Anda di halaman 1dari 10

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk brought to you by CORE


provided by Jurnal Bumi Indonesia

KAJIAN KARAKTERISTIK, PERSEBARAN DAN KEBIJAKAN


REOG PONOROGO DI KABUPATEN PONOROGO
PROVINSI JAWA TIMUR

Aji Akbar Titimangsa


aatitimangsa@gmail.com
Joko Christanto
joko_yogya@yahoo.com

ABSTRACT
Indonesia is a country with a rich culture, one is Reog Ponorogo. Uniqueness and
development of Reog, is interesting to study. Based on the indepth interview to the key
person, analyze with the qualitative approach, the results showed that: (1) Reog has
ballet characteristics such as jathil, warok, gemblakan, barongan, caplokan, there is
transformation of the Reog definition and function, from traditional ceremony to the
show industries. (2) The local distribution of the progress is related with location
accessibility to the central (city). Related with the show intensity that held at the central
district. Distribution of Reog at the out of Ponorogo regency is to Deli Serdang,
Salatiga, Yogyakarta, Bandung, even to abroad, Malaysia, USA, Rusia, Germany, and
Netherland. Occur the aculturation with local art there. (3) The policy suggested is to
intensive supports to the development, establishing Reog museum and inserting Reog
into school curriculums.
Keywords: Characteristic, Distribution, Policy, Reog Ponorogo

ABSTRAK
Indonesia kaya akan khasanah budaya, salah satunya kesenian Reog Ponorogo.
Kekhasan dan perkembangan kesenian Reog di daerah asalnya, menarik untuk
dipelajari. Berdasarkan data yang diperoleh dengan indepth interview terhadap
narasumber terpilih, dan dikaji dengan pendekatan kualitatif, dapat dirumuskan, (1)
Kesenian Reog memiliki karakteristik dalam bentuk sendratari jathil, warok,
gemblakan, barongan, dan caplokan. Terjadi pergeseran makna dan fungsi Reog, dari
ritual budaya menjadi industri pertunjukan, sehingga kelompok yang bertahan adalah
yang sering mendapat kesempatan untuk pentas. (2) Persebaran kesenian Reog dalam
perkembangannya dipengaruhi oleh akses menuju lokasi dari pusat pertumbuhan (kota).
Hal ini berkaitan dengan intensitas pertunjukan yang lebih banyak di kota. Persebaran
Reog di luar Ponorogo seperti di kota Deli Serdang, Salatiga, Yogyakarta, Bandung,
dan bahkan luar negeri, Malaysia, Amerika, Rusia, Jerman dan Belanda. Terjadi
akulturasi dengan kesenian setempat. (3) Kebijakan yang disarankan adalah dilakukan
pembinaan yang lebih intensif, pembuatan museum Reog dan memasukkan kesenian
Reog dalam kurikulum pendidikan sekolah.
Kata kunci: Karakteristik, Persebaran, Kebijakan, Kesenian Reog Ponorogo

1
PENDAHULUAN menjadi suatu industri pertunjukan yang
Indonesia adalah negara yang kaya akan digelar atas kepentingan pariwisata meski
khasanah budaya, salah satunya di Kabupaten beberapa pementasan masih mempertahankan
Ponorogo yang terletak di sisi tenggara kesakralan di dalamnya. Optimalisasi potensi
Provinsi Jawa Timur yakni kesenian Reyog pariwisata Reog Ponorogo melalui pagelaran
Ponorogo. Perkembangan nama “Reyog” saat seni pertunjukkan tari dijadikan andalan untuk
ini telah diganti menjadi “Reog” yang disahkan menarik wisatawan yang berkunjung di
oleh Markum Singodimejo (Bupati Ponorogo) Ponorogo sehingga kesenian Reog ini menjadi
atas dasar kepentingan pariwisata, dan ciri khas Kabupaten Ponorogo.
pemakaian bahasa Indonesia yang baku pada Kesenian Reog Ponorogo sebagai salah
tahun 1994-2004. Hal ini sempat menjadi satu budaya asli Indonesia sempat menjadi
polemik antara pihak Pemerintah dan seniman topik yang banyak diperbincangkan, karena
Reog, khususnya para “Warok” yang selalu adanya isu beberapa waktu lalu negara
menjunjung nilai tradisi dari Reog tersebut. Malaysia mengklaim kesenian Reog Ponorogo
Nama “Reog” juga dicetuskan oleh Markum adalah salah satu budaya asli negara tersebut.
