Anda di halaman 1dari 12

Seffiani Dwi Azmi dan Kristantina Indriastusti.

Tipologi Lesung Batu Di Situs Pulau Panggung Dan Pajar Bulan,


Kabupaten Lahat, Provinsi Sumatera Selatan

TIPOLOGI LESUNG BATU DI SITUS PULAU PANGGUNG


DAN PAJAR BULAN, KABUPATEN LAHAT, PROVINSI SUMATERA
SELATAN
Typology Lesung Batu in Pulau Panggung and Pajar Bulan Sites, Lahat Regency,
South Sumatera Province.

Seffiani Dwi Azmi* dan Kristantina Indriastusti**


*Mahasiswa Program Studi Arkeologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Jambi. Jl. Jambi-Muara Bulian
Km.15, Mendalo Darat, Jambi. 36122
Seffiani97@gmail.com
**Petugas Perpustakaan. Balai Arkeologi Sumatera Selatan, Jl. Kancil Putih, Lorong Rusa, Demang Lebar
Daun, Kota Palembang. 30137
Kriss_ind@yahoo.com

Abstract
Increasing food needs equire people to create equipment that can help their daily lives by
utilizing local wisdom. One of the tools created was stone mortar which serves as a contain-
er for pounding grains or rice. The number of stone mortar findings can indicate that more
community needs must be met. This makes the manufacture of stone mortar which can be
seen from the remains scattered in Pajar Bulan Subdistrict so that a typological study of the
shapes and reliefs that develop there is needed. The method used is quantitative and qualita-
tive methods with data sources from literature studies. The analysis used is a special analy-
sis, namely through morphological and stylistic analysis to observe the physical character-
istics of artifacts. The results obtained are there are 3 types of stone mortar, Oval Circuit
(A1) mortar, rectangle with sharp angle (B1), Oval Easimove (A2) type.

Keywords: Mortar; Form; Relief

Abstrak. Peningkatan kebutuhan pangan menuntut masyarakat untuk menciptakan


peralatan yang bisa membantu kehidupan sehari-harinya dengan memanfaatkan kearifan
lokal. Salah satu peralatan yang diciptakan adalah lesung batu yang berfungsi sebagai wadah
untuk menumbuk biji-bijian ataupun padi. Banyaknya temuan lesung batu bisa
mengindikasikan semakin banyak kebutuhan masyarakat yang harus dipenuhi. Hal tersebut
membuat meningkatnya pembuatan lesung batu yang dapat kita lihat dari tinggalannya yang
tersebar di Kecamatan Pajar Bulan sehingga diperlukan adanya kajian tipologi mengenai
bentuk dan relief yang berkembang disana. Metode yang digunakan adalah metode
kuantitatif dan kualitatif dengan sumber data dari studi pustaka. Analisis yang digunakan
adalah analisis khusus yaitu melalui analisis morfologi dan stilistik untuk mengamati ciri
fisik dari artefak. Hasil yang diperoleh adalah terdapat 3 tipe lesung batu yaitu lesung Oval
Circuit (A1), persegi panjang dengan sudut lancip (B1), Tipe Oval Easimove (A2).

Kata kunci: Lesung; Bentuk; Relief

1. Pendahuluan nenek moyang (ancestor worship) (Prasetyo


Megalitik merupakan salah satu tradisi 2004: 93). Wagner menegaskan bahwa
dari masa prasejarah yang masih konsep megalitik tidak hanya mengacu pada
berkembang hingga masa sekarang. Menurut bangunan batu besar, karena walaupun
para ahli, megalitik secara umum merupakan media yang digunakan kecil dan bahkan
hasil kebudayaan yang berwujud batu besar tanpa monumen sekalipun dapat dikatakan
dan selalu duhubungkan dengan pemujaan berciri megalitik jika maksud dan tujuannya

