Anda di halaman 1dari 13

NILAI-NILAI RELIGIUS YANG ADA PADA

SENI BUDAYA TARI JARANAN PEGON

A. Latar Belakang
Islam dalam kehadirannya dimuka bumi ini berbaur dengan beragam
kebudayaan lokal (Local Culture), karena Islam adalah agama universal, Rahmat bagi
semesta alam. Awal masuknya Islam ke Indonesia tidak dalam kondisi masyarakat yang
tidak memiliki budaya, seperti halnya gelas kosong yang kemudian diisi oleh air.
Melainkan telah ada dan berkembang budaya setempat dalam masyarakat Indonesia yang
waktu itu bahkan nama Indonesia itu sendiri belum lahir.
Quraish Shihab, dalam salah satu Kata Pengantar sebuah buku, pernah
menyatakan bahwa berdasarkan analisis MB. Hooker, Robert Hefner, John L. Esposito,
dan William Liddle, keberadaan Islam di Nusantara bercorak sangat spesifik di mana
ekspresinya secara intelektual, kultural, sosial, dan politik bisa jadi, dan kenyataannya
memang berbeda dengan ekspresi Islam yang berada di belahan dunia yang lain. Islam
Indonesia merupakan perumusan Islam dalam konteks sosio-budaya bangsa yang berbeda
dengan pusat-pusat Islam di Timur Tengah. Kenyataan ini bukanlah peristiwa baru,
melainkan berlangsung semenjak awal masuknya agama yang diserukan Muhammad ini
ke bumi Nusantara.1
Terjadinya akulturasi. menjadikan penerapan ajaran Islam yang berkembang
dalam kehidupan masyarakat di Indonesia tidak sepenuhnya sama dengan wilayah
asalnya di Timur Tengah, melainkan penerapannya lebih bercorak keindonesiaan. Namun
demikian, hal tersebut tidak berarti merubah apa yang telah menjadi pokok prinsip
masyarakat yang mayoritas muslim dalam mengambil sumber hukum yaitu Al-Qur’an
dan Hadits, sehingga dalam hal yang sifatnya parsial, keberagaman begitu identik dengan
islam. Islam tetap menghargai keragaman kebenaran, karena kebenaran yang mutlak
bersumber dari Allah Swt, sedangkan yang parsial itu kebenarannya akan relatif karena
hadir pada realitas sosial suatu masyarakat. Demikian pula termasuk pada budaya yang
dimiliki suatu masyarakat, Islam tetap menghargai keberagamannya.
Indonesia memiliki suku bangsa yang berbeda-beda karena kondisi geografis
yang terdiri dari banyak pulau, dan hal itu pula yang menyebabkan Indonesia memiliki