Singodimejo sebagai slogan resmi Kabupaten Hal ini menimbulkan protes/penentangan dari
Ponorogo, yang berarti Resik, Endah, Omber, masyarakat Indonesia khususnya masyarakat
dan Girang-gemirang. Ponorogo terhadap budaya asli Indonesia yang
Kabupaten Ponorogo terdiri dari 21 di klaim milik negara lain. Pengalaman
Kecamatan memiliki unit kesenian Reog di tersebut, diharapkan menjadi pelajaran
masing-masing kecamatannya. Kesenian Reog berharga bagi bangsa Indonesia untuk tetap
sebagian besar dikelola oleh swasta atau melestarikan dan mempertahankan budaya-
organisasi paguyuban sebagai kegiatan budaya asli Indonesia dari pengaruh buruk
ekstrakurikuler di sekolah-sekolah mulai budaya asing.
tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Kesenian Reog di Kabupaten Ponorogo
Terdapat banyak stakeholders di dalam kini mulai menurun dikarenakan hanya ada
aktifitas kesenian Reog yang saling beberapa sanggar Reog yang masih bertahan
berkontribusi satu sama lain, yakni pemerintah, sampai sekarang. Hal ini ditunjukkan sanggar
pemilik unit kesenian Reog, pengelola, penari, Reog yang berada di kota masih bertahan
penabuh penata musik, pengolah gerak, dan sementara sanggar Reog yang berada di desa-
lain-lain. Kesenian Reog di Ponorogo desa tidak dapat bertahan. Faktor ekonomi,
merupakan bentuk kesenian rakyat yang dapat kabijakan pemerintah daerah, dan minat
ditampilkan dalam dua versi. Pertama, generasi muda terhadap kesenian Reog
ditampilkan pada saat festival Reog se- menjadi isu penyebab menurunnya kesenian
Kabupaten Ponorogo dengan cerita Reog Ponorogo.
menggambarkan tentang bagaimana perjalanan Kajian perkembangan kesenian Reog
rombongan Prajurit Ponorogo yang akan Ponorogo ini semakin menarik dilakukan
melamar putri dari Kediri. Kedua, ditampilkan apabila menggunakan tinjuan ilmu geografi
untuk keperluan adat, desa, ataupun yang dihubungkan dengan pendekatan spasial
perorangan dengan cerita pementasan sesuai atau keruangan wilayah. Hal ini ditunjukkan
dengan permintaan hajatan atau acara yang dengan melihat perbedaan lokasi/letak suatu
diadakan. Permintaan pertunjukkan Reog wilayah maka berbeda pula kondisi lingkungan
Ponorogo banyak diminati untuk keperluan alam dan kondisi budaya manusianya seperti
seni pertunjukkan hiburan dan wisata budaya. sosial, ekonomi, dan demografi. Perbedaan
Perkembangan Reog Ponorogo telah letak tersebut akan memberikan ciri
dikelola menjadi sebuah potensi/asset untuk perkembangan kebudayaan dalam suatu
kegiatan kepariwisataan budaya daerah. wilayah. Berdasarkan uraian latar belakang di
Pergeseran makna dan tradisi telah terjadi atas, peneliti merumuskan judul penelitian
dalam kesenian Reog Ponorogo. Dahulu tentang “Kajian Karakteristik, Persebaran dan
kebudayaan yang digelar sebagai ritual Kebijakan Reog Ponorogo di Kabupaten
tradisional dengan kesakralannya bergeser
2
Ponorogo Provinsi Jawa Timur” penting dan wanita bagi warok. Konon, selama masa
perlu dilakukan. belajar, untuk memperoleh ilmu warok
Berdasarkan latar belakang yang harus jauh dari wanita. Namun, seiring
telah diuraikan di atas, tujuan penelitian perkembangan zaman dan gencarnya
dapat dituliskan sebagai berikut: Islamisasi di Ponorogo, terjadi pergeseran
1. mengetahui karakteristik kesenian Reog makna dari pementasan unsur Jathilan
di Kabupaten Ponorogo. dalam Reog. Jathilan sebagai pelengkap
2. mengetahui persebaran kesenian Reog artistik Reog, dan dibawakan oleh penari
di wilayah Kabupaten Ponorogo. wanita. Selain Jathilan, ada pula penari
3. mengetahui kebijakan pemerintah Pujangga Anom. Kisahnya, Pujangga
Kabupaten Ponorogo khususnya Dinas Anom adalah Patih dari Prabu Anom
Pariwisata dalam melestarikan kesenian Klanasewandono. Patih yang digambarkan
Reog di wilayah Kabupaten Ponorogo. buruk rupa tapi jujur ini, turut dalam
iringan temanten Prabu Anom
Reog merupakan seni pertunjukan Klanasewandono yang hendak melamar
masyarakat Jawa yang di dalamnya Dewi Songgolangit ke Kediri kemudian
terdapat unsur-unsur, yang meliputi tari, diperjalanan Pujangga Anom beradu
drama dan musik. Pertunjukan kesenian kesaktian dengan Singo Barong.
reog disajikan dalam bentuk sendratari, Prabu Anom Klanasewandono
yaitu suatu tarian dramatik yang tidak dikisahkan sebagai Raja Kerajaan Jenggala
berdialog dan diharapkan gerakan-gerakan yang membawa iring-iringan temanten dari
tarian tersebut sudah cukup untuk Jenggala menuju Kediri untuk melamar
mewakili isi dan tema dari tarian tersebut putri Kediri yang bernama Dewi
(Supartha, 1982:38). Adapun unsur-unsur Songgolangit. Secara teknis, pemeran
pementasan tokoh yang ditampilkan dalam tokoh Klanasewandono dituntut memiliki
kesenian Reog yakni Warok, Jathilan, kemampuan yang tinggi. Oleh karena itu,
Pujangga Anom, Klana Sewandono, dan dalam beberapa pementasan Reog
Pembarong. Warok merupakan salah satu sederhana, tokoh ini jarang ditampilkan.
