Anda di halaman 1dari 134

KEMENTERIAN 

PEKERJAAN UMUM
DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
SNVT PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN JAWA TENGAH
KEGIATAN PEMBINAAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
Jalan S. Parman No. 18 Semarang, Telepon (024) 841 5733, Faksimile (024) 841 5733, E‐mail : pbljateng@gmail.com

PENYUSUNAN RTBL KAWASAN PUSAKA LASEM


KABUPATEN REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH
2017
AGENDA FGD 2
1. KONSEP & VISI-MISI
2. MASTERPLAN KAWASAN
3. ANDAP & INDIKASI PROGRAM PRIORITAS (DED)
4. GAGASAN & LANGGAM DESAIN KAWASAN PRIORITAS DED
5. DRAFT DOKUMEN RTBL
• Program Bangunan dan Lingkungan;
• Rencana Umum dan Panduan Rancangan;
• Rencana Investasi;
• Ketentuan Pengendalian Rencana; dan
• Pedoman Pengendalian Pelaksanaan.
• Draft Peraturan Bupati/Walikota tentang Penetapan RTBL pada Kawasan Studi.
1. KONSEP & VISI-MISI
GAMBARAN UMUM KAWASAN RTBL LASEM
Ke Dasun

PETA KABUPATEN REMBANG

Ke Semarang

KEC.LASEM DS. GEDONGMULYO

DS. SODITAN

DS. DOROKANDANG

DS. KARANGTURI
REMBANG
DS. SUMBERGIRANG
DS. BABAGAN SEMARANG

Batas Wilayah Kecamatan Lasem Kawasan RTBL meliputi 6 Desa :


Utara : Laut Jawa 1. Desa Gedongmulyo
Timur : Kecamatan Sluke 2. Desa Soditan
Selatan : Kecamatan Pancur 3. Desa Karangturi = Jalan Arteri Primer
Barat : Kecamatan Rembang 4. Desa Babagan = Jalan Kolektor

5. Desa Dorokandang = Jalan Lokal Ke Pancur/ 


6. Desa Sumbergirang = Jalan Lingkungan Pamotan

KONDISI EKSISTING JARINGAN JALAN

SEGMEN 3

SEGMEN 2
SEGMEN 1

Luas Wilayah perencanaan : ± 60 ha SEGMEN 1


LUAS = 24,66 HA
SEGMEN 2
LUAS = 17,48 HA
SEGMEN 3
LUAS = 17,74 HA

PETA DELINIASI TOTAL PETA PEMBAGIAN SEGMEN


KONDISI EKSISTING

Kelenteng Cu An Kiong Lawang Ombo

KAWASAN PERENCANAAN
Bangunan Kolonial Masjid Jami Lasem

Stasiun Lasem Alun – alun Lasem

LAHAN TERBANGUN & LAHAN KOSONG

Kelenteng Gie Yong Bio Perdagangan Jasa Jl. Lasem - Sale

SIRKULASI KENDARAAN Sungai Babagan Tiongkok Kecil Heritage Lasem


SEJARAH LASEM
Lasem 1513 Lasem 1588 Lasem 1740
Pada 1513 Kerajaan Hindu Majapahit dikalahkan oleh Kerajaan
Islam Demak . Pusat Politik berpindah ke Demak terletak 70 km di
sebelah barat Lasem.
Tahun 1568 karena muncul kekuatan militer dibawah Arya
Penangsang yang menakutkan sultan Demak, kerajaan dipindah
ke Pajang. Arya Penangsang kemudian dikalahkan oleh Senopati
yang membangun kerajaan Islam di kota Gede

Tahun 1588, islam diterima sebagai agama bupati lasem. Sebuah


masjid, yang sekarang menjadi masjid agung daerah lasem,
dibangun disebelah batrat alun – alun. Mengikuti bupatinya,
ERA HINDU ERA MUSLIM MUSLIM & TIONGHOA masyarakat pribumi pun memeluk islam
Alun –alun Alun- alun Alun – alun
Pecinan Pecinan Masjid Pada 1740, banyak orang Tionghoa yang melarikan diri dari
Kerajaan Kerajaan Pecinan
Masjid Batavia dan mengungsi di Lasem. Dengan bertambahnya populasi
orang Tionghoa, Lasem menjadi pusat perlawanan terhadap
Lasem 1745 Lasem 1750 Lasem 1811
penjajah Belanda yang kuat.

Pada 1745, Belanda menyerang Lasem dan berhasil menguasai


kotaLasem dan sekitarnya yang kemudian dijadikan satu wilayah
pemerintahan kecamatan dan kabupaten dipindah ke Rembang

Pada 1750, belanda merubah alun- alun menjadi pasar dan


menjual rumah bupati kepada orang Tionghoa yang kemudian
memanfaatkan lahannya untuk membangun toko . Sejak itu seluruh
daerah urban Kecamatan Lasem merupakan pecinan

BELANDA MENGUASAI LASEM BELANDA MENGUASAI LASEM BELANDA MENGUASAI LASEM


Kantor Bupati Æ Kecamatan Alun – alun hilang Æ Pasar Muncul Jalan Deandels yang membelah alun – alun
dan menjadikan kerangka kota Lasem yang baru
Gambar Desa-desa disekitar Lasem sebelum Wijkenstelsel 1841
Lasem 1841 Lasem 1900-1940 (Abad ke 20) Lasem 1942-1945 dan permukiman baru di Gedung Mulyo setelah Wijkenstelsel.

Perkembangan Lasem sebagai kota modern dimulai dari awal abad


ke 20 setelah Belanda membangun galangan kapal dan rel kereta
api yang menghubungkan Lasem dengan kota-kota lain
dipedalaman maupun dipantai utara Jawa.

Setelah Perang Pasifik berakhit pada 1945, program pembuatan


kapal tidak dilanjutkan walaupun Jepang masih berada di lasem.
Pada November 1945, Belanda dan t entara sekutu menyerang
kota, menghancurkan galangan kapal dan markas jepang. Akhirnya
Jepang menyerah dan sistem pemerintahan kota kecamatan
dikembalikan.

Era Perkembangan Permukiman Era Belanda Pusat pembuatan kapal dan markas Jepang
Permukiman baru Rel kereta api dan galangan kapal telah dibangun selama Perang Dunia II Sumber: Arsitektur Tradisional Tionghoa Dan Perkembangan Kota, 2010
DATA DAN HASIL SURVEY

PERUNTUKAN LAHAN
POLA RUANG

BANGUNAN CAGAR BUDAYA


KETINGGIAN BANGUNAN
ANALISIS KAWASAN PERENCANAAN

ANALISIS TINGKAT KOTA ANALISA JARINGAN PERGERAKAN ANALISA DAYA DUKUNG FISIK LINGKUNGAN

Parkir dan transportasi


IN/OUT sisi selatan

Alun-alun Pusat Kota IN/OUT sisi selatan & utara


Alun-alun (perempatan)
Pusat Transportasi
Perempatan peralihan ke jalan permukiman

Pusat Batik

ANALISIS TINGKAT WILAYAH SEKITAR KAWASAN ANALISA KAWASAN PRESERVASI & KONSERVASI ANALISA DAYA DUKUNG PRASARANA & UTILITAS
VISI MISI
VISI:
TERWUJUDNYA “LASEM SEBAGAI KOTA PUSAKA DUNIA”

MISI:
1. Membuat ruang warisan sejarah dengan mengembangkan pusat –
pusat awal mula terbentuknya lasem
2. Menciptakan tema tik kawasan
3. Menggabungkan 3 titik utama kawasan
4. Revitalisasi kawasan alun-alun
5. Pengaturan kawasan permukiman pecinan
6. Heritage stasion kereta api
7. Revitalisasi sungai

POTENSI (MANFAAT)
1. Terdapat 3 kawasan utama yang dapat di kembangkan (hindu-islam,
tiong hoa, kolonial)
2. Alun – alun (awal mula pertumbuhan lasem)
3. Station kereta api (ditetapkan heritage)
4. Kawasan pecinan sudah tumbuh (kawasan batik, rumah merah &
pasar)
5. Salah satu pusat perkembangan islam (banyaknya pesantren)
6. Ekonomi yang sangat tumbuh pesat (pasar di alun-alun)
KONSEP JALAN LOOP KONSEP GATE

MASALAH (ISSUE)
1. Gerbang kawasan tidak jelas
2. Tidak mempunyai pusat kawasan (alun-alun hilang)
3. Jalan utama krodit (kendaraan besar melintas tengah kota)
4. Tidak ada penataan alun-alun (kacau / semrawut)
5. Alih fungsi lahan & tata fisik lingkungan (bangunan cagar budaya
mulai berubah)
6. Sungai tidak tertangani (sedimen & tertutupi bangunan)
7. Dampak lingkungan (sampah, drainase & air kotor)
8. Sosial budaya (tidak ada ruang interaksi)

KONSEP
(SKENARIO & IDE DESAIN)

1. LOOP : jalan lingkar yang tidak membebani jalan kota


2. GATE : Gerbang kawasan
3. TEMATIK KAWASAN : konsep besar setiap blok kawasan
2.A. CITY CENTER : Alun-alun di revitalisasi
2.B. PECINAN (LITLE TIONG HOA) :
2.B. KAI (CAGARBUDAYA)
4. RITUAL PATH : hubungan 3 cluster titik kawasan (alun-alun, pecinan
KONSEP TEMATIKK KAWASAN KONSEP RITUAL PATH
& stasion)
5. RIVER FRONT : reaktivasi Sungai sebagai titik mula sejarah lasem
PRESEDEN DESAIN

Sungai (River Front)

Jalan Lingkar

Perpustakaan/Museum Kereta Api)

Revitalisasi Pecinan Ritual Path

Pedestrian
MASTERPLAN

City Center (Alun-Alun)

Pasar/kios

Bangunan Cagar Budaya

Gerbang

Nodes

Land Mark

Pedestrian

Ritual Path

Pohon

Parkir
PERUNTUKAN LAHAN

PETA AWAL MULA LASEM

PETA JARINGAN PERGERAKAN


DESIGN INTERVENTIONS SEGMEN 1

2 1

SEGMEN 1

The image cannot be display ed. Your computer may not hav e enough memory to open the image, or the image may hav e been corrupted. Restart y our
computer, and then open the file again. If the red x still appears, y ou may hav e to delete the image and then insert it again.