1
Deni Miharja, ‘PERSENTUHAN AGAMA ISAM DENGAN KEBUDAYAAN ASLI INDONESIA’, MIQOT: Jurnal Ilmu-
Ilmu Keislaman, 38.1 (2014). 190 <https://doi.org/10.30821/miqot.v38i1.97>.
ragam aneka kebudayaan. Konsep awal tentang kebudayaan berasal dari E.B. Tylor yang
mengemukakan bahwa culture atau civilization itu adalah complex whole includes
knowledge, belief, art, morals, law, custom, and any other capabilities and habits
acquired by man as a member of society. Batasan tentang kebudayaan ini mengemukakan
aspek kebendaan dan bukan kebendaan itu sendiri atau materi dan nonmateri,
sebagaimana Tylor kemukakan bahwa kebudayaan ialah keseluruhan kompleks yang
meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum dan kemampuan-
kemampuan lainnya serta kebiasaan yang diperoleh manusia sebagai anggota
masyarakat.2
Agama dan kebudayaan merupakan dua hal yang berbeda namun tidak dapat
dipisahkan. Kepercayaan atau keyakinan masyarakat terhadap agama melekat erat saling
berkaitan tidak dapat dilepaskan dalam proses penciptaan kebudayaan tersebut. Ajaran
agama yang dipahami masyarakat membentuk pola pikir yang kemudian dituangkan
dalam bentuk tradisi yang disepakati bersama.3
Dari sekian banyak tradisi yang telah membudaya, tari adalah salah satunya,
dan juga merupakan jenis seni budaya yang membentuk benang kesinambungan pada
kebudayaan Indonesia yang paling kokoh. Seni budaya yang menjadi fokus penelitian ini
adalah Tari Jaranan, sebuah seni budaya yang berinteraksi dan berdialektika dengan
ajaran agama Islam. Dimana para pemain dan pawang yang ada dalam Tari Jaranan,
memainkan Tari Jaranan secara formal memeluk agama Islam, dan uniknya tatanan
permainan Tari Jaranan ini menggunakan unsur magis dan beberapa pemainnya
kehilangan kesadaran kemudian melakukan satu aksi diluar kemampuan mereka jika
dalam keadaan sadar. Oleh sebab itu fenomena yang ada pada seni budaya Tari Jaranan
tersebut sangat penting untuk dikaji dalam sebuah penelitian. Mengkaji tentang
bagaimana para pelaku seni budaya Tari Jaranan mendialektikannya dengan ajaran Islam
dan menggali nilai-nilai religius seni budaya Tari Jaranan.
Tari Jaranan bukan hanya sebuah kesenian yang tercipta berdasarkan
keterampilan dan keahlian semata dalam rangka untuk mendapatkan keuntungan guna
dijadikan sebuah mata pencaharian masyarakat pada waktu awal mula munculnya tarian
tersebut. Ada sejarah dan latar belakang terciptanya tari ini dan kemudian yang kemudian
dikembangkan menjadi sebuah tradisi didalam masyarakat dan diwariskan secara turun