unsur Tarian dalam Reog. Menurut salah Unsur tarian Reog lain yang menjadi ciri
satu riwayat kisah Reog, Warok berasal khas pementasan Reog adalah Barongan.
dari bahasa Arab, Wara’a yang artinya Barongan atau Singo Barong merupakan
orang yang melakukan hal-hal mistis. simbol Raja Kertabumi Majapahit. Disebut
Dalam pentas, sosok Warok muda juga Dadak Merak, lantaran di atas topeng
digambarkan sebagai punggawa Raja kepala macan ditancapkan bulu-bulu
Klanasewandono yang tengah berlatih merak hingga menyerupai kipas raksasa.
mengolah ilmu kanuragan. Sementara Hal ini menyimbolkan pengaruh kuat
Warok tua digambarkan sebagai pelatih Puteri Campa yang mengatur segala
atau pengawas Warok muda. tindak-tanduk sang raja. Kisahnya, Dadak
Unsur pementasan Reog yang Merak adalah Raja Singo Barong yang
lainnya adalah Jathilan. Jathilan menghadang iring-iringan pengantin Prabu
melambangkan pasukan kerajaan Anom Klanasewandono. Benda seberat
Majapahit yang lemah di bawah Bhre kurang lebih 60 kg tersebut dimainkan
Kertabumi. Tarian ini dibawakan oleh 6 – dengan kekuatan gigitan dan otot leher.
8 gadis yang menaiki kuda. Pada Reog Kemampuan ini selain didapat dari latihan
tradisional, penari ini biasanya diperankan yang berat, juga diperoleh dengan latihan
oleh laki-laki yang berpakaian wanita, spiritual seperti puasa dan tapa.
yang biasa disebut Gemblak. Dalam dunia Kebudayaan merupakan cara berpikir
perwarokan, gemblak menggantikan posisi dari setiap orang, perilaku-perilaku yang
3
digunakan dalam berinteraksi, dan juga gagasan, tindakan dan hasil karya manusia
objek-objek material yang ada dalam dalam rangka kehidupan bermasyarakat
kehidupan kita sehari-hari. Sifat-sifat dari yang dijadikan milik diri manusia dengan
kebudayaan adalah berbasis pada simbol, belajar. Lebih lanjut Koentjaraningrat
dapat dipelajari, diwariskan, dimiliki menyatakan bahwa hampir seluruh
bersama, dan bersifat adaptif. Sesuai tindakan manusia adalah kebudayaan
dengan karakteristiknya maka budaya itu Kebudayaan didasarkan pada simbol.
dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Studi Ahli antropologi berkebangsaan
terhadap sejumlah kebudayaan, para ahli Amerika, Leslie White (1959) dalam buku
antropologi telah berhasil memperoleh The Evolution of Culture, berpendapat
pengertian tentang pengertian karakteristik bahwa semua perilaku manusia dimulai
pokok kebudayaan, antara lain sebagai dengan penggunaan lambang atau simbol.
berikut: Manusia berkomunikasi satu dengan
Kebudayaan adalah milik bersama. lainnya dengan menggunakan simbol-
Kebudayaan adalah sejumlah cita simbol yang telah disepakati bersama.
cita, nilai dan standar perilaku yang Simbol adalah sesuatu yang nilai atau
didukung oleh sebagian besar warga maknanya diberikan oleh mereka yang
masyarakat. Dengan kata lain kebudayaan menggunakannya. Nilai dan makna
adalah common denominator (sebutan tersebut tidak ditentukan oleh sifat sifat
untuk persamaan), yang menyebabkan yang secara intrinsik terdapat dalam bentuk
perbuatan para individu dapat dipahami fisiknya, melainkan dengan cara-cara
oleh individu lain dalam kelompok atau simbolik. Makna atau nilai suatu simbol
masyarakatnya. Orang yang satu dapat hanya dapat ditangkap melalui cara-cara
meramalkan perbuatan orang lain dalam yang bersifat noninderawi. Sebagai contoh
situasi tertentu, dan dapat mengambil adalah makna suatu warna tergantung pada
tindakan yang sesuai disebabkan karena mereka yang menggunakannya. Aspek
memiliki kebudayaan yang sama. simbolis yang paling penting dari
Walaupun kebudayaan merupakan milik kebudayaan masyarakat adalah bahasa.
bersama anggota masyarakat, penting bahasa adalah dasar kebudayaan manusia
untuk disadari semua itu bukan berarti dibangun. Struktur politik, keluarga,
keseragaman. Setiap masyarakat manusia, agama, kesenian, organisasi ekonomi
terdapat perbedaan perbedaan kebudayaan maupun pendidikan tidak mungkin ada
khusus, misalnya ada hampir semua tanpa adanya simbol-simbol dalam bahasa.