POTONGAN A-A

POTONGAN B-B POTONGAN C-C


SEGMEN 1
DESIGN INTERVENTIONS SEGMEN 2

2 1

SEGMEN 2

POTONGAN 1-1
SEGMEN 2
DESIGN INTERVENTIONS SEGMEN 3

2 1

SEGMEN 3

PENATAAN PARKIR KOMUNAL

PENATAAN JARINGAN DRAINASE

PENATAAN LANSEKAP

POTONGAN 1-1 POTONGAN 2-2

POTONGAN 3-3
SEGMEN 3
3. ANALISIS DAMPAK PUSAKA
(ANDAP) & INDIKASI PROGRAM
PENILAIAN DAMPAK PUSAKA

URAIAN DAMPAK ZONA A ZONA B ZONA C


DESKRIPSI DAMPAK • Bayangan yang tercipta mengaburkan • Halangan pandangan (view) yang • Bayangan yang tercipta mengaburkan
atribut fisikIsolasi atribut pusaka dari signifikan Perubahan fungsi lahan, atribut fisikIsolasi atribut pusaka dari
lingkungan sekitarnya, konteks atau dimana perubahan tersebut lingkungan sekitarnya, konteks atau
hubungan yang siginifikan; mempengaruhi nilai penting pusaka. hubungan yang siginifikan;
• Halangan pandangan (view) yang • Halangan pandangan (view) yang
signifikan Perubahan fungsi lahan, signifikan Perubahan fungsi lahan,
dimana perubahan tersebut dimana perubahan tersebut
mempengaruhi nilai penting pusaka. mempengaruhi nilai penting pusaka.
• Kerusakan pada lahan seperti
perubahan mutu tanah, dan pola
drainase yang dapat mempengaruhi
atribut pusaka
Dampak langsung Dampak tidak langsung Dampak tidak langsung
• Dampak residual • Dampak Residual • Dampak Residual
• Keragaman • Keragaman • Keragaman

TINGKAT PERUBAHAN ATRIBUT BESAR SEDANG BESAR


PUSAKA

PENILAIAN BESARAN DAMPAK SEDANG KECIL BESAR


• Atribut Utama: BERAT • Atribut Utama: MENENGAH • Atribut Utama: BERAT
• Atribut Penunjang: MENENGAH • Atribut Penunjang: MENENGAH • Atribut Penunjang: BERAT
• Atribut non Penunjang: RINGAN • Atribut non Penunjang: RINGAN • Atribut non Penunjang: MENENGAH

AKSEPTIBILITAS DAMPAK THD DAPAT DITERIMA dengan MITIGASI DAPAT DITERIMA DAPAT DITERIMA
ATRIBUT PUSAKA
ANALISIS DAMPAK PUSAKA INDIKASI PROGRAM
SEGMEN 1
SEGMEN 1
BANGUNAN Sedang ƒ Perubahan pada 30% - 50% atribut historis bangunan seperti perubahan signifikan pada atribut asli 1. Penataan Alun-Alun a. Penataan Pedestrian
ƒ Perubahan yang signifikan pada setting (pengaturan) bangunan bersejarah b. Street Furniture
ƒ Pemanfaatan kembali bangunan dengan fungsi yang berbeda hingga muncul perubahan material tata ruang dalam c. Perbaikan Infrastruktur Jalan
ƒ Penambahan bangunan baru / detail / elemen 30% - 50% d. Penataan Lansekap
ƒ Penambahan fasilitas servis (penghawaan, pemipaan, pencegah kebakaran) yang mengubah visual (40%-50%) dan tidak
2 Penataan Kawasan permukiman a. Penataan Pedestrian
tertanam (tidak dan perlu pembongkaran) desa karangtur dan sekitar b. Penataan Street Furniture
LANSEKAP Sedang ƒ Perubahan sedang pada karakter lansekap historis kawasan masjid jami lasem c. Perbaikan Infrastruktur Jalan
ƒ Sedikit 30%-60% pada atribut lansekap d. Penataan Lansekap
e. Penataan jaringan air bersih dan air limbah
ƒ Perbedaan kebisingan dan kualitas suara yang dapat dikenai / disadari
ƒ Perubahan besar pada fungsi atau akses 3 Penataan Pasar a. Penataan Pedestrian
ƒ Perubahan pada pola sosial kemasyarakatan tetapi tidak besar akan tetapi dikenai b. Perbaikan Infrastruktur Jalan
ƒ Perubahan sistem lingkungan c.
d.
Penataan Lansekap
Penataan jaringan air bersih dan air limbah
VISUAL Sedang ƒ Perubahan visual pada banyak aspek lansekap bersejarah (30% - 50%)
ARKEOLOGIS Sedang ƒ Restorasi skala sedang 4. Penataan Utilitas
ƒ Pembangunan baru disekitar benda arkeologis untuk tujuan pengembangan potensi benda arkeologis
TAK RAGAWI Sedang ƒ Perubahan sebagian pada kegiatan masyarakat lokal
ƒ Perubahan gaya hidup pada masyarakat di kawasan pusaka 5 Penataan Landscape
ƒ Perubahan sebagian pada kegiatan ekonomi eksisting
6 Penataan Infrastruktur
SEGMEN 2
BANGUNAN Kecil ƒ Perubahan pada < 30% atribut historis
ƒ Perubahan kecil pada atribut bangunan yang memiliki dampak sedikit mungkin pada atribut
SEGMEN 2
LANSEKAP Sedang ƒ Perubahan sedang pada karakter lansekap historis 1 Penataan sungai a. Penataan Pedestrian
ƒ Sedikit 30%-60% pada atribut lansekap b.
c.
Penataan Street Furniture
Perbaikan Infrastruktur Jalan
ƒ Perbedaan kebisingan dan kualitas suara yang dapat dikenai / disadari d. Penataan Lansekap
ƒ Perubahan besar pada fungsi atau akses
ƒ Perubahan pada pola sosial kemasyarakatan tetapi tidak besar akan tetapi dikenai 2. Penataan kawasan permukiman a. Penataan Pedestrian
ƒ Perubahan sistem lingkungan pecinan lama daerah lawang ombo b.
c.
Penataan Street Furniture
Perbaikan Infrastruktur Jalan
VISUAL Sedang ƒ Perubahan visual pada banyak aspek lansekap bersejarah (30% - 50%) d. Penataan Lansekap
ARKEOLOGIS Sedang ƒ Restorasi skala sedang e. Penataan jaringan air bersih dan air limbah
ƒ Pembangunan baru disekitar benda arkeologis untuk tujuan pengembangan potensi benda arkeologis
TAK RAGAWI Sedang ƒ Perubahan sebagian pada kegiatan masyarakat lokal
ƒ Perubahan gaya hidup pada masyarakat di kawasan pusaka SEGMEN 3
ƒ Perubahan sebagian pada kegiatan ekonomi eksisting
1. Penataan Stasiun a. Penataan pedestrian
b. Penataan street furniture
SEGMEN 3 c. Perbaikan infrastruktur jalan
BANGUNAN Sedang ƒ Perubahan pada 30% - 50% atribut historis bangunan seperti perubahan signifikan pada atribut asli d. Penataan Lansekap
ƒ Perubahan yang signifikan pada setting (pengaturan) bangunan bersejarah
ƒ Pemanfaatan kembali bangunan dengan fungsi yang berbeda hingga muncul perubahan material tata ruang dalam
ƒ Penambahan bangunan baru / detail / elemen 30% - 50%
ƒ Penambahan fasilitas servis (penghawaan, pemipaan, pencegah kebakaran) yang mengubah visual (40%-50%) dan tidak
tertanam (tidak dan perlu pembongkaran)
LANSEKAP Sedang ƒ Perubahan sedang pada karakter lansekap historis
ƒ Sedikit 30%-60% pada atribut lansekap
ƒ Perbedaan kebisingan dan kualitas suara yang dapat dikenai / disadari
ƒ Perubahan besar pada fungsi atau akses
ƒ Perubahan pada pola sosial kemasyarakatan tetapi tidak besar akan tetapi dikenai
ƒ Perubahan sistem lingkungan
VISUAL Sedang ƒ Perubahan visual pada banyak aspek lansekap bersejarah (30% - 50%)
ARKEOLOGI Sedang ƒ Restorasi skala sedang
S ƒ Pembangunan baru disekitar benda arkeologis untuk tujuan pengembangan potensi benda arkeologis
TAK RAGAWI Besar ƒ Perubahan total pada kegiatan masyarakat lokal
ƒ Perubahan besar pada kegiatan ekonomi eksisting
4. GAGASAN & LANGGAM DESAIN
KAWASAN PRIORITAS DED
RENCANA DESAIN KAWASAN PRIORITAS DED

Penataan pedestrian

Penataan Drainase /
Utilitas
Penataan plaza diarea masjid Penataan plaza / alun - alun

Penataan Jalan Alternatif

Penataan parkir dan PKL


/ kios di belakang
Penataan Lansekap
Penataan pedestrian
Penataan toilet / tempat
wudhu

Penataan Lanskap Penataan


Penataan Signage & Drainase / Utilitas
Furniture

Lokasi : MASJID JAMI’ LASEM DAN ALUN – ALUN


Bentuk : PLAZA dan BANGUNAN PASAR
Langgam : ISLAM, HINDU, CHINA , KOLONIAL Penataan pasar /
Material : PLAZA Æ BATU LEMPENG kios 1 lt menjadi
BANGUNAN PASAR Æ BETON DAN BATA EXPOSE 3 lt (15m)