2
Miharja. 191-192
3
Ahmad Choirul Rofiq and Erwin Yudi Prahara, ‘DIALEKTIKA KESENIAN JARANAN THEK DI PONOROGO DENGAN
AGAMA ISLAM’, Kodifikasia, 14.2 (2020). 3<https://doi.org/10.21154/kodifikasia.v14i2.2192>.
temurun hingga sekarang. Sejarah dan latar belakang Tari Jaranan ada beberapa versi,
namun secara umum yang mayoritas berkembang adalah berkaitan dengan sebuah
peristiwa yang terjadi pada masa kerajaan Kahuripan. Kerajaan Kahuripan pada waktu itu
dibagi menjadi 2 wilayah yaitu, bagian timur Kerajaan Jenggala dengan ibukota
Kahuripan dan sebelah barat Kerajaan Panjalu atau kediri dengan ibukota Dhahapura,
tepatnya pada tahun 1041 sekitar abad ke-10 Hijriyah.4
Kerajaan Kahuripan pada waktu itu diperintah oleh seorang raja bernama Raja
Airlangga. Latar belakang peristiwa munculnya Tari Jaranan tersebut berkaitan dengan
putri Raja Airlangga yang bernama Dewi Sangga Langit yang dikisahkan memiliki paras
yang cantik, sehingga banyak sekali yang melamar padahal Dewi Sangga Langit waktu
itu tidak mau menikah, akan tetapi Raja Airlangga memaksa putrinya untuk menikah,
sehingga sang putri mengadakan sayembara yaitu, barang siapa yang bisa membuat
kesenian yang belum ada di Pulau Jawa dia mau jadi istrinya. Semua yang melamar Dewi
Sangga Langit memiliki tingkat kesaktian yang tinggi, tapi yang masih memberanikan
untuk maju menyanggupi sayembara tersebut hanya beberapa saja diantaranya adalah,
Klono Sewandono dari Wengker, Toh Bagus utusan Singo Barong dari Blitar, Kalawraha
seorang Adipati dari pesisir kidul, dan empat prajurit dari Blitar.
Seperti yang telah disampaikan oleh peneliti diatas bahwasannya agama dan
kebudayaan saling berkaitan tidak bisa dilepaskan terutama dalam penciptaan sebuah
kesenian budaya. Begitu juga dengan seni budaya Jaranan, pada awal kemunculannya
sebelum Islam masuk ke Nusantara selalu berhubungan dengan hal-hal yang bersifat
ghaib, dan identik dengan ritual yang sakral. Di jaman kerajaan dahulu, Jaranan seringkali
ditampilkan di keraton, digunakan untuk upacara-upacara resmi yang berhubungan
dengan roh-roh leluhur keraton yang dalam pelaksanaannya sekaligus mengundang
perhatian masyarakat sehingga secara otomatis menjadi tontonan.
Lalu bagaimanakah perkembangan pada masa sekarang, adakah perubahan-
perubahan yang terjadi khususnya bila berkaitan dengan Agama Islam, yang jauh berbeda
pada masa-masa awal kemunculan Tari Jaranan. Jenis penelitian yang digunakan adalah
penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang dilakukan pada kondisi yang alamiah. 5
Mengumpulkan data yang relevan dengan melakukan observasi dan mengambil
4
Toh Bagus, ‘Sejarah Kesenian Jaranan’, 2011, 1<https://www.scribd.com/doc/66866959/Sejarah-Kesenian-
Jaranan>.
5
Kuliyatun Kuliyatun, ‘PENANAMAN NILAI-NILAI RELIGIUS PADA PESRTA DIDIK DI SMA MUHAMMADIYAH 01
METRO LAMPUNG’, At-Tajdid : Jurnal Pendidikan Dan Pemikiran Islam, 3.2 (2020). 4
<https://doi.org/10.24127/att.v3i2.1126>.
dokumentasi dalam pementasan Tari Jaranan. Melakukan wawancara mendalam kepada
salah satuh pengasuh yang sekaligus sesepuh seni budaya Jaranan yang juga merupakan
sekretaris dari HIPRES (Himpunan Seni Reog dan Jaranan Kota Surabaya), dan juga
wawancara mendalam kepada salah satu pemain Tari Jaranan yang memiliki cukup
pengalaman hingga memenuhi undangan untuk ikut mementaskan Tari Jaranan ditingkat
Nasional dalam event Pekan Kebudayaan Nasional yang berlangsung selama satu minggu
di Jakarta tepatnya dihelat pada tanggal 7 sampai dengan 13 Oktober 2019 (sebelum
Indonesia dilanda wabah yang mendunia). Yang selanjutnya mencoba untuk menjawab
permasalahan utama penelitian dengan menganalisis data yang sudah terkumpul.

B. Rumusan Masalah
Pemaparan dan penjelasan singkat pada latar belakang diatas menjadikan dasar
peneliti untuk melanjutkan tahap awal penelitian dengan menyusun rumusan
permasalahan guna mengarahkan fokus penelitian pada hal-hal yang berkaitan dengan
permasalahan yang diangkat. Agar aktifitas penelitian baik yang berupa observasi,
pengambilan dokumentasi, maupun wawancara mendalam bisa dilakukan dengan efektif
dan efisien. Rumusan permasalahan tersebut adalah;
1. Bagaimana nilai-nilai religius bisa mucul dalam sebuah seni budaya
2. Bagaimana nilai-nilai religius pada seni budaya Jaranan

