TUGAS SEJARAH
KELAS 10
[3.1] Memahami Konsep Berpikir Kronologis, Diakronik, Sinkronik, Ruang, dan Waktu
dalam Sejarah
Kronologi Terdiri dari 2 kata, yaitu Chronos adalah waktu dan Logos berarti ilmu atau
pengetahuan. Kronologi adalah catatan kejadian-kejadian yang diurutkan sesuai dengan waktu
terjadinya. membantu merekonstruksi kembali suatu peristiwa berdasarkan urutan waktu secara
tepat dan untuk membandingkan kejadian sejarah dalam waktu yang sama di tempat berbeda
yang terkait peristiwanya. Kronologi peristiwa zaman prasejarah dari zaman megalithikum dan
seterusnya.
Diakronik
Dia artinya melintas, melampaui, atau melalui. Jadi, Diakronik itu memanjang dalam waktu tapi
terbatas dalam ruang, bersifat vertikal membicarakan satu peristiwa tertentu dengan tempat
tertentu, dari waktu A sampai waktu B.
Sinkronik
Sinkronik meluas dalam ruang tetapi terbatas dalam waktu. menganalisa sesuatu tertentu pada
saat tertentu, titik tetap pada waktunya, kajiannya lebih mendalam
Konsep Ruang
• merupakan tempat terjadinya berbagai peristiwa – peristiwa sejarah dalam perjalanan
waktu.
• konsep ruang menitikberatkan pada aspek tempat, dimana peristiwa itu terjadi.
Konsep waktu
• waktu menitik beratkan pada aspek kapan peristiwa itu terjadi, maka
• Waktu membuat kejadian sejarah yang terjadi pada manusia memiliki pembabakan,
seperti masa lalu misalnya. Masa lalu sifatnya adalah terbuka dan berkesinambungan
[3.2] Memahami konsep perubahan dan keberlanjutan dalam sejarah
Konsep Perubahan
Perubahan adalah keadaan yang berubah. Di mana keadaan yang sekarang tidak sama dengan
keadaan yang akan datang.
Contoh: suatu pasangan yang sudah menikah dahulu tidak mempunyai anak sekarang telah
memiliki dua bayi kembar.
Faktor pendorong : Orientasi ke masadepan, penduduk yang heterogen, sistem masyarakat
yang terbuka
Faktor penghambat : Pengetahuan terhambat, pemikiran tradisonal tentang hal negatif
perubahan, kurangnya hubungan antar masyarkat
Konsep Keberlanjutan
Rangkaian peristiwa yang telah terjadi maupun yang akan terjadi merupakan peristiwa yang
berkelanjutan, sebab tidak ada peristiwa yang berdiri sendiri dan bisa dipisahkan dengan
peristiwa lainnya. Adapun konsep keberlanjutan, yaitu suatu keadaan yang telah berlangsung
lama. Keberlanjutan dalam sejarah merupakan rangkaian peristiwa di masa lalu, masa
sekarang, dan masa depan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya.
Contoh: Pasangan yang memiliki 2 anak bayi kembar sekarang telah berkembang enjadi remaja
yang rupawan.
[3.3] Menganalisis kehidupan manusia purba dan asal-usul nenek moyang bangsa
Indonesia (melanesoid, proto, dan deuteron melayu)
1. Meganthropus Paleojavanicus
Yang pertama itu Meganthropus Paleojavanicus, yang artinya manusia besar tertua dari Jawa. Ini
diambil dari kata Mega yang artinya besar, Anthropus yang artinya manusia, Paleo yang artinya
tua, dan Javanicus yang artinya Jawa. Dinamakann Javanicus bukan berarti mereka dulu
ngomongnya pake bahasa Jawa ya gais hehehe. Tapi karena ditemukannya di Sangiran, Jawa
Tengah oleh G. H. R. von Koenigswald pada tahun 1936-1941.
2. Pithecanthropus Mojokertensis
Ada yang namanya Pithecanthropus Mojokertensis, artinya manusia kera dari Mojokerto. Ini
diambil dari kata Pithecos yang artinya kera dan Anthropus yang artinya manusia. Karena
ditemukannya di Mojokerto, Jawa Timur, jadi dinamainnya Mojokertensis, deh. Nah, kalo ini
tingginya gak setinggi Meganthropus nih yang katanya bisa di atas 2 meter tingginya, kalo
mereka cuma kisaran 165 - 180 meter ya. Dan fosil manusia purba ini juga ditemukannya oleh
von Koenigswald ya, pada tahun 1936.
3. Pithecanthropus Erectus
Lalu, berikutnya masih di kategori yang sama, ada Pithecanthropus Erectus, yang artinya
manusia kera berbadan tegak. Ini diambil dari kata Erectus yang artinya tegak. Kalo yang ini
ditemukannya oleh Eugene Dubois pada tahun 1891 ya gais, di Lembah Bengawan Solo, Jawa
Tengah.
4. Pithecanthropus Soloensis
Terakhir, untuk yang ketiga dari kategori Pithecanthropus ada yang namanya Pithecanthropus
Soloensis ya. Yang ini ditemukan oleh von Koenigswald juga nih bareng kawan-kawannya pada
tahun 1931 di Desa Ngandong, Jawa Tengah. Buat yang udah nebak, bener banget, nih! Kata
Soloensis artinya Solo ya, jadi kalo diartikan, Pithecanthropus Soloensis adalah manusia kera
berbadan tegak dari Solo.
