Anda di halaman 1dari 12

Ijma dan Qiyas Adalah Juga Sumber Hukum Islam http://gusdayat.

com/2008/09/28/ijma-dan-qiyas-adalah-juga-sumber-hukum-islam/

Catatan Harian Seorang Muslim

1 of 40 6/6/2016 12:58 PM
Ijma dan Qiyas Adalah Juga Sumber Hukum Islam http://gusdayat.com/2008/09/28/ijma-dan-qiyas-adalah-juga-sumber-hukum-islam/

Cari
Ijma dan Qiyas Adalah Juga Sumber
I KL AN
Hukum Islam
28/09/2008 · by gus dayat · in Fikih Syafi'y, Syafiiyah
A RCHI VES
Klinik SWA

Select Month Ijma’ Dan Qiyas - Buka 24 jam - Rawat


Oleh : Ust. Fahmi Rusydi, Lc. Jalan dan Rawat Inap -
Umum dan Gigi - Periksa
A RT I KEL T ERL A RI S
Sumber Hukum Islam Lab - Persalinan - Khitan
Bacaan Bilal Tarawih
modern/kering - Kerja
Kata-kata “Sumber Hukum Islam’ merupakan terjemahan dari lafazh sama BPJS
dan Menjawabnya
Masâdir al-Ahkâm. Kata-kata tersebut tidak ditemukan dalam
10 Pondok Pesantren
kitab-kitab hukum Islam yang ditulis oleh ulama-ulama fikih dan ushul
A RT I KEL T ERBA RU
Terbaik di Indonesia
fikih klasik. Untuk menjelaskan arti ‘sumber hukum Islam’, mereka
Doa-Doa dan Doa Shalat Tarawih dan Witir
menggunakan al-adillah al-Syariyyah. Penggunaan mashâdir al-Ahkâm
Keistimewaan Bulan oleh ulama pada masa sekarang ini, tentu yang dimaksudkan adalah Nabi Tidak Mengerjakan Itu Tidak
Ramadlan searti dengan istilah al-Adillah al-Syar’iyyah.[2] Berarti Dilarang
Shalawat Paling Kedzoliman Suharto Terhadap
Ringkas: Shallallahu
Yang dimaksud Masâdir al-Ahkâm adalah dalil-dalil hukum syara’ yang
Soekarno
diambil (diistimbathkan) daripadanya untuk menemukan hukum’.[3]
'ala Muhammad (saw) Semua Madzab
Kisah Mbak Prita ... Eh Membolehkan/Mensunnahkan Puasa
Sumber hukum dalam Islam, ada yang disepakati (muttafaq) para ulama
eh Mbok Parti dan ada yang masih dipersilisihkan (mukhtalaf). Adapun sumber Rajab, Kecuali Madzab Wahabi
Doa Khatam Al Qur'an hukum Islam yang disepakati jumhur ulama adalah Al Qur’an, Hadits, Sufyan ats-Tsauri (97 – 161 H)
Melafalkan Niat Shalat Ijma’ dan Qiyas. Para Ulama juga sepakat dengan urutan dalil-dalil
menurut 4 Madzab tersebut di atas (Al Qur’an, Sunnah, Ijma’ dan Qiyas). KOM ENT A R T ERBA RU

Ijma dan Qiyas Adalah Syams Bachry90 on Dalil Shalat Cepat


Sedangkan sumber hukum Islam yang masih diperselisihkan di
Juga Sumber Hukum idi abdurahman on Waktu-waktu
kalangan para ulama selain sumber hukum yang empat di atas adalah
Islam Terlarang Untuk Shalat
istihsân, maslahah mursalah, istishâb, ‘‘uruf, madzhab as-Shahâbi,
Macam-Macam Shalat syar’u man qablana. nuryamin on Bacaan Bilal Tarawih dan
Sunnah Menjawabnya
Pijat Mengurangi Dengan demikian, sumber hukum Islam berjumlah sepuluh, empat hasyim on Beda Salafy Beda Tarbiyah

2 of 40 6/6/2016 12:58 PM
Ijma dan Qiyas Adalah Juga Sumber Hukum Islam http://gusdayat.com/2008/09/28/ijma-dan-qiyas-adalah-juga-sumber-hukum-islam/