masyarakat dijumpai perbedaan peranan Menggunakan bahasa manusia untuk
antara laki-laki dan perempuan. Ini berarti menyampaikan gagasan, emosi dan
ada hal hal tertentu yang hanya menjadi keinginan-keinginannya termasuk
perhatian perempuan, tetapi tidak bagi meneruskan kebudayaan dari generasi
laki-laki, dan sebaliknya. Hal ini terdapat yang satu kepada generasi yang
perbedaan antara kebudayaan laki-laki selanjutnya.
dengan kebudayaan perempuan. Contoh Semua aspek kebudayaan berfungsi
lain dapat dikemukakan adanya variasi sebagai kesatuan yang saling berhubungan.
kebudayaan yang berhubungan dengan Sebagai keperluan analisis dan
umur, dihampir setiap masyarakat anak- perbandingan para ahli antropologi sering
anak tidak diharapkan berperilaku seperti menguraikan kebudayaan menjadi
orang tua. sejumlah bagian atau unsur yang
Kebudayaan adalah hasil belajar. kelihatannya berdiri sendiri-sendiri. Akan
Koentjaraningrat menyatakan bahwa tetapi, sebenarnya unsur-unsur tersebut
kebudayaan merupakan keseluruhan sistem saling terkait satu sama lainnya sehingga
4
kebudayaan berfungsi sebagai kesatuan membahas tentang budaya masyarakat di
yang saling berhubungan. Kecenderungan suatu wilayah. Perkembangannya, sosial
semua aspek kebudayaan untuk berfungsi budaya berimplikasi berupa aktivitas
sebagai kesatuan yang saling berhubungan manusia yang tinggal di suatu luasan
disebut integrasi. Misalnya dalam wilayah beserta interaksinya dengan
menganalisis kebudayaan suatu suatu suku sesama manusia maupun lingkungannya.
bangsa, para ahli antropologi sering Industri pariwisata adalah suatu
menguraikan mengenai unsur peralatan susunan organisasi, baik pemerintah
dan perlengkapan hidupnya, unsur mata maupun swasta yang terkait dalam
pencahariannya, system keluarga dan pengembangan, produksi dan pemasaran
kemasyarakatannya, unsur keseniannya, produk suatu layanan yang memenuhi
bahasanya, keyakinannya, dan sistem kebutuhan dari orang yang sedang
pengetahuannya. Masing masing unsur bepergian. Kepariwisataan adalah segala
tersebut seolah-olah dapat berdiri sendiri. sesuatu yang berhubungan dengan
Kebudayaan bersifat superorganik. penyelenggaraan pariwisata. Wisata
Penjelasan Herkovits dan merupakan suatu kegiatan perjalanan atau
Malinowski (pustaka makalah, 2011) sebagian dari kegiatan tersebut yang
memberi sebutan kebudayaan sebagai dilakukan secara sukarela serta bersifat
suatu yang superorganik. Penjelasan sementara untuk menikmati obyek dan
mengapa demikian karena kebudayaan daya tarik wisata. Sedangkan wisatawan
diwariskan turun-temurun dari satu adalah orang yang melakukan kegiatan
generasi ke generasi berikutnya sehingga wisata. Menurut definisi yang luas
tetap hidup terus menerus secara pariwisata adalah perjalanan dari satu
berkesinambungan, walaupun orang orang tempat ke tempat lain, bersifat sementara,
yang menjadi anggota masyarakat dilakukan perorangan maupun kelompok,
senantiasa silih berganti karena kematian sebagai usaha mencari keseimbangan atau
dan kelahiran. Dengan kata lain, suatu keserasian dan kebahagiaan dengan
kebudayaan telah ada sebelum lahirnya lingkungan hidup dalam dimensi sosial,
suatu generasi, dan masih tetap hidup budaya, alam dan ilmu.