5. Homo Wajakensis
Kali ini, kita masuk ke kategori ketiga nih gais, kategori Homo yang artinya manusia. Jadi,
sebutannya bukan manusia kera lagi ya. Yang pertama ada Homo Wajakensis yang artinya
manusia dari Wajak. Ini karena fosilnya ditemukan di Desa Wajak, Jawa Timur oleh van
Rietschoten pada tahun 1889. –
6. Homo Floresiensis
Lalu yang kedua, ada Homo Floresiensis yang artinya manusia dari Flores. Ini karena fosilnya
ditemukan di Pulau Flores, Nusa Tenggara oleh Peter Brown pada tahun 2002 loh, gais! Jadi,
masih agak anget lah yaa dibanding yang lain xixixi. Penemuannya sempat jadi obrolan juga loh
bagi para ahli, karena dibilang bisa jadi Homo Floriensis inilah yang merupakan nenek moyang
orang Indonesia
7. Homo Soloensis
Yang ketiga ada yang namanya Homo Soloensis, yang artinya manusia dari Solo. Lagi-lagi fosil
ini ditemukan oleh von Koenigswald ya gais bersama kawannya pada tahun 1931 di Sangiran,
Jawa Tengah.
8. Homo Sapiens
Homo Sapiens, yang artinya manusia cerdas atau bijaksana. Ini diambil dari kata Sapiens yang
artinya bijaksana. Fosil Homo Sapiens ini ditemukan oleh von Koenigswald juga dan kawan-
kawannya pada tahun 1931 sampai 1934. Homo Sapiens ini sebenarnya kategori umumnya gitu .
Jadi Homo Soloensis, Wajakensis, dan Floresiensis termasuk sebagai Homo Sapiens juga, hanya
saja masing-masing memiliki ciri khasnya sendiri.
[3.4] Memahami hasil-hasil dan nilai-nilai budaya masyarakat praaksara Indonesia dan
pengaruhnya dalam kehidupan lingkungan terdekat
2. Teori Sudra
Para budak dari India dan China datang ke Nusantara karena dibawa oleh pemiliknya atau karena
mencari kehidupan yang lebih baik. Pada saat mereka menetap di Nusantara, mereka berasimilasi
dan berakulturasi dengan penduduk sekitar. Hal tersebut membawa perubahan pada penduduk
yang pada awalnya memeluk Animisme dan Dinamisme, berganti memeluk agama Hindu atau
Buddha. Teori ini dikemukakan oleh van Faber. Kebudayaan Hindu dan Buddha tidak hanya
memengaruhi cara beribadah masyarakat Nusantara pada jaman itu, tetapi juga memberikan
beberapa peninggalan lain. Misalnya kerajaan yang pernah berkuasa, tempat keagamaan,
prasasti, cara hidup, dan masih banyak lagi.
[3.6] Menganalisis perkembangan kehidupan masyarakat, pemerintahan, dan budaya
pada masa kerajaan-kerajaan Hindu dan Buddha di Indonesia serta menunjukkan
contoh bukti-bukti yang masih berlaku pada kehidupan masyarakat Indonesia masa kini
Kerajaan-Kerajan Hindu- Budha
• Kerajaan Kutai
Kerajaan tertua bercorak Hindu di Indonesia adalah kerajaan Kutai. Kerajaan ini terletak di
Kalimantan, tepatnya di hulu sungai Mahakam. Nama Kutai diambil dari nama tempat
ditemukannya prasasti yang menggambarkan kerajaan tersebut. Tujuh buah yupa merupakan
sumber utama bagi para ahli untuk menginterpretasikan sejarah Kerajaan Kutai. Dari salah satu
yupa tersebut, diketahui bahwa raja yang memerintah Kerajaan Kutai saat itu adalah
Mulawarman.
Mulawarman adalah anak Aswawarman dan cucu Kudungga, Nama Mulawarman dan
Aswawarman sangat kental dengan pengaruh bahasa Sansekerta. Putra Kudungga, Aswawarman,
kemungkinan adalah raja pertama kerajaan Kutai yang bercorak Hindu. Ia juga diketahui sebagai
pendiri dinasti Kerajaan Kutai sehingga diberi gelar Wangsakerta, yang artinya pembentuk
Keluarga.
Putra Aswawarman adalah Mulawarman. Dari yupa, diketahui bahwa pada masa pemerintahan
Mulawarman, Kerajaan Kutai mengalami masa keemasan. Wilayah kekuasaannya meliputi
hamper seluruh wilayah Kalimantan Timur. Rakyat Kutai hidup sejahtera dan makmur.
• Kerajaan Tarumanegara
Sumber sejarah Kerajaan Tarumanegara diperoleh dari prasasti-prasasti yang berhasil ditemukan.
Namun, tulisan pada beberapa prasati, seperti pada Prasati Muara Cianten dan Prasasti Pasir Awi
sampai saat ini belum dapat diartikan. Banyak informasi berhasil diperoleh dari tulisan pada
kelima prasasti lainnya, terutama Prasasti Tugu yang merupakan prasasti terpanjang, Tujuh
prasasti dari kerajaan Tarumanegara adalah: Prasasti Ciaruteun, Prasasti Kebon Kopi, Prasasti
Jambu, Prasasti Muara Cianten, Prasasti Tugu, Prasasti Pasir Awi, dan Prasasti Munjul.
Sumber sejarah penting lain yang dapat menjadi bukti keberadaan kerajaan Tarumanegara adalah
catatan sejarah pengelana Cina. Catatan sejarah pengelana Cina yang menyebutkan keberadaan
Kerajaan Tarumanegara adalah catatan perjalanan pendeta Cina Fa-Hsein, pada tahun414 dan
catatan kerajaan Dinasti Sui dan Dinasti Tang. Dari salah satu prasasti, yakniPrasati Ciaruteun
yang ditemukan di Desa Ciampea, Bogor, diketahui bahwa Purnawarman dikenal sebagai raja
yang gagah berani. Data sejarah yang lebih jelas, terdapat pada Prasasti Tugu. Pada prasasti yang
panjang ini, dikatakan bahwa pada tahun pemerintahannya yang ke-22, Purnawarman telah
menggali Sungai Gomati. Dari prasati tersebut, dapat disimpulkan bahwa Purnawarman
memerintah dalam waktu yang cukup lama.
