Anda di halaman 1dari 13

AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 11, No.

2 Tahun 2021

TRANSFORMASI BUDAYA LORO PANGKON PADA PERNIKAHAN ADAT


“PENGANTIN PUTRI JENGGOLO” SEBAGAI POTENSI WISATA BUDAYA DI
SIDOARJO TAHUN 2006-2019

Awwalussalma Rusdianty
Jurusan Pendidikan Sejarah
Fakultas Ilmu Sosial Dan Hukum
Universitas Negeri Surabaya
E-mail : awwalussaima.17040284080@mhs.unesa.ac.id

Sumarno
S-1 Pendidikan Seajarah
Fakultas Ilmu Sosial Dan Hukum
Universitas Negeri Surabaya
E-mail : sumarno@unesa.ac.id

Abstrak
Penelitian ini penting karena terdapat suatu perubahan yang menarik untuk diteliti, yaitu bermula dari prosesi
pernikahan adat Pengantin Jawa yang berada di Kabupaten Sidoarjo dan disebut sebagai Pengantin Putri Jenggolo
yang memiliki ritual khusus yaitu Loro Pangkon, dan kemudian bertransformasi menjadi objek wisata budaya karena
keunikannya.. Penelitian ini memiliki rumusan masalah sebagai berikut : (1) Bagaimana prosesi Budaya Loro Pangkon
Pada Pernikahan Adat “ Pengantin Putri Jenggolo “ sesudah pembakuan pada tahun 2006-2012, (2) Bagaimana proses
peralihan Budaya Loro Pangkon sebagai potensi wisata budaya pada tahun 2012-2016, (3) Bagaimana praktik Budaya
Loro Pangkon menjadi potensi wisata budaya di Sidoarjo pada tahun 2017-2019. Penelitian skripsi ini menggunakan
metode sejarah yaitu heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi untuk menjawab rumusan masalah yang
dikaji sehingga hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1) Prosesi Budaya Loro Pangkon ditandai dengan adanya
pukulan Terbang Jidor yang mengiringi rombongan Pengantin Putra, untuk memperkenalkan diri lebih jauh melalui
Dialog Loro Pangkon, dan melakukan Rebut Jago Loro Pangkon agar dapat bertemu dengan pengantin putri atau
panggih manten, upacara adat ini memiliki simbol berupa Ayam yang memiliki makna keistimewaan Pengantin Putra
dan Budaya Loro Pangkon menunjukkan kesiapan berumah tangga oleh pasangan pengantin 2) Peralihan Budaya Loro
Pangkon dapat dilihat ketika berbagai macam media cetak berlomba menuliskan Pengantin Putri Jenggolo beserta
Budaya Loro Pangkon setelah ditunjukkan pada acara Nikah Masal 3) Praktik Budaya Loro Pangkon menjadi wisata
budaya dapat dilihat dari berbagai macam pawai atau parade budaya yang menampilkan Budaya Loro Pangkon
Pengantin Putri Jenggolo.
Kata Kunci : Transformasi, Budaya Loro Pangkon, Pengantin Putri Jenggolo Sidoarjo

Abstract
This research is important because there is an interesting change to study, which starts from the Javanese bride’s
traditional wedding procession in Sidoarjo Regency and is called the Jenggolo Princess Bride which has a special
ritual, namely Loro Pangkon and then transforms into a cultural tourism object because of its uniqueness. This study
has the following problem formulations : (1) How is the procession of Loro Pangkon Culture at the “Bride of Princess
Jenggolo” traditional wedding after standarization in 2006-2012, (2) How is the process of transitioning the Loro
Pangkon Culture as a potential cultural tourism in 2012-2016, (3) How the practice of Loro Pangkon Culture
becomes a potential cultural tourism in Sidoarjo in 2017-2019. This thesis research uses historical methods, namely
heuristics, source criticism, interpretation, and historiography to answer the formulation of the problem studied so
that the results of the study indicate that : 1) The Loro Pangkon Cultural Procession is marked by the Terbang Jidor
blow that accompanies the male bride and groom group, to introduce themselves more far through the Loro Pangkon
Dialogue, and taking the jago Loro Pangkon in order to meet the bride or the bridegroom, this traditional ceremony
has a symbol in the form of a rooster which has the meaning of the privilege of the male bride and the Loro Pangkon
culture shows the readiness of marriage by the bride and groom 2) Cultural transfer Loro Pangkon can be seen when
various print media computer to write down the Bride of Princess Jenggolo and the Loro Pangkon Culture after being
shown at the mass mariage even 3) The practice of Loro Pangkon Culture as a cultural tourism can be seen from
various kinds of cultural parades, or parades featuring the Princess Jenggolo Loro Pangkon Culture.
Keywords :Transformation, Loro Pangkon Culture, Bride of Princess Jenggolo
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 11, No. 2 Tahun 2021

PENDAHULUAN Pengantin Pria sebelum bertemu dengan Pengantin Putri


Penelitian ini penting karena terdapat suatu dan duduk di pelaminan.
perubahan yang menarik untuk diteliti, yaitu bermula dari Kisah cinta antara Inu Kertapati yang merupakan
prosesi pernikahan adat Pengantin Jawa yang berada di putra mahkota Kerajaan Jenggala dengan Dewi Sekartaji,
Kabupaten Sidoarjo dan disebut sebagai Pengantin Putri Putri Kerajaan Dhaha yang mengilhami adanya upacara
Jenggolo. Pernikahan adat Pengantin Putri Jenggolo ini pernikahan adat “Pengantin Putri Jenggolo” ini membuat
memiliki nilai magis tersendiri bagi Masyarakat Sidoarjo Masyarakat Sidoarjo percaya bahwa prosesi pernikahan
yang melaksanakan ritual upacara pernikahannya secara yang dilakukan dengan cara adat setempat sama halnya
lengkap dan sesuai dengan pakem tradisinya mulai dari tata dengan menghormati leluhur dan terdapat rasa bangga
rias, busana, hingga prosesi upacara pernikahan yang di karena mampu menjalankan ritual kraton yang berupa
dalamnya terdapat Budaya Loro Pangkon. Budaya Loro upacara pernikahan. meskipun terdapat perubahan yang
Pangkon ini lah yang menjadi inti dari prosesi pernikahan mencolok dari sebuah ritual adat menjadi objek wisata
adat Pengantin Putri Jenggolo, sehingga lebih menarik budaya, Budaya Loro Pangkon yang ditampilkan sebagai
perhatian masyarakat. Oleh sebab itu, Pemerintah sajian wisata tetap menunjukkan secara keseluruhan
Kabupaten Sidoarjo kemudian lebih sering menampilkan bagaimana upacara adat Pengantin Putri Jenggolo yang
Budaya Loro Pangkon ini sebagai media promosi bahwa sebenarnya. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini diperoleh
Sidoarjo memiliki upacara adat pernikahan yaitu Pengantin rumusan masalah sebagai berikut :
Putri Jenggolo, sekaligus menunjukkan bahwa Budaya Loro 1) Bagaimana prosesi Budaya Loro Pangkon Pada
Pangkon ini merupakan sebuah wisata1 budaya yang unik Pernikahan Adat “Pengantin PutriJenggolo” sesudah
dan dapat dinikmati. pembakuan Tahun 2006-2012, 2)Bagaimana proses
Masyarakat Sidoarjo pun menyadari bahwa peralihan Budaya Loro Pangkon sebagai potensi wisata
pernikahan hingga saat ini adalah sebuah ikatan yang sangat budaya pada tahun 2012-2016, 3)Bagaimana praktik
sakral sebab merupakan perjanjian besar antara kedua Budaya Loro Pangkon menjadi potensi wisata budaya di
pengantin dengan Tuhan yang menyatukan kedua keluarga Sidoarjo pada tahun 2017-2019 sehingga diketahui bahwa
menjadi satu keluarga besar, serta melibatkan tamu tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah 1)
undangan yang menjadi saksi pernikahan atas doa dan Mendeskripsikan prosesi Budaya Loro Pangkon pada
restunya. Pernikahan di Indonesia harus sah secara agama Pernikahan Adat “ Pengantin Putri Jenggolo “sesudah
maupun secara hukum, seperti yang telah diatur dalam Pembakuan pada Tahun 2006-2012, 2) Mendeskripsikan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 proses peralihan Budaya Loro Pangkon sebagai Potensi
Tentang Perkawinan, yaitu pada Pasal 2 ayat (1) dan (2)2 Wisata Budaya pada Tahun 2012-2016?, 3)
yang bertuliskan : “ (1) Perkawinan adalah sah, apabila Mendeskripsikan praktik Budaya Loro Pangkon menjadi
dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan Potensi Wisata Budaya di Sidoarjo pada Tahun 2017-2019.
kepercayaannya itu. (2) Tiap-tiap perkawinan dicatat
menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. METODE PENELITIAN
Masalah yang menjadi pijakan dalam penelitian ini adalah Penelitian ini menggunakan metode penelitian
bagaimana sebuah ritual adat pernikahan bertransformasi sejarah yang terdiri dari heuristik, kritik, interpretasi dan
menjadi wisata budaya. Masyarakat Sidoarjo yang historiografi3. Tahapan pertama adalah heuristik, yaitu
memahami dengan baik mengenai pernikahan dan rasa pencarian sumber sejarah. Peneliti mendapatkan sumber
menjadi bagian dari Kraton Jenggolo akhirnya membuat lisan dengan cara melakukan wawancara dengan penggali
penggali dan pemangku adat melegalitaskan Pengantin dan pemangku adat4 Pengantin Putri Jenggolo sehingga
Putri Jenggolo sebagai upacara pernikahan adat yang diperoleh Dokumen asli Penetapan Tata Rias, Busana, dan
meliputi tata rias, busana, dan prosesi upacara pernikahan Prosesi Upacara Adat Pengantin Putri Jenggolo oleh
adat yang dapat dilestarikan oleh Masyarakat Sidoarjo. Dewan Pimpinan Daerah Himpunan Ahli Rias Pengantin
Dalam prosesi upacara pernikahan terdapat Loro Indonesia “Melati” Propinsi Jawa Timur, Nomor :
Pangkon yang tidak dapat dilewatkan. Loro Pangkon 002/SKEP.DPD MEL/VIII/2006, Peneliti juga memperoleh
menjadi budaya untuk memperkenalkan pengantin putra sumber visual berupa video rekaman asli dan foto-foto
yang memiliki sifat baik dan layak menjadi suami dari upacara adat Pengantin Putri Jenggolo lengkap dengan
pengantin wanita. Wanita sangat dihargai dan dihormati Budaya Loro Pangkon, Ikon Ayam Jago yang biasa
sehingga pada saat upacara pernikahan, terjadi perebutan digunakan sebagai keperluan ritual, Festival Pawai Budaya,
Ayam Jago Loro Pangkon sebagai bentuk perjuangan
3
Wasino, dan Endah. 2018. Metode Penelitian Sejarah : dari
1
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2009 Riset Hingga Penulisan. Hlm 11. Yogyakarta : Magnum Pustaka Utama
Tentang Periwisata 4
Dokumen Data Personil “Penggali dan Pemangku Adat
2
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Pengantin Jenggolo” Kabupaten Sidoarjo oleh Dewan Pimpinan Daerah
Tentang Perkawinan. Kemenag.go.id Himpunan Ahli Rias Pengantin Indonesia “Melati” Jawa
Timur
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 11, No. 2 Tahun 2021