KAWASAN PRIORITAS DED LOKASI : MASJID JAMI’ LASEM LOKASI : ALUN - ALUN
SITE ALUN-ALUN DAN MASJID

1 Batas lahan Alun-


alun+Pasar
a. M asjid Baru
b. Kios
c. Toilet
b 1
g f d. Ruang tunggu
a
a e. Tempat wudlu
1 Batas lahan Alun- c a 2 a a f. Kios
alun+Pasar g. M akam
Luas Lahan 8253 m² d a
e b a
a a 2 Batas lahan Alun-
2 Batas lahan Masjid b alun+Pasar
Luas Lahan 6439 m² a. Kios
a
b. Pasar

Pohon Palem
eksisting depan
Masjid Jami’Lasem

Langgam pada site yang di Kubah masjid


pakai hanya lansekap Hindu Æ Islam
berupa pohon palem
FILOSOFI PENGGUNAAN LANGGAM KAWASAN/BANGUNAN EKSISTING
SEGMEN-1 1 Masjid Jami’ Lasem

1 Masjid Jami’ Lasem


2 Pasar

3 Alun-alun

M enggunakan
langgam arsitektur Menggunakan langgam Hindu Æ Islam meru (cella)
jawa, dengan - Atap meru, ruang keramat (cella) dan tiang
ornamen guru yang melingkupi ruang cella
segitiga berjajar - M eru merupakan ciri khas atap bangunan
(gigi balang) suci

- M enggunakan
- Pengeret, balok yang
langgam arsitektur
berfungsi sebagai
jawa
penghubung dan
- pintu dibuat lebih
stabilisator (penopang)
rendah diharapkan
ujung-ujung tiang
agar seseorang yang
- M enjadi pusat bertumpu
melewatinya
dan penghubung blandar
menghormati tuan
rumah serta agar lebih
rendah hati
APLIKASI FILOSOFI LANGGAM
Menggunakan langgam Hindu Æ Islam meru (cella)
PASAR
- Atap meru, ruang keramat (cella) dan tiang
guru yang melingkupi ruang cella
- M eru merupakan ciri khas atap bangunan
suci
- Bentuk atap yang bertingkat dan mengecil
ke atas merupakan lambang vertikalitas
PASAR
dan orientasi kekuasaan ke atas
Menggunakan langgam Cina
- Bangunan yang dianggap paling suci dan
Ngan Shan dan penting memiliki tingkat atap paling
banyak dan paling tinggi

- Ngan Shan kebanyakan


memiliki atap yang
sederhana dimana bentuknya
cuma berupa atap pelana
Menggunakan langgam Jawa, dengan ornamen - Lisplang berornamen gigi balang
dengan bubungan atap segitiga berjajar (gigi balang)
melengkung pada sisi kiri- berupa papan kayu berbentuk ornamen
kanan, ujung usuk dihiasi segitiga berjajar menyerupai gigi
dengan keramik bermotif belalang yang melambangkan bahwa
- M elambangkan hidup harus selalu jujur, rajin, ulet dan
kesederhanaan serta diberi sabar,
warna merah untuk simbol - secara keseluruhan bisa bermakna
kebahagiaan ‘pertahanan yang kuat’ dan keberanian
LAMPU JALAN LAMPU JALAN
TIPE BESAR TIPE KECIL

TITIK LAMPU PENERANGAN JALAN PER 25 METER


(DIPASANG KANAN DAN KIRI JALAN)

Material : Cast Iron  / Besi Cor


Warna : Hitam besi
Size : 
Besar : tinggi 9 m , jarak 25 m 
Kecil : tinggi 5 m , jarak 15 m
LAMPU JALAN
TIPE KECIL
PROGRAM INVESTASI
5.DRAFT DOKUMEN RTBL

PROGRAM BANGUNAN DAN


LINGKUNGAN
PROGRAM BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

1. RENCANA KAWASAN
ISU KAWASAN RENCANA SOLUSI MANFAAT RENCANA

2. VISI PENGEMBANGAN KAWASAN


PERUMUSAN RENCANA PENANGANAN KAWASAN – PERUMUSAN VISI MISI
PENANGANAN

3. RENCANA RANCANGAN STRUKTUR


BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
- SISTEM JARINGAN PERGERAKAN (jar jalan, pedestrian, parkir, gerbang
kawasan)
- SISTEM PUSAT KEGIATAN (kawasan, node, landmark)
- RENCANA ELEMEN KAWASAN
ISU & PRIORITAS PENANGANAN PENATAAN KAWASAN
REVITALISASI MASJID
PENATAAN ALUN ALUN
PENATAAN PASAR

ƒ PENATAAN
INFRASTRUKTUR JALAN
ƒ PENATAAN PEDESTRIAN &
PENGATURAN PKL
ƒ PENGATURAN
TRANSPORTASI

PENATAAN JALAN DAN PEDESTRIAN

ƒ PENATAAN JALAN
ƒ PENATAAN PEDESTRIAN
ƒ PENGATURAN
TRANSPORTASI UMUM
ƒ TITIK NODE-NODE
KAWASAN
ƒ PENENTUAN LETAK
SHELTER/HALTE
ISU & PRIORITAS PENANGANAN PENATAAN KAWASAN
PENATAAN AREA PARKIR DAN KAWASAN KAI

ƒ PENATAAN
INFRASTRUKTUR JALAN
ƒ PENATAAN PEDESTRIAN
ƒ PENGATURAN
TRANSPORTASI
ƒ PENATAAN PARKIR

PENATAAN SEMPADAN SUNGAI

ƒ PENATAAN SEMPADAN
SUNGAI
RENCANA POLA RUANG
RENCANA STRUKTUR PLAN

= Deliniasi Kawasan RTBL


= Penataan Persimpang Alun-alun
= Penataan Jalan & Pedestrian Jalan Arteri
= Penataan & Peningkatan Perkerasan Jalan Lokal
= Penataan & Peningkatan Perkerasan Jalan Lingkungan

= Penataan Jalur Ritual Path di Jalan Kolektor


= Penataan Jalur Ritual Path di Jalan Lokal
= Penataan Jalur Ritual Path di Jalan Lingkungan
= Pembangunan Jembatan Baru untuk Jalur Ritual Path
= Rencana Jalan Lingkar

ROW Lebar Badan Jalur Sepeda,


No Nama Jalan Hirarki Lajur Jalur Trotoar (m)
(m) Jalan (m) Dokar, Becak (m)
1 Jl. Rembang - Tuban Arteri Primer 20 4 2 2x 9 2 x 2,5 2 x 1,5

2 Jl. Jatirogo Kolektor 15 2 2 9 2x 2 2 x 1,5

3 Jalan Lokal Lokal 8 - 12 2 2 6-9 2 x 1 & 2 x 1,5 -

4 Jalan Lingkungan Lingkungan 5 - 12 1&2 1&2 3,5 - 7 - -


ROW 20
ROW 15
ROW 5 ‐ 8
RENCANA UMUM DAN
PANDUAN RANCANGAN
RENCANA UMUM
RENCANA STRUKTUR PERUNTUKAN LAHAN MAKRO

NO PERUNTUKAN LAHAN

1 Kawasan Pendidikan
2 Bangunan Konservasi
3 Permukiman Kepadatan Rendah
4 Permukiman Kepadatan Tinggi
5 Ruang Terbuka
6 Perdagangan dan Jasa
7 SPU Pendidikan
8 SPU Kesehatan
9 Bangunan Konservasi
10 Alun-alun
RENCANA STRUKTUR PERUNTUKAN LAHAN SEGMEN 1

Bangunan Pusaka Permukiman Jawa

Perdagangan Dan Jasa

Pusat Informasi
Bangunan Pusaka

SPU Pendidikan

Permukiman Jawa

Permukiman Cina
RENCANA STRUKTUR PERUNTUKAN LAHAN SEGMEN 2

Permukiman Jawa

Permukiman Cina

Permukiman Jawa

Bangunan Pusaka

Permukiman Cina

Perdagangan Dan Jasa


Perdagangan Dan Jasa

Permukiman Cina
Permukiman Jawa
RENCANA STRUKTUR PERUNTUKAN LAHAN  SEGMEN 3

Perdagangan Dan Jasa

Permukiman Cina

Permukiman Jawa

Perdagangan Dan Jasa


Permukiman PJKA

SPU Transportasi
Bangunan Pusaka

Permukiman Jawa

SPU Kesehatan

Permukiman Cina
RENCANA INTENSITAS PEMANFAATAN LAHAN
RENCANA INTENSITAS PEMANFAATAN LAHAN
1. KAWASAN TERBANGUN & FUNGSI BANGUNAN

L UAS LAHAN TINGGI


LUAS AREA LUAS LANTAI
NO PERUNTUKAN LAHAN KDB BANGUNAN KLB KDH KTB
HA M2 T ERBANGUN (HA) TOTAL (HA)
(LT)
1 Pusat Informasi 0,71 7.071,00 60% 0,42 2 0,85 1,2 20% 0
2 Bangunan Pusaka 6,14 61.422,00 60% 3,69 2 7,37 1,2 20% 0
3 Permukiman Cina 13,34 133.385,00 60% 8,00 2 16,01 1,2 20% 0
4 Permukiman Jawa 15,86 158.566,00 50% 7,93 2 15,86 1 25% 0
5 Permukiman PJKA 2,32 23.187,00 60% 1,39 1 1,39 0,6 20% 0
6 Perdagangan dan Jasa 12,14 121.369,90 60% 7,28 3 21,85 1,8 20% 0
7 SPU Pendidikan 0,89 8.948,00 60% 0,54 2 1,07 1,2 40% 0
8 SPU Kesehatan 0,78 7.827,00 60% 0,47 2 0,94 1,2 20% 0
9 SPU Transportasi 1,38 13.808,00 60% 0,83 2 1,66 1,2 20% 0
10 Alun- alun 0,35 3.484,10 90% 0,31 1 0,31 0,9 90% 0
2. KOEFISIEN DASAR BANGUNAN (KDB)
Permukiman Cina
KDB =60 %
Perdagangan Dan Jasa dasar bangunan