[3.7] Menganalisis berbagai teori tentang proses masuknya agama dan kebudayaan
Islam ke Indonesia
Teori masuknya Islam
1. Teori Gujarat
Teori ini beranggapan bahwa agama dan kebudayaan Islam dibawa oleh para pedagang dari
daerah Gujarat, India yang berlayar melewati selat Malaka. Teori ini menjelaskan bahwa
kedatangan Islam ke Nusantara sekitar abad ke 13, melalui kontak para pedagang dan kerajaan
Samudera Pasai yang menguasai selat Malaka pada saat itu.
Teori ini juga diperkuat dengan penemuan makam Sultan Samudera Pasai, Malik As-Saleh pada
tahun 1297 yang bercorak Gujarat. Teori ini dikemukakan oleh S. Hurgronje dan J. Pijnapel.
2. Teori Persia
Umar Amir Husen dan Hoesein Djadjadiningrat berpendapat bahwa Islam masuk ke Nusantara
melalui para pedagang yang berasal dari Persia, bukan dari Gujarat. Persia adalah sebuah
kerajaan yang saat ini kemungkinan besar berada di Iran.
Teori ini tercetus karena pada awal masuknya Islam ke Nusantara di abad ke 13, ajaran yang
marak saat itu adalah ajaran Syiah yang berasal dari Persia. Selain itu, adanya beberapa
kesamaan tradisi Indonesia dengan Persia dianggap sebagai salah satu penguat.
Contohnya adalah peringatan 10 Muharam Islam-Persia yang serupa dengan upacara peringatan
bernama Tabuik/Tabut di beberapa wilayah Sumatera (Khususnya Sumatera Barat dan Jambi).
3. Teori China
Lain halnya dengan Slamet Mulyana dan Sumanto Al Qurtuby, mereka berpendapat bahwa
sebenarnya kebudayaan Islam masuk ke Nusantara melalui perantara masyarakat muslim China.
Teori ini berpendapat, bahwa migrasi masyarakat muslim China dari Kanton ke Nusantara,
khususnya Palembang pada abad ke 9 menjadi awal mula masuknya budaya Islam ke Nusantara.
Hal ini dikuatkan dengan adanya bukti bahwa Raden Patah (Raja Demak) adalah keturunan
China, penulisan gelar raja-raja Demak dengan istilah China, dan catatan yang menyebutkan
bahwa pedagang China lah yang pertama menduduki pelabuhanpelabuhan di Nusantara.
4. Teori Mekkah
Dalam teori ini dijelaskan bahwa Islam di Nusantara dibawa langsung oleh para musafir dari
Arab yang memiliki semangat untuk menyebarkan Islam ke seluruh dunia pada abad ke 7. Hal
ini diperkuat dengan adanya sebuah perkampungan Arab di Barus, Sumatera Utara yang dikenal
dengan nama Bandar Khalifah.
Selain itu, di Samudera Pasai mahzab yang terkenal adalah mahzab Syafi’i. Mahzab ini juga
terkenal di Arab dan Mesir pada saat itu. Kemudian yang terakhir adalah digunakannya gelar Al-
Malik pada raja-raja Samudera Pasai seperti budaya Islam di Mesir. Teori inilah yang paling
benyak mendapat dukungan para tokoh seperti, Van Leur, Anthony H. Johns, T.W Arnold, dan
Buya Hamka
Sistem Ekonomi
Pada masa Islam, kehidupan perekonomian bergantung pada perdagangan. banyak kerajaan
Islam yang terletak di dekat pantai. Lokasi yang strategis ini menjadikannya mudah menjadi
tempat persinggahan pedagang yang saat itu menggunakan kapal laut.
Hal ini juga memicu berdirinya bandar-bandar atau pelabuhan tempat transaksi perdagangan
terjadi. Tempat tersebut tidak hanya disinggahi oleh pedagang pribumi, tapi juga oleh pedagang
dari mancanegara. Pedagang dari mancanegara umumnya berasal dari Arab, Persia, Tiongkok,
bahkan Eropa.
Komoditas yang dijual saat itu terdiri dari rempah-rempah, perhiasan, ataupun keramik.
Uniknya, pedagang dari arab seringkali membentuk komunitas Arab yang dikenal dengan nama
Kampung Arab. Sering dijumpai kampung ini terletak di daerah pesisir. Meski begitu, tak jarang
kampung ini juga dibentuk di daerah yang jauh dari garis pantai dan cenderung dekat dengan
pusat kota yang ramai.
Kehidupan politik atau pemerintahan
Sutawijaya sebagai raja pertama Kerajaan Mataram Islam, mengangkat diri pada tahun 1586-
1601 dengan ibu kota kerajaan di Kota Gede. Sutawijaya berhasil membawa Mataram menjadi
Kerajaan Islam dengan luas wilayah yang terus berkembang. Terbukti pada masa kekuasaannya,
Mataram berhasil memperluas kekuasaan sampai ke daerah timur seprti Surabaya, Madiun dan
Ponorogo, dan ke barat menundukkan Cirebon dan Galuh. Kerajaan Mataram berhasil mencapai
masa jayanya ketika dipimpin oleh Sultan Agun Hanyokrokusumo (1613-1645).Sultan Agung
cukup lama menjadi penguasa di Mataram, yaitu sekitar 32 tahun. Masa kekuasaannya dibedakan
dalam dua periode, yaitu periode pertama adalah masa penyatuan negara dan periode ke dua
adalah masa pembangunan negara. Pada masa kepemimpinan Sultan Agung, Mataram berhasil
menundukkan Gresik, Surabaya, Kediri, Pasuruan dan Tuban, selanjutnya Lasem, Pamekasan,
dan Sumenep. Dan bahkan bukan saja menguasai pulau Jawa, Mataram juga berhail meluaskan
daerah kekuasaan sampai pada Palembang, Sukadana (Kalimantan) dan Goa.