dan Sumber Tulisan berupa koran sezaman seperti Jawa Pos yang tinggal di daerah delta, Kota Sidoarjo masyarakat
tahun 2006-2017, buku terbitan pemerintah yaitu Undang- sangat menghormati tanah leluhurnya sebagai wilayah
Undang tentang pernikahan, Makalah lokakarya, mantra kekuasaan Kerajaan Jenggala yang pernah berjaya pada
adat, hasil tesis atau skripsi mahasiswa lain, buku, dan jurnal masa silam5. Adapun visual Pengantin Putri Jenggolo
yang relevan, serta sumber tersier yang mengulas wisata didapatkan berdasarkan pada ragam relief pada candi-candi
budaya di Sidoarjo. Tahapan berikutnya adalah kritik di wilayah Sidoarjo. Keunikan Budaya Loro Pangkon ini
sumber, peneliti melakukan kritik sumber baik sumber lah yang menjadi nilai tambah tersendiri sebagai potensi
utama maupun sumber pendukung untuk mendapatkan wisata budaya yang menarik untuk diikuti.
kebenaran atau fakta sejarah, memverifikasi dan B.Pernikahan Adat “Pengantin Putri Jenggolo” di
mengevaluasi kredibilitas sumber sejarah yang telah Sidoarjo
didapatkan. kritik eksternal yang dilakukan oleh peneliti Prosesi awal “Pengantin Putri Jenggolo” ditandai
adalah pada sumber arsip atau dokumen pengukuhan Tata dengan adanya pukulan Terbang Jidor yang mengiringi
Rias, Busana, dan Prosesi Upacara Adat Pengantin Putri rombongan Pengantin Putra saat tiba di kediaman
Jenggolo yang disahkan oleh ketua Dewan Pimpinan Daerah Pengantin Putri sebelum prosesi panggih manten. Terbang
Himpunan Ahli Rias Pengantin Indonesia dan tersimpan Jidor khusus dalam upacara pernikahan adat Pengantin
dalam inventaris Dewan Pimpinan Cabang Himpunan Ahli Putri Jenggolo adalah Terbang Jidor At Taubah yang
Rias Pengantin Indonesia Melati Sidoarjo ini merupakan memiliki alat-alat lengkap seperti Jidor atau besar,
sumber primer sebab dokumen tersebut sezaman dengan ketipung, tamborin, terbang, dan kecer atau ecek-ecek.
penelitian. Selain itu peneliti juga menganalisis Pemain Terbang Jidor memakai Basofi lengkap dengan
sumber lisan melalui wawancara dengan mengaitkan latar celana, songkok, udeng, dan sepatu.Rombongan pengantin
belakang narasumber yang sesuai dengan peran, dan profesi putra tersebut diiringi dengan pembacaan sholawat nabi
yang tertulis di dalam arsip yang disahkan oleh Dewan kemudian setelah Dialog Loro Pangkon, Pemain Terbang
Pimpinan Daerah Himpunan Ahli Rias Pengantin Indonesia Jidor kembali mengiringi prosesi pernikahan. Pada awalnya
Melati Propinsi Jawa Timur. Adapun kritik intern yang irama terbang yang digunakan adalah irama Johan yang
dilakukan peneliti adalah menguji kredibilitas isi sumber berfungsi mengiringi pengantin putra dan rombongan,
baik sumber primer maupun sumber sekunder kemudian kemudian berganti menjadi rentengan dan sholawat nabi
menuliskannya. Setelah itu, peneliti membandingkan sebagai tanda akan berlangsung upacara panggih manten
keadaan di lapangan dengan penelitian terdahulu kemudian atau pertemuan pengantin. Setelah terbang titir dengan
menganalisisnya sehingga diperoleh fakta yang menjadi tempo irama yang naik dan semakin cepat menandakan
sebab interpretasi sejarah sebagai tahapan ketiga. Tahapan bahwa upacara memecahkan telur sedang berlangsung.
metode penelitian sejarah yang terakhir yaitu penulisan Kemudian terbang beralih menjadi terbang bani yang
sejarah atau historiografi dalam bentuk artikel ilmiah dengan dibunyikan ketika pengantin naik ke atas pelaminan.
mengikuti kaidah akademik secara kronologis, kritis, dan Komponen prosesi yang tidak kalah penting adalah
sistematis. terjadinya Dialog Loro Pangkon yang mengandung
pasemon atau kiasan yang membahas keistimewaan
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengantin Putra yang disimbolkan sebagai Ayam Jago
A.Asal Mula Prosesi Budaya Loro Pangkon Pada sehingga pihak Pengantin Putri akan merasa tertarik dan
Pernikahan Adat “Pengantin Putri Jenggolo” di Sidoarjo berniat untuk memiliki Ayam Jago yang merupakan simbol
Budaya Loro Pangkon ini dilakukan hanya apabila penerimaan terhadap Pengantin Putra menjadi bagian dari
kedua pengantin belum pernah menikah sebelumnya, artinya keluarga Pengantin Putri. Dialog Loro Pangkon ini akan
pengantin putri memang masih gadis dan pengantin putra berujung pada perebutan Ayam Jago Loro Pangkon antara
adalah perjaka yang benar-benar siap untuk menikah. kedua pihak dan dimainkan oleh anggota Pencak Seni
Pengantin Putri Jenggolo merupakan perwujudan dari Pagar Nusa yang tergabung dalam Padepokan Delta
kontruksi perkawinan yang melibatkan kisah cinta antara Inu Manunggal untuk mewakili pihak Pengantin Putra dan
Kertapati dengan Dewi Sekartaji yang keduanya adalah Pihak Pengantin Putri yang bertarung. Dialog Loro
bangsawan kerajaan. Masyarakat Sidoarjo mempercayai Pangkon ini dipengaruhi Budaya Arek sehinga tata bahasa
bahwa Putri Jenggolo adalah perwujudan Dewi Sekartaji yang digunakan familiar dengan bahasa daerah Sidoarjo
yang rupawan dan dicintai oleh suaminya, oleh sebab itu yang sering digunakan. Berikut ini adalah Dialog Loro
pada Pernikahan Putri Jenggolo dilaksanakan upacara adat Pangkon cekak (pendek) yang terpengaruh budaya arek dan
Loro Pangkon yang menggambarkan perjuangan seorang biasanya dilaksankana sebelum adegan merebut ayam jago
ksatria untuk memenangkan hati permaisurinya. Wanita Loro Pangkon :
benar-benar dihargai dan dimuliakan sehingga untuk bisa
bersanding dengannya maka harus melakukan sesuatu yang 5
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat
khusus atau dikatakan sebagai pengorbanan untuk bisa Jenderal Kebudayaan, Indonesiana Platform Kebudayaan .
bersanding dengan Pengantin Putri. Sebagai Masyarakat (https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditwdb/pengantin-putri-jenggolo-
tatacara-perkawinan-di-sidoarjo/)
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 11, No. 2 Tahun 2021