KDB =60 % Permukiman Jawa


KDB =50 %

Pusat Informasi
KDB =60 %

SPU Transportasi
KDB =60 % Perdagangan Dan Jasa
KDB =60 %

Permukiman PJKA
KDB =60 %

Bangunan Pusaka
SPU Kesehatan KDB =60 %
KDB =60 %

Permukiman Jawa
KDB =50 %
SPU Pendidikan
KDB =60 %
KOEFISIEN DASAR BANGUNAN (KDB)  SEGMEN 1

Permukiman Jawa
Bangunan Pusaka
KDB =50 %
KDB =60 %

Perdagangan Dan Jasa


KDB =60 %
Pusat Informasi
Bangunan Pusaka
KDB =60 %
KDB =60 %
SPU Pendidikan
KDB =60 %

Permukiman Jawa
KDB =50 %
Permukiman Cina
KDB =60 %
KOEFISIEN DASAR BANGUNAN (KDB)  SEGMEN 2

Permukiman Jawa
KDB =50 %
Permukiman Cina
KDB =60 %

Permukiman Jawa
KDB =50 %

Bangunan Pusaka
KDB =60 %

Permukiman Cina
KDB =60 %

Perdagangan Dan Jasa


Perdagangan Dan Jasa
KDB =60 %
KDB =60 %

Permukiman Jawa Permukiman Cina


KDB =50 % KDB =60 %
KOEFISIEN DASAR BANGUNAN (KDB)  SEGMEN 3

Perdagangan Dan Jasa


KDB =60 %

Permukiman Cina
KDB =60 %

Permukiman Jawa
KDB =50 %
Perdagangan Dan Jasa
Permukiman PJKA KDB =60 %
KDB =60 %

SPU Transportasi
KDB =60 % Bangunan Pusaka
KDB =60 %

Permukiman Jawa
KDB =50 %

SPU Kesehatan
KDB =60 %
Permukiman Cina
KDB =60 %
Hubungan KLB dan kepadatan penduduk

3. KOEFISIEN LANTAI  BANGUNAN (KLB)
Permukiman Cina
KLB =1,2
Perdagangan Dan Jasa
KLB =1,8 Permukiman Jawa Hubungan KLB dan ketinggian bangunan

KLB =1 Contoh

Pusat Informasi
KLB =1,2

SPU Transportasi
KLB =1,2 Dengan angka KLB yang sama bisa diperoleh
berbagai kemungkinan ketinggian bangunan,
tergantung angka KDB dan bentuk bangunan.

Perdagangan Dan Jasa


Permukiman PJKA KLB =1,8
KLB =0,6

Bangunan Pusaka
SPU Kesehatan KLB =1,2
KLB =1,2

Permukiman Jawa
KLB =1
SPU Pendidikan
KLB =1,2
lantai bangunan
KOEFISIEN LANTAI BANGUNAN (KLB)  SEGMEN 1

Permukiman Jawa
Bangunan Pusaka
KLB =1
KLB =1,2

Perdagangan Dan Jasa


KLB = 1,8
Pusat Informasi
Bangunan Pusaka
KLB =1,2
KLB =1,2
SPU Pendidikan
KLB =1,2

Permukiman Jawa
KLB =1
Permukiman Cina
KLB =1,2
KOEFISIEN LANTAI BANGUNAN (KLB)  SEGMEN 2

Permukiman Jawa
KLB=1
Permukiman Cina
KLB =1,2

Permukiman Jawa
KLB =1

Bangunan Pusaka
KLB =1,2

Permukiman Cina
KLB =1,2

Perdagangan Dan Jasa


Perdagangan Dan Jasa
KLB =1,8
KLB = 1,8

Permukiman Jawa Permukiman Cina


KLB =1 KLB =1,2
KOEFISIEN LANTAI BANGUNAN (KLB)  SEGMEN 3

Perdagangan Dan Jasa


KLB =1,8

Permukiman Cina
KLB=1,2

Permukiman Jawa
KLB =1
Perdagangan Dan Jasa
Permukiman PJKA KLB =1,8
KLB =0,6

SPU Transportasi
KLB =1,2 Bangunan Pusaka
KLB =1,2

Permukiman Jawa
KLB =1

SPU Kesehatan
KLB =1,2
Permukiman Cina
KLB =1,2
4. KOEFISIEN DASAR HIJAU (KDH)
Permukiman Cina
KDH= 20 % daer ah hijau
Perdagangan Dan Jasa
KDH =20 % Permukiman Jawa
KDH =25 %

Pusat Informasi
KDH = 20 %

SPU Transportasi
KDH =20% Perdagangan Dan Jasa
KDH=20 %

Permukiman PJKA
KDH = 20 %

Bangunan Pusaka
SPU Kesehatan KDH = 20 %
KDH =20 %

Permukiman Jawa
KDH=25 %
SPU Pendidikan
KDH= 40 %
KOEFISIEN DASAR HIJAU (KDH)  SEGMEN 1

Permukiman Jawa
Bangunan Pusaka
KDH = 25 %
KDH = 20 %

Perdagangan Dan Jasa


KDH = 20%
Pusat Informasi
Bangunan Pusaka
KDH = 20 %
KDH = 20 %
SPU Pendidikan
KDH = 40 %

Permukiman Jawa
KLB =1
Permukiman Cina
KDH=20 %
KOEFISIEN DASAR HIJAU ( KDH ) SEGMEN 2

Permukiman Jawa
KDH = 25 %
Permukiman Cina
KDH = 20 %

Permukiman Jawa
KDH = 25 %

Bangunan Pusaka
KDH = 20 %

Permukiman Cina
KDH = 20 %

Perdagangan Dan Jasa


Perdagangan Dan Jasa
KDH = 20 %
KDH = 20 %

Permukiman Jawa Permukiman Cina


KDH = 25 % KDH = 20 %
KOEFISIEN DASAR HIJAU (KDH)  SEGMEN 3

Perdagangan Dan Jasa


KDH=20%

Permukiman Cina
KDH = 20 %

Permukiman Jawa
KDH = 25 %
Perdagangan Dan Jasa
Permukiman PJKA KDH = 20 %
KDH = 20 %

SPU Transportasi
KDH = 20 % Bangunan Pusaka
KDH = 20 %

Permukiman Jawa
KDH = 25 %

SPU Kesehatan
KDH = 20 %
Permukiman Cina
KDH = 20 %
5. KOEFISIEN TAPAK  BASEMENT (KTB)
Permukiman Cina
KTB=0
Perdagangan Dan Jasa
KTB=0 Permukiman Jawa
KTB=0 tapak besmen

Pusat Informasi
KTB=0

SPU Transportasi
KTB=0 Perdagangan Dan Jasa
KTB=0

Permukiman PJKA
KTB=0

Bangunan Pusaka
SPU Kesehatan KTB=0
KTB=0

Permukiman Jawa
KTB=0
SPU Pendidikan
KTB=0
KOEFISIEN TAPAK BASEMENT (KTB)  SEGMEN 1

Permukiman Jawa
Bangunan Pusaka
KTB = 0
KTB = 0

Perdagangan Dan Jasa


KTB = 0
Pusat Informasi
Bangunan Pusaka
KTB = 0
KTB = 0
SPU Pendidikan
KTB = 0

Permukiman Jawa
KTB = 0
Permukiman Cina
KTB = 0
KOEFISIEN TAPAK BASEMENT (KTB) SEGMEN 2

Permukiman Jawa
KTB = 0
Permukiman Cina
KTB = 0

Permukiman Jawa
KTB = 0

Bangunan Pusaka
KTB = 0

Permukiman Cina
KTB = 0

Perdagangan Dan Jasa


Perdagangan Dan Jasa
KTB = 0
KTB = 0

Permukiman Jawa Permukiman Cina


KTB = 0 KTB = 0
KOEFISIEN TAPAK BASEMENT (KTB)  SEGMEN 3

Perdagangan Dan Jasa


KTB = 0

Permukiman Cina
KTB = 0

Permukiman Jawa
KTB = 0
Perdagangan Dan Jasa
Permukiman PJKA KTB = 0
KTB = 0

SPU Transportasi
KTB = 0 Bangunan Pusaka
KTB = 0

Permukiman Jawa
KTB = 0

SPU Kesehatan
KTB = 0
Permukiman Cina
KTB = 0
Contoh

INSENTIF LUAS BANGUNAN

6. TRANSFER OF DEVELOPMENT RIGHT 

Sistem Insentif-Disinsentif Pengembangan


Insentif pengembangan adalah pemberian tambahan hak pengembangan (bonus) guna
mendorong pemilik lahan untuk mewujudkan tata bangunan dan lingkungan sesuai dengan
anjuran (misalnya menyediakan fasilitas umum di lahan privat), di luar ketentuan yang bersifat
wajib. DENAH AKSONOMETRI

arkade arkade
Disinsentif pengembangan adalah kondisi kerugian yang dialami oleh pemilik lahan yang tidak Bagi bangunan yang memenuhi anjuran membuat arkade
bersedia mewujudkan tata bangunan dan lingkungan sesuai dengan anjuran, di luar yang dapat digunakan oleh umum, diberikan insentif
ketentuan yang bersifat wajib. berupa pembebasan luas arkade dari perhitungan KLB
(arkade tidak dihitung dalam KLB)
Sistem insentif pengembangan yang terkait dengan intensitas pemanfaatan lahan adalah:
ƒ Insentif luas bangunan: Insentif yang terkait dengan KLB, diberikan apabila bangunan INSENTIF LANGSUNG
gedung terbangun memenuhi persyaratan peruntukan lantai dasar yang dianjurkan. Luas
lantai bangunan yang ditempati oleh fungsi tersebut dipertimbangkan untuk tidak
diperhitungkan dalam KLB.
ƒ Insentif langsung: Insentif yang memungkinkan penambahan luas lantai maksimum bagi
bangunan gedung yang menyediakan fasilitas umum berupa sumbangan positif bagi
lingkungan permukiman terpadu; termasuk di antaranya jalur pejalan kaki, ruang terbuka
umum, dan fasilitas umum.