Tekanan Darah Tinggi sumber hukum yang disepakati dan enam sumber hukum yang Jasa Outbound di Malang on 10

Dalam 5 Menit diperselisihkan.[4] Wahbah al-Zuhaili menyebutkan tujuh sumber Pondok Pesantren Terbaik di Indonesia
hukum yang diperselisihkan, enam sumber yang telah disebutkan di
atas dan yang ketujuh adalah ad-dzara’i.[5]
Sebagian ulama menyebutkan enam sumber hukum yang masih
diperselisihkan itu sebagai dalil hukum bukan sumber hukum, namun
yang lainnya menyebutkan sebagai metode ijtihad.[6]

Keempat sumber hukum yang disepakati jumhur ulama yakni Al Qur’an,


Sunnah, Ijma’ dan Qiyas, landasannya berdasarkan hadits yang
diriwayatkan dari Shahabat Nabi Saw Muadz ibn Jabal ketika diutus ke
Yaman.

‫ ﻗَﺎ َﻝ‬،ِ‫ﷲ ُ َﻋﻠَ ْﻴ ِﻪ َﻭ َﺳﻠﱠ َﻢ ﻟَﻤﱠﺎ ﺑَ َﻌﺜَﻪ ُ ﺇِﻟَﻰ ﺍ ْﻟﻴَ َﻤﻦ‬ َ ‫ ﺃَﻥّ ﺍﻟﻨﱠﺒِ ﱠﻲ‬،ٍ‫ﻋَﻦْ ُﻣﻌَﺎ ِﺫ ﺑﻦ َﺟﺒَﻞ‬
‫ﺻﻠ ﱠﻰ ﱠ‬
،ِ‫ﷲ‬ ‫ﺏ ﱠ‬ ِ ‫ﻀﻲ ﺑِ ِﻜﺘَﺎ‬ ِ ‫ ﺃَ ْﻗ‬:‫ ﻗَﺎ َﻝ‬،”‫ﻚ ﻗَﻀَﺎءٌ؟‬ َ َ‫ﻀﻲ ﺇِﻥْ َﻋﺮَﺽَ ﻟ‬ ِ ‫” َﻛﻴْﻒَ ﺗَ ْﻘ‬:ُ ‫ﻟَﻪ‬
‫ﷲ ُ َﻋﻠَ ْﻴ ِﻪ‬‫ﺻﻠ ﱠﻰ ﱠ‬ َ ‫ﷲ‬ ِ ‫ ﻓَﺒِ ُﺴﻨﱠ ِﺔ َﺭﺳُﻮ ِﻝ ﱠ‬:‫ﷲِ؟”ﻗَﺎ َﻝ‬ ‫ﺏ ﱠ‬ ِ ‫”ﻓَﺈ ِﻥْ ﻟَ ْﻢ ﻳَﻜُﻦْ ﻓِﻲ ِﻛﺘَﺎ‬: َ‫ﻗَﺎﻝ‬
:‫ﷲ ُ َﻋﻠَ ْﻴ ِﻪ َﻭ َﺳﻠﱠﻢَ؟”ﻗَﺎ َﻝ‬ ‫ﺻﻠ ﱠﻰ ﱠ‬ َ ‫ﷲ‬ ِ ‫ﺳﻨ ﱠ ِﺔ َﺭﺳُﻮ ِﻝ ﱠ‬ ُ ‫”ﻓَﺈ ِﻥْ ﻟَ ْﻢ ﻳَﻜُﻦْ ﻓِﻲ‬:‫ ﻗَﺎ َﻝ‬،َ‫َﻭ َﺳﻠﱠﻢ‬
‫ﷲ ُ َﻋﻠَ ْﻴ ِﻪ َﻭ َﺳﻠ ﱠ َﻢ‬ ‫ﺻﻠ ﱠﻰ ﱠ‬ َ ‫ﷲ‬ ِ ‫ﻀ َﺮﺏَ َﺭﺳُﻮ ُﻝ ﱠ‬ َ َ‫ ﻓ‬:‫ ﻗَﺎ َﻝ‬،‫ﺃَﺟْ ﺘَ ِﻬ ُﺪ َﺭﺃْﻳِﻲ ﻭَﻻ ﺁﻟ ُﻮ‬
‫ﷲ ُ َﻋﻠَ ْﻴ ِﻪ‬ ‫ﺻﻠ ﱠﻰ ﱠ‬ َ ‫ﷲ‬ ِ ‫ﻖ َﺭﺳُﻮ َﻝ َﺭﺳُﻮ ِﻝ ﱠ‬ َ ‫”ﺍ ْﻟ َﺤ ْﻤ ُﺪ ِ ﱠ ِ ﺍﻟﱠﺬِﻱ َﻭﻓ ﱠ‬:‫ َﻭﻗَﺎ َﻝ‬،ُ‫ﺻَ ْﺪ َﺭﻩ‬
‫ﷲ ُ َﻋﻠَ ْﻴ ِﻪ َﻭ َﺳﻠ ﱠ َﻢ‬ ‫ﺻﻠ ﱠﻰ ﱠ‬ َ ‫ﷲ‬ ِ ‫ﺿﻲ َﺭﺳُﻮ َﻝ ﱠ‬ ِ ْ‫” َﻭ َﺳﻠ ﱠ َﻢ ﻟِﻤَﺎ ﻳ ُﺮ‬
“Dari Muadz ibn Jabal ra bahwa Nabi Saw ketika mengutusnya ke
Yaman, Nabi bertanya: “Bagaimana kamu jika dihadapkan
permasalahan hukum? Ia berkata: “Saya berhukum dengan kitab
Allah”. Nabi berkata: “Jika tidak terdapat dalam kitab Allah” ?, ia
berkata: “Saya berhukum dengan sunnah Rasulullah Saw”. Nabi
berkata: “Jika tidak terdapat dalam sunnah Rasul Saw” ? ia berkata:
“Saya akan berijtihad dan tidak berlebih (dalam ijtihad)”. Maka Rasul
Saw memukul ke dada Muadz dan berkata: “Segala puji bagi Allah
yang telah sepakat dengan utusannya (Muadz) dengan apa yang
diridhai Rasulullah Saw”.[7]