walaupun generasi tersebut telah mati. Pada garis besarnya, definisi tersebut
menunjukkan bahwa kepariwisataan
Geografi Budaya dalam Industri Pariwisata memiliki arti keterpaduan yang di satu sisi
Geografi adalah suatu cabang ilmu diperani oleh faktor permintaan dan faktor
pengetahuan yang mempelajari fenomena ketersediaan. Faktor permintaan terkait
sosial, ekonomi, dan kultural beserta oleh permintaan pasar wisatawan domestik
perubahan-perubahannya di suatu wilayah dan mancanegara. Sedangkan faktor
dalam keterkaitannya dengan berbagai ketersediaan dipengaruhi oleh transportasi,
faktor penentunya (Soehardjo, 1983). atraksi wisata dan aktifitasnya, fasilitas-
Geografi digambarkan sebagai ilmu fasilitas, pelayanan dan prasarana terkait
pengetahuan yang mencitrakan, serta informasi dan promosi. Dalam hal ini,
menerangkan, dan menganalisa gejala- faktor ketersediaan sebagai produk
gejala alam dan penduduk, serta pariwisata adalah kesenian Reog
mempelajari pola-pola khusus mengenai Ponorogo. Kesimpulannya, pariwisata
kehidupan dalam ruang dan waktu melalui adalah keseluruhan fenomena (gejala) dan
pendekatan keruangan, kelingkungan, dan hubungan-hubungan yang ditimbulkan
kompleks wilayah. Kajian Geografi terdiri oleh perjalanan dan persinggahan manusia
dari berbagai dimensi, salah satunya adalah di luar tempat tinggalnya, dengan maksud
dimensi sosial, yang didalamnya bukan untuk tinggal menetap dan tidak
5
berkaitan dengan pekerjaan-pekerjaan yang maupun orang lain yang memahami obyek
menghasilkan upah. penelitian (Bungin, 2007). Subyek dalam
penelitian ini adalah 1 orang ketua
METODE PENELITIAN Yayasan Reog Ponorogo, Sekretaris
Jenis penelitian yang digunakan Yayasan Reog Ponorogo, Kepala Dinas
adalah penelitian deskriptif dengan Pariwisata Kabupaten Ponorogo, Humas
pendekatan kualitatif. Metode penelitian Dinas Pariwisata dan Kepala Seksi
deskriptif adalah suatu metode penelitian Promosi Wisata. Selanjutnya dari hasil
yang dilakukan dengan tujuan utama untuk wawancara yang didapatkan dari subyek
membuat gambaran atau deskripsi tentang peneliti tersebut akan dilakukan cross
suatu keadaan secara objektif. Jenis check terhadap obyek yang diteliti. Obyek
penelitian ini dimaksudkan untuk pada penelitian ini adalah karakteristik
menggambarkan fenomena yang ada budaya Reog dan penyebaran wilayah
ditempat penelitian (Notoatmodjo, 2010). Reog di Kabupaten Ponorogo.
Penelitian kualitatif merupakan suatu
proses penelitian yang menghasilkan data HASIL DAN PEMBAHASAN
deskriftif berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang-orang dan perilaku yang Setiap kesenian di suatu daerah
diamati, yang mana pendekatan ini lebih memiliki nilai tradisi, cerita, dan tata cara
diarahkan pada latar dan individu secara pementasan yang berbeda-beda. Kesenian
utuh. Reog di Ponorogo memiliki unsur-unsur
Penelitian ini menggunakan yang dipentaskan antara yakni Reog
rancangan penelitian dengan studi kasus. disajikan dalam bentuk sendratari, Reog
Studi kasus dilakukan dengan cara meneliti berfungsi sebagai penggerak masa, Reog
suatu permasalahan melalui suatu kasus memiliki susunan yang kuat, terkadang
yang terdiri dari unit tunggal. Unit tunggal disisip ilmu mistik, Reog memiliki lagu-
disini dapat berarti satu orang, sekelompok lagu khusus, Reog dapat dimainkan dalam
penduduk yang terkena suatu masalah. berbagai kegiatan, pakaian yang digunakan
Peneliti menggunakan metode penelitian memiliki ciri khas berwarna hitam, penari
kualitatif, berkesempatan untuk mengikuti kuda kepang adalah anak laki-laki,
dan memahami peristiwa secara menggunakan gamelan khusus, dan penari-
kronologis. Teknik pengambilan sampel penari dalam kesenian Reog (terdiri dari
dalam penelitian ini yaitu purposive penari kuda kepang, penari barongan,
sampling. Purposive sampling adalah penari topeng).
teknik pengambilan sampel sumber data Pada dasarnya ada lima versi cerita
dengan pertimbangan tertentu. Unit populer yang berkembang di masyarakat
analisis penelitian adalah individu, dimana tentang asal-usul Reog dan Warok, namun
orang yang menjadi subyek penelitian salah satu cerita yang paling terkenal
merupakan orang yang dianggap paling adalah cerita tentang pemberontakan Ki
tahu tentang masalah yang akan diteliti. Ageng Kutu, seorang abdi kerajaan pada
Sampel dalam penelitian ini adalah masa Bra Kertabumi, Raja Majapahit
responden kunci atau orang yang paling terakhir yang berkuasa pada abad ke-15. Ki
memahami kondisi daerah penelitian, Ageng Kutu murka akan pengaruh kuat
dalam penelitian ini responden dapat dari pihak rekan Cina rajanya dalam
disebut dengan subyek penelitian. pemerintahan dan prilaku raja yang korup,
Penjelasan subyek penelitian adalah ia pun melihat bahwa kekuasaan Kerajaan
informan penelitian yang memahami Majapahit akan berakhir. Ia lalu
informasi obyek penelitian sebagai pelaku meninggalkan sang raja dan mendirikan

6
perguruan dimana ia mengajar anak-anak mencari kerja/ekonomi lebih baik daripada
muda seni bela diri, ilmu kekebalan diri, harus bertahan di desa untuk melanjutkan
dan ilmu kesempurnaan dengan harapan budaya tarian Reog. Tekanan hidup seperti
bahwa anak-anak muda ini akan menjadi biaya hidup yang tinggi, pekerjaan yang
bibit dari kebangkitan lagi kerajaan tidak menetap, perekonomian semakin
Majapahit kelak. Sadar bahwa pasukannya memburuk, politik ekonomi yang tidak
terlalu kecil untuk melawan pasukan menentu, dan adanya infiltrasi (masuknya
kerajaan maka pesan politis Ki Ageng budaya barat). Hal-hal inilah yang
Kutu disampaikan melalui pertunjukan membuat perubahan sosial dan budaya di
seni Reog, yang merupakan “sindiran” dalam status sosial masyarakat menjadi
kepada Raja Kertabumi dan kerajaannya. berubah.