Naskah diterima 18/09/2018; Revisi diterima 09/10/2018; Disetujui 21/10/2018 90


Siddhayatra Vol. 23 (2) November 2018: 90-101

digunakan untuk memuja arwah nenek Menurut Von Heine Geldern seorang ahli
moyang. Haris Sukendar juga menyatakan bahasa yang berasal dari Jerman Tradisi
bahwa tradisi megalitik sendiri diilhami oleh megalitik berasal dari daratan Asia dan
bentuk batu besar ataupun kecil guna menyebar ke Indonesia melalui jalur
memenuhi kebutuhan rohani dan jasmani Malaysia (Kusumawati 2003:7).
(Kusumawati 2003:7) Berdasarkan bukti arkelogis masyarakat
Tradisi megalitik masih lestari di Austronesia sudah menyentuh wilayah utara
beberapa daerah nusantara diantaranya Nias, Sumatera pada 4.000 tahun yang lalu dengan
Toraja, Flores, Sumba, Timor, dan Sabu ditemukannya tiang rumah panggung yang
(Living Megalithic Tradition) (Kusumawati diperkirakan berdiri pada tahun 3870-4120
2003 : 14). Namun terdapat juga megalitik dilihat dari lapisan budayanya (Wiradnyana
yang sudah tidak digunakan lagi (Death 2011: 130). Hal ini juga dapat kita lihat dari
Monument), megalitik seperti ini banyak arca megalitik pasemah yang digambarkan
ditemukan di wilayah Sumatera salah mengenakan pelengkap pakaian, seperti
satunya adalah megalitik Pasemah adanya pahatan nekara perunggu, belati atau
(Kebudayan Pasemah). Megalitik ini pedang. Kelengkapan ini merupakan ciri
tersebar di dua daerah yaitu kabupaten Lahat khas masyarakat Dong-son yang berdiam di
dan kota Pagaralam yang merupakan daerah Vietnam (Nasrudin 2017: 40).
dataran tinggi di wilayah Sumatera Selatan. Banyaknya tinggalan megalitik di daerah
Keadaan lingkungan Lahat yang berupa ini mengundang para sarjana dari luar negeri
pegunungan dengan lereng-lereng serta melaksanakan penelitian yang bersifat
sungai yang mengalir membuatnya menjadi intensif seperti Tombrink EP (1872), Ullman
tempat yang ideal untuk ditinggali. Kondisi (1850), Wertenenk LC (1921) yang
morfologi yang terdapat pada dataran tinggi menyatakan bahwa megalitik pasemah
ini juga merupakan alasan masyarakat merupakan tinggalan masa Hindu-Buddha.
menjadikan daerah ini sebagai pemukiman Namun, hal ini dibantah oleh Van Erde dan
pada masa prasejarah dikarenakan pola pikir dilanjutkan oleh Van Deer Hoop yang
religi masyarakat yang menganggap tempat kemudian melakukan tinjauan ulang yang
tinggi merupakan tempat yang suci. Hal itu menyatakan bahwa megalitik ini merupakan
juga didukung dengan tersedianya sumber tinggalan kebudayaan dari masa prasejarah.
daya dalam pembuatan megalitik yang (Tim Penelitian Situs Jarai dan Pagaralam
bersumber dari lahar dan lava yang 1992: 5). Hoop mempublikasikan hasil
mengeras kemudian menjadi batu andesit penelitiannya dalam “Megalithic Remains In
yang selanjutnya digunakan sebagai media South-Sumatra” tahun 1932. Hasil penelitian
pembuatan megalitik. Keadaan alam yang mereka banyak membantu peneliti masa
juga subur mendukung mereka dalam sekarang dalam merekonstruksi dan
bercocok tanam dan beternak sebagai menjawab permasalahan megalitik di
pemenuhan kebutuhan pangan. Pasemah.