3 of 40 6/6/2016 12:58 PM
Ijma dan Qiyas Adalah Juga Sumber Hukum Islam http://gusdayat.com/2008/09/28/ijma-dan-qiyas-adalah-juga-sumber-hukum-islam/

Hal yang demikian dilakukan pula oleh Abu Bakar ra apabila terjadi
kepada dirinya perselisihan, pertama ia merujuk kepada kitab Allah, jika
ia temui hukumnya maka ia berhukum padanya. Jika tidak ditemui
dalam kitab Allah dan ia mengetahui masalah itu dari Rasulullah Saw,, ia
pun berhukum dengan sunnah Rasul. Jika ia ragu mendapati dalam
sunnah Rasul Saw, ia kumpulkan para shahabat dan ia lakukan
musyawarah. Kemudian ia sepakat dengan pendapat mereka lalu ia
berhukum memutus permasalahan.[8] Karena itu, pembahasan ini
sementara kami batasi dua macam sumber hukum saja yaitu ijma’ dan
qiyas.

Ijma’

Ijma’ dalam pengertian bahasa memiliki dua arti. Pertama, berupaya


(tekad) terhadap sesuatu. disebutkan ‫ ﺃﺟﻤﻊ ﻓﻼﻥ ﻋﻠﻰ ﺍﻷﻣﺮ‬berarti berupaya
di atasnya.[9]

Sebagaimana firman Allah Swt:

“Karena itu bulatkanlah keputusanmu dan


(kumpulkanlah) sekutu-sekutumu. (Qs.10:71)

Pengertian kedua, berarti kesepakatan. Perbedaan arti yang pertama


dengan yang kedua ini bahwa arti pertama berlaku untuk satu orang dan
arti kedua lebih dari satu orang.[10]

Ijma’ dalam istilah ahli ushul adalah kesepakatan semua para mujtahid
dari kaum muslimin dalam suatu masa setelah wafat Rasul Saw atas
hukum syara.[11]

Adapun rukun ijma’ dalam definisi di atas adalah adanya kesepakatan


para mujtahid kaum muslimin dalam suatu masa atas hukum syara’ .