Terdengar bunyi Gending Jawa Timuran sayup- Pak Kriyo menyatakan keheranannya mengapa tamu
sayup, dalang menceritakan keadaan yang punya hajat telah tersebut sangat menginginkan berada di Dusun Karang
kedatangan tamu dari jauh yang akan mencari Bunga Kedempel karena meskipun Dusun Karang Kedempel
Wijoyo Mulyo, Gending berhenti. Terjadi dialog antara Pak sangat indah, tetapi belum pernah ada tamu yang benar-
Kriyo dan Pak Tetep : benar ingin mengunjunginya.
P. Kriyo : Tejo-tejo laksono tejane wong anyar katon, ilang P. Tetep : sebab adoh saking SUROLOYO (saget diganti
tejane jumleger kari rumangsane, ndiko niku sinten ? Lan alamat manten lanang).
ndugi pundi pinangkane ? Kula ajeng madosi nggriyane MBOK DEWI PERTIMAH
Pada dialog pertama yang diucapkan oleh Pak Kriyo (diganti jenenge ibune manten wedok). Sing gadah ingon-
(Perwakilan keluarga pihak pengantin putri ), merupakan ingon pitek doro arane SEKAR WIJOYO MULYO sing
sebuah kalimat pembuka yang berupa parikan untuk durung gogrok sarine.
menyambut tamu yang datang. Isi dari kalimat penyambutan Pak Tetep menjelaskan jika tujuannya berada di Dusun
untuk tamu yang datang (keluarga dari pihak pengantin Karang Kedempel adalah untuk mencari rumah Mbok
putra) adalah menanyakan asal usul tamu dan keperluan apa Dewi Pertimah. Nama Dewi Pertimah diambil dari nama
yang menjadi sebab tamu-tamu tersebut datang berkunjung. bidadari di khayangan. Nama tersebut dalam Dialog Loro
P. Tetep : Nami kula Pak Tetep saking SUROLOYO (saget Pangkon juga dapat diganti dengan nama asli dari ibu
diganti alamat manten lanang). Lha sebalike, ndiko niku pengantin putri.Adapun yang dimaksud dengan pitek doro
sinten? Lan niki deso pundi? Sekar Wijoyo Mulyo sing durung gogrok sarine adalah
P.Tetep (Perwakilan keluarga pihak pengantin putra) pun Sang ibu tersebut memiliki anak perempuan yang masih
menjawab bahwa dirinya beserta seluruh rumbongan berasal gadis. Pitik doro yang berarti burung merpati, adalah
dari Suroloyo. Suroloyo dalam konteks ini merujuk bahasa simbol kesetiaan dan cinta. Pengantin putri diharapkan
kawi dalam kitab-kitab karya Mpu Panuluh yang memiliki memiliki sifat yang setia, amanah terhadap suami, dan
arti khayangan. Adapun Khayangan sendiri diyakini sebagai memiliki cinta yang terus mengalir sepanjang hidupnya.
suatu tempat yang sangat indah tempat dewa dan dewi Penyebutan Sekar Wijaya Mulyo menjadi acuan karena
bersemayam. Dalam dialog Loro Pangkon, tempat asal memiliki arti “bunga yang baik dan sempurna”
rombongan pengantin putra dapat dijawab sesuai dengan menandakan bahwa pengantin putri tersebut mempunyai
desa atau kota yang sebenarnya akan tetapi untuk banyak kelebihan, tepat untuk dinikahi dan menjadi
pemaknaannya harus memiliki kiasan atau persamaan seorang istri. Keberadaan pitek doro Sekar Wijoyo Mulyo
dengan sesuatu yang indah. Sehinga, keindahan asal usul ini lah yang melatarbelakangi Pak Tetep dan keluarga
tempat tinggal pengantin putra dapat menarik keluarga datang ke Dusun Karang Kedempel.
pengantin putri dan dialog dapat dilanjutkan. P. Kriyo :waduh... dik, cocok temen ndiko niku sebab...
P. Kriyo : Dipun tepangake mawon, kula niki Pak Kriyo nggih ngriki nggriyane Mbok DEWI PERTIMAH (diganti
Julig, lan niki Dusun Karang Kedempel (diganti alamat sing jenenge ibu manten wedok). Laniku tiyange sing damel
gadhah damel / manten wedok). rasukan werni ... (warna kelambine ibu manten wedok ).
Pak Kriyo sebagai perwakilan keluarga dari pengantin putri Pak Kriyo memberi tahu jika Pak Tetep dan keluarganya
juga memperkenalkan diri. Sedangkan Dusun dimana tamu- telah sampai di rumah yang dituju. Mbok Dewi Pertimah
tamu tersebut berpijak adalah Dusun Karang Kedempel. terlihat memakai baju berwarna.
Karang Kedempel adalah desa yang paling tentram, indah, P. Tetep : Lah pundi cak, sing arane pitek doro SEKAR
dan mulia karena merupakan tempat sabdapalon berada yang WIJOYO MULYO?
sebelumnya dikenal dengan Desa Semar dalam pewayangan. Keberadaan pitek doro Sekar Wijoyo Mulyo (Pengantin
Dalam dialog Loro pangkon, tempat yang disinggahi tamu putri) pun ditanyakan oleh Pak Tetep
yang merupakan rumah dari keluarga pengantin putri dapat P. Kriyo : Laniku sing lungguh kuwade. Lak ayu toh
disebutkan dengan nama tempat yang sesungguhnya dan bocahe ?!
tetap harus memiliki kiasan atau persamaan dengan sesuatu Pak Kriyo menunjuk ke arah kuwade yang merupakan
yang indah. Sehingga, tamu (keluarga pengantin putra) singgasana pengantin putri (tempat duduk pengantin)
merasa nyaman ketika berkunjung P. Tetep : wah...ayu tenan putri iki, tapi sayange silike
P. Tetep : Nek ngoten mboten keliru anggen kula teko ngriki rodok jeber.
wau. Pak Tetep menyatakan kekaguman atas kecantikan
Jawaban dari kedua belah pihak yang menyenangkan pengantin putri, tetapi sedikit mempermasalahkan sesuatu
membuat interaksi semakin intens. Pak Tetep pun yang sebenarnya normal. Demikian juga pada kehidupan
menyatakan kelegaan hatinya karena telah sampai di tempat nyata, apabila pihak keluarga mencari pasangan untuk
yang tepat. Tempat yang selama ini dicari oleh keluarga anak-anaknya maka tidak ada pasangan yang sempurna
besar dan diidam-idamkan sejak lama. karena sesungguhnya penyatuan keduanyalah yang
P. Kriyo : lha kok... ndiko kondo ngaten sebape nopo? membuat sepasang pengantin itu menjadi sempurna.
Pentingnya penerimaan atau konsensus yang mendasari
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 11, No. 2 Tahun 2021

terjalinnya hubungan untuk membangun rumah tangga yang P. Kriyo : Jembele?


harmonis menjadi salah satu kunci keberhasilan pasangan Jembel ayam yang dimaksud adalah tonjolan daging yang
suami istri dalam berkeluarga. menyerupai kulit ayam, terletak di bawah paruh dan sekitar
P. Kriyo : Kabeh manungsa iku sikile jeber, lek gak jeber yo leher. Bentuk fisik jembel ayam dapat menunjukkan
sikile jaran. ketangkasan ayam jago ketika bertarung
Lah... sing diko gowo niku nopo? P. Tetep : Sumber Kromojoyo
Pak Kriyo menjawab setiap pertanyaan yang dilontarkan Pak Sumber Kromojoyo berarti sumber kebaikan. Dalam hal ini
Tetep mengenai kegundahan Pak Tetep ketika melihat pitik menunjukkan bahwa tingkah laku pengantin putra sesuai
doro. Pak Kriyo pun menyampaikan jika keadaan fisik dengan jiwa laki-laki yang sesungguhnya. Menjadi role
maupun psikis pitik doro saat itu merupakan sesuatu yang figur untuk istri dan keluarga, karena segala perbuatan
normal terjadi dan tidak perlu dikhawatirkan. Pak Kriyo kepala rumah tangga menjadi acuan perilaku istri dan
mengalihkan pembicaraan dengan menanyakan apa yang keluarganya. Maka diharapkan, pengantin putra yang
dibawa keluarga Pak Tetep. memiliki segala sifat baik dapat membimbing istri dan
P. Tetep : Sing kula beto niki pitik... Jago arane WIRING anak-anaknya kelak sehingga menjadi keluarga yang
KUNING. harmonis
Pak Tetep membawa Ayam Jago Wiring Kuning yang P. Kriyo : Jenggere?
merupakan ayam jantan petarung. Ayam Jago ini memiliki Jengger merupakan tonjolan daging yang menyerupai
fisik yang lebih kuat, dibandingkan dengan ayam jantan mahkota di atas kepala ayam. Bentuk fisik jengger ayam
yang lainnya. dapat menunjukkan seberapa tangguh ayam petarung
P. Kriyo :Wah...wah...wah sae temen jago ndiko niku dik? tersebut. semakin tebal jengger ayam, dengan posisi yang
Keistimewaan Ayam Jago Wiring Kuning dari bentuk fisik menonjol ke belakang menandakan ayam tersebut
dan kekuatanya menjadi kebanggaan dan simbol bahwa bermental tangguh, tidak mudah dikalahkan lawan karena
pengantin putra dapat menjadi pelindung bagi pengantin dapat menahan rasa sakit. Sama dengan pengantin putra
putri, mampu menjaga istrinya hingga akhir hayat. yang diharapkan mampu bertanggung jawab atas
Tapi jago ndiko niku nopo dhuweni pasemon? kehidupan keluarga kecil yang dibangun baik suka maupun
Selain dari sifat bawaan Ayam Jago Wiring Kuning, Pak duka.
Kriyo menanyakan keunggulan-keunggulan lai yang dimiliki P. Tetep : Mas Ginepeng
ayam tersebut Penyebutan Mas Ginepeng merujuk pada benda pipih yang
P. Tetep : lho... nggih mesti nggadah, wong niki jago berharga seperti emas, gelang, dan binggel. Jembel ayam
PATHINGAN. yang menyerupai Mas Ginepeng berarti bentuknya pipih
Pak Tetep menjelaskan bahwa seluruh bagian tubuh Ayam bertengger di kepala ayam sehingga menyerupai mahkota.
Jago petarung memiliki keistimewaan Kegagahan ciri fisik ayam petarung ini lah yang
P. Kriyo : Amit, dik kula tak melok takon endase niku diagungkan karena memang kekuatannya sebagai ayam
namine nopo? petarung dapat membuat lawan ketakutan. Sama seperti
Pak Kriyo menanyakan perihal kepala ayam. Makna yang pengantin putra yang dapat mengontrol perilaku
sebenarnya adalah untuk mengetahui bagaimana pola pikir keluarganya sehingga lebih disegani dan dihormati
pengantin pria. Apakah dapat menjadi bijaksana sebagai P. Kriyo : Matane?
kepala rumah tangga dan mampu menghadapi segala macam Mata Ayam Jago petarung selalu diperhatikan. Apabila
sifat perempuan yang menjadi istrinya dengan kepala dingin. ayam jago tersebut memiliki cekungan mata yang dalam
P. Tetep : Endase arane CEPUK enggih CUPU MANIK dengan bola mata yang kecil tetapi mampu memandang
MOYO tajam, artinya ayam tersebut peka terhadap sekitar,
Cepuk atau Cupu merupakan istilah yang digunakan oleh memiliki tingkat sensitivitas yang tinggi sehingga dapat
Orang Jawa untuk menyebut “wadah” atau tempat untuk memperkirakan serangan lawan. Hal ini memiliki arti
meletakkan barang-barang. Adapun Manik berarti kecil, dan bahwa pengantin putra sebagai kepala rumah tangga harus
Moyo yaitu baik atau mulia. Cupu Manik Moyo biasanya memiliki kepekaan yang tinggi terhadap kebutuhan rumah
digunakan sebagai tempat benda-benda pusaka. Benda tangganya dan mampu melindungi keluarga dari segala hal
pusaka merupakan benda yang paling berharga dan yang tidak diinginkan berkat kewaspadaannya.
keberadaannya mendapat perawatan dan penjagaan P. Tetep : Mirah Delimo nggih Sumber Lilen
sedemikian rupa oleh pemiliknya. Siapa yang memiliki Istilah Mirah delimo merujuk pada nama batu permata.
benda pusaka dipercaya sebagai seseorang penting yang Batu permata merah delima memiliki kwalitas yang sangat
memiliki kehormatan, kekuasaan, dan kekuatan. Makna bagus karena kejernihan dan kilau batunya. Adapun
dibalik Cupu Manik Moyo ini lah yang memberikan Sumber lilen berarti sumber cahaya. Istilah ini merujuk
gambaran bahwa pengantin putra memiliki pemikiran luar pada nama kumbang yang dapat memancarkan warna pada
biasa sehingga dapat bertindak arif dalam menjalankan tubuhnya. “Mirah Delimo nggih Sumber Lilen” berarti
kehidupan sebagai kepala rumah tangga. menunjukkan bahwa mata ayam jago wiring kuning
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 11, No. 2 Tahun 2021