Sistem Pengalihan Nilai Koefisien Lantai Bangunan


Sistem pengalihan nilai KLB atau pengalihan hak membangun (TDR= transfer of
development right) mengatur hak pemilik lahan/pengembang yang dapat dialihkan kepada
pihak atau lahan lain, yang dihitung berdasarkan pengalihan nilai KLB, yaitu selisih antara
KLB aturan dan KLB terbangun.
Bagi bangunan yang menyediakan fasilitas yang dapat
digunakan oleh umum, seperti jalan tembus bangunan
(passage, gallery ), taman atau plaza, diberikan insentif
berupa penambahan angka KLB, misalnya dari KLB = 2
menjadi KLB = 2,5.
INTENSITAS PEMANFAATAN LAHAN MAKRO
INTENSITAS PEMANFAATAN  LAHAN SEGMEN 1
INTENSITAS PEMANFAATAN  LAHAN SEGMEN 2
INTENSITAS PEMANFAATAN  LAHAN SEGMEN 2
RENCANA TATA LETAK BANGUNAN

• Pengaturan Blok Lingkungan
• pengaturan kaveling
• garis sempadan
• Orientasi bangunan
• Pengelolaan massa Bangunan
RENCANA TATA LETAK BANGUNAN SEGMEN 1

• Pengaturan Blok Lingkungan
• pengaturan kaveling
• garis sempadan
• Orientasi bangunan
• Pengelolaan massa Bangunan
RENCANA TATA LETAK BANGUNAN SEGMEN 2

• Pengaturan Blok Lingkungan
• pengaturan kaveling
• garis sempadan
• Orientasi bangunan
• Pengelolaan massa Bangunan
RENCANA TATA LETAK BANGUNAN SEGMEN 3

• Pengaturan Blok Lingkungan
• pengaturan kaveling
• garis sempadan
• Orientasi bangunan
• Pengelolaan massa Bangunan
TATA KUALITAS LINGKUNGAN

KEY PLAN

PARSIAL JALAN
KEY PLAN
PARSIAL JALAN
KEY PLAN

PARSIAL JALAN
RENCANA UMUM INFRASTRUKTUR DAN UTILITAS
RENCANA SISTEM SIRKULASI & JALUR PENGHUBUNG

1.  RENCANA SIRKULASI KENDARAAN UMUM
• Pengalihan Rute angkutan berat
(truk berat, bus AKAP) ke jalan
lingkar rembang - lasem
• Pengaturan sirkulasi angkutan
umum (bus AKDP & Angkot/
Angkutan Perdesaan, truk ringan
& sedang) di jalan arteri dan
Kolektor
• Pengaturan Sirkulasi Kendaraan
Khusus Wisata Informal
Setempat/ Tradisional (dokar,
becak, sepeda)

= Deliniasi Kawasan RTBL

= Ren. Sirkulasi Kendaraan Umum Informal Setempat di Jalan Arteri Primer dan Kolektor (2 Arah)
= Renc. Sirkulasi Kendaraan Wisata/ Informal Setempat di Jalur Ritual Path (1 Arah)

Rekomendasi Sirkulasi Kendaraan Umum


ROW
No Nama Jalan Hirarki Lajur Sirkulasi Kendaraan Umum
(m)
1 Jl Rembang - Tuban Arteri Primer 25 4 2 Arah
2 Jl. Jatirogo Kolektor 15 2 2 Arah
3 Jalan Lokal Lokal 8 - 12 2 Tidak diijinkan
4 Jalan Lingkungan Lingkungan 5 - 12 2 Tidak diijinkan
2.  RENCANA SIRKULASI KENDARAAN PRIBADI

• Kendaraan pribadi dapat melalui semua


jaringan jalan
• Pola sirkulasi 2 (dua) arah, kecuali jalan
lingkungan skunder dipermukiman dibatasi
dengan sirkulasi 1 (satu) arah

= Deliniasi Kawasan RTBL


= Sirkulasi Kendaraan Pribadi di Jalan Arteri Primer
= Sirkulasi Kendaraan Pribadi di Jalan Kolektor
= Sirkulasi Kendaraan Pribadi di Jalan Lokal
= Sirkulasi Kendaraan Pribadi di Jalan Lingkungan

Rekomendasi Sirkulasi Kendaraan Pribadi


ROW
No Nama Jalan Hirarki Lajur Sirkulasi Kendaraan Pribadi
(m)
1 Jl Rembang - Tuban Arteri Primer 25 4 2 Arah
2 Jl. Jatirogo Kolektor 15 2 2 Arah
3 Jalan Lokal Lokal 8 - 12 2 2 Arah
4 Jalan Lingkungan Lingkungan 5 - 12 1 dan 2 1 dan 2 Arah
3.  RENCANA SIRKULASI KENDARAAN INFORMAL SETEMPAT

• Penyediaan dan Pengaturan


Sirkulasi Kendaraan Khusus
Wisata Informal Setempat/
Tradisional (dokar, becak,
sepeda)

= Deliniasi Kawasan RTBL

= Ren. Sirkulasi Kendaraan Umum Informal Setempat di Jalan Arteri Primer dan Kolektor (2 Arah)
= Renc. Sirkulasi Kendaraan Wisata/ Informal Setempat di Jalur Ritual Path (1 Arah)

Rekomendasi Sirkulasi Kendaraan Informal Setempat


Jalur Dokar, Becak,
No Nama Jalan Hirarki ROW (m) Lajur Sirkulasi
Sepeda
1 Jl. Rembang - Tuban Arteri Primer 25 4 2 x 1,5 m 2 Arah
2 Jl. Jatirogo Kolektor 15 2 2 x 1,5 m- 2 Arah
3 Jalur Ritual Path Arteri Primer, Kolektor, 8 - 25 2-4 - 1 Arah
Lokal & Lingkungan
4.  RENCANA PARKIR
• Penyediaan sentral parkir wisata khusus/
terpusat (di area parkir stasiun lama)
• Penyediaan parkir kecil bagi kendaraan
wisata tradisional pada titik-titik (nodes)
penting area wisata
• Pelarangan parkir on site ditepi jalan arteri
• Pengaturan parkir on site di jalan kolektor
pola 2 sisi sejajar jalan
• Pengaturan GSB area perdagangan jasa
untuk penyediaan faslitas parkir

Rekomendasi Alokasi Parkir On Street


No. Lokasi Parkir Posisi Pola
1. Jalan Arteri Primer (Jl. Rembang - Tuban) - -
2. Jalan Lolektor (Jl. Jatirogo) - -
3. Jalan lokal Dua sisi Sejajar jalan
4. Jalan Lingkungan - -

Rekomendasi Alokasi Parkir On Street


No. Lokasi Parkir Jenis Parkir Status Kepemilikan
1. Sentral Parkir Khusus di area Stasiun Lama Parkir terpusat Pemerintah/ BPCB
2. Parkir Kecil Lahan Pemerintah/ BPCB
- Area Kelenteng Gie Yung Bio (Desa Babagan) = Deliniasi Kawasan RTBL
- Area Tiongkok Kecil (Desa Karangturi) = Rencana sentral parkir wisata khusus/ terpusat
- Area Masjid Jami’ dan Alun-alun (Desa Karangturi)
= Rencana Parkir Kecil bagi Angkutan Wisata Khusus/
- Area Pondok Pesantren (Desa Soditan) Tradisional
- Area Kelenteng Cu An Kiong di Desa Soditan = Rencana Sirkulasi Kendaraan Wisata/ Informal Setempat
3. Area perdagangan jasa Lahan/ gedung Sw asta (dokar, becak, sepeda, dll)
5.  RENCANA FASILITAS  PERGERAKAN TRANSIT

• Penyediaan halte
• Pemanfaatan terminal
yang ada
• Penyediaan fasilitas
perpindahan moda dari
kendaraan pengunjung ke
moda khusus wisata

= Deliniasi Kawasan RTBL

= Terminal Eksisting

= Rencana Fasilitas Transit Terpusat dari Kendaraan Pengunjung ke Kendaraan wisata khusus
= Rencana Halte
= Rencana Fasilitas Transit Area Pasar
= Sirkulasi Kendaraan Angkutan Penumpang
6. RENCANA PERGERAKAN PEJALAN KAKI

• Pengembangan pedestrian sisi jalan arteri,


kolektor dan lokal
• Penyediaan pedestrian linkage sepanjang
ritual path

= Deliniasi Kawasan RTBL


= Jalur Pedestrian Sisi Jalan
= Jalur Pedestrian Linkage

Rekomendasi Sirkulasi Kendaraan Pribadi


ROW
No Nama Jalan Hirarki Lajur Jalur Pedestrian
(m)
1 Jl Rembang - Tuban Arteri Primer 20 4 2 x 2,75 m
2 Jl. Jatirogo Kolektor 15 2 2x 2m
3 Jalan Lokal Lokal 8 - 12 2 2 x 1,5 m
4 Jalan Lingkungan Lingkungan 5 - 12 1 dan 2 -
RENCANA SISTEM RUANG TERBUKA & TATA HIJAU

RENCANA LANSEKAP

RUANG TERBUKA
RENCANA TATA KUALITAS LINGKUNGAN
RENCANA TITIK LAMPU

TITIK LAMPU PER 50METER


(DIPASANG KANAN DAN KIRI JALAN)