91
Seffiani Dwi Azmi dan Kristantina Indriastusti. Tipologi Lesung Batu Di Situs Pulau Panggung Dan Pajar Bulan,
Kabupaten Lahat, Provinsi Sumatera Selatan

Adapun tinggalan megalitik Pasemah Kecamatan Pajar Bulan tidak diimbangi


yaitu berupa dolmen, batu datar, lesung dengan penelitian secara mendalam dan
batu, batu lumpang, tetralith, arca, kubur intensif, sehingga penulis merasa perlu
tempayan dan bilik batu. Kuatnya pengaruh adanya penelitian lanjutan untuk
lokal membuat megalitik didaerah ini menglasifikasikan serta menganalisis artefak
menjadi dinamis sehingga disebut Geldern berdasarkan bentuk dan relief untuk
“strongly dynamic agitated” (Triwurjani mendapatkan tipe lesung batu dari data yang
2015: 6). Dari semua itu tinggalan megalitik tersedia dan berkembang di wilayah Lahat
pasemah yang masih banyak mengundang khususnya pada situs Pulau Panggung dan
pertanyaan adalah lesung batu karena Pajar Bulan. Penulisan ini dilakukan dengan
banyaknya temuan lesung batu dan reliefnya tujuan untuk mengidentifikasi dan
yang beragam. Sehingga hal ini menarik mengklasifikasikan lesung batu yang
untuk dikaji lebih lanjut sebagai kajian tersebar di Pajar bulan, Kabupaten Lahat.
ilmiah lanjutan bagi lesung batu. Laporan Sasaran yang ingin dicapai dalam penulisan
pertama megalitik mengenai lesung batu ini adalah tipologi dari lesung batu yang
ditulis oleh E.P Tombrink Tijdschrift voor terdapat pada daerah Kecamatan Pajar
Indische Taal, Land-en Volkenkunde XIX/ Bulan.
XX tahun 1870/1871 (Tim Penelitian Situs Menurut beberapa ahli, lesung batu
Jarai dan Pagaralam 1992: 5) yang difungsikan sebagai wadah penumbuk padi/
kemudian dilanjutkan oleh peneliti lainnya. obat-obatan ketika masa bercocok tanam
Lesung batu merupakan sebuah batu atau menuju masa perundagian. Salah satu
monolith yang dibuat dengan lubang lesung batu dari masa prasejarah yang
memanjang sesuai dengan bentuk tersebut masih digunakan sampai saat ini terdapat di
biasanya ditemukan di kebun-kebun Kepulauan Nias. Pada daerah ini lesung batu
penduduk (Indriastuti 2009 : 43). Secara masih digunakan dalam kegiatan sehari-hari
umum lesung batu berfungsi sebagai wadah baik yang bersifat profan maupun sakral.
baik padi ataupun biji-bijian. Lesung batu Kebudayaan Nias mempunyai kesatuan atau
merupakan salah satu hasil kebudayaan pada kesamaan budaya dengan Pasemah,
masa lalu yang masih digunakan hingga sehingga bisa menjadi tolak ukur untuk
sekarang walaupun mempunyai bentuk yang melihat bagaimana lesung batu digunakan
berbeda dalam kegiatan pertanian. Lesung pada masa sekarang.
batu banyak ditemukan di kabupaten Lahat Hasil kebudayaan Pasemah sendiri
yang tersebar dibeberapa kecamatan seperti mempunyai lebih dari puluhan lesung batu
Kecamatan Jarai dan Pajar Bulan contohnya yang tersebar di wilayah Lahat Pagaralam,
situs Pulau Panggung, Pajar Bulan, Muara khususnya di Kecamatan Pajar Bulan.
Tawi, Jemaring, Gunung kaya dan Gunung Banyaknya tinggalan lesung batu dengan
Megang. ciri khas masing-masing bisa
Banyaknya tinggalan lesung batu di diklasifikasikan menjadi tipologi melalui