Pagelaran Reog menjadi cara Ki Ageng Perkembangan sanggar kesenian Reog
Kutu membangun perlawanan masyarakat tahun 2006
lokal menggunakan kepopuleran Reog. Berdasarkan data dan informasi yang
Versi resmi alur cerita Reog diperoleh peneliti, pada tahun 2006
Ponorogo kini adalah cerita tentang Raja terdapat beberapa jenis atraksi kesenian
Ponorogo yang berniat melamar putri Reog yakni Reog Dadak, Reog Mini, dan
Kediri, Dewi Ragil Kuning, namun Reogthek. Pada tahun tersebut, rata-rata
ditengah perjalanan ia dicegat oleh Raja daerah masih banyak yang melestarikan
Singabarong dari Kediri. Pasukan Raja budaya kesenian Reog.
Singabarong terdiri dari merak dan singa,
sedangkan dari pihak Kerajaan Ponorogo
Raja Kelono dan Wakilnya Bujanganom, K d
dikawal oleh warok (pria berpakaian
hitam-hitam dalam tariannya), dan warok
ini memiliki ilmu hitam mematikan.
Seluruh tariannya merupakan tarian perang
antara Kerajaan Kediri dan Kerajaan
Ponorogo, dan mengadu ilmu hitam antara Ak
keduanya, para penari dalam keadaan
‘kerasukan’ saat mementaskan tariannya. G b 43P
Perkembangan sanggar kesenian Reog
Peminat kesenian Reog di Kabupaten tahun 2007
Ponorogo saat ini sudah mulai berkurang Kondisi keberadaan sanggar
yang ditunjukkan dengan adanya beberapa kesenian Reog tahun 2007 mengalami
sanggar Reog yang masih bertahan sampai perubahan, dari 258 unit (tahun 2006)
sekarang, seperti sanggar Reog yang menjadi 228 unit (tahun 2007).
berada di kota masih bertahan sementara Berdasarkan olah data, perubahan jumlah
sanggar Reog yang berada di desa-desa sanggar tahun 2007 terdapat di setiap
tidak dapat bertahan dikarenakan tidak kecamatan. Kecamatan dengan jumlah
adanya anggaran dari pemerintah sanggar kesenian Reog paling tinggi adalah
kabupaten untuk melestarikannya. Kondisi Kecamatan Kauman. Kondisi sebaliknya
menurunnya minat kesenian reog dengan jumlah sanggar kesenian Reog
disebabkan karena tidak adanya regenerasi paling rendah tetap berada di Kecamatan
untuk melanjutkan kesenian Reog. Hal ini Pudak. Perubahan bertambah dan
terlihat dengan tidak adanya anak-anak berkurangnya jumlah sanggar Reog pada
muda yang melestarikan tarian Reog, lebih tiap-tiap kecamatan adalah sesuatu yang
memilih migrasi ke kota besar untuk
7
wajar, karena banyak faktor yang
mempengaruhinya.
Perubahan yang paling terlihat
adalah posisi Kecamatan Kauman yang
pada tahun ini banyak memiliki sanggar
Reog. Hal ini bila dianalisa menggunakan
pendekatan keruangan sangat mungkin
terjadi, karena posisi sanggar Reog di
Kecamatan Ponorogo pada tahun 2006 ke
tahun 2007 mengalami penurunan jumlah.
Banyak sanggar di Kecamatan Ponorogo Penurunan jumlah dan perubahan
yang berkurang dari 21 unit menjadi 10 lokasi sanggar kesenian Reog pada tahun
unit saja. Diperkirakan karena Kecamatan 2013 cenderung mengarah ke selatan Kota
Kauman adalah kecamatan yang Ponorogo. Kecamatan dengan jumlah
berdekatan dengan Kecamatan Ponorogo, sanggar kesenian Reog paling tinggi adalah
ditunjang kemudahan akses jalan, dan Kecamatan Bungkal (18 unit). Kondisi
medan yang tidak begitu terjal sebaliknya dengan jumlah sanggar
(pegunungan) maka wilayah ini berpotensi kesenian Reog paling rendah (0 unit)
sebagai lokasi pertumbuhan sanggar banyak terdapat di kecamatan wilayah
kesenian Reog yang baru. Sebaran sanggar utara, seperti Kecamatan Badegan,
Reog pada tahun 2007 dapat dilihat pada Jambon, Balong, Jetis, Kauman, Mlarak,
gambar berikut. Ponorogo, Siman, Sooko, Pulung, Pudak,
Ngebel, Jenangan, Babadan, Sampung, dan
Sukorejo. Kecamatan bagian selatan yang
Kondisi
mengalami perkembangan jumlah sanggar
Reog ada 5 antara lain Kecamatan
Ngrayun, Slahung, Bungkal, Sambit, dan
Sawoo.