LAMPU JALAN
RENCANA SITE MAP

SITE MAP
RENCANA HALTE

3D PRESPEKTIF

HALTE
TAMPAK ATAS

TAMPAK SAMPING TAMPAK DEPAN


RENCANA SITTING GROUP

SITTING GROUP PER 50 METER


RENCANA TEMPAT SAMPAH

TEMPAT SAMPAH PER 50 METER


RENCANA LANSEKAP

RENCANA LANSEKAP STREET


Area street menggunakan jenis pohon peneduh, pohon pengarah, dan tanaman hias.
‐ Pohon peneduh : area pedestrian setiap 12,5 m dan 25 m

RENCANA LANSEKAP SQUARE


Square pada segmen I yaitu :
• Pasar
• Alun ‐ alun
Jenis vegetasi yang dapat diletakkan di square : pohon peneduh
(dadap merah, flamboyan, beringin, dll), pohon hias (pohon berbunga), 
dan pohon palem raja (pada area inner court pasar)

ALUN - ALUN
Area square  banyak menggunakan area pedestrian dengan pohon dan area 
lawn dengan pohon.
Jenis tanaman yang digunakan :
• Pohon peneduh
• Pohon hias
• Tanaman perdu
• Tanaman hias di air (teratai, dll)

RENCANA LANSEKAP
(POHON TREMBESI PER 12,5m)
PERDU

POHON HIAS VEGETASI SQUARE


KONSEP SIRKULASI DAN JALUR PENGHUBUNG
1.  KONSEP RENCANA JARINGAN JALAN & PERGERAKAN
• Pengembangan Jalan Lingkar
Rembang – Lasem (untuk pengalihan
beban kendaraan berat)
• Penataan Jalan & Pedestrian Koridor
Jalan Arteri & Kolektor
• Pengaturan Area Persimpangan Alun-
alun
• Penataan Rambu Penyeberang Jalan
• Penataan Prasarana Pelengkap Jalan
(Lampu Penerangan, Landscape Jalan)
• Pembangunan Jembatan untuk Ritual
Path
= Deliniasi Kawasan RTBL
• Penataan & Peningkatan Perkerasan = Penataan Jalan & Pedestrian Jalan Arteri
Jalan Lokal = Penataan & Peningkatan Perkerasan Jalan Lokal
• Penataan & Peningkatan Perkerasan = Penataan & Peningkatan Perkerasan Jalan Lingkungan
Jalan Lingkungan = Pembangunan Jembatan Baru untuk Jalur Ritual Path

Rekomendasi Jaringan Jalan dan Pergerakan


ROW Lebar Badan Median Jalur Sepeda,
No Nama Jalan Hirarki Lajur Jalur Trotoar (m)
(m) Jalan (m) (m) Dokar, Becak (m)
1 Jl. Rembang-Tuban Arteri Primer 20 4 2 2 x 6,5 1,5 2 x 2,75 2 x 1,5

2 Jl. Jatirogo Kolektor 15 2 2 11 - 2x 2 2 x 1,5

3 Jalan Lokal Lokal 8 - 12 2 2 6-9 - 2 x 1,5 -

4 Jalan Lingkungan Lingkungan 5 - 12 1 1 3,5 - 7 - - -

2 2
Potongan Jalan Arteri Primer/ Jl. Rembang - Tuban (ROW 20)
Potongan Jalan Kolektor/ Jl. Jatirogo (ROW 15)
Potongan Jalan Lokal (ROW 8 - 12)
Potongan Jalan Lingkungan (ROW 8)

Potongan Jalan Lingkungan (ROW 5)


2.  RENCANA SISTEM JARINGAN DRAINASE
• Pengembangan tepian Sungai Babagan
- Pembangunan talud sungai
- Penataan tepian sungai untuk area
publik
• Pengembangan Saluran
- Saluran tersier
- Saluran skunder (tertutup)
• Pengembangan pengelolaan air
berkesinambungan (Eco Drainage),
= Deliniasi Kawasan RTBL
• Sumur resapan tiap hunian dan
= Penataan Tepian Sungai
fungsi bangunan lainnya
= Pengembangan Saluran Skunder
• Lubang Resapan pada Saluran baru
= Pengembangan Saluran Tersier

No Uraian Lebar (m) Konstruksi Lokasi

1 Pembangunan talud Sungai Pas. Batu Tepian Sungai Babagan


Babagan Kali, Beton
2 Pengembangan saluran tersier 0,3 – 0,5 Pas. Bata, Sisi jalan lingkungan
Batu Kali dan jalan lokal
3 Pengembangan saluran skunder 0,6 - 1,0 Pas. Batu, Sisi jalan arteri primer,
tertutup U-ditch kolektor dan lokal
4 Peny ediaan bangunan pelengkap: Beton, Saluran skunder disisi
- inlet, bak kontrol tiap jarak 5 m Pasangan jalan kolektor primer
- Lubang resapan tiap jarak 10 m batu, Pipa dan lokal
Gambar Tipikal Saluran Gambar Tipikal Sumur Resapan pada
PVC
dilengkapi Lubang Resapan kapling bangunan
2.  RENCANA SISTEM JARINGAN AIR BERSIH

a. Penyediaan Perpipaan Air Minum (Potable) yang


Aman dan Memudahkan dalam Operasi dan
Pemeliharaan
• Rehabilitasi jaringan perpipaan
• Penyediaan Box Utilitas disisi jalan arteri primer dan
kolektor.

b. Pengembangan Sumber Air Alternatif (Non Perpipaan)


untu kebutuhan Non Minum (Non Potable)
• Penyediaan sumur dalam/ deep well untuk
peruntukan perdagangan jasa dan industri
• Pemanfaatan sumur gali untuk permukiman

No Uraian Pengembangan Pengelolaan

1 Sumber Air • Peningkatan kualitas air minum PDAM sesuai persyaratan • PDAM
Minum (Potable) • Pengembangan IPA baru dari potensi sumber air yang ada
2 Sumber Air • Pengembangan penampungan air hujan (PAH) • Masyarakat
Alternatif • Pemanfaatan dan pengembangan sumur gali untuk kebutuhan air • Swasta = Deliniasi Kawasan RTBL
non minum (non potable) = Jaringan Pipa Induk PDAM
3 Perpipaan PDAM • Rehabilitasi jaringan perpipaan yang mengalami kerusakan dan • PDAM = Jaringan Pipa Cabang
dipasang pada tempat yang tidak semestinya
• Penyediaan Box Utilitas disisi jala n arteri primer, kolektor dan lokal
3.  RENCANA SISTEM JARINGAN AIR LIMBAH

• Pengembangan Tangki Septik


Komunal untuk kawasan
Permukiman & Perdagangan Jasa

• Penyediaan Instalasi Pengolahan


Air Limbah (IPAL) Individual untuk
area Industri (Batik) dan Fasilitas
Kesehatan

No Blok/ Kapling Prasarana Air Limbah Pemakaian Pengelola

Permukiman, Fasum-
1 Tangki Septik Komunal 20 – 60 KK/unit Masy arakat
fasos
2 Perdagangan Jasa Tangki Septik Komunal 5 – 10 bangunan Sw asta
Industri Batik, Fasilitas Masy arakat,
3 IPAL Indiv idual Tiap unit bangunan
Kesehatan Sw asta
= Area Pengembangan Tangki Septik Komunal
= Area Pengembangan IPAL Individual

Tipikal Aplikasi Penggunaan Tangki Septik Bersama (Komunal) Gambar Tipikal Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
4.  RENCANA SISTEM JARINGAN PERSAMPAHAN

• Pengelolaan sampah melalui metode 3R


‐ Reduce (mengurangi)
‐ Reuse (menggunakan kembali)
Ke TPA Landoh
‐ Recycle (mendaur ulang)
• Pengelolaan Sampah secara Mandiri oleh
warga(dari pewadahan sampai pengumpulan
ke TPS dan Pengolahan)
• Pembentukan lembaga pengelola sampah
desa & pelatihan

Rekomendasi Teknik Operasional Pengelolaan Sampah

= Deliniasi Kawasan RTBL

= Jalur Angkutan Sampah ke TPA


= TPS

Gambar Tipikal
Gambar Tipikal TPS Motor Sampah
5.  RENCANA SISTEM JARINGAN LISTRIK

• Pegembangan jaringan listrik &


Telepon bawah tanah
(underground/ box utilitas)
sepanjang jalan arteri dan kolektor
• Pengembangan energi
alternative/ tenaga surya (solar
cell)
- Bangunan perdagangan jasa,
industri
- Lampu jalan (PJU) dan lampu
taman

Gambar Tipikal PJU Gambar Tipikal Jaringan Listrik Bawah Tanah (Box Utility)
dengan Solar Cell
6.  RENCANA SISTEM JARINGAN TELEPON

• Pegembangan jaringan telepon bawah tanah


(underground/ box utilitas) sepanjang jalan
arteri primer dan kolektor
• Pemanfaatan jaringan telepon seluler dari
beberapa provider nasional

Gambar Tipikal Jaringan Telepon Kabel Bawah Tanah (Box Utility) = Deliniasi Kawasan RTBL

= Jaringan Telepon Kabel dan Box Utilitas

= Tower BTS
PANDUAN RANCANGAN INFRASTRUKTUR DAN UTILITAS
ATURAN WAJIB
Sistem Jaringan Jalan
KOMPONEN KETENTUAN KETERANGAN

1. Acuan Perencanaan • Resolusi PBB No.48/96 th.1993 pada


peraturan No.5 tentang Peraturan
Aksesibilitas;
• Kepmen PU No.468/KPTS/1998 tentang
Persyaratan Teknis Aksesibilitas pada
Bangunan Umum dan Lingkungan;
• Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor.30/PRT/M/2006 tentang Pedoman
Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas pada
Bangunan Gedung dan Lingkungan