Sultan Agung juga pernah melancarkan serangan kepada Belanda di Batavia namun sayang
gagal. Kekalahan yang terjadi karena pasukan dari Mataram yang kelelahan menempuh jarak
yang jauh dari Mataram ke Jakarta. Selain itu, pasukan Mataram juga terkena wabah penyakit
sehingga banyak yang meninggal. Setelah Sultan Agung meninggal, tidak ada raja yang sekuat
dan sebagus Sultan Agung di Mataram sehingga lambat laun kerajaan Mataram Islam menjadi
tenggelam dan runtuh karena adanya perebutan kekuasaan antar saudara.
Akibat kebijakan yang diterapkannya tersebut menimbulkan pengaruh bagi rakyat, yaitu :
• Kebencian yang mendalam baik dari kalangan penguasa daerah maupun rakyat,
• Munculnya tanah-tanah partikelir yang dikelola oleh pengusaha swasta,
• Perlawanan oleh para penguasa maupun rakyat,
• Kemiskinan dan penderitaan yang berkepanjangan.
Selama berkuasa Daendels dikenal sebagai seorang yang kejam, disiplin dan bertangan besi, oleh
karena dipandang sangat otoriter maka Daendels ditarik kembali dan kedudukannya digantikan
oleh Gubernur Jendral Janssen tahun 1811. Namun dia tidak setangguh Daendels, sehingga harus
mengakui kekuasaan Inggris dengan menandatangani Perjanjian/Kapitulasi Tuntang pada tanggal
17 September 1811 dan sejak itu Indonesia jatuh ke tangan Inggris.
4. Kebijakan Pemerintah Kolonial Inggris
Sebagai Gubernur Jendral diangkat Thomas Stamford Raffles ( 1811 – 1816 ), selama berkuasa
dia menetapkan kebijakan sebagai berikut :
1. Menerapkan sistem sewa tanah atau Landrent, dimana para petani harus membayar pajak
sebagai uang sewa tanah, karena tanah dianggap milik negara.
2. Membagi Pulau Jawa menjadi 16 karesidenan, dengan maksud untuk mempermudah
koordinasi dan pengawasan atas daerah kekuasaan.
3. Memperbaharui sistem peradilan dengan mengadopsi sistem yang berlaku di Inggris.
4. Merintis pembangunan Kebun Raya Bogor dan menemukan bunga Rafflesia arnoldi.
5. Menulis buku sejarah Jawa yang berjudul “ History of Java “.
6. Masa kekuasaan Inggris di Indonesia tidak berlangsung lama, karena terjadi perubahan
politik di Eropa seiring jatuhnya Napoleon Bonaparte ( Perancis ) sehingga dalam
Konvensi London tahun 1814 status Hindia Belanda dikembalikan seperti sebelum
perang yaitu kembali menjadi milik Kerajaan Belanda. Penyerahan kekuasaan dilakukan
di Batavia pada tanggal 19 Agustus 1816.
5. Kebijakan Pemerintah Hindia Belanda
Setelah penyerahan kekuasaan tersebut, maka Hindia Belanda kembali dikuasai oleh pemerintah
kolonial Belanda yang menunjuk Van der Capellen sebagai Komisaris Jendral ( 1817-1830 )
yang beraliran liberal (menghendaki urusan ekonomi diserahkan kepada swasta). Tugasnya
sangat berat dalam menutup hutang-hutang pemerintah Belanda yang dipakai untuk membiayai
perang. Terjadi penentangan oleh golongan konservatif yang menghendaki urusan ekonomi
dipegang langsung oleh pemerintah. Situasi perekonomian Belanda yang tidak kunjung membaik
menyebabkan golongan liberal kalah, sehingga golongan konservatif mengambilalih kekuasaan.
Dalam perkembangannya kedua golongan tersebut silih berganti berkuasa, sehingga kebijakan
yang diterapkan di Hindia Belanda juga berubah-ubah. Adapun kebijakan yang diterapkan antara
lain : Sistem Tanam Paksa/Cultuur Stelsel ( 1830 – 1870 )
Rakyat dipaksa untuk menanam tanaman ekspor yang saat itu sangat laku dalam perdagangan
internasional seperti kopi, teh, kina, dan tembakau ( disebut tanaman wajib ). Secara singkat
pokok-pokok aturan Tanam Paksa adalah sebagai berikut :
• Rakyat wajib menyiapkan 1/5 dari lahan garapan untuk ditanami tanaman wajib.
• Lahan tanaman wajib bebas pajak, karena hasil yang disetor dianggap sebagai pajak
• Setiap kelebihan hasil panen dari jumlah pajak akan dikembalikan.
• Tenaga dan waktu yang diperlukan untuk menggarap tanaman wajib, tidak boleh melebihi
waktu yang diperlukan untuk menanam padi.
• Rakyat yang tidak memiliki tanah, wajib bekerja selama 66 hari dalam setahun di
perkebunan atau pabrik milik pemerintah.
• Jika terjadi kerusakan atau gagal panen, menjadi tanggung jawab pemerintah.