4 of 40 6/6/2016 12:58 PM
Ijma dan Qiyas Adalah Juga Sumber Hukum Islam http://gusdayat.com/2008/09/28/ijma-dan-qiyas-adalah-juga-sumber-hukum-islam/

‘Kesepakatan’ itu dapat dikelompokan menjadi empat hal:

1. Tidak cukup ijma’ dikeluarkan oleh seorang mujtahid apabila


keberadaanya hanya seorang (mujtahid) saja di suatu masa. Karena
‘kesepakatan’ dilakukan lebih dari satu orang, pendapatnya disepakati
antara satu dengan yang lain.

2. Adanya kesepakatan sesama para mujtahid atas hukum syara’ dalam


suatu masalah, dengan melihat negeri, jenis dan kelompok mereka.
Andai yang disepakati atas hukum syara’ hanya para mujtahid
haramain, para mujtahid Irak saja, Hijaz saja, mujtahid ahlu Sunnah,
Mujtahid ahli Syiah, maka secara syara’ kesepakatan khusus ini tidak
disebut Ijma’. Karena ijma’ tidak terbentuk kecuali dengan kesepakatan
umum dari seluruh mujtahid di dunia Islam dalam suatu masa.

3. Hendaknya kesepakatan mereka dimulai setiap pendapat salah


seorang mereka dengan pendapat yang jelas apakah dengan dalam
bentuk perkataan, fatwa atau perbuatan.

4. Kesepakatan itu terwujudkan atas hukum kepada semua para


mujtahid. Jika sebagian besar mereka sepakat maka tidak membatalkan
kespekatan yang ‘banyak’ secara ijma’ sekalipun jumlah yang berbeda
sedikit dan jumlah yang sepakat lebih banyak maka tidak menjadikan
kesepakatan yang banyak itu hujjah syar’i yang pasti dan mengikat.[12]

Syarat Mujtahid

Mujtahid hendaknya sekurang-kurangnya memiliki tiga syarat:

Syarat pertama, memiliki pengetahuan sebagai berikut:

Pertama. Memiliki pengetahuan tentang Al Qur’an.


Kedua, Memiliki pengetahuan tentang Sunnah.

5 of 40 6/6/2016 12:58 PM
Ijma dan Qiyas Adalah Juga Sumber Hukum Islam http://gusdayat.com/2008/09/28/ijma-dan-qiyas-adalah-juga-sumber-hukum-islam/

Ketiga, Memiliki pengetahuan tentang masalah Ijma’ sebelumnya.

Syarat kedua, memiliki pengetahuan tentang ushul fikih.

Syarat ketiga, Menguasai ilmu bahasa.[13]

Selain itu, al-Syatibi menambahkan syarat selain yang disebut di atas,


yaitu memiliki pengetahuan tentang maqasid al-Syariah (tujuan syariat).
Oleh karena itu seorang mujtahid dituntut untuk memahami maqasid
al-Syariah. Menurut Syatibi, seseorang tidak dapat mencapai tingkatan
mujtahid kecuali menguasai dua hal: pertama, ia harus mampu
memahami maqasid al-syariah secara sempurna, kedua ia harus
memiliki kemampuan menarik kandungan hukum berdasarkan
pengetahuan dan pemahamannya atas maqasid al-Syariah.[14]

Kehujjahan Ijma’

Apabila rukun ijma’ yang empat hal di atas telah terpenuhi dengan
menghitung seluruh permasalahan hukum pasca kematian Nabi Saw
dari seluruh mujtahid kaum muslimin walau dengan perbedaan negeri,
jenis dan kelompok mereka yang diketahui hukumnya. Perihal ini,
nampak setiap mujtahid mengemukakan pendapat hukumnya dengan
jelas baik dengan perkataan maupun perbuatan baik secara kolompok
maupun individu.