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian


Tari Jaranan ini pernah mengalami masa kejayaan dan menjadi buah bibir
masyarakat Jawa Timur tapi kemudian mengalami masa kelam hingga tenggelam dan
tersembunyi karena adanya peristiwa suram, bahkan pada masa-masa tertentu sempat
terlarang dan mendapatkan nilai dan citra yang buruk di masyarakat. Namun akhirnya
seni budaya ini muncul kembali dikalangan masyarakat, dan mendapat sambutan yang
baik, kendatipun masih ada kalangan masyarakat tertentu yang masih memberikan
penilaian yang buruk. Sangat tepat kiranya penelitian ini dilakukan, bertujuan untuk
menganalisa adanya nilai-nilai religius pada sebuah kesenian yang bernama Tari
Jaranan secara umum, dan khususnya yang dijumpai pada saat penelitian ini
dilakukan yaitu Tari Jaranan Pegon, karena memang yang tersebar di beberapa daerah
di Jawa Timur ada beberapa jenis Tari Jaranan. Menganalisa secara mendalam dan
detail, lalu mengangkatnya ke permukaan, memperkenalkan seluas-luasnya kepada
masyarakat akan nilai-nilai religius yang ada dalam Tari Jaranan Pegon, yang
sekaligus merupakan upaya untuk melestarikan kebudayaan yang Adi Luhung
warisan Nusantara yang mahal harganya.
Peneliti berharap melalui penelitian yang sederhana ini memiliki manfaat yang
besar bagi banyak pihak, baik yang berkaitan langsung maupun yang berkaitan tidak
secara langsung, atau mungkin juga yang tidak ada kaitannya sama sekali tapi bisa
merasakan manfaatnya. Pihak-pihak yang diharapkan oleh peneliti adalah sebagai
berikut;
1. Pegiat seni
Dengan diketahuinya nilai-nilai religius dalam seni budaya Tari
Jaranan Pegon tersebut, diharapkan pegiat seni budaya Tari Jaranan Pegon
semakin percaya diri dalam giat seninya karena ternyata giat seninya
tersebut merupakan usaha yang positif, memiliki arti, sarat makna, dan
bernilai perjuangan dalam rangka menolak, mengikis, melawan pengaruh-
pengaruh negatif yang ada dikalangan masyarakat, yang merusak tatanan
sosial, merusak generasi penerus bangsa, melunturkan budaya ketimuran
yang ramah, penuh sopan santun, serta berbudi pekerti yang luhur.
2. Pelaku seni
Nilai-nilai religius yang ada dalam seni budaya Tari Jaranan harus
diketahui, dikenal, dipelajari oleh para pelaku seni Tari Jaranan Pegon,
sehingga mereka sebagai generasi penerus bangsa tidak mudah terseret oleh
arus modernisasi yang negatif, tidak mudah terpengaruh oleh pengaruh
globalisasi yang mengikis budaya ketimuran yang telah dimiliki dan
menjadi kebanggaan nenek moyang dan leluhur mereka. Dan yang pasti
harapan terbesar adalah mampu menerapkannya dalam kehidupan
membawa pengaruh yang baik dikalangan masyarakat, menjadi penarik
pemuda-pemuda lain yang notabene berpotensi terseret oleh pengaruh
negatif ataupun yang sudah masuk dalam lingkaran pengaruh negatif
tersebut. Semaikin memunculkan semangat mereka dalam berkontribusi
melestarikan peninggalan budaya yang adi luhung
3. Elit masyarakat
Kandungan nilai-nilai religius pada seni budaya Tari Jaranan Pegon,
diharapkan setidaknya memberikan inspirasi pihak yang termasuk kategori
elit masyarakat dalam kaitannya untuk menjadikan seni budaya menjadi
sarana merekatkan hubungan silaturrahim dan kerukunan dalam
masyarakat. Bekerja sama dengan para pegiat seni guna membuat konsep
tertentu dalam menyampaikan pesan-pesan positif melalui media seni
budaya Tari Jaranan Pegon, sehingga penampilan seni budaya Tari Jaranan
Pegon tidak sekedar menjadi tontonan yang bersifat hiburan belaka, tapi
juga menjadi tuntunan masyarakat karena keberhasilan dari
tersampaikannya pesan-pesan tersebut.
4. Elit agama
Banyak dari elit agama khususnya agama Islam karena masyarakatnya
mayoritas Islam, yang ada di seantero Nusantara ini tentunya memahami
betul sejarah awal mula masuknya Islam ke Nusantara, kepiawaian para
pembawa Agama Allah memasuki nusantara, membawa perubahan yang
besar tanpa perlawanan yang begitu berarti, tanpa adanya gesekan yang
mengakibatkan terjadinya peperangan besar dengan pemeluk agama atau
kepercayaannya yang sudah ada sebelumnya. Yang paling masyhur atau
terkenal adalah kepiawaian walisongo dalam hal ini Sunan Kalijogo yang
piawai menggunakan seni budaya sebagai media dan sarana dalam
menyebarkan agama Islam, menyampaikan pesan-pesan Ilahi yang
kemudian diikuti oleh dewan wali yang lain. Untuk itu seni budaya Tari
Jaranan Pegon juga bisa dijadikan salah satu media mengajak masyarakat
muslim kejalan Taqwa, lebih mendekatkan diri kepada Allah Swt Sang
Pencipta.