• Kekejaman Kolonialisme terhadap Hak Azasi Rakyat Indonesia
Penjajahan yang dialami bangsa Indonesia selama berabad – abad telah mendatangkan berbagai
penderitaan bagi bangsa Indonesia. Siapapun penjajahnya, baik Portugis, Spanyol, Belanda,
Inggris maupun Jepang, tetap saja mereka memperlakukan bangsa Indonesia sebagai bangsa
yang terjajah dangan tanpa peri kemanusiaan. Sebagai bangsa yang terjajah, maka tidak ada lagi
kemerdekaan, kebebasan dan kedaulatan dinikmati oleh bangsa Indonesia. Yang dapat dirasakan
hanyalah pemaksaan, penindasan, eksploitasi tenaga manusia, eksploitasi kekayaan tanah air,
yang semuanya hanya untuk kepentingan bangsa penjajah. Keuntungan yang diperoleh bangsa
Indonesia dari penjajahan hanya sedikit sekali dan tidak sebanding dengan penderitaan yang
dirasakan. Ketika pertama kali bangsa Portugis menguasai Indonesia, maka mulailah penderitaan
itu. Bergantinya penjajahan dari Portugis ke Belanda tidaklah bertambah baik, bahkan bertambah
buruk.
Bahkan Belanda jauh lebih lama dalam melakukan penjajahannya terhadap Indonesia, sehingga
dengan demikian deretan penderitaan bangsa Indonesia itu di bawah penjajahan Belanda
berlangsung lama, selama penjajahan itu berlangsung.
Semua janji dan kata manis kolonial dilanggar. Pertama, bukan 1/5 dari tanah petani yang
ditanami, tetapi 1/4, 1.3, bahkan setengah dari tanah milik petani digunakan untuk tanaman
ekspor. Bahkan penanaman tersebut memilih tanah-tanah yang dubur. Kedua, tanah yang dipakai
untuk keperluan penanaman tanaman ekspor tersebut tetap dikenakan pajak. Ketiga, para petani
harus menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mengerjakan tanaman pemerintah, sehingga
tidak ada waktu untuk menggarap sawahnya sendiri. Keempat, para kepala daerah merasa tergiur
dengan cultuur procenten, akibatnya mereka mulai berlomba-lomba mengusahakan daerahnya
agar memberikan hasil sebanyak mungkin. Ulah mereka itu mengakibatkan rakyat semakin
menderita. Kelima, kegagalan panen akibat hama atau banjir pada kenyataannya menjadi beban
petani. Keenam, bukan 65 hari lamanya rakyat harus bekerja rodi, melainkan menurut keperluan
pemerintah.
Rakyat sangat menderita, kelaparan terjadi dimana-mana akibatnya jumlah kematian meningkat.
Orang yang menentang kerja paksa disiksa. Demikianlah penderiataan rakyat pulau Jawa akibat
tanam paksa yang diciptakan oleh Van den Bosch. Belanda memperoleh keuntungan besar,
sedangkan keuangannya menjadi normal kembali. Pembangunan di negeri Belanda dibiayai dari
hasil tanam paksa. Tanam paksa dengan cara sewenang-wenang itu berjalan hampir setengah
abad dari tahun 1830 sampai 1870. Dapat kita bayangkan betapa besar kesengsaraan yang
diderita rakyat, tertama di Jawa Barat, dan Jawa Tengah.
Meskipun tanam paksa sudah menyimpang dari teori yang diciptakan Van den Bosch,
pemerintah Belanda tidak mau peduli sebab tanam paksa telah memberikan keuntungan yang
sangat besar. Namun Ketika belanda menyerah kepada Jepang pada tahun 1942, rakyat Indonesia
semula menaruh harapan bahwa penderitaannya selama dijajah bangsa Barat akan berakhir dan
berganti kearah kehidupan yang lebih baik. Harapan itu ternyata sia – sia, karena sepak terjang
Jepang tidak sesuai dengan janji – janji muluknya. Jepang yang semula seakan mau membantu
melepaskan penderitaannya akhibat penjajahan Barat, ternyata malah menambah kesengsaraan
rakyat Indonesia.
Jepang pada akhirnya juga melakukan tindakan penjajahan terhadap Indonesia dengan
kekejaman di luar batas perikemanusiaan. Pada masa pendudukan jepang para petani dipaksa
untuk menyerahkan hasil padinya dan hasil pertanian lainnya kepada pihak Jepang. Semua hasil
pertanian diangkut untuk kepentingan Jepang dalam menghadapi perang. Keadaan ekonomi itu
memang sangat parah, karena semua hasil produksi disedot untuk kepentingan perang. Semua
sumber kekayaan rakyat dikuras habis sampai ke akar – akarnya. Hal ini menyebabkan rakyak
Indonesia di berbagai tempat mengalami kemelaratan dan kelaparan, sehingga banyak harus
makan jagung, bonggol pisang, dan sebagainya. Penyakit kekurangan gizi merajalela. Sementara
itu rakyat pun banyak tidak mampu memiliki pakaian yang layak. Mereka banyak yang terpaksa
harus memakai pakaian dari karung goni atau baju karet.
Penderitaan rakyat pada Jaman Jepang terutama dialami oleh mereka yang terjadi romusha
(pekerja ). Pada mulanya romusha dilakukan secara sukarela untuk membantu Jepang atas dasar
sikap simpati rakyat terhadap Jepang. Namun kemudian, karena Jepang memerlukan jumlah
tenaga romusha yang banyak. Akhirnya romusha berubah menjadi paksaan. Tenaga romusha itu
antara lain untuk membangun jalan raya, kubu pertahan, lapangan udara, pekerja kasar di pabrik
atau pelabuhan, dan lain – lain. Ribuan romusha dari Jawa banyak dikirim ke luar Jawa, bahkan
ke luar negeri misalnya ke Thailand, Birma, Malaya, dan Vietnam. Tenaga – tenaga romusha itu
pada umunya diambil dari para pemuda desa, sehingga mempunyai pengaruh terhadap kehidupan
ekonomi desa.