2. Sistem Pelayanan • Mewujudkan kemandirian dan • Pengembangan Jalan Lingkar Rembang – Lasem (untuk pengalihan
menciptakan lingkungan binaan yang beban kendaraan berat)
ramah bagi semua orang, termasuk
• Penataan Jalan & Pedestrian Koridor Jalan Arteri & Kolektor
penyandang cacat dan lansia
• Aksesibilitas kawasan memberikan • Pengaturan Area Persimpangan Alun-alun
kemudahan dan menerus • Penataan Rambu Penyeberang Jalan
• Mempertimbangkan keselamatan dan
kenyamanan pengguna • Penataan Prasarana Pelengkap Jalan (Lampu Penerangan,
• Penyediaan fasilitas yang memadai untuk Landscape Jalan)
kegunaan pengguna • Pembangunan Jembatan untuk Ritual Path
• Penataan & Peningkatan Perkerasan Jalan Lokal
• Penataan & Peningkatan Perkerasan Jalan Lingkungan
3. Sarana Prasarana • Signage seperti rambu, jalur pemandu • Dengan desain yang mempertimbangkan penyandang cacat
• Perabot jalan (street furniture) seperti
bangku jalan, kotak sampah, lampu
pedestrian dll
Sistem Jaringan Air Bersih
KOMPONEN KETENTUAN KETERANGAN
1. Acuan Perencanaan • Peraturan Menteri PU No.18 / PRT/M/2007 tentang
Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Penyediaan Air
Minum
• Kualitas Air Baku : Keputusan Menteri Kesehatan
07/MENKES/SK/VII/2002

2. Sumber air • Berasal dari suplai air bersih PDAM • Difungsikan sebagai air minum
• Penampungan air hujan • Difungsikan sebagai air non minum
• Harus memenuhi persyaratan yaitu kontinuitas dan • Harus diambil terus menerus, fluktuasi debit relatif
kualitas tetap, baik musim kemarau maupun hujan
• Tidak mengandung zat kimia berbahaya
• Tidak berasa, berwarna dan berbau
• Dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan, tanpa
mengalami kesulitan untuk mendapatkannya
3. Produksi • Dilakukan dengan perpipaan PDAM • Dilakukan melalui penyampungan jaringan pipa induk
PDAM terdekat
• Penampungan air hujan • Air hujan ditampung dalam tangki atau tong
penampungan melalui pipa atau saluran air hujan dan
kemudian dapat diolah dengan potable water treatment
atau langsung digunakan.
4. Jaringan distribusi • Jaringan perpipaan PDAM yang terdiri dari pipa cabang • Menggunakan sistem perpipaan dialirkan secara
dan pipa distribusi gravitasi
• Jaringan pipa air bersih dipasang dalam tanah pada
sisi jalan
• Pipa cabang untuk mendistribusikan air dari pipa induk
menuju kawasan perencanaan
• Pipa distribusi untuk mendistribusikan air dari pipa
cabang menuju area pelayanan
Sistem Jaringan Air Kotor atau Air Limbah
KOMPONEN KETENTUAN KETERANGAN
1. Acuan Perencanaan • SK SNI T-07-1989-F tentang Petunjuk Teknis
Pembuaatan Tangki Septik
• SK SNI T-09-1998-F tentang Petunjuk Teknis Pembuatan
Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL)
• Standar Pelayanan Minimal (SPM) tahun 2001 dan 2011

2. Sistem Pengelolaan • Menggunakan pengelolaan sistem individu atau setempat • Untuk area industri (batik)
• Menggunakan pengelolaan sistem komunal setempat • Untuk area permukiman, area perdagangan dan jasa

3. Jaringan dan prasarana • Perpipaan • Berbentuk bulat/oval, bahan pipa beton, PVC atau besi
dan baja
• Terdiri dari pipa persil diameter min.4”, pipa cabang
dan induk
• Syarat-syarat pengaliran • Pengaliran harus mengalir secara gravitasi
• Kemiringan saluran minimal 2%

No Blok/ Kapling Prasarana Air Limbah Pemakaian Pengelola

Permukiman, Fasum-
1 Tangki Septik Komunal 20 – 60 KK/unit Masy arakat
fasos Gambar Tipikal Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)

2 Perdagangan Jasa Tangki Septik Komunal 5 – 10 bangunan Sw asta


Industri Batik, Fasilitas Masy arakat,
3 IPAL Indiv idual Tiap unit bangunan
Kesehatan Sw asta

Tipikal Aplikasi Penggunaan Tangki Septik Bersama (Komunal)


Sistem Jaringan Drainase
KOMPONEN KETENTUAN KETERANGAN
1. Acuan Perencanaan • SNI 02-2406-1991 tentang Tata Cara
Perencanaan Umum Drainase Perkotaan

2. Sistem dan Jaringan • Sistem drainase kawasan menggunakan sistem • Meliputi seluruh jaringan drainase mulai dari tangkapan air
grafitasi terkecil sampai pembuangan akhir (sungai)
• Layout jaringan drainase sesuai nomenklatur • Semua aliran air permukaan (run off) harus ditangkap oleh
jaringan mulai dari jaringan tersier sampai saluran drainase
pembuangan utama • Run off tidak diijinkan liar sehingga menggenangi kawasan,
jalan dan lahan di bawahnya
• Menggunakan bahan beton pra cetak berbrntuk U atau
trapesium

• Jaringan drainase terdiri dari :


- saluran drainase tersier • Langsung menampung air hujan dari kawasan terkecil (blok-
blok kawasan) dan mengalirkannya ke saluran sekunder
- saluran drainase sekunder • Menerima air dari saluran-saluran tersier dan juga menerima
langsung air hujan dan mengalirkannya ke saluran primer
• Menerima air dari saluran-saluran sekunder dan juga
• Dilengkapi dengan bangunan pelengkap antara menerima air hujan dan mengalirkannya menuju sungai
lain :
- bak kontrol
• Sebagai tempat pembersihan dan pengurangan energi
- gorong-gorong atau box culvert pengaliran
• Ditempatkan pada setiap pertemuan saluran
• Dipasang pada setiap saluran yang melintasi jalan
• Konstruksi harus mampu menahan beban yang melintas
- grill besi diatasnya
• Dipasang pada saluran tersier dan sekunder pada tempat-
tempat tertentu
KOMPONEN KETENTUAN KETERANGAN
3. Pengelolaan Air • Air kelebihan harus dikelola untuk menjaga • Sumur resapan disediakan pada masing-masing bangunan
Berkesinambungan kelestarian alam dengan cara sebesar-besarnya yang ada.
diresapkan ke dalam tanah melalui sumur
resapan
• Air kelebihan harus dimanfaatkan untuk cadangan • Dimanfaatkan untuk kebutuhan air non minum
air bersih melalui penampungan air hujan

No Uraian Lebar (m) Konstruksi Lokasi

1 Pembangunan talud Sungai Pas. Batu Tepian Sungai Babagan


Gambar Tipikal Saluran
Babagan Kali, Beton dilengkapi Lubang Resapan

2 Pengembangan saluran tersier 0,3 – 0,5 Pas. Bata, Sisi jalan lingkungan
Batu Kali dan jalan lokal
3 Pengembangan saluran skunder 0,6 - 1,0 Pas. Batu, Sisi jalan arteri primer,
tertutup U-ditch kolektor dan lokal
4 Penyediaan bangunan pelengkap: Beton, Saluran skunder disisi
- inlet, bak kontrol tiap jarak 5 m Pasangan jalan kolektor primer
- Lubang resapan tiap jarak 10 m batu, Pipa dan lokal
Gambar Tipikal Sumur Resapan pada
PVC kapling bangunan
Sistem Jaringan Persampahan
KOMPONEN KETENTUAN KETERANGAN
1. Acuan Perencanaan • UU No.18 tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah
• Peraturan Menteri Dalam Negeri No.33 tahun
2010 teentang Pengelolaan Persampahan
• SNI 19-245-4-2002 tentang Tata Cara Teknik
Operrasional Pengelolaan Sampah

2. Sistem Pengelolaan • Dilakukan dengan metode 3R : Reduce, • Mengurangi, menggunakan kembali dan mendaur ulang sampah
Reuse dan Recycle mulai dari sumber

3. Teknik operasional • Menggunakan sistem individual tidak


langsung :
- pewadahan dan pemilihan • Dilakukan pada masing-masing sumber sampah dengan
menyediakan 2 unit tempat sampah pada masing-masing rumah
tangga untuk jenis sampah organik dan non organik
- pengumpulan dan pemilahan • Dari tempat pewadahan dengan motor sampah atau gerobak
menuju tempat penampungan sampah sementara kemudian
dilakukan pemilahan jenis sampah organik dan non organik
- pengolahan • Sampah organik diolah menjadi kompos (composting)
dimanfaatkan untuk pupuk
• Sampah anorganik didaur ulang skala rumah tangga maupun ke
industri pengolahan
- pengangkutan sisa sampah ke TPA • Sisa sampah yang tidak dapat didaur ulang diangkut menuju lokasi
TPA

4. Prasarana dan Sarana • Tempat sampah area pemukiman • Dapat berbentuk kotak, kontainer atau tong, bersifat tertutup
• Bersifat ringan, tidak tetap dan mudah dipindahkan dan
dikosongkan
• Tempat sampah sepanjang jalan • Ditempatkan tiap jarak 50 meter di sisi jalan
• Dapat berbentuk kotak, kontainer atau tong, bersifat tertutup
• Bersifat ringan tidak tetap dan mudah dipindahkan dan
Sistem Jaringan Persampahan
KOMPONEN KETENTUAN KETERANGAN
• Prasarana dan sarana pengumpulan (berupa • Berukuran minimal 8 m3 sebanyak 3 unit
TPS) dan pemilahan • Terbuat dari pasangan batu bata, atau container
• Diletakkan di area yang mudah dalam pencapaian, berdekatan
dengan tempat pengolahan (composting)
• Prasarana pengolahan berupa tempat • Lokasi berdekatan dengan TPS dan jauh dari perumahan
pengomposan (composting)
• Sarana pengangkutan sisa sampah ke TPA • Kapasitas gerobak / motor sampah 1 m3
berupa gerobak atau motor sampah • Ritasi pemindahan 1 – 2 kali sehari
Sistem Jaringan Listrik
KOMPONEN KETENTUAN KETERANGAN
1. Acuan Perencanaan • SNI 04-0225-2000 tentang Peraturan Umum Instalasi
Listrik 2000 (PUIL 2000)