memiliki kilat jernih yang menandakan tingkat akurasi P. Tetep : SIPAT JENTIK KUMOLO NETRO enggih KYAI
pengelihatan yang tajam. Kebanyakan ayam jago wiring DEWO RENGKO
kuning memiliki mata berwarna kuning terang seperti Sipat Jentik Kumolo Netro merupakan kiasan kata dari
cahaya pada sumber lilen. Karakteristik ini sesuai dengan “jentik” berarti jari kelingking manusia yang berukuran
sifat-sifat yang harus dimiliki pengantin pria. kecil. Kumolo yang berarti bulat, dan Netro yang berarti
P. Kriyo : Cucuke? mata atau dapat dilihat. Jadi meskipun terlihat kecil, dan
Paruh ayam jago wiring kuning yang panjang melengkung bulat tetapi jalu ayam jago yang memiliki fungsi sebagai
menandakan ayam tersebut adalah petarung hebat yang senjata saat bertarung sangat mematikan.
dapat menyerang dan bertahan. Demikian pula dengan P. Kriyo : Lha niku nopo tegese?
pengantin putra yang harus bisa memfilter setiap perkataan Pak Kriyo menanyakan maksud dari istilah “ Kyai Dewo
sehingga tidak akan menyakiti orang-orang yang berbicara Rengko”.
dengannya. P. Tetep : Jalune, gede dowo ireng blongko
P. Tetep : Sembrani lanang Adapun maksud dari Jalu Kyai Dewo Rengko adalah
Istilah “Sembrani lanang” merujuk pada besi yang memiliki singkatan dari kata gede dowo ireng blongko. Istilah Dewo
daya tarik kuat sehingga besi ini dianggap sempurna untuk Rengko ini dipakai oleh masyarakat Sidoarjo khususnya
digunakan. Hal ini menunjukkan bahwa pengantin putra saat melakukan dialog merebut Ayam Jago Loro Pangkon
memiliki kharisma yang menonjol dan hanya berbicara untuk menunjukkan keperkasaan pengantin pria sehingga
apabila hal yang dibicarakan memiliki manfaat. bahasanya diperhalus agar ungkapan yang tabu menjadi
P. Kriyo : Ulese? lebih santun.
Ules yang ditanyakan Pak Kriyo adalah warna pada bulu P. Kriyo : Amit sewu nggih dik, jago ndiko niku mboten tau
ayam jago. Dari warna bulu ayam dapat diketahui tarung tah lakok jalune budel?
bagaimana kondisi ayam jago tersebut. apabila bulu ayam Pak Kriyo mempertanyakan perihal jalu ayam jago wiring
terlihat kusam berarti menandakan ayam tersebut liar, kuning yang terlihat tumpul. Karena jalu yang tumpul
kurang terawat , bahkan kesehatannya mengkhawatirkan. biasanya menandakan ayam jago yang tidak pernah
Namun apabila warna bulu ayam jago terlihat bersih, dan bertarung. Sebenarnya, pertanyaan ini masih mengarah
memiliki kilau warna yang tajam maka ayam jago tersebut pada aktivitas seksual pengantin.
dalam keadaan baik dan sehat. P. Tetep : Ambakno budel tapi niki ndrawasi, sebab
P. Tetep : Monco warno enggih niku putih, abang, kuning, ngabluk sepisan mawon saget aboh wulan-wulanan. Sing
ireng, karo ijo kenek kablok anehe numani, derek.
Pak Tetep menjelaskan bahwa ayam jago tersebut memiliki Pak Tetep menjelaskan keadaan ayam jago wiring kuning
lima macam warna bulu yaitu putih, merah, kuning, hitam, yang memiliki jalu tumpul tetapi menakutkan karena
dan hijau. Masing-masing warna bulu memiliki arti apabila terkena serangannya dapat menyebabkan
tersendiri. Warna putih menunjukkan kebaikan dan pembengkakan. Anehnya, lawan merasa senang untung di
kesucian. Warna merah menunjukkan keberanian. Warna serang meskipun pada akhirnya mengalami pembengkakan.
kuning menunjukkan kemuliaan. Warna hitam menunjukkan P. Kriyo : Pinten wulan abohe, dik?
keabadian, dan Warna hijau menunjukkan kesuburan. Pak Kriyo menanyakan berapa lama pembengkakan yang
P. Kriyo : Lha sakniki swiwine, dik? terjadi.
Pertanyaan berikutnya adalah mengenai kondisi sayap ayam P. Tetep : Sangang wulan sepuluh dino, saged waras nek
jago sampun dicelukno bandar togel.. eh kliru, dukun bayi.
P. Tetep : Swiwine BELAH JAGAD nggih PAMEKAR Waktu terjadinya pembengkakan adalah selama sembian
JAGAD bulan sepuluh hari. Yang dimaksud adalah pengantin putri
“Swiwine Belah Jagad” artinya sayap ayam jago wiring bisa hamil dan mengandung selama sembilan bulan lebih
kuning sangat kuat dan mudah menangkis serangan lawan sepuluh hari sehingga memerlukan bantuan dukun bayi
saat bertarung sehingga di istilahkan dapat memotong atau atau bidan yang dapat membantu proses kelahiran.
membelah dunia. Adapun makna yang sebenarnya adalah P. Kriyo : Lha cekere, dik?
pengantin putra merupakan sosok yang tangguh dan pekerja Ceker merupakan kaki ayam jago.
keras sehingga dipercaya mampu menjadi tulang punggung P. Tetep : SAPU JAGAD nggih CEKEL BUMI
keluarga yang bertanggung jawab. Sayap diibaratkan seperti Sapu memiliki fungsi sebagai alat yang digunakan untuk
tangan pengantin pria yang mampu bekerja keras untuk membersihkan lantai, dan jagad atau bumi lah yang
memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. menjadi lantainya. Cekel bumi artinya memegang bumi.
P. Kriyo : Lhanek jalune, dik? Makna sebenarnya yaitu pengantin pria memiliki karakter
Jalu merupakan senjata ayam jantan yang juga berfungsi yang jujur dalam bekerja, dan bertanggung jawab atas
untuk melindungi diri. Jalu berada di area kaki ayam yang setiap pekerjaannya sehingga dapat dipercaya menjadi
mencuat runcing. seorang pemimpin.
P. Kriyo : Lha nek buntute?
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 11, No. 2 Tahun 2021