D. Penelitian Terdahulu
Materi penellitian yang sudah lebih dulu dilakukan oleh peneliti-peneliti
lain amatlah sangat diperlukan dan sangat bermanfaat guna mendapatkan informasi
tentang permasalahan pada bidang yang sama ataupun berbeda dimana informasi
tersebut dapat mendukung penelitian ini atau juga sebagai referensi untuk
memperkuat narasi, deskripsi, pemaparan dan penjelasan. Penelitian – penelitian
tersebut antara lain adalah;
1. Jurnal Erni Susilawati yang dibuat tahun 2017, berjudul Nilai-Nilai
Religius dalam Novel Sandiwara Bumi karya Taufiqurrahman Al
Azizy. Yang meneliti dan mengurai nilai-nilai religius sebuah novel
cerita perjalanan seorang anak manusia sebagai hamba, yang dibumbui
kisah cinta dan kasih sayang seorang anak kepada orang tua serta
seorang muda mudi. Peneliti mendeskripsikan setidaknya ada 3 nilai-
nilai religius yang ada didalamnya yaitu aqidah, syariah, dan akhlak.
Penelitian ini mungkin bisa dibilang mudah, karena memang pada
dasarnya novel ini sudah bernafaskan Islami, sehingga peneliti hanya
mengidentifikasi nilai Islami apa saja yang terkandung didalamnya.
2. Jurnal Bothy Dewandaru dan Nining Purnamaningsih yang dibuat tahun
2017, berjudul Strategi dalam Memajukan Industri Kreatif dan
Pengembangan Ekonomi Lokal sebagai Daya Tarik Wisata. Fokus
peneliti dalam penelitian ini adalah tentang industri kreatif di kota
Kediri, akan tetapi berkaitan dengan seni budaya Jaranan, karena
mengingat seni budaya Jaranan adalah salah satu yang terbesar di kota
Kediri diantara kota-kota lainnya di Indonesia. Peneliti meneliti tentang
potensi seni budaya Jaranan sebagai daya tarik untuk meningkatkan
industri kreatif masyarakay Kediri.
3. Jurnal Ahmad Choirul Rofiq dan Erwin Yudi Prahara yang dibuat tahun
2020, berjudul Dialektika Kesenian Jaranan Thek di Ponorogo dengan
Islam. Pembahasan penelitian ini adalah tentang sejarah terciptanya seni
budaya Jaranan di Ponorogo yang bernama Jaranan Thek serta
perkembangan awalnya pada masa sebelum datangnya Islam. Dimana
dalam pementasannya masih kental dengan ritual-ritual yang tidak
bernafaskan Islam, kemudian mengalami perubahan, terjadi akulturasi
dan dialektika dengan Islam, sehingga beberapa hal sesuai atau
bernafaskan Islam. Namun Nilai-nilai Religiusnya belum tersentuh
menjadi fokus atau pembahasan.
4. Jurnal Deni Miharja yang dibuat tahun 2014, berjudul Persentuhan
Agama Islam dengan Kebudayaan Asli Indonesia. Penelitian ini
berfokus pada kebudayaan asli Nusantara (sebelum menjadi Indonesia)
secara umum, bukan hanya seni budaya tari Jaranan. Mendeskripsikan
bagaimana kebudayaan di Nusantara pada masa sebelum datangnya
Islam hingga datangnya Islam yang kemudian terjadi akulturasi budaya
antara ajaran Islam dan budaya masyarakat setempat. Dimana seni dan
budaya dijadikan oleh para ulama penyebar Agama Islam di Nusantara
sebagai media dakwah dalam menyebarkan ajaran Agama Islam.
Menjelaskan bagaimana para ulama menyisipkan nilai-nilai religius
kedalam seni dan budaya sehingga sampai dan dapat diterima oleh
masyarakat.
5. Jurnal Kuliyatun yang dibuat tahun 2019, berjudul Penanaman Nilai-
Nilai Religius pada Peserta Didik di SMA Muhammadiyah 01 Metro
Lampung. Penemuan-penemuan negatif dari perkembangan globalisasi
terhadap nilai religius pada diri peserta didik melatar belakangi peneliti
untuk melakukan penelitian tentang bagaimana penanaman nilai religius
tersebut ditanamkan kepada peserta didik terutama di SMA 01 Metro
Lampung. Fokus peneliti adalah strategi dari proses internalisasi nilai
religius pada peserta didik, dan juga menemukan berbagai hal yang
menjadi penghambat proses internalisasi.