Selanjutnya mereka mensepakati masalah hukum tersebut, kemudian


hukum itu disepakati menjadi aturan syar’i yang wajib diikuti dan tidak
mungkin menghindarinya. Lebih lanjut, para mujtahid tidak boleh
menjadikan hukum masalah ini (yang sudah disepakati) garapan ijtihad,
karena hukumnya sudah ditetapkan secara ijma’ dengan hukum syar’i
yang qath’i dan tidak dapat dihapus (dinasakh).[15]

Qiyas

6 of 40 6/6/2016 12:58 PM
Ijma dan Qiyas Adalah Juga Sumber Hukum Islam http://gusdayat.com/2008/09/28/ijma-dan-qiyas-adalah-juga-sumber-hukum-islam/

Qiyas menurut ulama ushul adalah menerangkan sesuatu yang tidak


ada nashnya dalam Al Qur’an dan hadits dengan cara membandingkan
dengan sesuatu yang ditetapkan hukumnya berdasarkan nash. Mereka
juga membuat definisi lain, Qiyas adalah menyamakan sesuatu yang
tidak ada nash hukumnya dengan sesuatu yang ada nash hukumnya
karena adanya persamaan illat hukum.[16]

Dengan demikian qiyas itu penerapan hukum analogi terhadap hukum


sesuatu yang serupa karena prinsip persamaan illat akan melahirkan
hukum yang sama pula.

Umpamanya hukum meminum khamar, nash hukumnya telah


dijelaskan dalam Al Qur’an yaitu hukumnya haram. Sebagaimana firman
Allah Swt:

“Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar,


berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah,
adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-
perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. (Qs.5:90)

Haramnya meminum khamr berdasar illat hukumnya adalah


memabukan. Maka setiap minuman yang terdapat di dalamnya illat
sama dengan khamar dalam hukumnya maka minuman tersebut adalah
haram.[17]
Berhubung qiyas merupakan aktivitas akal, maka beberapa ulama
berselisih faham dengan ulama jumhur. Pandangan ulama mengenai
qiyas ini terbagi menjadi tiga kelompok:

1. Kelompok jumhur, mereka menggunakan qiyas sebagai dasar hukum


pada hal-hal yang tidak jelas nashnya baik dalam Al Qur’an, hadits,
pendapat shahabt maupun ijma ulama.

2. Mazhab Zhahiriyah dan Syiah Imamiyah, mereka sama sekali tidak

7 of 40 6/6/2016 12:58 PM
Ijma dan Qiyas Adalah Juga Sumber Hukum Islam http://gusdayat.com/2008/09/28/ijma-dan-qiyas-adalah-juga-sumber-hukum-islam/

menggunakan qiyas. Mazhab Zhahiri tidak mengakui adalanya illat nash


dan tidak berusaha mengetahui sasaran dan tujuan nash termasuk
menyingkap alasan-alasannya guna menetapkan suatu kepastian
hukum yang sesuai dengan illat. Sebaliknya, mereka menetapkan
hukum hanya dari teks nash semata.

3. Kelompok yang lebih memperluas pemakaian qiyas, yang berusaha


berbagai hal karena persamaan illat. Bahkan dalam kondisi dan masalah
tertentu, kelompok ini menerapkan qiyas sebagai pentakhsih dari
keumuman dalil Al Qur’an dan hadits.[18]

Kehujjahan Qiyas

Jumhur ulama kaum muslimin sepakat bahwa qiyas merupakan hujjah


syar’i dan termasuk sumber hukum yang keempat dari sumber hukum
yang lain. Apabila tidak terdapat hukum dalam suatu masalah baik
dengan nash ataupun ijma’ dan yang kemudian ditetapkan hukumnya
dengan cara analogi dengan persamaan illat maka berlakulah hukum
qiyas dan selanjutnya menjadi hukum syar’i.[19]
Diantara ayat Al Qur’an yang dijadikan dalil dasar hukum qiyas adalah
firman Allah:

“Dia-lah yang mengeluarkan orang-orang kafir di antara ahli Kitab


dari kampung-kampung mereka pada saat pengusiran yang pertama.
kamu tidak menyangka, bahwa mereka akan keluar dan merekapun
yakin, bahwa benteng-benteng mereka dapat mempertahankan
mereka dari (siksa) Allah; Maka Allah mendatangkan kepada mereka
(hukuman) dari arah yang tidak mereka sangka-sangka. dan Allah
melemparkan ketakutan dalam hati mereka; mereka memusnahkan
rumah-rumah mereka dengan tangan mereka sendiri dan tangan
orang-orang mukmin. Maka ambillah (Kejadian itu) untuk menjadi
pelajaran, Hai orang-orang yang mempunyai wawasan. (Qs.59:2)