Buntut merupakan ekor ayam jago. Adapun sedulur papat yaitu dari arah utara, barat, timur,
P. Tetep : KLUWUNG NGELAK nggih tebu sak uyun selatan dan yang ke lima (pancer) merupakan ari-ari.
sineret. Masyarakat di Sidoarjo khusunya yang menganut aliran
“Kluwung” merupakan istilah yang digunakan masyarakat kejawen mempercayai bahwa kelak saudara setiap manusia
sidoarjo untuk menyebut pelangi, dan “Ngelak” artinya (ari-ari) yang dikuburkan ketika bayi lahir akan bersaksi
melengkung. Apabila diartikan secara keseluruhuan, maka dihadapan tuhan perihal apa saja yang telah dikerjakan
diketahui bahwa bentuk pelangi melengkung dan cenderung saudara kembarnya yang ada di bumi. Saudara kembar
mengikuti bentuk bumi. Makna yang sebenarnya adalah yang dimaksud adalah manusia pemilik ari-ari tersebut,
penngantin putra mampu menjadi sosok yang sabar, welas yang lahir bersama dengan ari-ari tersebut. Dengan
asih, dan pengertian dalam menghadapi segala sifat istrinya. mengingat adanya pancer wali, maka pengantin putra
Pengantin putra menyadari jika seorang laki-laki tidak boleh diharapkan senantiasa menjaga tingkah lakunya selama
kasar, memaksakan kehendak, dan egois terhadap istrinya hidup di dunia dan ketika berumah tangga.
karena seorang wanita memiliki hati yang lembut sehingga P. Kriyo : Pangkringane nopo?
apabila mendapatkan perlakuan yang kasar akan sangat Pangkringan merupakan kandang ayam jago atau bisa juga
terluka. Oleh karena itu, pengantin putra yang menjadi merujuk pada tempat ayam jago berpijak.
seorang suami harus bisa membimbing istrinya dengan baik P. Tetep : KAYU KRIDO MANDERO RINENGGO
dan sepenuh hati agar komunikasi diantara keduanya ASMORO
berjalan lancar sehingga cinta dalam pernikahan keduanya Kayu merupakan makna kayu yang sebenarnya. Adapun
bertahan lama. Krido mandero berarati yang diusahakan. Rinenggo berarti
Adapun tebu sineret merupakan tebu satu ikat yang dibawa memiliki fungsi untuk diduduki, dan asmara adalah cinta.
sehingga apabila dilihat dari kejauhan tampak berwarna- Jadi, makna yang terkandung pada istilah “ Kayu krido
warni karena pada setiap batang tebu memiliki corak dan mandero rinenggo asmoro “ adalah kursi yang terbuat dari
warna yang berbeda. Arti dari tebu sineret ini adalah kayu dan dikerjakan untuk tempat duduk pengantin. Kursi
berbagai macam sifat baik pengantin putra yang akan terus yang dimaksud adalah “kuwade” atau pelaminan.
diterapkan selama hidup berumah tangga. P. Kriyo : Turune?
P. Kriyo : Lha jago ndiko nPiku pakane nopo? Pak Kriyo menanyakan tempat tidur ayam jago wiring
Pak Kriyo menanyakan makanan ayam jago tersebut. kuning.
P. Tetep : Nggih pakane sego putih iwak ati, jangan kluwih, P. Tetep : Kloso ginelar arane AJI GONDHO, BANTAL
tegese samu barang gawe kudu didasari ati suci supoyo PIWARAH, KEMUL PITUTUR, Kurungane lair karo batin
luwih-luwih rejekine. mudune JENGKAR GULING KURSI GADING.
Dalam dialog Loro Pangkon ini Pak Tetep menjawab jika Kloso ginelar memiliki arti tikar yang dibentangkan,
“sego putih iwak ati dengan jangan kluwe “ lah yang sedangkan aji gondho, bantal piwarah, kemul pitutur
menjadi makanan ayam jago wiring kuning. “sego putih merupakan istilah-istilah kiasan yang berisi tentang nasehat
iwak ati, jangan kluwe” dalam bahasa indonesia yaitu nasi pernikahan. Dahulu, masyarakat sidoarjo jika
putih dengan lauk hati sapi, disertai dengan sop rebung yang melaksanakan akad nikah tidak duduk di atas kursi,
memiliki makna bahwa segala sesuatu yang diniatkan baik melainkan duduk lesehan dengan menggunakan tikar,
karena Tuhan Yang Maha Esa, akan menuju pada kebaikan- kemudian akan mendapatkan nasehat dari orang tua,
kebaikan yang tidak ada habisnya.”Jangan kluwe” kerabat, tokoh adat, maupun tokoh agama. Akad nikah
menunjukkan bahwa kebaikan yang banyak dilakukan akan yang telah dilaksanakan menunjukkan bahwa ke dua
menjadi penyebab datangnya rezeki yang berkah. pengantin telah mendapatkan tempat duduk atau derajat
P. Kriyo : Terus nek empun ngoten ngumbene nopo dik? yang lebih tinggi karena telah 006Dxenjalankan Sunnah.
Ngumbe yang dimaksud Pak Kriyo adalah minuman ayam Istilah Jengkar Guling Kursi Gading ini lah yang mnjadi
jago wiring kuning tersebut. simbol pengantin telah mendapatkan kedudukan yang
P. Tetep : Nggih boten mesti terkadang towak, topi miring... mulia.
he keliru... wadah kawah condro dimuko isine banyu durgo P. Kriyo : Amit, sewu nggih dik! Kari siji sing ajeng kula
panggoso-ongso, sing ngombeni sedulur papat limo pancer. takokno tapi kula kok sungkan.
Penyebutan wadah kawah condro dimuko yang diibaratkan Dialog yang ditanyakan Pak Kriyo di atas sebagai tanda
sebagai gelas minum ayam jago merupakan tempat untuk memperpanjang obrolan yang menunjukkan bahwa
menempa atau mendidik para dewa dalam cerita keluarga Pak Kriyo tertarik dengan ayam jago wiring
pewayangan. Adapun berisi “banyu durgo” memiliki arti kuning milik keluarga Pak Tetep.
nafsu yang besar. Namun, nafsu dalam artian bahwa P. Tetep : Lho ndiko tangglet mawon, mboten usah
pengantin putra memiliki semangat yang tinggi , menyukai sungkan-sungkan teng kula.
tantangan sehingga siap untuk menghadapi segala macam Pak Tetep mempersilahkan Pak Kriyo untuk melanjutkan
ujian hidup. pertanyaan-pertanyaannya.
P. Kriyo : O.. nek ngoten kula takon, teleke jenenge nopo?
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 11, No. 2 Tahun 2021

Telek merupakan kotoran yang dihasilkan oleh ayam jago janji mboten endo kula sabet Kyai Srampat sido rondo bojo
wiring kuning. ndiko !
P. Tetep : Jenenge WADU TRI ROSO MUNGGUH tegese Pak Kriyo memenuhi tantangan Pak Tetep untuk bertarung
WADU niku wadah, TRI niku telu, roso mpun ngarani nggih merebut ayam jago wiring kuning.
niku tali roso, roso tali, roso sejati nggih sejatine roso. KADADEANE TARUNG REBUT JAGO PANGKON,
Wadu merupakan wadah, telu adalah tiga, rasa yang ANTARANE PAK TETEP KARO PAK KRIYO, SING
sebenarnya adalah rasa atau unsur-unsur yang dapat kita DIMENANGNO PAK KRIYO.
sadari keberadaannya dalam berbagai wujud. Adapun makna Pertarungan untuk memenangkan hak milik atas ayam jago
yang sebenarnya adalah komponen-komponen penting wiring kuning didapatkan oleh Pak Kriyo. Ayam jago yang
sebagar syarat wajib pernikahan yaitu terdapat penghulu, telah didapatkan oleh Pak Kriyo ini sebagai simbol bahwa
pengatin, dan saksi. pengantin laki-laki sangat diharapkan keberadaannya dan
P. Kriyo : Lha kawti mau jago ndiko kok nyekruk mawon telah diterima dengan sepenuh hati oleh keluarga pengantin
nopo mboten tau kluruk jago ndiko niku? putri.
Pak Kriyo menanyakan mengapa ayam jago wiring kuning P. Tetep : Mpun-mpun kula kalah kaleh ndiko, lha sakniki
milik keluarga Pak Tetep tidak pernah berkokok bahkan monggo jago ndiko beto.
sekadar mengeluarkan suaranya. Ayam jago wiring kuning diserahkan oleh Pak Tetep
P. Tetep :sak umur-umur, kluruk sepisan wayahe jam wolu kepada Pak Kriyo.
esuk dadep kalih Bapak Pengulu, moden, karo poro saksi, P. Kriyo : Nek ngoten jago kula tampi bareng ning
diwulang selaras kalih agamane. samirah, monggo sederek sedoyo mlebet teng sentong
Pak Tetep menjawab jika ayam jago wiring kuning milik tengah.
kelurganya hanya berkokok sekali seumur hidup, yaitu pada Pak Kriyo menerima ayam jgo tersebut, sekaligus
jam delapan pagi yang lalu. Maksud yang sebenarnya adalah mempersilahkan tamu (keluarga Pak Tetep) untuk masuk
pengantin pria hanya melaksanakan akad nikah satu kali ke dalam tempat yang telah disediakan. Keluarga dan tamu-
yang disaksikan oleh penghulu, dan saksi sesuai dengan tamu inilah yang memenuhi undangan resepsi pernikahan.
persyaratan pernikahan dalam agama islam. Akad yang GENDIK NING SAMIRAH (GEDING JAWA TIMURAN),
hanya satu kali ini menunjukkan bahwa pengntin pria setia P. TETEP NYERAHNO NANG PAMANGKU KHAJAD.
terhadap pasangannya sehingga menikah hanya satu kali DISERAHNO NANG PAMANGKU KHAJAD.
seumur hidup. MARINGONO DILAKSANAKNO UPACARA TEMU
P. Kriyo : Derek, sak sampune kula ngerti njelentrehe jago MANTEN PUTRI JENGGOLO, KARO NYERAHNO
ndiko niko kok kula kepingin ngopeni UBORAMPE RUPO SANGGAN, JODANG, ONGKEK
Mbok nek angsal kula pek e nopok o? KARO SAK LIYA-LIYANE.
Setelah mendengarkan banyak kelebihan ayam jago wiring Setelah berdialog dan menemukan kecocokan,
kuning milik keluarga Pak Tetep, Pak Kriyo ingin memiliki selanjutnya yang terjadi adalah adegan perebutan Ayam
ayam tersebut. jago Loro Pangkon yang dimainkan anggota Pencak Seni
P. Tetep : Lho kok lancang pangucap ndiko niku? Saged khusus. Pencak seni dalam Budaya Loro Pangkon ini
ndiko ngepek jago niki asal empun saged nggraji angin. berbeda dengan pencak silat yang dikhususkan sebagai bela
Pak Tetep merasa ucapan Pak Kriyo yang ingin memiliki diri. Pencak seni memiliki karakteristik pada gerakan
ayam jago wiring kuning milik keluarganya tidak lah sopan jurusnya yang berbeda, yaitu lebih indah. Meskipun tetap
sehingga Pak Tetep memberikan persyaratan yang menggunakan gerakan dasar yang sama pada pencak silat
sebenarnya tidak mungkin untuk dilakukan, yaitu memotong kecuali gerakan guntingan yang bertujuan untuk
agin. mematikan atau mengunci gerakan lawan, di dalam pencak
P. Kriyo : Waduh dik sumbar ndiko koyok isok mutungno seni memiliki karakteristik sendiri yang berbeda-beda
wesi ngligen, wani ndilat wesi abang. sesuai dengan perguruan pencak yang diikuti.Pemain
Sak niki oleh mboten oleh kula jaluk jago ndiko! pencak seni dalam adegan Loro Pangkon berjumlah enam
Pak Kriyo merasa tertantang atas ucapan Pak Tetep sehingga orang, yaitu dua pemeran utama, dan empat pendekar. Dua
Pak Kriyo berniat untuk melawan Pak Tetep yang pemeran utama adalah yang melakukan dialog yaitu
diumpamakan dapat menyentuh besi yang masih panas sebagai perwakilan dari keluarga pengantin putri dan
akibat persyaratannya yang tidak masuk akal. perwakilan dari keluarga pengantin putra. Sedangkan
P. Tetep : Nek ngoten, wantun ndiko kalih kula? empat pendekarnya adalah yang bertarung.
Pak Tetep kembali menanyakan apakah Pak Kriyo sungguh- Masing-masing pihak pengantin memiliki dua
sungguh akan bertarung untuk melawan dan mendapatkan jagoan untuk bertarung merebut ayam jago wiring kuning.
ayam jago wiring kuning tersebut. Namun formasi pemain ini dapat berubah dan disesuaikan
P. Kriyo : Hlo...Hlo... Ba... Ba...Ba, kopat kapit o koyok dengan permintaan dari keluarga yang memiliki hajat
buntute ulo tapak angin, mibero koyok manuk branjangan karena budget yang dibutuhkan juga tidak sedikit. Adapun
attribut yang digunakan oleh pemain dalam Rebut Jago
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 11, No. 2 Tahun 2021