92
Siddhayatra Vol. 23 (2) November 2018: 90-101

bentuk dan relief. Secara teori, tipologi (morfologi) dan relief (stilistik), disajikan
dapat juga diartikan sebagai sebuah konsep dalam tabel serta deskripsi guna
yang memilah sebuah kelompok objek mendapatkan tipologi lesung batu yang
berdasarkan kesamaan sifat-sifat dasar, berkembang pada dua situs tersebut.
seperti yang diungkapkan oleh Ching, FDK
(1979), bahwa ada kecenderungan untuk 3. Analisis dan Pembahasan
mengelompokan unsur-unsur dalam suatu 3.1. Gambaran Umum Situs
posisi yang random, baik berdasarkan Secara administratif Kecamatan Pajar
kepada kekompakkan perletakkan, maupun Bulan terletak di kabupaten Lahat Provinsi
karakteristik visual yang dimiliki Sumatera Selatan. Secara geografis terletak
(Suharjanto 2013, 976). Analisis yang pada 103o16‟BT dan 30o59‟ LS dengan
digunakan untuk mendapatkan bentuk dan ketinggian antara 500-1.000 Mdpl dengan
relief lesung adalah analisis khusus yang luas lahan 164.11 km2 hal tersebut
mana menitikberatkan pada ciri-ciri fisik menjadikan suhu udaranya dingin dan sejuk
artefak melalui analisis morfologi dan (https://lahatkab.bps.go.id/publikasi.html )
analisis stilistik (gaya). Kondisi lingkungan pada situs ini umumnya
terletak diperkebunan ataupun persawahan
2. Metode Penelitian milik warga setempat sehingga megalitik
Metode penelitian menggunakan akan terlihat apabila sudah memasuki masa
pendekatan gabungan (kualitatif dan panen. Pada kecamatan ini banyak
kuantitatif) yaitu didasarkan pada laporan ditemukan jenis megalitik baik berupa batu
penelitian lalu disajikan dalam bentuk tabel datar, batu temu gelang, batu berelief,
serta deskripsi tetralith, batu menhir, dolmen maupun batu
1. Pengumpulan data lumpang namun untuk temuan lesung batu
Pengumpulan data dilakukan dengan hanya ditemukan pada dua situs yaitu:
studi pustaka melalui buku maupun jurnal 1. Situs Pulau Panggung
yang mempunyai pembahasan yang sama Situs ini terletak di desa Pulau Panggung
dengan artikel yang sedang dikerjakan. Data Kecamatan Pajar Bulan Kabupaten Lahat.
juga dikumpulkan dari laporan penelitian Situs ini berada pada areal perbukitan dan
yang dilakukan oleh Pusat Penelitian perkebunan warga sehingga sering dilewati
Arkeologi Nasional, Balai Arkeologi oleh masyarakat setempat. Akses
Sumatera Selatan, dan website resmi transportasi ke situs ini berupa jalan setapak
pemerintah Kabupaten Lahat dan Provinsi tanah yang menanjak. Banyak artefak yang
Sumatera Selatan. ditemukan pada situs ini berupa tiga
2. Pengolahan data lumpang batu, tiga tetralith, empat lumpang
Pengolahan data penulisan ini dilakukan batu, dua Arca manusia, tujuh dolmen, tiga
dengan klasifikasi dan analisis khusus batu datar dan empat belas lesung batu.
dengan variable berdasarkan bentuk Pendataan dilakukan oleh Balai Arkeologi

93
Seffiani Dwi Azmi dan Kristantina Indriastusti. Tipologi Lesung Batu Di Situs Pulau Panggung Dan Pajar Bulan,
Kabupaten Lahat, Provinsi Sumatera Selatan

Gambar 1. Lesung batu situs Pulau Panggung


(Sumber: Balai Arkeologi Sumatera
Selatan )