E. Variabel Penelitian
Sebuah Penelitian tersusun dari beberapa unsur agar penelitian dapat
dilakukan dengan baik. Dan pada sebuah penelitian didalamnya pasti akan terjadi
sebuah proses yaitu proses teoritis yang meliputi, perumusan konsep, penyusunan
proposisi dan teori, identifikasi variabel dan perumusan hipotesis. Sebelum memulai
mengidentifikasi variabel penelitian ini, terlebih dahulu akan diuraikan pengertian
dari variabel itu sendiri, untuk mendapatkan gambaran yang jelas bagaimana sebuah
hal tersebut didentifikasikan atau bisa menjadi sebuah variabel.
Variabel yaitu konsep yang mempunyai variasi nilai. Jadi konsep “Badan”
bukan variabel, karena badan tidak mengandung pengertian adanya nilai
yangbervariasi. “Berat Badan”adalah variabelkarenamemiliki nilai yang berbeda. 6
Objek-objek menjadi anggota populasi karena mempunyai satu karakteristik yang
sama. Meski sama, objek-objek dalam populasi dapat dibedakan satu sama lain dalam
variabel.7 Objek-objek menjadi sebuah populasi karena memiliki karakteristik yang
sama, meskipun sama, objek-objek tersebut dapat dibedakan, dan perbedaan itu

6
Sandu Siyoto and Ali Sodik, DASAR METODOLOGI PENELITIAN, ed. by Ayup (Yogyakarta: Literasi Media, 2015),
15 <https://www.google.co.id/books/edition/DASAR_METODOLOGI_PENELITIAN/QPhFDwAAQBAJ?
hl=id&gbpv=0>.
7
Purwanto, ‘Variabel Dalam Penelitian Pendidikan’, 44 (2014), 9 <website: http://www.pustekkom.go.id>.
disebut variabel. Misalnya populasi sandal terdiri dari anggota yang memiliki
kesamaan karakteristik yaitu sandal. Namun demikian, sandal-sandal itu memiliki
perbedaan, berbeda jenis, warna, ukuran, dan merknya. Menurut kedudukannya
variabel terbagi menjadi 2 macam yaitu variabel bebas dan terikat.
1. Variabel bebas adalah variabel yang nilainya mempengaruhi variabel
terikat
2. Variabel terikat adalah variabel yang nilainya dipengaruhi oleh variabel
bebas
Dari penjelasan diatas dapatlah diidentifikasi variabel dalam penelitian ini,
dari konsep atau judul diatas dapat diidentifikasi bahwa variabel bebas adalah Nilai-
Nilai Religius, sedangkan Seni Budaya Jaranan Pegon teridentifikasi sebagai variabel
terikat.

F. Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian dapat dibedakan antara metodologi penelitian
kuantitatif (penelitian ilmiah) dan metodologi penelitian kualitatif (penelitian
alamiah). Penelitian ilmiah pada umumnya menggunakan proses logica-hipotetiko-
veriikatif, sedangkan penelitian alamiah pada umunya menggunakan proses sirkuler.8
Penelitian ini menggunakan penelitian deskripsi kualitatif, dipergunakan oleh
peneliti guna memperoleh gambaran empiris tentang religiusitas seni budaya Jaranan
Pegon, yang kemudian dari gambaran yang diperoleh akan dideskripsikan. Penelitian
kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa
yang dialami oleh subjek penelitian misalnya, perilaku, persepsi, motivasi, tindakan
dan lain-lain secara holistic dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan
bahasa, pada suatu konteks khusus alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai
metode alamiah.9
1. Jenis dan Sumber Data
Data-data primer pada penelitian ini adalah data-data yang dapat
memberikan, mengarahkan pada sebuah gambaran lengkap tentang nilai-

8
Herry Widyastono, ‘METODOLOGI PENELITIAN ALAMIAH DAN ALAMIAH’, Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan,
13.68 (2007), 1 <https://doi.org/10.24832/jpnk.v13i68.398>.
9
Erni Susilawati, ‘Nilai-Nilai Religius Dalam Novel Sandiwara Bumi Karya Taufikurrahman Al-Azizy’, STILISTIKA:
Jurnal Bahasa, Sastra, Dan Pengajarannya, 2.1 (2017), 40 <https://doi.org/10.33654/sti.v2i1.377>.
nilai religius yang ada pada seni budaya Jaranan Pegon, dan merupakan
data yang alami, langsung atau disebut dengan istilah natural setting. Data
primer ini akan lebih diprioritaskan oleh peneliti, karena data ini lebih
akurat, digali langsung dari sumber-sumber yang berkompeten dalam
memberikan sudut pandang dan pemikiran tentang seni budaya Jaranan
Pegon.
Data-data sekunder pada penelitian ini merupakan data tambahan yang
berfungsi untuk melengkapi dan mendukung data primer yang telah
dikumpulkan peneliti. Data sekunder ini akan berkaitan dengan instansi
pemerintahan di bidang kebudayaan, dan terlebih nantinya peneliti akan
bersentuhan langsung dengan komunitas seni budaya Jaranan di Surabaya.
2. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian kualitatif lebih mengutamakan pemahaman makna tindakan
manusia dalam saling tindaknya dengan sesama anggota masyarakat.10
Sehingga pada penelitian ini data-data akan dikumpulkan dengan
menggunakan teknik participant observation, open-ended interwiewing,
dan dokumentasi, dengan menggunakan alat-alat seperti alat tulis, tape
recorder, dan kamera sebagai pendukung dalam mengumpulkan data,
sehingga data yang didapatkan bisa seakurat mungkin. Melakukan
observasi kepada beberapa partisipan yang diambil dari pelaku seni,
melakukan open-ended interviewing kepada tokoh yang berkaitan
langsung dengan seni budaya Jaranan di Surabaya.
3. Teknik Analisis Data
Data-data yang telah terkumpul dengan menggunakan teknik
pengumpulan data yang telah dijelaskan diatas kemudian akan disusun
secara sistematis, mengorganisasikan data, serta filterisasi data atau
memilih dari sekian banyak data yang terkumpul mana diantaranya yang
penting dan dipelajari, sehingga bisa mengerucut dan memudahkan dalam
mengambil kesimpulan. Teknik analisis yang digunakan memiliki empat
tahapan yaitu, pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, serta
diambil kesimpulan dan verifikasi.
- Pengumpulan Data