Loro Pangkon adalah pakaian berwarna hitam polos, Aluamah. Mugi sengkolo ingkang sampun tumibo,
bersongkok, dan mengalungkan selendang di bahu atau ndadosaken teguh timbul si jabang bayi ne Penganten
melilitkan kain batik di bagian pinggang. Para pemain ini Kekalih.
tidak menggunakan alas kaki ketika bertarung sehingga Dene ingkang dereng tumibo TINULAK BALIK, amargi
pijakan pada tanah akan lebih kuat dan seimbang dalam sampun dipun tengeri : LINGGO-YONI inggih meniko
menopang tubuh. Selama adegan merebut ayam jago, pipis gandhik lan sekar Telon minongko pasemon Jagat
iringan gendhing Jawa Timur-an terus mengalun memenuhi Tigo Triloka Bawono.
area pertandingan. Sebelum perebutan Jago Loro Pangkon Kanti dipun sekseni dinten pepitu pekenan gangsal, windhu
berlangsung, Pemangku adat membaca mantra khusus6. wolu, sasi kali welas wuku tigang doso, lan sak was
Mantra adat yang tertulis di dalam Kitab Asmorodhahono sangaripun tahun sedoyo lan sedayanipun.
ini harus diikuti dengan sandingan atau sesaji untuk ritual SURO DIROJO JAYANINGRAT LEBUR DENING
Pengantin Putri Jenggolo agar upacara pernikahan PANGASTUTI “
berlangsung dengan baik, mendapatkan rahmat Tuhan Yang Mantra ini dibaca disertai dengan laku sesaji oleh
Maha Esa, dan melindungi pemilik hajat, tamu undangan, Pemangku Adat berupa Cok bakal pepek,Kembang
dan pemain Loro Pangkon dari bahaya. Mantra adat “ setaman dipercik pada kedua kepala mempelai, Kembang
Pengantin Putri Jenggolo’’ini berbunyi : telon, Dupo tumpeng
“ Hong Ulun Basuki Langgeng-Langgeng-Basuki Setelah itu mulailah Pertarungan dalam
Hong Pukulun, kawulo ngaturaken kutuk sekul pethak gondo memperebutkan Ayam Jago Wiring Kuning ini yang
arum, sak kudupe melati, kukuse gondokusumo, mulek disebut sebagai Budaya Loro Pangkon. Selama
angremboko ngebak-i bawono asreping Sang Hyang Jagad pertarungan, iringan gendhing Jawa Timuran akan terus
Jawoto kabeh, miwah igkang mbau rekso Banaspati, mengalun7. Dan apabila pendekar dari pihak Pengantin
Danyang kebuyutan monco sekawan-monco gangsal inggih Putri telah memenangkan pertandingan, maka dilaksanakan
tindhih ukire Karaton Jenggolo Manik-inggih Kabupaten prosesi panggih manten atau pertemuan pengantin.
Sidoarjo. Budaya Loro Pangkon yang menggunakan Ayam Jago
Sumonggo pukulan kawulo ngaturimangeowantah dateng Wiring Kuning sebagai komponennya adalah simbol dari
panggenan meniko, sak-sampunipun sami rawuh perwujuan Pengantin Putra yang memiliki banyak
kalenggahaken lan kajumenengaken wonten ing ngajeng keistimewaan. Ayam jago yang merupakan icon dalam
meniko, kulo ngaturi uningo. upacara adat pernikahan “Pengantin Putri Jenggolo” ini
Bilih ing dinten... Bapak soho Ibu... badhe ndhaup-aken terbuat dari kayu dan bulu-bulu yang digunakan adalah
putro putrinipun ingkang asmo Guk... lan Yuk... Uri-uri bulu ayam jago asli. Ayam Jago seperti namanya “jago”
saking tetilaranipun leluhur Jawi saking Karaton Jenggolo yang berarti jagoan, dapat bertarung hingga titik darah
Manik Sidoarjo. penghabisan. Keberanian ayam jago untuk menghadapi
Anggenipun caos dhahar, sekul suci, benteran suci, kairing lawan mencerminkan bahwa pengantin putra siap menjadi
gedang ayu, suruh ayu, ganteng miwah kembang setaman, seorang pemimpin yang bertanggung jawab atas
ugi kembang telon ingkang kawastanan. Jagat-TRI-LOKA- keluarganya, melindungi istri dan anak-anaknya dari segala
BAWONO, mangerti dateng tumuruning BETHORO bentuk gangguan dan ancaman.Ayam jago yang berkokok
KOMOJOYO lan DEWI RATIH minongko pasemon di pagi hari ketika sebagian besar makhluk hidup masih
tumuruning wiji manungso saking kahyangan SUNYO- tidur menunjukkan bahwa ayam merupakan binatang yang
RURI. istimewa. Sama halnya dengan pengantin putra yang
Sumonggo pukulan, kulo aturi sari-sarining sesaji ing panutan keluarganya untuk memulai segala hal dalam
ngajeng meniko-sak-sampunipun panjenengan Gondo, kehidupan sejak bangun tidur hingga tidur lagi.
panjenengan roso, yen wonten kekirangan lan wonten Simbol ayam lebih tepat utuk disematkan pada
lepatipun, kulo nyuwun agunging pangaksami. figur laki-laki khususnya laki-laki jawa yang memiliki
Mboten langkung kajad niatipun Bapak soho Ibu ... banyak kelebihan, masyhur dan berkuasa seperti para raja
anggenipun ndhaup-aken putro lan putrinipun kekalih cenderung memiliki banyak istri. Namun demikian, ayam
ingkang asmo Guk...lan Yuk...dipun paringi WIDODO jago wiring kuning memiliki karakteristik tertentu baik dari
WICAKSONO, WORO NUGROHO, sageto kasembadan sifat dan fisiknya mencerminkan pengantin putra yang di
menopo ingkang dipun suwun, lan kinabulan menopo dalam hatinya siap berkomitmen setia pada ikatan
ingkang dipun guyuh. pernikahannya dengan satu wanita yang menjadi teman
Ugi nyumerepi jabang bayi ne pengantin kekalih, ingkang hidupnya. Loro Pangkon memiliki makna “loro sak
manjing sifat kodrat anasir sekawan perkawis, (banyu, geni, durunge kelakon” yang artinya merasakan sakit sebelum
bumi, angin) ugi kasebat : Mutmainnah, Amarah, Supiah lan mendapatkan suatu hasil. Sakit dalam pengertian ini adalah

6 7
Mulyanto, Edi Suwatno. Bentuk dan Fungsi Teks Mantra. Setiawan, Aris, dkk. 2017. Jula-Juli Pandalungan dan
Balai Bahasa Daerah Istimewa Yogyakarta. Surabayan Ekspresi Budaya Jawa-Maadura dan Jawa Kota. Journal vol.18
(https://kaderabahasa.kemdikbud.go.id) No.1. Journal.isi.ac.id
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 11, No. 2 Tahun 2021