Kehidupan romusha ditempat kerjanya sangat tidak manusiawi. Mereka diperlakukan dengan
sangat buruk oleh Jepang. Mereka dipaksa bekerja dari pagi hari sampai petang hari, tanpa
istirahat dan makanan serta perawatan yang cukup. Mereka pun diawasi secara ketat oleh tentara
jepang, hanya pada malam hari saja mereka dapat istirahat. Sementara itu mereka pun sangat
mudah untuk terjangkit penyakit, karena kondisi kesehatan dan lingkungannya tidak terpelihara.
Banyak sekali romusha yang akhirnya meninggal di tempat kerjanya. Hal ini terutama
disebabkan karena pekerja yang terlalu berat, kesehatan yang tidak terjamin dan makanan yang
tidak cukup.
[3.2] Menganalisis strategi perlawanan bangsa Indonesia terhadap penjajahan bangsa
Eropa (Portugis, Spanyol, Belanda, Inggris) sampai dengan abad ke-20
Latar Belakang Kolonialisme dan Imperialisme
Revolusi Industri yang memberikan pengaruh terhadap perekonomian, khususnya di kawasan
Eropa telah mendorong Negara negara Barat untuk melakukan penjelajahan samudera.
Penjelajahan ini bertujuan untuk mencari daerah yang akan dijadikan jajahan. Di daerah-daerah
yang telah berhasil dikuasai, para penjelajah melakukan eksploitasi besarbesaran terhadap
sumber daya alam dan memasarkan hasil industri dari negaranya. Pada awal kedatangannya, para
penjelajah yang menemukan daerah baru dan mendarat di suatu tempat, memperkenalkan dirinya
sebagai pedagang. Mereka melakukan interaksi perdagangan dengan penduduk pribumi, bahkan
di antara mereka ada pula yang mendirikan pemukiman (koloni)
Pada perkembangan selanjutnya, tanpa disadari oleh penduduk pribumi daerah itu oleh mereka
dianggap sebagai daerah miliknya. Dengan leluasa mereka mengeksplorasi dan mengeksploitasi
kekayaan yang ada di daerah baru itu. Dalam sistem politik, pendudukan, dan penguasaan suatu
daerah oleh Negara lain disebut penjajahan atau istilah populernya disebut kolonialisme.
Tujuan utama kolonialisme adalah kepentingan ekonomi. Kebanyakan koloni yang yang
dijajah adalah wilayah yang kaya akan bahan mentah. Istilah kolonialisme bermaksud
memaksakan satu bentuk pemerintahan atas sebuah wilayah atau negeri lain (tanah jajahan) atau
satu usaha untuk mendapatkan sebuah wilayah baik melalui paksaan atau dengan cara damai.
Penaklukan atas sebuah wilayah bisa dilakukan secara damai atau paksaan baik secara langsung
maupun tidak langsung. Negara yang menjajah menggariskan panduan tertentu atas wilayah
jajahannya, meliputi aspek kehidupan sosial, pemerintahan, undang-undang dan sebagainya.
[3.3] Menganalisis dampak politik, budaya, sosial, ekonomi dan pendidikan pada masa
penjajahan bangsa Eropa (Portugis, Spanyol, Belanda, Inggris) dalam kehidupan
bangsa Indonesia pada masa kini
[3.4] Menghargai nilai-nilai sumpah pemuda dan maknanya bagi kehidupan kebangsaan
di Indonesia pada masa kini
Kebangkitan Nasional Indonesia
Munculnya kebangkitan nasionaal Bangsa Indonesia di tandai dengan munculnya partai-partai
nasional yaitu :
1. BUDI UTOMO
Budi Utomo adalah organisasi modern pertama yang berdiri pada tanggal 20 Mei 1908. Demi
mencapai tujuannya, Budi Utomo bergerak pada bidang pendidikan nih. Kemudian Budi Utomo
membuat program penggalangan dana pendidikan, juga bidang kebudayaan melalui
pengembangan kebudayaan Jawa. Namun budi utomo hanya berkembang pada Jawa dan Madura
karena hanya berfokus disana sehingga kalah pamor dengan Sarekat islam yang tidak membatasi
wilayah pergerakannya dimana semua kalangan terbuka untuk bergabung.
Akhirnya tahun 1935, Budi utomo bergabung dengan Partai Indonesia Raya. Namun, organisasi
ini merupakan inspiprasi lahirnya partai-partai lain. Maka hari lahir Budi Utomo adalah
peringatan Hari kebangkitan Nasional pada 20 Mei
2. SAREKAT ISLAM
Sebelum namanya berubah menjadi Sarekat Islam, sebelumnya organisasi ini bernama Sarekat
Dagang Islam (SDI). Pendiri dari SDI adalah H. Samanhudi dan didirikan di Solo pada tahun
1911. Sejak SDI berpindah ke Surabaya, dan kepemimpinan saat itu berpindah ke HOS
Cokroaminoto, SDI berubah nama menjadi Sarekat Islam. Alasannya yaitu untuk memperluas
bidang kegiatan organisasi yang awalnya hanya bergerak pada bidang perdagangan.
Sarekat Islam jelas memiliki tujuan. Beberapa bidang kegiatan yang dijalankan oleh SI antara
lain:
• Sosial-ekonomi, memberikan bantuan modal usaha bagi anggotanya dan memajukan
perdagangan masyarakat pribumi.
• Agama, memajukan kehidupan dan mengembangkan ajaran agama Islam
Organisasi SI berkembang begitu pesat. Karena perkembangannya yang pesat, SI menjadi
ancaman bagi pemerintah kolonial Belanda. Selain itu, perkembangannya yang pesat ini
membuat SI berubah menjadi partai politik, setelah diakui sebagai organisasi resmi pada bulan
Maret 1916 oleh pemerintah.