Sumatera Selatan pada tahun 2009-2010 temuan megalitiknya berada sekitar 200 m
melalui survei dan ekskavasi. dibelakang rumah warga dan menyebar
2. Situs Pajar Bulan secara memanjang (Indriastuti, 2010:6).
Situs ini berada di desa Pajar Bulan, Adapun artefak megalitik yang ditemukan
kecamatan Pajar Bulan, Kab. Lahat, Provinsi berupa tujuh puluh empat batu datar, tujuh
Sumatera Selatan. Terletak pada ketinggian batu temu gelang, satu batu berelief, empat
695m-725 Mdpl. Kecamatan Pajar Bulan tetralith, tiga menhir, tujuh dolmen, delapan
merupakan daerah dengan lingkungan batu lumpang, dan dua puluh tiga lesung
vegetasi yang terbuka, karena daerah ini batu.
sebagian hanya ditumbuhi oleh jenis Seperti yang dijelaskan sebelumnya
tumbuhan kopi, dan semak belukar yang bahwa masyarakat Pasemah merupakan
berbatang rendah, sedangkan jenis masyarakat dengan kebutuhan yang sudah
tumbuhan pohon berbatang tinggi ditemukan kompleks, hal ini dapat kita lihat dari
hidup mengelompok pada tempat‐tempat tinggalan-tinggalannya yang memberi
yang cekung, di lereng‐lereng lembah dan di indikasi ciri masyarakat yang telah bercocok
pinggir‐pinggir sungai. Sebagian besar tanam dan menetap pada suatu tempat

Gambar 2. Lesung batu situs Pajar Bulan (Sumber:


Balai Arkeologi Sumatera Selatan )

94
Siddhayatra Vol. 23 (2) November 2018: 90-101

Tabel 1. Persebaran lesung batu


NO NAMA SI- BENTUK RELIEF JUMLAH
TUS
1 Situs Pulau Persegi Panjang Polos 17
Panggung dengan sudut mem-
dan Pajar bulat. Lesung Relief kepala
Bulan mempunyai 1 lubang manusia, tangan 3
(Oval Circuit) serta kaki
Relief kodok dan 3
kepala kambing
Tidak Teridentif- 4
ikasi
2 Situs Pulau Persegi panjang
Panggung dengan sudut lancip. Relief kodok dan
dan Pajar Lesung mempunyai 2 manusia 1
Bulan lubang
3 Situs Pajar Persegi dengan sudut
Bulan membulat. (Oval Polos 4
Easimove)
4 Situs Pajar Tidak teridentifikasi Tidak teridentifi- 5
Bulan kasi

(bermukim). Dalam pemenuhan kebutuhan 1. Bentuk


tersebut masyarakat menciptakan alat agar Berdasarkan kenampakan fisik (analisis
kegiatannya berjalan lancar, salah satunya morfologi) terdapat tiga bentuk lesung batu
adalah lesung batu. Berdasarkan temuan yang terdapat pada situs ini yaitu Oval
pada situs Pulau Panggung dan Pajar Bulan Circuit, Oval Easimove dan Oval bersudut
terdapat tiga puluh enam lesung batu yang lancip dengan dua lubang lesung.
telah didata, dengan hasil di tabel 1. a. Tipe lesung oval circuit (A1) adalah
Dari tabel tersebut maka dapat bentuk lesung batu dengan lubang
disimpulkan terdapat beberapa tipe lesung memanjang dan mempunyai lis (tepian)
batu yang berkembang di situs Pajar Bulan yang lurus lalu membulat (oval) pada bagian
dan Pulau Panggung: sudut dalam dan luar lesung. Atribut yang

Gambar 3. Tipe lesung oval circuit (A1) (Sumber: Balai


Arkeologi Sumatera Selatan )

95
Seffiani Dwi Azmi dan Kristantina Indriastusti. Tipologi Lesung Batu Di Situs Pulau Panggung Dan Pajar Bulan,
Kabupaten Lahat, Provinsi Sumatera Selatan

Gambar 4. Tipe lesung (B1) (Sumber: Balai Arkeologi Sumatera


Selatan )