8 of 40 6/6/2016 12:58 PM
Ijma dan Qiyas Adalah Juga Sumber Hukum Islam http://gusdayat.com/2008/09/28/ijma-dan-qiyas-adalah-juga-sumber-hukum-islam/

Dari ayat di atas bahwasanya Allah Swt memerintahkan kepada kita


untuk ‘mengambil pelajaran’, kata I’tibar di sini berarti melewati,
melampaui, memindahkan sesuatu kepada yang lainnya. Demikian pula
arti qiyas yaitu melampaui suatu hukum dari pokok kepada cabang
maka menjadi (hukum) yang diperintahkan. Hal yang diperintahkan ini
mesti diamalkan. Karena dua kata tadi ‘i’tibar dan qiyas’ memiliki
pengertian melewati dan melampaui.[20]

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul


(nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan
pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al
Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman
kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama
(bagimu) dan lebih baik akibatnya. (Qs.4:59)

Ayat di atas menjadi dasar hukum qiyas, sebab maksud dari ungkapan
‘kembali kepada Allah dan Rasul’ (dalam masalah khilafiyah), tiada lain
adalah perintah supaya menyelidiki tanda-tanda kecenderungan, apa
yang sesungguhnya yang dikehendaki Allah dan Rasul-Nya. Hal ini
dapat diperoleh dengan mencari illat hukum, yang dinamakan qiyas.[21]

Sementara diantara dalil sunnah mengenai qiyas ini berdasar pada


hadits Muadz ibn Jabal, yakni ketetapan hukum yang dilakukan oleh
Muadz ketika ditanya oleh Rasulullah Saw, diantaranya ijtihad yang
mencakup di dalamnya qiyas, karena qiyas merupakan salah satu
macam ijtihad.[22]

Sedangkan dalil yang ketiga mengenai qiyas adalah ijma’. Bahwasanya


para shahabat Nabi Saw sering kali mengungkapkan kata ‘qiyas’. Qiyas
ini diamalkan tanpa seorang shahabat pun yang mengingkarinya. Di
samping itu, perbuatan mereka secara ijma’ menunjukkan bahwa qiyas
merupakan hujjah dan waji b diamalkan.

9 of 40 6/6/2016 12:58 PM
Ijma dan Qiyas Adalah Juga Sumber Hukum Islam http://gusdayat.com/2008/09/28/ijma-dan-qiyas-adalah-juga-sumber-hukum-islam/

Umpamanya, bahwa Abu Bakar ra suatu kali ditanya tentang ‘kalâlah’


kemudian ia berkata: “Saya katakan (pengertian) ‘kalâlah’ dengan
pendapat saya, jika (pendapat saya) benar maka dari Allah, jika salah
maka dari syetan. Yang dimaksud dengan ‘kalâlah’ adalah tidak memiliki
seorang bapak maupun anak”. Pendapat ini disebut dengan qiyas.
Karena arti kalâlah sebenarnya pinggiran di jalan, kemudian
(dianalogikan) tidak memiliki bapak dan anak.[23]

Dalil yang keempat adalah dalil rasional. Pertama, bahwasanya Allah


Swt mensyariatkan hukum tak lain adalah untuk kemaslahatan.
Kemaslahatan manusia merupakan tujuan yang dimaksud dalam
menciptakan hukum. Kedua, bahwa nash baik Al Qur’an maupun hadits
jumlahnya terbatas dan final. Tetapi, permasalahan manusia lainnya
tidak terbatas dan tidak pernah selesai. Mustahil jika nash-nash tadi
saja yang menjadi sumber hukum syara’. Karenanya qiyas merupakan
sumber hukum syara’ yang tetap berjalan dengan munculnya
permasalahan-permasalahan yang baru. Yang kemudian qiyas
menyingkap hukum syara’ dengan apa yang terjadi yang tentunya sesuai
dengan syariat dan maslahah.[24]

Rukun Qiyas

Qiyas memiliki rukun yang terdiri dari empat hal:

1. Asal (pokok), yaitu apa yang terdapat dalam hukum nashnya. Disebut
dengan al-maqis alaihi.

2. Fara’ (cabang), yaitu sesuatu yang belum terdapat nash hukumnya,


disebut pula al-maqîs.