Setelah mengalami perkembangan yang pesat, SI kemudian mengalami kemunduran di tahun
1921. Kemunduran itu terjadi akibat perpecahan di dalam Sarekat Islam sendiri. Sarekat Islam
terpecah menjadi dua yaitu SI Putih dan SI Merah. Hal tersebut terjadi akibat adanya agitasi
golongan komunis melalui tokoh Semaun dan Darsono ke dalam tubuh SI. SI Putih akhirnya
berkembang dan dipimpin oleh H.O.S. Cokroaminoto, sedangkan SI Merah dipimpin oleh
Semaun.
3. INDISCHE PARTIJ
Indische Partij adalah partai politik pertama yang berdiri di Hindia Belanda. Demi mencapai
tujuannya, Indische Partij banyak berkecimpung dalam ranah politik, seperti mengkritik
kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah Hindia Belanda.
Indische Partij banyak mengeluarkan tulisan kritikannya terhadap pemerintah Hindia Belanda
melalui surat kabar yang sering dipublikasikan. Salah satu tulisan yang paling terkenal adalah
tulisan dari Suwardi Suryaningrat berjudul “Als Ik eens Nederlander was” di surat kabar De
Express pada tanggal 13 Juni 1913.
Akibat kegiatan-kegiatan organisasi ini yang terlalu keras menentang pemerintah kolonial
Belanda, pada Desember 1913, Indische Partij dilarang melakukan kegiatannya serta tokoh “Tiga
Serangkai” diasingkan ke Belanda.
Untuk yang pertama kalinya, Jepang melakukan kebijakan politik yaitu melarang semua rapat
dan kegiatan politik. Pada tanggal 20 Maret 1942, jepang mengeluarkan peraturan yang
membubarkan semua organisasi politik dan semua bentuk perkumpulan. Pada tanggal 8
September 1942 dikeluarkan UU no. 2 Jepang mengendalikan seluruh organisasi nasional.
Jepang melakukan propaganda untuk menarik simpati bangsa Indonesia dengan cara:
1) Menganggap Jepang sebagai saudara tua bangsa Asia (Hakko Ichiu)
2) Melancarkan semboyan 3A (Jepang pemimpin, Jepang cahaya dan Jepang pelindung Asia)
3) Melancarkan simpati lewat pendidikan berbentuk beasiswa pelajar.
4) Menarik simpati umat Islam untuk pergi Haji
5) Menarik simpati organisasi Islam MIAI.
6) Melancarkan politik dumping
7) Tokoh nasional diajak bergabung dengan Jepang misalnya : Ir. Soekarno, Drs. M. Hatta
serta Sutan Syahrir, dengan cara membebaskan tokoh tersebut dari penahanan Belanda.
Jepang membentuk badan-badan kerjasama seperti berikut:
a)PUTERA (Pusat Tenaga Rakyat)
PUTERA dibentuk dengan tujuan untuk membujuk kaum Nasionalis sekuler dan intelektual agar
menyerahkan tenaga dan pikirannya untuk mendukung Jepang.
Berikut kebijakan Jepang terkait dengan sistem pengaturan ekonomi pemerintah Jepang adalah
sebagai berikut:
a.Kegiatan ekonomi bertujuan untuk kepentingan perang sehingga seluruh potensi sumber daya
alam dan bahan mentah dipakai demi industri yang mendukung mesin perang.
b.Jepang memberikan sanksi pelanggaran yang sangat berat serta pengawasan yang diterapkan
pada penggunaan dan peredaran sisa-sisa persediaan barang.
c. Menerapkan sistem ekonomi perang dan sistem autarki(memenuhi kebutuhan daerah sendiri
dan menunjang kegiatanperang). Konsekuensinya tugasrakyat beserta semua kekayaan
dikorbankan untuk kepentingan perang.
Jepang menerapkan kebijakan Politik Dumping. Politik dumping yaitu: politik atau kebijakan
yang dilakukan dengan jalan menjual produk di luar negeri lebih murah dari pada dalam negeri.
Tujuan Kebijakan dumping ini untuk menguasai pasar di luar negeri dan untuk menghasilkan
produk lama yang mungkin kurang maju.
Bidang Ekonomi
• Jepang menguasai seluruh kekayaan alam yang ada di Indonesia
• Jepang mengatur seluruh perekonomian di Indonesia
Bidang Militer
Jepang menjadikan pemuda-pemuda Indonesia sebagai tentara mereka
Bidang Kebudayaan
• Menjadikan bahasa Jepang adalah bahasa yang wajib dipelajari
• Mendirikan pusat kebudayaan di Indonesia "Keimin Bunka Shidoso"
Kelas XII
Peristiwa Pembrontakan PKI Madiun 1948 merupakan konflik politik yang bersumber perbedaan
tersebut dalam dalam kontek pluralism, maka perbedaan ideologi menjadi kekuatan dalam
membangun bangsa. Begitu juga dengan perbedaan kepentingan, selama perbedaan kepentingan
disepakati sebagai dinamika dalam berpikir kritis dengan tetap bersepakat pada mengutamakann
kepentingan nasional, maka perbedaan kepentingan menjadi kekuatan dalam berpikir kritis
dalam membangun bangsa. Namun sebaliknya selama perbedaan kepentingan dipandang sebagai
kepentingan kelompok yang dipaksakan dengan mengalahkan kepentingan nasional, maka
perbedaan kepentingan menjadi bisa sumber konflik.