terdapat pada lesung ini ada yang polos dan c. Tipe Oval Easimove (A2) adalah lesung
berelief baik pada bagian samping ataupun batu yang mempunyai bentuk lebih bulat
kaki. Ukuran oval circuit mempunyai rata- dan tepian (lis) yang tidak terlalu tegas
rata ukuran panjang luar 80 cm dan rata-rata (horizontal). Ciri khas dari bentuk ini adalah
lebar dalam 23 cm. Ciri khas dari lesung ini bentuk lesung lebih membulat dan diameter
adalah bagian lebar dalam yang kecil serta bagian dalam yang lebar. Ukuran lesung
mempunyai satu lubang (gambar 3). yang paling besar adalah 143 cm dan yang
b. Tipe lesung (B1) adalah lesung batu paling kecil 70 cm dengan rata-rata lebar
dengan tepian lurus yang memanjang pada dalam 32 cm (gambar 5).
bagian tepian (lis) dengan bagian sudut yang 2. Relief
lancip pada bagian luar lesung dan Untuk mendapatkan ragam hias yang
mempunyai dua lubang (gambar 4). berkembang pada situs ini adalah dengan

Gambar 5. Tipe Oval Easimove (A2) (Sumber: Balai


Arkeologi Sumatera Selatan )

96
Siddhayatra Vol. 23 (2) November 2018: 90-101

melakukan analisis stilistik. Dari samping dan ujung lesung batu.


pengamatan yang dilakukan didapatkan dua b. Antropomorfis
tipe relief yaitu: Relief antropormofis adalah relief yang
a. Fauna menunjukan sifat-sifat fisik manusia. Dalam
Berdasarkan data yang didapatkan, relief kepercayaan prasejarah relief antropomorfik
fauna yang berkembang di situs ini yaitu merupakan respresentasi nenek moyang atau
berupa relief katak. Relief katak juga yang berperan penting dalam kehidupan
ditemukan pada Nekara gendang yang mereka. Relief ini diwujudkan dalam bentuk
merupakan hasil kebudayaan Dong-son yang kepala, tangan dan kaki yang terdapat pada
memberi pengaruh terhadap perkemabangan bagian samping ataupun dibawah lesung.
megalitik Pasemah. Para ahli purbakala Dari hasil analisis, didapatkan bahwa ada
menghubungkan hiasan katak ini sebagai tiga tipe lesung batu dan dua relief yang
lambang permohonan hujan (Sunaryo 2009, berkembang pada masyarakat Pasemah
96). Relief yang juga ditemukan adalah khususnya di Kecamatan Pajar Bulan.
relief berbentuk kepala kambing, kambing Lesung batu berjumlah tiga puluh enam
dalam kehidupan masyarakat prasejarah lesung dan lima diantaranya tidak bisa
merupakan binatang khayal yang diidentifikasi Pada umumnya bentuk dari
melindungi kehidupan manusia di dunia lesung berbentuk oval. Berdasarkan Kamus
(Sukendar 1997: 24). Selain itu kambing Besar Bahasa Indonesia (KBBI) oval yaitu
juga merupakan binatang domistikasi bentuk lonjong; bulat panjang; bulat telur
(peliharaan) pada kebudayaan prasejarah. (KBBI). Dari tiga puluh satu lesung tersebut
Relief ini biasa ditempatkan pada bagian dapat dibagi menjadi tiga tipe berdasarkan

Gambar 6. Lesung batu berhias di situs Pulau Panggung (Sumber: Balai


Arkeologi Sumatera Selatan)

97
Seffiani Dwi Azmi dan Kristantina Indriastusti. Tipologi Lesung Batu Di Situs Pulau Panggung Dan Pajar Bulan,
Kabupaten Lahat, Provinsi Sumatera Selatan

Gambar 7 dan 8. (dari kiri ke kanan) Lesung batu Antropomorfis dari situs Pulau Panggung; Lesung
batu Antropomorfis dari situs Pajar Bulan (Sumber: Balai Arkeologi Sumatera
Selatan)

pada bentuk yaitu tipe lesung A1, A2, dan Pulau Panggung. 3. Tipe A2 berjumlah
B1. 1. Tipe A1 berjumlah dua puluh enam empat lesung yang tersebar di situs Pajar
lesung yang tersebar di situs Pajar Bulan Bulan sebanyak tiga lesung dan satu lesung
sebanyak sebelas lesung dan enam lesung ditemukan di Pulau Panggung
batu terdapat di Pulau Panggung. 2. Tipe B1 Tipologi berdasarkan bentuk relief
berjumlah satu lesung ditemukan pada situs diketahui terdapat dua tipe lesung batu yaitu

