Corak Hidup Manusia Teknologi Kepercayaan
Kebudayaan Pendukungn
ya

• Kapak • Hidup Bangsa Deutro • Bivalve • Animisme


Corong/ dalam suatu Melayu dg • A cire • Dinamisme
kapak perkampung mmbawa perdue atau
sepatu an kebudayaan cetakan lilin
• Nekara • Sudah ada Dongsong
• Bejana pemimpin Nenek moyang
perunggu • Nomaden dg dari suku
• Arca rumah bangsa Jawa,
perunggu panggung Bali, Bugis,
• Pertanian Madura
• Pembagian
kerja ssuai
keahlian
Hasil Kebudayaan pada Masyarakat Praaksara
Tingkat Lanjut: Tradisi Lisan

1. Tradisi, tradisi lisan, dan folklor


• Kata tradisi berasal dari bahasa Latin tradition, yang berarti
menyampaikan atau meneruskan.
• Menurut Kuntowijoyo, tradisi lisan merupakan salah satu sumber
sejarah; sebab dalam tradisi lisan terekam masa lampau manusia yang
belum mengenal tulisan entah terkait dengan kebiasaan, adat istiadat,
kepercayaan, nilai-nilai, atau pengalaman sehari-hari mereka.
• Tradisi lisan terangkum dalam apa yang disebut folklor.
Ciri-ciri folklor

• Penyebaran dan pewarisannya dilakukan secara lisan.


• Bersifat tradisional, artinya terikat dalam bentuk dan aturan yang baku.
• Bersifat anonim, artinya nama penciptanya tidak diketahui.
• Memiliki gaya bahasa yang suka melebih-lebihkan (hiperbola), serta sering
menggunakan kata-kata klise.
• Menggunakan kalimat pembuka dengan kata-kata, “menurut empunya
cerita” atau menurut sahibulhikayat”, dan menutupnya dengan “…
demikianlah mereka hidup berbahagia selamanya ….”
• Memiliki fungsi penting dalam kehidupan bersama dalam suatu
masyarakat: selain sebagai hiburan, pendidikan nilai, juga untuk
menyampaikan protes sosial dan bahkan untuk mengungkapkan keinginan
yang terpendam.
• Merupakan milik bersama masyarakat pendukungnya.
2. Jenis-jenis folklor

Mitos
• Cerita prosa rakyat yang tokohnya para dewa atau makhluk
setengah dewa yang terjadi di dunia lain pada masa lampau dan
dianggap benar-benar terjadi oleh yang empunya cerita atau oleh
penganutnya.

Legenda
• Prosa rakyat yang dianggap oleh yang empunya cerita sebagai
sesuatu yang benar-benar terjadi. Bedanya dengan mitos, tokoh
dalam legenda lebih bersifat duniawi.
• Legenda keagamaan, legenda alam gaib, legenda perorangan,
dan legenda tempat (lokasi).

Dongeng
• Cerita fiktif atau imajinatif yang diceritakan turuntemurun.
Nyanyian rakyat
• Jenis folklor yang terdiri dari teks dan lagu. Dalam nyanyian
rakyat kata-kata dan lagu merupakan satu kesatuan yang tak
terpisahkan.
• Namun, teks yang sama tidak selalu dinyanyikan dengan lagu
yang sama; sebaliknya, lagu yang sama sering dipakai untuk
menyanyikan beberapa teks nyanyian yang berbeda.

Upacara
• Rangkaian tindakan atau perbuatan yang terikat pada aturan-
aturan tertentu seperti adat istiadat, agama, dan kepercayaan.
3. Upaya melestarikan tradisi lisan

a. Wayang
Wayang kulit, wayang wong, dan wayang golek.

Sumber: Gunawan Kartapranata, wikimedia.org

Pertunjukan wayang wong dengan kekhasan pada penggunaan kostum sesuai tuntutan
cerita.
b. Wayang Beber
• Wayang beber menggunakan media gambar yang lakon-lakonnya dilukis
di atas kertas (daluang) dengan ukuran antara 200 x 70 cm, lalu
dibentangkan (dibeber).
• Mengambil cerita dari kisah Panji yang terjadi pada masa Kerajaan
Majapahit dan Kerajaan Kediri (sekitar abad ke-8 hingga awal abad ke-
16).

c. Mak Yong
• Mak yong adalah sejenis pertunjukan tradisi lisan yang berasal dari
Pattani, Thailand selatan.
• Ada banyak unsur seni dalam pementasan mak yong, seperti drama, tari,
musik, dan mimik.
d. Didong
• Didong merupakan kesenian tradisional masyarakat Gayo, Provinsi Aceh.
• Unsur-unsur yang ada di dalam didong meliputi seni sastra, seni tari, dan
seni suara. Tokoh utama dalam tradisi ini adalah ceh yang mempunyai
kemampuan untuk menggubah lagu.

Pertunjukan didong pada


masa Hindia Belanda

Sumber: Tak diketahui, wikimedia.org


e. Rabab Pariaman
Rabab pariaman adalah salah satu tradisi lisan yang berasal dari Sumatra
Barat. Rabab adalah sejenis alat musik gesek yang menggunakan tempurung
kelapa sebagai badannya, ditutup dengan bambu dan diberi kayu dan hiasan
bunga pada kepalanya.

f. Tanggomo
Tanggomo merupakan salah satu bentuk puisi tradisional dalam tradisi lisan
yang berasal dari Provinsi Gorontalo. Pertunjukan puisi tersebut dinyanyikan
oleh seorang penyanyi yang disebut to motanggomo.
E. Kesinambungan Hasil Budaya Manusia
Praaksara dan Manusia Modern
1. Tradisi gerabah

• C. Kruyt dan Van Heekeren mencatat pembuatan gerabah dengan teknologi


tatap pelandas masih tetap digunakan oleh orang orang Toraja di Sulawesi
sampai sekarang.
• Di Pulau Jawa, di daerah-daerah seperti di Tuban, Bantul, Gunung Tangkil dekat
kota Bogor, dan Desa Ajun dekat kota Pamanukan.
• Van Heekeren dan RP Soejono juga menemukan cara-cara pembuatan gerabah
yang sama di Desa Beru, wilayah Soppeng, Sulawesi Selatan.
2. Tradisi megalitik dan sistem kepercayaan
• Suku Bena di sebuah perkampungan adat di Flores. Perkampungan adat
yang dihuni oleh sekitar 60 kepala keluarga ini terletak di sebuah dataran
tinggi. Perkampungan adat ini khas budaya Megalitik.

3. Tradisi penguburan
• Penguburan langsung sampai sekarang masih dapat kita temui di daerah
Truyan di kaki gunung Batur Bali.
• Penguburan tidak langsung, di Sabu, Ngada, Timor, Batak, Nias, Sumba,
Toraja dan lain-lain, dan sampai sekarang masih dipraktikkan.

4. Tradisi bercocok tanam


• Tradisi bercocok tanam yang dilakukan oleh orang-orang Kanekes, yang
tinggal di wilayah Kabupaten Lebak, Banten yang lebih kita kenal dengan
sebutan masyarakat Baduy.
• Dalam mengelola tanah pertanian mereka masih taat dengan pikukuh,
yaitu kepatuhan terhadap adat, di antaranya mereka tidak diperkenankan
untuk mengubah kontur tanah ladang.

Anda mungkin juga menyukai