perjuangan pengantin pria untuk mendapatkan hati dilaksanakan dengan tertib dan benar sehingga Pengantin
pengantin putri, menghormati, dan memuliakan pengantin yang dirias tidak hanya cantik dipandang tetapi juga
putri melalui “Rebut Jago Loro pangkon“ yang di dalamnya bahagia pada hari pernikahannya. Adapun Surat Kabar
adalah pertarungan sekaligus ajang untuk menunjukkan Surabaya Post9 memfokuskan tulisannya pada Pengantin
keunggulan diri bahwa pengantin putra memang layak Putri Jenggolo yang terinsiprasi dari berbagai macam
menjadi suami pengantin putri sehingga orang tua dan peninggalan sejarah dan kebudayaan Kerajaan Jenggala.
keluarga besar pengantin putri bangga dan bisa Relief pada candi-candi, prasasti, petilasan di Sidoarjo
mengandalkannya sebagai seorang menantu. Selain itu, menjadi inspirasi untuk mengembangkan simbol-simbol
makna “loro sak durunge kelakon” ini juga berlaku selama unik pada ragam tata rias pengantin10 dan busana11 Putri
pengantin putra dan pengantin putri membina rumah tangga. Jenggolo. Pengantin Putri Jenggolo memiliki motif bunga
Seperti kehidupan pasangan pengantin pada tanjung, kenanga, dan gading kuning yang dulu tumbuh
umumnya yang memiliki berbagai macam ujian dalam subur di Kota Sidoarjo. jarit yang digunakan pengantin
kehidupan rumah tangga, pegantin baru akan mengalami berwarna merah bata, cokelat keemasan, hijau, dan juga
banyak penyesuaian dan penerimaan, krisis ekonomi, dan hitam memiliki arti bahwa dahulu terjadi peperangan di
yang lain-lain. Maka, pasangan pengantin ini seharusnya Kerajaan Jenggala sehingga mengakibatkan pertumpahan
lebih banyak bersabar, saling menguatkan untuk darah. Warna merah menyimbolkan penghormatan
menghadapi ujian setelah pernikahan karena pada suatu terhadap perjuangan rakyat yang gugur karena sabetan
masa, kehidupan pasangan suami istri akan menjadi lebih keris dan panah, lalu warna cokelat dan hijau lumut
baik dengan rezeki yang telah tuhan tetapkan. menunjukkan bahwa Kabupaten Sidoarjo dahulu
Selain itu, Loro Pangkon juga memiliki arti yang lain merupakan daerah delta yang banyak rawa-rawa sehingga
meskipun masih dalam konteks sama. “Loro” berasal dari rakyat yang berjuang untuk menghindari musuh dapat
kata “loro” yang dalam bahasa indonesia berarti “dua” dan bersembunyi di tempat tersebut. Demikian juga dengan
kata “pangkon” yaitu memangku. Loro Pangkon berarti Udheng Pacul Gowang yang digunakan oleh Pengantin
sepasang pengantin yang memiliki ikatan dan melandasi Putra, serta Sanggul Keling dan Jamang oleh Pengantin
hubungannya dengan istilah “saling”. Artinya, pasangan Putri mengandung makna filosofi tersendiri. Keistimewaan
tersebut akan menjalani hidup bersama dengan status suami berbagai macam aksesori yang menghadirkan Sosok
dan istri yang saling mencintai satu sama lain, dan saling Pengantin Putri Jenggolo ini lah yang bisa ditonjolkan
menjaga hingga akhir hayat. sehingga masyarakat tertarik dan lebih menghayati
C.Loro Pangkon Menjadi Event Wisata Budaya terhadap objek wisata budaya yang ditampilkan..
Adanya penetapan bahwa Pengantin Putri Jenggolo Sedangkan surat kabar yang memperhatikan perkembangan
dengan Tata Rias, Busana, dan Upacara adat merupakan Pengantin Putri Jenggolo adalah Radar Sidoarjo12 yang
milik Kabupaten Sidoarjo, akhirnya membuat pemerintah juga mengulas istilah-istilah kiasan khusus yang dipahami
mulai menunjukkan kepada masyarakat Kabupaten Sidoarjo oleh Suku Jawa memiliki makna luhur yang terdapat pada
melalui Nikah Massal dalam rangka Hari Jadi Kota Sidoarjo tata rias, aksesoris, busana Pengantin Putri Jenggolo.
yang didukung oleh Badan Amal Zakat Kabupaten Sidoarjo. Misalnya adalah bros Pengantin Putri Jenggolo yang
Beberapa pengantin yang menggunakan adat “Pengantin disebut sebagai Surya Lintang Kencono, lalu Klat bahu
Putri Jenggolo” sengaja dipilih untuk memperkenalkan dan Peksi Jenggolo, dan cincin Lintang Gumiring yang
mempromosikan Pengantin Putri Jenggolo sebab pada saat memiliki bentuk menyerupai stupa pada candi-candi di
itu Bupati Sidoarjo turut menyaksikan sehingga acara Jawa dan terdapat batu permata yang menghiasi sekeliling
berlangsung dengan sangat meriah. Nikah masal Ini cincin.
didukung oleh Pemerintah daerah agar masyarakat yang Tersebarnya informasi melalui surat kabar
kurang mampu mendapatkan legalitas pernikahan. dengan cepat membuat Pengantin Putri Jenggolo dikenali
Euforia Nikah Masal dengan menggunakan upacara oleh masyarakat. Melalui Adi Karya Cipta13 Pengantin
pernikahan adat Pengantin Putri Jenggolo lengkap Putri Jenggolo yang dilaksanakan di Cito Surabaya pada
menampilkan Budaya Loro Pangkon mendapat perhatian tahun 2012 menjadi panggung besar untuk
dari media cetak berupa surat kabar lokal seperti Jawa Pos 8 mempromosikan Budaya Loro Pangkon, sekaligus
yang menerbitkan tulisan bahwa Himpunan Ahli Rias
Pengantin Indonesia “Melati” Sidoarjo mengadakan 9
pelatihan prosesi pra-pernikahan yang pesertanya adalah Rohaniyati. Hasil Galian dari Sejarah Sidoarjo. Surat Kabar
Surabaya Post
perias pengantin Sidoarjo. Pelatihan ini dikhususkan untuk 10
Tim Metropolis. 2011. Terinspirasi Putri Jenggala. Surat
perias sebab perias pengantin adat sudah seharusnya Kabar Jawa Pos
11
memahami bagaimana aturan dalam ritual pernikahannya Tim Metropolis. 2012. Terinpirasi Candi hingga Perang
Saudara. Surat Kabar Jawa Pos
12
Bramanta. Perias Harus Mengerti Bagaimana Prosesi
8
Aisyah, Siti. 2011. Rayakan Ultah ke-152, Pemkab Sidoarjo Pernikahan. Surat Kabar Radar Sidoarjo
13
Adakan Nikah Masal : Pasangan Termuda usia 20 Tahun, Tertua 67. Surat Adi Karya Cipta Nusantara Prosesi Temu Pengantin. 2012.
Kabar Jawa Pos Cito Surabaya. DVD
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 11, No. 2 Tahun 2021

merupakan bentuk wisata budaya yang dapat disaksikan dan berpikir Masyarakat Sidoarjo sehingga mampu
dinikmati. Acara ini menjadi pembuka acara berikutnya memasukkan amanat dalam setiap tutur bahasa yang
seperti seminar14, lomba tata rias pengantin15, dan lomba tata disampaikan. Loro Pangkon menunjukkan kesiapan dan
busana pengantin sehingga cocok dengan asal dan kisah tanggung jawab mempelai pengantin untuk membina
daerah masing-masing. rumah tangga.
Adapun praktik Budaya Loro Pangkon menjadi Setelah pembakuan Pengantin Putri Jenggolo,
potensi wisata budaya ditandai dengan pelaksanaan Kirab Budaya Loro Pangkon mendapatkan perhatian dari
budaya nusantara mulai tahun 2017 pada saat Pawai Budaya pemerintah daerah sehingga ditampilkan dalam acara Hari
yang menampilkan berbagai macam budaya dari daerah- Jadi Kota Sidoarjo dan mendapatkan sambutan baik dari
daerah di Jawa Timur. Keistimewaan Loro Pangkon yang masyarakat sehingga banyak dimuat surat kabar lokal
ditampilkan dan dapat mengingatkan Masyarakat Sidoarjo seperti Jawa Pos, Surabaya Post, dan Radar Sidoarjo. Pada
akan leluhurnya adalah ketika dialog Loro Pangkon perkembangannya Budaya Loro Pangkon Pada pernikahan
menyiratkan suatu makna kehidupan dalam berumah tangga, adat Pengantin Putri Jenggolo menjadi potensi wisata
dan keagungan moralitas manusia yang sudah sepatutnya budaya17 yang ditandai dengan pelaksanaan pawai budaya
dijaga serta bentuk perjuangan dan kegigihan seorang laki- pada tahun 2017 hingga akhir tahun 2019.
laki pemimpin yang ditunjukkan ketika prosesi merebut
Ayam Jago Loro Pangkon. Tidak hanya itu, pawai budaya Saran
ini dapat menambah rasa cinta tanah air yang mendalam Berdasarkan penelitian mengenai Transformasi
sebab ditampilkan simbol-simbol perjuangan Bangsa Budaya Loro Pangkon pada Pernikahan Adat “Pengantin
Indonesia dalam melawan penjajah dan mempertahankan Putri Jenggolo” sebagai Potensi Wisata Budaya di Sidoarjo
kemerdekaan Indonesia. Pemerintah juga menghimbau tahun 2006-2019, peneliti menyampaikan saran sebagai
masyarakat untuk membayar pajak dan menaati peraturan di berikut : 1) Pemerintah Kabupaten Sidoarjo kembali
Kabupaten Sidoarjo melalui spanduk, baliho dan dekorasi memperkenalkan Budaya Loro Pangkon dalam bentuk
kecil yang ditampilkan sepanjang jalan. Pada tahun 2018 upacara adat pernikahan Pengantin Putri Jenggolo yang
Parade Seni Budaya di Kabupaten Sidoarjo menampilkan diadakan secara masal seperti pada tahun 2006 atau
pertunjukan dalam bentuk drama dan tarian daerah yang ditampilkan dalam pameran dan kirab budaya pada
menggambarkan legenda di daerah Kabupaten Sidoarjo perayaan hari-hari besar nasional yang diadakan di alun-
seperti Legenda Candi Pari, legenda ikan kuthuk yang alun Kota Sidoarjo sehingga masyarakat dapat mengenali
banyak ditemukan di desa dengan toponimi kedung. Dan lebih jauh Pengantin Putri Jenggolo sekaligus menambah
pada tahun 2019, Carnaval Surabaya Vaganza menjadi destinasi wisata budaya di Sidoarjo 2) Dewan Pimpinan
media promosi yang baik untuk memperkenalkan Pengantin Cabang Himpunan Ahli Rias Pengantin Indonesia ‘’Melati”
Putri Jenggolo lengkap dengan tata rias, busana, dan prosesi Sidoarjo menggunakan uoacara adat pernikahan “Pengantin
adat yaitu termasuk Budaya Loro Pangkon sehingga Putri Jenggolo” lengkap dengan budaya Loro Pangkon
masyarakat di luar Kabupaten Sidoarjo dapat mengetahui pada saat keluarga besarnya memiliki hajat dan juga
bahwa sidoarjo memiliki keragaman budaya yang unik dan mempromosikan kepada semua client atau calon pengantin
dapat dijadikan sebagai destinasi wisata budaya yang yang akan menggunakan jasa tata rias pengantin mengenai
menarik. Pengantin Putri Jenggolo 3) Wartawan, tokoh publik, dan
pegiat budaya yang telah mengetahui adanya upacara Adat
PENUTUP Pengantin Putri Jenggolo lengkap dengan Budaya Loro
Kesimpulan Pangkon agar menyebarluaskan, dan memberitakan
Budaya Loro Pangkon menjadi salah satu komponen sehingga Pengantin Putri Jenggolo akan terus hidup di
upacara pernikahan adat “Pengantin Putri Jenggolo” yang dalam masyarakat Sidoarjo 4) Masyarakat Sidoarjo yang
sangat penting bagi masyarakat Sidoarjo sebab memiliki mampu untuk melaksanakan upacara adat Pengantin Putri
makna yang medalam. Dialog Loro Pangkon menunjukkan Jenggolo secara lengkap dengan Budaya Loro Pangkon
bahwa masyarakat Sidoarjo ketika bertamu dan menjamu agar menggunakan tata rias tersebut sehingga ciri dari
tamu menunjukkan unggah ungguh atau tata krama. Hal ini pengantin asli Sidoarjo tidak terganti dengan visual
terlihat dalam bahasa arek pada Dialog Loro Pangkon dan pengantin dari daerah lain.
makna kiasan atau pasemon16 yang menunjukkan kecakapan
DAFTAR PUSTAKA
14
Seminar dan Lomba Tata Rias Kemanten Khas Sidoarjo (Putri A. Arsip/Dokumen
Jenggolo) Dalam rangka Pengembangan Kebudayaan dan Pariwisata Arsip Keputusan Dewan Pimpinan Daerah Himpunan
Sidoarjo. Convention Hall Suncity Plaza .DVD.
15
Ahli Rias Pengantin Indonesia “ Melati ” Propinsi
Seminar dan Lomba Tata Rias Pengantin Pesona Gemilang Jawa Timur, Nomor : 002/SKEP.DPD
Adikarya Panca Gaya. 2011. Convention Hall Suncity Plaza. DVD
16
Pasemon merupakan istilah tradisional berupa peribasan,
17
bebasan, saloka, pepindhan, isbat, dan sebagainya. Endraswara, Suwardi. Ismayati. 2010. Pengantar Pariwisata (Jakarta : Gramedia
2005.Foklor Jawa ( Jakarta : Penaku), 21 Widisarana), 1
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 11, No. 2 Tahun 2021