Analisis penurunan jumlah kesenian
bertolak belakang dengan kenaikan upah
k minimum kabupaten (UMK) Kabupaten
Ponorogo dari tahun 2009 hingga pada
Perkembangan sanggar kesenian Reog tahun 2014 (Tabel 4.5). Kenaikan UMK di
tahun 2013 Kabupaten Ponorogo dimungkinkan
Pada tahun 2013 terdapat 62 grup kurang dirasakan bagi para pekerja seni
Reog baik yang dikelola oleh swasta (45 Reog, namun pemerintah tetap berharap
unit) dan dikelola oleh pemerintah daerah melalui peningkatan UMK akan
(17 unit) seperti yang tuliskan pada bab berdampak meningkatnya kesejahteraan
sebelumnya. Kondisi keberadaan sanggar masyarakat di Ponorogo sehingga secara
kesenian Reog pada tahun 2006, 2007, tidak langsung kemampuan masyarakat
hingga 2013 cenderung terus mengalami untuk mementaskan/menyewa atraksi
penurunan jumlah. Penurunan jumlah kesenian Reog dapat meningkat pula.
sanggar kesenian Reog menurut data yang Keberadaan sanggar kesenian
diperoleh peneliti dari tahun 2006 sampai Reog di Kabupaten Ponorogo tidak lepas
2013 tergolong tinggi yakni 196 unit, dari peran pemerintah daerah dalam
terdiri dari 258 unit (tahun 2006), 228 unit merencanakan pemanfaatan ruang wilayah.
(tahun 2007), dan 62 unit (tahun 2013). Sebaran perkembangan tertinggi sanggar
Reog tahun 2013, menurut struktur ruang
8
wilayah cenderung mengarah ke pusat karena banyak kaum muda yang tidak
pelayanan lingkungan (warna kuning) dan dapat memainkan ataupun melakonkan
pusat pelayanan kawasan (warna ungu). tarian Reog. Umumnya hanya orang-orang
Perencanaan ruang wilayah pada pusat tua saja yang dapat melakonkan tarian
pelayanan lingkungan ditujukan Reog. Apabila tidak ada dukungan oleh
pemerintah daerah untuk melayani Pemerintah setempat, hal itu menyebabkan
masyarakat dan mengkordinasi kegiatan Disculture budaya tarian Reog. Untuk itu
pengembangan wilayah khususnya pemerintah menangani paguyuban Reog
lingkungan, seperti pemanfaatan yang ada, baik secara langsung ataupun
lingkungan alam, dampak pencemaran tidak langsung.
lingkungan, dan konsultasi pendirian ijin Berdasarkan wawancara dengan
usaha. Perencanaan ruang wilayah pada Humas Dinas Pariwisata Ponorogo, dapat
pusat pelayanan kawasan ditujukan disimpulkan bahwa untuk memperkuat
pemerintah daerah untuk melayani pelestarian Reog, terdapat UU yang
masyarakat dan mengkordinasi kegiatan mengatur untuk melestarikannya. Hal ini
pengembangan wilayah khususnya dibuat agar adanya kepastian hukum dalam
kawasan, seperti pengembangan wilayah pengelolaan paguyuban Reog yang ada.
kawasan perdagangan dan usaha tingkat selain itu juga dengan adanya UU tersebut,
besar, menengah, atau kecil. pemerintah setempat dapat melakukan
Analisis kesesuaian lokasi sanggar semua hal yang lebih maksimal yang
Reog pada tahun 2013 menurut berkaitan dengan pengembangan ataupun
perencanaan struktur ruang, kurang sesuai pelestarian Reog sehingga tidak terjadinya
karena arahan utama sektor pariwisata timpang tindih diantara masing-masing
seharusnya berada pada pusat kegiatan instansi yang terkait. Selain itu, dalam
lokal promosi. Hal ini apabila dikaji lebih pelestarian Reog dibutuhkan peran
dalam memiliki dua kemungkinan analisis. pemerintah setempat, hal-hal yang
Hal pertama, kurangnya pelayanan dilakukan oleh pemerintah setempat harus
pemerintah daerah dalam melakukan tepat yaitu dengan adanya pembelajaran
promosi pariwisata (Reog) sehingga dari dini mengenai tarian Reog
pertumbuhan sanggar Reog lebih banyak di (regenerasi), dibangunnya beberapa
Kecamatan Bungkal daripada Kecamatan sanggar tarian Reog dan adanya bantuan
Slahung, Jetis, Pulung, dan Jambon. Hal pendanaan untuk pengembangan ataupun
kedua, keinginan grup kesenian Reog yang pelestarian Reog. Media juga berperan
lebih memilih lokasi Kecamatan Bungkal penting, diperlukan suatu media untuk
sebagai pusat berkembangnya sanggar mempublikasikan tarian Reog itu sendiri.