Gambar 9 dan 10. (dari atas ke bawah) Gambaran lesung batu tipe A1; Gambaran
lesung batu tipe A2 (Sumber: Balai Arkeologi Sumatera Selatan dan
penulis)

98
Siddhayatra Vol. 23 (2) November 2018: 90-101

antropomorfik dan fauna. 1. Tipe relief berjumlah sebuah dan memiliki hiasan.
fauna berjumlah empat lesung ditemukan Pengertian wadah menumbuk tidak harus
pada Situs Pulau Panggung. Relief fauna selalu dikaitkan dengan kegiatan menumbuk
yang ditemukan berupa relief bentuk kodok padi mengingat tidak semua volume lesung
sebanyak dua lesung dan kepala kambing mempunyai kapasitas tersebut,
sebanyak dua lesung. 2. Tipe relief pemanfaatannya bisa lebih luas untuk
antropomorfik berjumlah empat lesung menunjang kegiatan rumah tangga.
ditemukan pada situs Panggung sebanyak Lesung batu di Kecamatan Pajar Bulan
tiga lesung dan satu lesung di Pajar Bulan. mempunyai ciri khas masing-masing baik
Selain data tersebut terdapat empat lesung dari bentuk ataupun relief. Masyarakat
batu yang tidak bisa diidentifikasi reliefnya prasejarah pasemah adalah masyarakat yang
dan lima lesung batu tidak bisa diidentifikasi mempunyai pengetahuan dan nilai estetika
sama sekali. yang tinggi dilihat dari berbagai jenis
tinggalan megalitik yang beragam, serta taat
4. Penutup dalam hal religi. Hal ini dapat kita lihat dari
4.1. Kesimpulan berbagai tinggalan megalitik lesung batu
Berdasarkan paparan di atas, dapat yang berhias mempunyai makna
disimpulkan Pendukung budaya megalitik penghormatan atau pengharapan terhadap
pasemah di Kecamatan Pajar Bulan sangat leluhur dalam melakukan aktivitas walaupun
arif dalam pemilihan lokasi pemukiman tidak dijadikan sebagai alat pemujaan ketika
mereka hal ini dapat kita lihat dari kondisi beribadah.
lingkungan yang dekat dengan air atau Jadi dapat disimpulkan bahwa lesung
sungai. Hal ini menunjang dalam sumber batu memberi peran penting dalam
untuk pemenuhan kebutuhan pangan dan pengolahan kebutuhan pangan masyarakat.
sarana transportasi. Masyarakat juga sudah Dengan banyaknya lesung batu yang
mengenal domistikasi hewan, kita dapat ditemukan juga mengindikasikan banyaknya
melihatnya dari relief kambing yang jumlah warga masyarakat yang hidup
merupakan salah satu hewan domistikasi. disekitarnya.
Dalam studi etnoarkeologi kambing masih
digunakan dalam persembahan atau 4.2. Saran
pengorbanan dalam ritual di wilayah Sedikitnya kajian dan publikasi mengenai
Bengkulu. Lingkungan sekitar banyak lesung batu membuat minimnya khazanah
mempengaruhi mereka dalam membangun wawasan yang mendalam terhadap artefak
megalitik. yang sebenarnya penting dalam
Berdasarkan volume fungsi lesung batu keberlangsungan kehidupan masyarakat
apabila dilihat dari bentuk dan volume prasejarah, sehingga perlu adanya kajian
biasanya digunakan untuk menumbuk, lanjutan yang lebih mendalam untuk
namun terdapat pengecualian untuk varian menjawab aspek-aspek yang terdapat