MEL/VIII/2006 Tentang Penetapan Tata Rias, Eka, Putu. 2005. Pengantin Putri Jenggala, Busana Khas
Busana dan Prosesi Upacara Adat Pengantin Putri Pengantin Sidoarjo : Corak dan Riasan Diilhami
Jenggolo, pada tanggal 29 September 2006 di Kerajaan Jenggala Manik. Surat Kabar Radar
Surabaya. Surabaya
Dokumen Data Personil “Penggali dan Pemangku Adat Gumilang, Guslan. 2005. 20 Tahun Telusuri Pengantin
Pengantin Jenggolo” Kabupaten Sidoarjo oleh DPD Jenggala. Surat Kabar Jawa Pos
Harpi Melati Jawa Timur Rohaniyati. 2005. Hasil Galian dari Sejarah Sidoarjo. S
urat Kabar Surabaya Post.
B. Hasil Penelitian/Artikel/Jurnal/Koran Sezaman Bramanta. Perias Harus Mengerti Bagaimana Prosesi
Pusparini, Putri. 2008. Persepsi Simbolik Prosesi Pernikahan. Surat Kabar Radar Sidoarjo
Pernikahan Tradisional Adat Jawa Surakarta Aisyah, Siti. 2011. Rayakan Ultah ke-152, Pemkab
Dalam Upacara Temu Atau Panggih Manten. Sidoarjo Adakan Nikah Masal : Pasangan
Skripsi Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Termuda Usia 20 Tahun, Tertua 67. Surat Kabar
Almamater Wartawan Surabaya Jawa Pos
Siti Rodliyah. 2010. Pandangan Masyarakat Terhadap Tim Metropolis. 2011. Terinspirasi Putri Jenggala. Surat
Tradisi Ngelangkahi Pasangan Sapi Dalam Kabar Jawa Pos
Prosesi Perkawinan Di Desa Kepuh Kecamatan Tim Metropolis. 2012. Terinspirasi Candi hingga Perang
Papar Kabupaten Kediri. Skripsi Universitas Saudara. Surat Kabar Jawa Pos
Islam Negeri
MaulanaMalikIbrahim.http://etheses.uin- C. Buku
malang.ac.id Soelaeman, Munandar, M. 2001. Ilmu Budaya Dasar Suatu
Dyanti, Arista Raras. 2011. Studi Deskriptif Tata Rias Pengantar. Bandung : PT. Rafika Aditama
Pengantin Tradisional “ Putri Jenggolo” Sidoarjo. Tim DPC HARPI “MELATI” Kabupaten
Skripsi Universitas Negeri Surabaya Sidoarjo. 2004. Tata Rias Pegantin “Putri
Susetyowati, Septi. 2014. Study Analisis Bentuk Dan Motif Jenggolo”. Sidoarjo:Dinas Pariwisata Kebudayaan
Ragam Hias Batik Pada Udeng Model Pacul Pemuda Dan Olahraga
Gowang Khas Sidoarjo Jawa Timur. Skripsi Andiyanto, Andiyanto dan Aju Ismi K. 2005. The Make
Universitas Adi Buana Surabaya Over : Rahasia Rias Wajah Sempurna. Jakarta :
Mukaromah, Siti. 2016. Perkawinan Adat Jawa Dalam Gramedia Pustaka Utama
Pemikiran Hukum Islam (Studi Kasus Di Desa Soekarno. 2006. Adat Pengantin Sidoarjo Sebagai Bentuk
Ngrombo Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen). Dan Produk Budaya. Makalah disampaikan pada
Skripsi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) lokakarya/pembakuan pakaian kemanten khas
Salatiga.http://e- Sidoarjo “ PUTRI JENGGOLO “. Sidoarjo 29
repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2849/ Agustus 2006
Shamsidar, Afzalur Edo, dkk. 2018. Modifikasi Tata Rias Tim Penyusun. 2006. Pesona Obyek dan Daya Tarik
Pengantin Muslim Putri Jenggolo Sidoarjo. Jurnal Wisata Sidoarjo. Sidoarjo : Dinas Pariwisata
Tata Rias Universitas Negeri Surabaya. Kebudayaan dan Olahraga.
https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurn Soekanto, Soerjono. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar.
al-tata-rias/article/view/25116/23007 Jakarta : PT.Rajagrafindo Persada
Wijaya, Kencana Ardyani. 2020. Rekayasa Desain Tim Penelusur Sejarah Sidoarjo. 2006. Jejak Sidoarjo Dari
Aksesoris Jamang Pada Tata Rias Pengantin Putri Jenggala Ke Suriname. Sidoarjo : Ikatan Alumni
Jenggolo Terinspirasi Candi-Candi Di Kabupaten Pamong Praja Sidoarjo
Sidoarjo. Jurnal Universitas Negeri Surabaya. Tim DPC HARPI “MELATI” Kabupaten Sidoarjo. 2008.
https://online-journal.unja.ac.id/titian/view/10265 Pengantin Putri Jenggolo. Sidoarjo : Pemkab
Sari, Devi Junita, dkk. 2020. Tata Upacara Perkawinan Kabupaten Sidoarjo
Pranikah Dan Makna Hantaran Pengantin “Putri Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi.
Jenggolo” Sidoarjo. Jurnal Tata Rias Universitas Jakarta : Rineka Cipta
NegeriSurabaya. Ismayati. 2010. Pengantar Pariwisata. Jakarta : Gramedia
https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurn Widisarana
al-tata-rias/article/view/34890 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun
Kartika, Yuni. 2020. Pernikahan Adat Jawa Pada 2009 Tentang Pariwisata
Masyarakat Islam Di Desa Kalidadi Kecamatan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974
Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah. Skripsi Tentang Perkawinan
Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.
Repository.radenintan.ac.id D. Wawancara
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 11, No. 2 Tahun 2021

Sudirman, Penggali dan pemangku adat Pengantin


Jenggolo, Pronoto Coro dan Ketua Seksi
Litbang DPC HARPI “Melati”
Sidoarjo, wawancara Sidoarjo 8 Oktober 2020.
Hj. Nasuha Muhajir, Penggali dan pemangku adat
Pengantin Jenggolo, Tata Rias Pengantin
dan Ketua DPC HARPI “Melati” Sidoarjo,
wawancara, Sidoarjo 27 November 2020.
Sri Hastuti, Sekretaris DPC HARPI “Melati” Sidoarjo dan
Ketua Ranting HARPI Kecamatan Sidoarjo,
wawancara, Sidoarjo 8 Oktober 2020.
Haji Kusman, Penggerak Terbang Jidor At Taubah dan
pemain terbang jidor, wawancara, Sidoarjo 23
Oktober 2020.
Udin, Pengamat Pencak Seni dan Guru Besar Pencak Silat
Perguruan Cakra Sakti, Wawancara, Sidoarjo 28
Oktober 2020.
Agung, Guru besar Padepokan Delta Manunggal dan Pelaku
Loro Pangkon, Sidoarjo 29 Oktober 2020.
Citra, Warga Kabupaten Sidoarjo , wawancara, Sidoarjo
27 November 2020.

E. Internet
Supriyatno, Helmi. 2018. Lestarikan Budaya Pengantin
Jenggolo agar Tak Punah. Bhirawa Online.
https://www.harianbhirawa.co.id/lestarikan-
budaya-pengantin-jenggolo-agar-tak-punah/
Ditwdb. 2019. Pengantin Putri Jenggolo, Tatacara
Perkawinan di Sidoarjo. Kementerian Pendidikan
Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan

Anda mungkin juga menyukai