2. Sumber Energi • Daya listrik PLN


3. Jaringan dan prasarana • Gardu / panel induk • Supply energi listrik pada gardu induk berasal dari
daya listrik PLN
• Dilengkapi pemutus teganganm pembatas beban dan
proteksi terhadap gangguan beban
• Jaringan kabel distribusi • Menggunakan sistem ducting bersama (underground)
4. Sistem Proteksi • Sistem proteksi terhadap kebocoran arus listrik • Menggunakan sistem grounding sistem pentanahan
• Proteksi terhadap petir • Menerapkan sistem ionisasi non radioaktiff dengan
radius proteksi disesuaikan kebutuhan

Sistem Jaringan Telepon


KOMPONEN KETENTUAN KETERANGAN
1. Acuan Perencanaan • SNI 04-7042-2004 tentang Pesawat Telepon Analog

2. Fasilitas • Sumber dari Telkom


• Fasilitas telepon selular
3. Jaringan • Menggunakan jaringan komunikasi dari Telkom dan • Memanfaatkan jaringan yang sudah ada
jaringan komunikasi selular
• Apabila tingkat penggunaan cukup besar, ada
kemungkuinan penambahan BTS Seluler oleh Provider
Selular Nasional
• Jaringan kabel distribusi • Menggunakan sistem ducting bersama (underground)
Sistem Jaringan Pemadam Kebakaran
KOMPONEN KETENTUAN KETERANGAN
1. Acuan Perencanaan • Kepmen PU No.10/KPTS/2000 tentang Ketentuan
Teknis Pengamanan terhadap Bahaya kebakaran
pada Bangunan Gedung dan Lingkungan
• Kepmen PU Kepmen PU No.101KPTS/2000 tentang
Ketentuan Teknis Manajemen Penanggulangan
Kebakaran di Perkotaan
• SNI 03-6570-2001 – Instalasi Pompa yang dipasang
tetap untuk Proteksi Kebakaran.

2. Sumber air • Sumber air diperoleh dari air hujan


3. Jaringan • Menggunakan jaringan “perpipaan’ dilengkapi dengan
alat pemadam kebakaran Hydrant Pump, Hydrant
Pillar, OHB dan Siamese Connection
RENCANA INVESTASI
INDIKASI PROGRAM INVESTASI
KETENTUAN PENGENDALIAN
PERENCANAAN
PENGENDALIAN RENCANA

TUJUAN :
1. Menjamin pelaksanaan kegiatan sesuai dokumen RTBL
2. Menjamin pemanfaatan investasi dan optimalisasi nilai investasi
3. Dapat menghindari terbengkalainya pembangunan karena investasi yang tidak berjalan semestinya

PELAKU PENGENDALIAN : LEMBAGA PELAKSANA TINGKAT KOTA


Æ Dalam bentuk forum /tim koordinasi tata bangunan dan lingkungan , unsur dari dinas/instansi terkait,
kelembagaan yang membidangi tata bangunan dan lingkungan
Æ Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM), BKM

Pengendalian diselenggaraan melalui kegiatan :


1. Pengawasan (pelaporan tentang pemanfaatan ruang dan tata bangunan lingkungan, pemantauan
terhadap perubahan RTBL, evaluasi sebagai upaya menilai kemajuan kegiatan)
2. Penertiban terhadap pemanfaatan ruang (pemberian sanksi sesuai peraturan, perijinan)

ATURAN INSENTIF DAN DISINTENSIF


PEDOMAN PENGENDALIAN
PELAKSANAAN
PANDUAN • Pembangunan sesuai dengan kesesuaian lahan
PENGATURAN • Setiap bangunan harus ditempatkan pada petak dan peruntukan yang telah diatur dalam rencana tata
bangunan dan lingkungan
• Massa Bangunan diarahkan sesuai dengan rencana perpetakan yang telah ditetapkan, dengan bentuk
masa, orientasi dan sempadan yang telah ditentukan.
• Luas bangunan lantai dasar tidak diperkenankan melebihi nilai KDB.
• Ruang pejalan kaki memiliki perbedaan ketinggian baik dengan jalur kendaraan bermotor ataupun
dengan jalur hijau. Perbedaan tinggi maksimal antara ruang pejalan kaki dan jalur kendaraan bermotor
adalah 20 centimeter. Sementara perbedaan ketinggian dengan jalur hijau 15 centimeter.
• Jarak antar lampu penerangan jalan utama maksimum 25 m, penerangan pedestrian maksimum 7 m.
Tinggi maksimum lampu penerangan jalan setinggi – tingginya 8 meter dengan bentang sisi kanan – kiri.
• Peletakan setiap kotak sampah maksimum dengan jarak tiap 50 meter.
• Jenis peneduh adalah trembesi dengan jarak 2 kali bentang cabang pohon. Jenis vegetasi bugenvile,
soka, perdu, rumput peking / gajah dengan jarak maksimum 1 meter
• sistem penempatan instalasi air bersih harus aman terhadap sistem lingkungan
• Saluran drainase harus terkoordinasi dan disesuaikan dengan jaringan jalan yang ada.
• Pembuangan air limbah yang berasal dari manusia dibuang ke dalam septiktank kemudian masuk ke
dalam peresapan.
• Setiap bangunan harus memiliki garis sempadan antar bangunan, sehingga akan mengurangi resiko
perambatan api pada saat terjadi kebakaran.
• Sistem instalasi listrik harus disesuaikan dengan lingkungan bangunan lain sehingga tidak saling
mengganggu, merugikan dan membahayakan.
• Setiap unit bangunan fasilitas perdagangan harus menyediakan tong sampah yang mudah diangkut dan
memudahkan pelayanan pengambilan sampah oleh pengelola sampah.
TATA  SECARA FUNGSIONAL :
BANGUNAN • Peningkatan kualitas ruang dengan meyediakan lingkungan yang aman, nyaman, 
sehat, berwawasan ingkungan dan tanggap terhadap tuntuan  ekonomi  maupun sosial
• Desain tata bangunan yang ramah pejalan kaki dengan mempertimbangkan  aspek 
visual dan skala ruang yang tercipta pada pejalan kaki.
• Desain yang mempertimbangkan interaksi antara aktivitas pejalan kaki di muka 
bangunan dengan aktivitas di lantai dasar bangunan.
• Dinding muka bangunan/fasad bangunan yang menghadap langsung ke jalan 
sebaiknya dapat dinikmati oleh pejalan kaki
• Panduan tata bangunan yang akomodatif terhadap kemungkinan  pengembangan 
fungsi dan bentuk sesuai dengan perkembangan ekonomi,  sosial dan budaya
• Arahan pola hubungan antar bangunan yang dapat menjamin interaksi antar 
penghuni/pengguna untuk mendukung  pemecahan masalah keamanan lingkungan 
dengan pengawasan bersama, misal dengan pengaturan ketinggian pagar
• Pencitaan kontinuitas ruang publik yang akan sangat bermanfaat bagi pejalan kaki
• Mengutamakan keselarasan antar bangunan
• Terkait dengan pengaturan GSB jarak bebas bangunan terhadap batas‐batas kapling.
• Pengendalian kepadatan gugusan bangunan untuk memberikan  iklim mikro yang baik 
pada kapling sampai dengan kawasan
• Penetapan desain yang memenuhi  kenyamanan faktor iklim tropisi dan pejalan kaki
• Desain arsitektur bangunan tradisional yang mampu memperkaya dan 
mengembangkan arsitektur tradisional jawa
SISTEM SIRKULASI Arah sirkulasi kendaraan pada jalur ini untuk 2 arah.
& JALUR Ukuran ruang jalan ini memungkinkan untuk sirkulasi kendaraan bermotor dan dimungkinkan
PENGHUBUNG adanya pelebaran dan penambahan jalur pemisah jalan yg juga difungsikan sebagai jalur hijau
dan pelengkap jalan, serta perlu penataan khusus untuk mengakomodasi kebutuhan ruang
pejalan kaki, yaitu pembedaan material.

SISTEM RUANG Sistem Ruang Terbuka Umum (kepemilikan publik-aksesibilitas publik), yaitu ruang yang
TERBUKA & TATA karakter fisiknya terbuka, bebas dan mudah diakses publik karena bukan milik pihak tertentu.
HIJAU Sistem Ruang Terbuka Pribadi (kepemilikan pribadi-aksesibilitas pribadi), yaitu ruang yang
karakter fisiknya terbuka tapi terbatas, yang hanya dapat diakses oleh pemilik, pengguna atau
pihak tertentu.
Sistem Pepohonan dan Tata Hijau, yaitu pola penanaman pohon yang disebar pada ruang
terbuka publik.
Citra lingkungan yang akan dibentuk oleh ruang terbuka ini adalah memperkuat keberadaan
bangunan- bangunan secara visual.

TATA KUALITAS Informatif dan memberikan kemudahan orientasi, Kejelasan identitas, Konsistensi, Mewadahi
LINGKUNGAN keragaman fungsidan aktivitas, Penataan skala dan proporsi yang ramah pejalan kaki
Keseimbangan kawasan peencanaan dengan lingkungan sekitar
DRAFT PERATURAN BUPATI

Anda mungkin juga menyukai