Upaya yang dilakukan pemerintah dalam meredam aksi yang dilakukan PKI adalah dengan
melakukan diplomasi dengan pimpinan PKI Muso. Namun demikian upaya diplomasi
menemukan jalan bantu. Mengingat situasi pada saat itu sudah semakin memanas. Aksi yang
dilakukan oleh PKI pada awal pembrontakan adalah melakukan pembunuhan terhadap pejabat
pemerintah, tokoh-tokoh partai politik anti komunis dan juga membunuh kaum santri. PKI juga
melakukan tindakan penangkapan sewenang wenang terhadap tokoh-tokoh yang berseberangan
dengan PKI tidak segan-segan mereka membunuh dan menembak lawan-lawan politiknya.
Pembrontakan PKI Madiun akhirnya dapat ditumpas oleh pasukan Divisi Siliwangi.
Pembrontakan PKI Madiun dapat dipadamkan dan pemimpim pemberontakan Muso tewas
tertembak, sementara Amir Syarifudin ditangkap dan jatuhi hukuman mati. Sedangkan tokoh-
tokoh PKI muda seperti Aidit dan Lukman berhasil melarikan diri dan pada saat itu PKI belum
dinyatakan sebagai organisasi terlarang.
Proses pemilu 1955 dan maknanya bagi kehidupan bangsa Indonesia pada
masa demokrasi liberal.
- berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 tahun 1953, pemilu tahun 1955 dilaksanakan dalam
rangka memilih anggota-anggota parlemen (DPR) dan Konstituante (Lembaga yang memiliki
tugas dan wewenang untuk melakukan perubahan terhadap konstitusi negara). Sistem yang
digunakan pada Pemilu 1955 adalah sistem perwakilan proporsional. Berdasarkan sistem ini,
wilayah RI dibagi dalam 16 daerah pemilihan walaupun pada akhirnya daerah ke-16 yaitu Irian
Barat gagal melaksanakannya karena daerah tersebut masih dikuasai oleh Belanda. Perwakilah
proporsional itu adalah daerah pemilihan akan mendapat sejumlah kursi atas dasar jumlah
penduduknya, dengan ketentuan setiap daerah berhak mendapat jatah minimum 6 kursi untuk
Konstituante dan 3 kursi untuk Parlemen.
[3.5] Mengevaluasi peran bangsa Indonesia dalam perdamaian dunia, antara lain KAA,
Misi Garuda, Deklarasi Djuanda, Gerakan Non-Blok, ASEAN, OKI dan Jakarta
Informal Meeting
Gerakan Non-Blok (GNB) merupakan sebuah gerakan yang tercipta saat perang dingin
pada tahun 1961. Gerakan ini tercipta karena negara bekas jajahan barat yang baru merdeka
enggan memihak kedua blok, baik Amerika maupun Rusia.
Gerakan ini beranggotakan negara-negara berkembang yang baru merdeka dari jajahan bangsa
barat, salah satunya Indonesia. Selain menjadi anggota, Indonesia ternyata memegang peranan
penting di GNB seperti
• Ikut Menggagas Gerakan Non-Blok (GNB)
Sebelum GNB terbentuk, gagasannya sudah ada terlebih dahulu lima tahun sebelumnya. Kala
itu, Presiden Soekarno mengadakan pertemuan dan mengundang pemimpin negara di Asia dan
Afrika yang baru merdeka ke Bandung. Pertemuan itu melahirkan sebuah gagasan yang disebut
dasasila. Gagasan ini yang kemudian menjadi cikal bakal terlahirnya gagasan GNB. Pertemuan
ini dikenal sebagai Konferensi Asia-Afrika (KAA).
Melalui gagasan itu, terciptalah Gerakan Non-Blok yang dirintis oleh beberapa pemimpin
negara. Para pemimpin negara yang terlibat di antaranya, Presiden Yugoslavia Josip Broz Tito,
PM India Jawaharlal Nehru, Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser, PM sekaligus Presiden Ghana
Kwame Nkrumah, dan Presiden Indonesia Soekarno.
• Memimpin Gerakan Non-Blok
Setelah aktif terlibat merintis GNB, Indonesia akhirnya berkesempatan memimpinnya.
Kepemimpinan Indonesia dimulai dari tahun 1992-1995, dipimpin oleh Presiden Soeharto.
Selain itu, Indonesia juga menjadi tuan rumah Konverensi Tingkat Tinggi X Gerakan Non-Blok
pada 1-6 September 1992.
• Mengupayakan Perdamaian Dunia
Salah satu pokok gagasan dari Gerakan Non-Blok ialah politik bebas aktif. Bebas artinya tidak
memihak salah satu blok kekuatan. Dan aktif artinya giat menciptakan perdamaian dunia.
Dalam beberapa pertemuan GNB, Indonesia mendukung kemerdekaan Palestina, meminta
diskriminasi ras di Afrika Selatan diakhiri, dan menolak penggunaan senjata nuklir. Indonesia
juga turut membantu meredakan ketegangan di Yugoslavia pada tahun 1991.
45. Setelah perubahan besar di Indonesia dengan bergantinya pemerintahan baru oleh Soeharto,
maka Indonesia mulai mengembalikan citra politik luar negerinya. Indonesia mengajak beberapa
negara di kawasan Asia Tenggara, seperti Singapura, Filipina, Thailand, Malaysia, Kamboja, dan
Myanmar untuk tergabung dalam suatu wadah organisasi.
Sayangnya, Kamboja dan Myanmar memilih untuk tidak ikut. Kelima negara ini akhirnya
mengadakan pertemuan di Bangkok, Thailand. Sebelumnya, kelima negara sempat
mengutarakan pendapat yang berbeda tentang pernyataan Indonesia yang menentang pasukan
asing ke kawasan Asia Tenggara.
Namun akhirnya, kelima negara ini tetap mengadakan pertemuan di Bangkok pada 5-8
Agustus 1967 dan membentuk wadah organisasi bernama ASEAN (Association of Southeast
Asian Nations).