3. Hukm al-asal, yaitu hukum syar’i yang terdapat dalam dalam nash
dalam hukum asalnya. Yang kemudian menjadi ketetapan hukum untuk
fara’.

10 of 40 6/6/2016 12:58 PM
Ijma dan Qiyas Adalah Juga Sumber Hukum Islam http://gusdayat.com/2008/09/28/ijma-dan-qiyas-adalah-juga-sumber-hukum-islam/

4. Illat, adalah sifat yang didasarkan atas hukum asal atau dasar qiyas
yang dibangun atasnya.[25]

Wallahu A’lam.

[1] Disampaikan pada kajian keislaman YISC Al-Azhar hari Ahad,


tanggal 30 Maret 2008.
[2] Fathurrahman Djamil, Filsafat Hukum Islam, (Ciputat: Logos
Wacana Ilmu), 1999, hal 82.
[3] Wahbah al-Zuhaili, Ushul Fiqh al-Islami, hal 401.
[4] Abdul Wahhab al-Khallaf, ‘ilmu Ushul Fiqh (Kuwait: Dar al-Qalam,
1978) hal 21-22.
[5] Wahbah al-Zuhaili, Ushul Fiqh al-Islami, hal 401.
[6] Lihat, Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh, jilid 2, hal 305.
[7] Hadits diriwayatkan al-Thabrani (lihat: al-Mu’jam al-Kabir, Juz 15),
hal 96.
[8] Wahbah al-Zuhaili, Ushul Fiqh al-Islami, hal 402.
[9] Wahbah al-Zuhaili, Ushul Fiqh al-Islami, hal 468.
[10] Wahbah al-Zuhaili, Ushul Fiqh al-Islami, hal 468.
[11] Wahbah al-Zuhaili, Ushul Fiqh al-Islami, hal 469.
[12] Abdul Wahhab al-Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, hal 45-46.
[13] Lebih lanjut lihat Wahbah al-Zuhaili, Ushul Fiqh al-Islami, hal
474-476.
[14] Kajian mengenai maqashid al-syariah dikemukakan secara
komprehensif oleh Abu Ishaq al-Syatibi dalam kitabnya: al-Muwafaqat fi
ushul al-Syariah. Lihat al-Syatibi, al-Muwafaqat, juz 2, hal 5-12.
[15] Abdul Wahhab al-Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, hal 46-47.
[16] Muhammad Abu Zahrah, Ushul Fiqh, hal 173.
[17] Abdul Wahhab al-Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, hal 53.

11 of 40 6/6/2016 12:58 PM
Ijma dan Qiyas Adalah Juga Sumber Hukum Islam http://gusdayat.com/2008/09/28/ijma-dan-qiyas-adalah-juga-sumber-hukum-islam/

[18] Muhammad Abu Zahrah, Ushul Fiqh, hal 175.


[19] Abdul Wahhab al-Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, hal 53.
[20] Wahbah al-Zuhaili, Ushul Fiqh al-Islami, hal 592.
[21] Muhammad Abu Zahrah, Ushul Fiqh, hal 175.
[22] Abdul Wahhab al-Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, hal 56.
[23] Wahbah al-Zuhaili, Ushul Fiqh al-Islami, hal 597.
[24] Abdul Wahhab al-Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, hal 58.
[25] Abdul Wahhab al-Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, hal 60. Lebih lanjut
lihat hal 60-78.

Sumber: http://tebuireng.net/

Catatan:

Dalam beberapa tulisan para wahabi/ salafi, mereka memasukkan


“Masalihul-mursalah” sebagai landasan dalil ketika membolehkan
hal-hal baru. Ini terlihat dalam berbagai tulisan dan diskusi mereka
tentang Bid’ah.

“Masalihul-mursalah” adalah satu metode yang dipakai oleh Imam


Maliki dalam madzabnya (madzab maliki) untuk menentukan hukum,
sebagaimana tercatat di sini. Rupanya mereka berpegang pada imam
Syatibi tentang definisi bid’ah itu, dan as Syatibi adalah seorang
ulama bermadzab maliki.

Yang ganjil adalah seharusnya mereka memakai/ mendahulukan


Qiyas pula untuk menentukan hal-hal baru sebagaimana imam malik

12 of 40 6/6/2016 12:58 PM

Anda mungkin juga menyukai