99
Seffiani Dwi Azmi dan Kristantina Indriastusti. Tipologi Lesung Batu Di Situs Pulau Panggung Dan Pajar Bulan,
Kabupaten Lahat, Provinsi Sumatera Selatan

didalamnya. Annisa Gultom, Riri Fahlen, Rumaejani


Setyorini. 2017. “Megalitik Pasemah
Ucapan Terima Kasih Warisan Budaya Penanda Zaman.”
Terima kasih saya ucapkan kepada Surini Jambi : Balai Pelestarian Cagar Budaya
Widyawati dan Syandi Satria Dinata, Jambi.
Muhammad Riyadnes, Eki Purwansyah, Prasetyo, Bagyo, D.D. Bintarti, Dwi Yani
Laras Sahara, dan Sidgi Hamdi yang telah Yuniawati, E.A Kosasih, Jatmiko, Retno
membantu dalam pembuatan artikel ini Handini, E. Wahyu Saptomo. 2004.
melalui diskusi dan masukan yang “Religi Pada Masyarakat Prasejarah di
membangun. Serta dosen saya Bapak Indonesia.” Jakarta : Kementerian
Asyhadi Mufsi Sadzali yang selalu Kebudayaan Pariwisata Proyek Penelitian
menyemangati. dan Pengembangan Arkeologi.
Suharjanto, Gatot. 2013. “Keterkaitan
Daftar Pustaka Tipologi dengan Fungsi dan Bentuk:
Hoop, A.N.J. Th Van der. 1932. Megalithic Studi Kasus Bangunan Bentuk.” dalam
Remains in South Sumatera. Zuthpen ComTech Vol.4 Desember 2013. Jakarta.
Netherland: W.J Thieme & Cie. Penerbit Bina Nusantara University
Indriastuti, Kristantina. 2009. “Laporan Sunaryo, Aryo. 2009. “Ornamen Nusantara
Penelitian Arkeologi Penelitian Bilik Kajian Khusus Tentang Ornamen
Batu di Situs Megalitik Pasemah, Indonesia.” Semarang: Effhar Offset
Kabupaten Lahat, Provinsi Sumatera Semarang.
Selatan.” Laporan Penelitian Arkeologi. Tim Penelitian Situs Jarai dan Pagar Alam.
Palembang: Balai Arkeologi Palembang. 1992. “Laporan Hasil Penelitian
Tidak diterbitkan. Arkeologi Ekskavasi dan Survei Situs
Indriastuti, Kristantina. 2010. “Laporan Jarai/ Pagaralam Kabupaten Lahat,
Penelitian Permukiman Tradisi Megalitik Propinsi Sumatera Selatan Tahap II.”
di Situs Arkeologi Kec. Pajar Bulan, Kab. Laporan Hasil Penelitian Arkeologi.
Lahat Prov. Sumatera Selatan.” Laporan Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Penelitian Arkeologi. Palembang: Balai Kebudayaan Proyek Peelitian Purbakala
Arkeologi Palembang. Tidak diterbitkan. Jakarta Bagian Proyek Penelitian
Kusumawati, Ayu dan Haris Sukendar. Palembang 1992/1993. Tidak diterbitkan
2003. Pustaka Wisata Budaya Megalitik Triwurjani, Rr. 2015. “Arca- Arca Megalitik
Bumi Pasemah Peranan Serta Fungsinya. Pasemah Sumatera Selatan : Kajian
Jakarta . Badan Pengembangan Semiotik.” Depok: Fakultas Ilmu
Kebudayaan dan Pariwisata Deputi Pengetahuan Budaya
Bidang Pelestarian dan Pengembangan Wiradnyana, Ketut. 2011. “Prasejarah
Budaya Pusat Penelitian Arkeologi. Sumatera Bagian Utara : Kondisinya
Nasrudin, Nurhadi Rangkuti, Triwurjani, Pada Kebudayaan Kini.” Jakarta:

100
Siddhayatra Vol. 23 (2) November 2018: 90-101

Yayasan Pustaka Obor Indonesia

https://lahatkab.bps.go.id/publikasi.html
diakses tanggal 2 agustus jam 08:31 WIB
https://kbbi.web.id/ diakses tanggal 28
agustus jam 09:23 WIB

101

Anda mungkin juga menyukai