10
Widyastono. 2
Data yang sudah dikumpulkan sebelumnya dari kegiatan observasi,
wawancara, dan dokumentasi kemudian akan dilakukan proses
lebih lanjut dalam penelitian ini guna menuju langkah atau tahapan
berikutnya. Data-data tentang seni budaya Jaranan secara umum
dan Jaranan Pegon khususnya, mengumpulkan data-data yang
berkaitan dengan unsur nilai religi apakah itu aqidah, syariah,
akhlak, atau tasawuf.
- Reduksi Data
Begitu banyaknya data yang terkumpul tidak otomatis bisa
disajikan, karena tentu saja ada beberapa data yang tidak relevan
pada pembahasan seni budaya Jaranan, tidak mendukung data
primer, dan tidak membantu peneliti dalam menarik kesimpulan.
Oleh karena itu tahapan berikut adalah tahapan menyederhanakan,
memisahkan atau menggolongkan data tersebut menjadi beberapa
bagian golongan, dilakukan filterisasi, dibuang yang dianggap
tidak relevan dan tidak diperlukan pada tujuan akhir penelitian.
- Penyajian Data
Tahapan berikut adalah menyajikan semua data yang telah tersusun
secara sistematis tersebut, yang bisa dalam bentuk narative text
(narasi), matrix, grafik, jaringan, bagan, maupun foto-foto
dikumentasi lapangan, yang membentuk pola hubungan keterkaitan
dan saling mendukung antara data satu dengan yang lainnya
sehingga akan membawa pemahaman yang utuh, mampu
memberikan gambaran yang jelas tentang nilai-nilai religius yang
ada pada seni budaya Jaranan.
- Menarik Kesimpulan
Sebagai langkah terakhir, kesimpulan yang diberikan adalah
pengerucutan pembahasan yang menuju pada satu hal dan disajikan
untuk membentuk satu pemahaman atau persepsi tentang seni
budaya Jaranan secara umum dan Jaranan Pegon pada khususnya.

G. Sistematika Pembahasan
Secara garis besar sistematika pembahasan pada penelitian ini memiliki 5 Bab,
dan pada tiap bab nya terdiri dari beberapa sub bab, yang secara singkat dapat
dijelaskan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bagian awal ini belum masuk kedalam permasalahan dan pembahasan
secara rinci. Pada bagian ini terdiri dari latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, penelitian terdahulu, variabel
penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika pembahasan.

BAB II LANDASAN TEORI


Pada bab ini akan dibahas secara terperinci hal-hal yang berkaitan
dengan metode yang digunakan dalam penelitian ini baik penggunaannya di
lapangan maupun dalam deskripsi atau narasi, dan juga teori-teori yang
disematkan dalam pembahasan yang akan dijadikan landasan untuk
pemecahan masalah.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


Pertengahan bab, yaitu bab tiga ini berisi penjelasan tentang jenis data,
sumber data yang dikumpulkan atau dicari peneliti, menggunakan teknik
pengumpulan data yang bagaimana yang akan digunakan, yang kemudian
setelah terkumpul, langkah apa yang dilakukan terhadap data-data tersebut.
Pastinya akan dilakukan analisis, lalu teknik analisis data seperti apa yang
akan dilakukan.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Hasil dari langkah pengumpulan data setelah dilakukan analisis secara
sistematis akan disajikan dalam sebuah deskripsi atau narasi. Membahas dan
menjelaskan secara terperinci, menyusun data yang sudah terfilterisasi, data-
data yang saling menunjang dan saling menguatkan, sehingga menjadi sebuah
deskripsi atau narasi yang kokoh, menarik, dan mampu menginspirasi.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


Semua proses dan langkah-langkah telah dilakukan dengan baik, dan
penyajian yang menarik akan memberikan kemudahan dalam mengambil
kesimpulan. Kesimpulan yang relevan dengan deskripsi atau narasi dituliskan
dalam bab ini, yang kemudian dari kesimpulan tersebut muncul beberapa
saran dan masukan yang positif terhadap pihak-pihak tertentu yang berkaitan
langsung ataupun secara tidak langsung dengan obyek penelitian tentang apa
yang diharapkan dari penelitian ini.

H. Outline

Anda mungkin juga menyukai