Reog karena Kecamatan Bungkal banyak Dengan adanya publikasi secara luas hal
berkembang unit usaha/perdagangan skala tersebut berpengaruh kepada paguyuban-
kecil, dimana unit usaha kecil dapat paguyuban yang ada untuk melestarikan
menampung dan memasarkan usaha keseniannya. Selain itu juga membuat
kerajinan tradisional sehingga ekonomi paguyuban tersebut menjadi semangat dan
masyarakat kecil dapat terangkat. berlomba-lomba untuk mempertahankan
budayanya. Adanya publikasi di media
Kebijakan Pemerintah Daerah dalam cetak dan elektronik membuat wisatawan
Melestarikan Kesenian Reog di Wilayah mancanegara ataupun domestik dapat
Kabupaten Ponorogo melirik kesenian tarian Reog.
Turut serta pemerintah dalam
melestarikan Reog dilakukan agar budaya
asli Kabupaten Ponorogo tidak punah,
9
Dinas Pariwisata Kabupaten Ponorogo
Tahun 2013
KESIMPULAN
Http://elib.unikom.ac.id/jbptunikompp.
1. Karakteristik kesenian Reog di Diakses pada tanggal 7 April 2014
Kabupaten Ponorogo ditampilkan Http://google/arie saksono/2005/Legenda
dalam bentuk sendratari seperti Jathil Reog Ponorogo dan Warok. Diakses
(prajurit berkuda), warok, pada tanggal 7 April 2014
gemblakan, dan barongan (dadakan Http://pustaka-
merak), caplokan (kepala singa), makalah.blogspot.com/2011/03/kebuda
memiliki susunan alur cerita yang yaan-dalam-kehidupan-masyarakat/
kuat dengan kebudayaan setempat. Herkovits dan Malinowski. Diakses
2. Topografi wilayah mempengaruhi pada tanggal 7 April 2014
Persebaran kesenian Reog di wilayah Leslie White. 1959. The Evolution of
Kabupaten Ponorogo, sehingga Culture. McGraw-Hill. New York
jumlah kelompok di masing-masing Notoatmodjo. 2005. Metodelogi Penelitian
kecamatan tidak merata. Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.
3. Penyebaran kesenian Reog di luar Notoatmodjo. 2010. Ilmu Perilaku
Kabupaten Ponorogo banyak tersebar Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.
di Sumatera Utara tepatnya di Deli Peraturan Daerah (Perda) No.10 Tahun
Serdang, Bandung, Salatiga, dan 2010 tentang Rencana Pembangunan
Yogyakarta tepatnya di Gunung Jangka Menengah Daerah Tahun 2010 -
Kidul. Persebaran kesenian Reog 2015 Kabupaten Ponorogo
lebih luas lagi hingga sampai di Suryono. 2008. Metodologi Penelitian
mancanegara yaitu di Malaysia, Kesehatan. Mitra Cendikia Sinergis
Amerika, Rusia, Jerman dan Media. Yogyakarta
Belanda. Soehardjo, A. J. 1983. Geografi
4. Kebijakan Pemerintah daerah Pembangunan Pedesaan. Pidato
Ponorogo dalam melestarikan Reog pengukuhan Jabatan Lektor Kepala
sejauh ini adalah dengan dibentuknya dalam Geografi Pedesaan. Fakultas
Yayasan yang khusus mengelola dan Geografi UGM. Yogyakarta
mengembangkan segala aktivitas Suparta, I Gusti Agung. 1982. Pengantar
terkait. Pengetahuan Tari. Sabhadaya.
Surabaya
DAFTAR PUSTAKA Sugiyono. 2009. Metode Penelitian
Agus Riyanto. 2011. Aplikasi Metodologi Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Penelitian Kesehatan. Nuha Medika. Alfabeta. Bandung
Yogyakarta Turhumawati, Sasana Tunggal. 2008.
Azwar. 2005. Metode Penelitian. Pustaka Tugas Akhir. Kesenian Reog Sebagai
Pelajar. Yogyakarta Daya Tarik Wisata Budaya di
BPS Kabupaten Ponorogo Tahun 2013 Kabupaten Ponorogo. Universitas
Bungin. 2007. Penelitian Kualitatif : Sebelas Maret. Solo
Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan. Undang Undang No. 9 Tahun 1990
Publik, dan Ilmu sosial. Kencana Tentang Kepariwisataan
Prenama. Jakarta Yayasan Reog Ponorogo Tahun 2013
Dinas Industri, Perdagangan, Koperasi, dan
Penanaman Modal Kabupaten Ponorogo
Tahun 2007

10

Anda mungkin juga menyukai