Anda di halaman 1dari 20

PENERAPAN DAN ANALISIS TEORI HUKUM ISLAM DALAM

DISERTASI H. UMAR MA`SUM DENGAN JUDUL


“RESPON DAN PERUBAHAN BUDAYA HUKUM MASYARAKAT ACEH
TERHADAP PENERAPAN QANUN TENTANG LEMBAGA KEUANGAN
SYARIAH”
( Perspektif Socio – Politik Berbasis Keadilan)

Oleh :

M. TAUFIK

PROGRAM STUDI DOKTOR HUKUM KELUARGA ISLAM


FAKULTAS SYARI’AH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2023
A. Teori Maqasid Syariah Menurut As-Syatibi dan Jasser Auda

1. Maqasid Syariah Menurut Imam As-Syatibi

Islam merupakan agama yang bersifat menyeluruh dan jelas.


Sejalan dengan hal tersebut banyak aturan dan hukum yang ditetapkan
Allah SWT untuk hambanya titik aturan dan hukum tersebut sebagai
pedoman agar seorang muslim tidak salah Jalan titik kemudian hukum dan
Aturan ini disampaikan melalui Alquran dan hadis melalui perantara
Rasulullah SAW. Karena itulah Alquran dan hadis juga disebut sebagai
sumber dan dasar agama Islam dan mencari jawaban atas permasalahan
masyarakat Islam khususnya yang berkaitan dengan bidang muamalah
untuk memudahkan para ulama maka lahirlah konsep yang disebut sebagai
maqasid Syariah
Maqasid Syariah merupakan suatu teori hukum Islam yang Cikal
bakalnya sudah tumbuh sejak dimulainya proses penetapan hukum Islam
itu sendiri titik selanjutnya dikemas dengan baik dan dihubungkan oleh
ulama-ulama sesudah Tabi tabiin. Walau proses pengembangannya tidak
secepat ilmu fiqih, tetapi keberadaannya sudah di amalkan oleh para ulama
pada setiap penetapan hukum yang mereka lahirkan.1
Konsep pemikiran Maqasid Syariah dikemukakan dan
dipopulerkan oleh seorang ulama mazhab Maliki yang hidup pada abad 8
Hijriyah yaitu Abu Ishaq as-satibi wafat 790 H. Tapi sebelumnya
pembicaraan tentang Maqasyid Syariah dibicarakan ketika ulama Ushul
fiqih membahas tentang teori Maslahah yang dikemukakan oleh Al juwari
Imam Al Haramain wafat 4 28 Hijriyah dan juga Al Ghazali wafat 505
Hijriyah dan ulama-ulama lainnya.2 Pembahasan mereka tentang Maslahah
pada dasarnya dalam rangka menjelaskan tujuan-tujuan Allah dalam
menetapkan hukum. menurut pendapat yang masyhur di tangan asyatibi
inilah ilmu ini menemukan bentuknya yang jelas dan sistematis beliaulah
yang pertama kali meletakkan pondasi mengkaji dan mengembangkan
ilmu ini.
1
Busyro Makassar Syariah pengetahuan mendasar memahami Maslahah penerbit prenada
Media Group 2019 halaman 1
2
Ibid
Konsep pemikiran maqashid Syariah tersebut mengambil salah
satu kaidah yang menyatakan sesungguhnya syariat bertujuan untuk
mewujudkan kemaslahatan dunia dan akhirat.
Secara bahasa kata Maqashid sendiri berasal dari kata “Maqsad”
yang berarti tujuan atau target. Berangkat dari arti tersebut beberapa ulama
memiliki pengertian atau definisi mengenai maksud syariah yang berbeda.
Misalnya menurutnya Maqashid Syariah merupakan tujuan atau rahasia
Allah yang ada dalam setiap syariat. Ari sunni berpendapat bahwa
Maqashid Syariah adalah tujuan yang ingin dicapai oleh syariat agar
kemaslahatan manusia bisa terwujud. Secara umum Syariah memiliki
tujuan untuk kebaikan atau kemaslahatan umat manusia. Tujuan ini sejalan
dengan tujuan dari hukum Allah yaitu kebaikan
Kemaslahatan atau yang dimaksud di sini mencakup segala hal
dalam kehidupan manusia. Termasuk di dalamnya rezeki, manusia,
kebutuhan dasar hidup dan juga kebutuhan lain yang diperlukan manusia
di dalamnya. Juga mencakup kualitas emosional intelektual dan juga
pemahaman atau pengertian yang mutlak.3
Ilmu ini sebenarnya merupakan sebuah ilmu yang sudah memenuhi
kriteria keilmuan dilihat dari tinjauan filsafat yang sudah mempunyai
ontologi yang jelas, epistemologi yang dapat dipertanggungjawabkan,
serta aksiologi yang terukur. Walaupun demikian pada umumnya ulama
tidak sependapat menjadikannya sebagai sebuah ilmu yang berdiri sendiri
titik artinya walaupun eksistensinya sangat penting untuk mengistibatkan
hukum Islam, tapi teori maqasyid Syariah masih diposisikan untuk
membantu ilmu Ushul fiqih. Oleh karena itu aplikasi Al Adil lah Al
Syariah atau dalil-dalil hukum Islam yang dijadikan sebagai dasar dalam
menetapkan hukum harus diilhami oleh maqashid asy-syariah.
Jadi dari penjelasan tersebut dapat disarikan bahwa teori Maqashid
Syariah merupakan ilmu yang digunakan oleh para ulama atau mujtahid
dalam menemukan hukum di bidang muamalah yaitu kegiatan yang
mengatur hal-hal yang berhubungan dengan tata cara hidup sesama
manusia untuk memenuhi hidup sehari-hari yang bertujuan untuk tidak

3
https://ponpes alhasanah, mengenal maqashid syariah, pengertian dan bentuk-bentuknya,
Nov 2020, diakses tanggal 29 Juni 2023
hanya mengacu pada kepentingan bukanlah tapi juga pada yang lebih
penting dari itu adalah sebuah ketetapan hukum diperkirakan secara
meyakinkan memenuhi keinginan Allah SWT atau qasd al syar'i.
Beberapa dasar hukum maqashid syariah yaitu Alquran surah An-
nahl ayat 9 :
ࣖ ‫َو َع َلى ِهّٰللا َقْص ُد الَّس ِبْيِل َوِم ْنَها َج ۤا ِٕىٌرۗ َو َلْو َش ۤا َء َلَهٰد ىُك ْم َاْج َم ِع ْيَن‬
Terjemah Kemenag 2002
9. Dan hak Allah menerangkan jalan yang lurus, dan di antaranya ada
(jalan) yang menyimpang. Dan jika Dia menghendaki, tentu Dia memberi
petunjuk kamu semua (ke jalan yang benar).

Dalil tersebut dihubungkan dengan kata pertama maqasid


merupakan jamak dari kata maqsad yaitu merupakan masdar Mimi dari
kata qashada-yaqshudu- qashdan -maqshadan. Menurut Ibnu Al Mansur
kata ini secara bahasa dapat berarti Istiqomah at-Thoriq atau keteguhan
pada suatu jalan dan Al ikhtimad atau sesuatu yang menjadi tumpuan ayat
di atas menjelaskan bahwa Allah menjelaskan jalan yang lurus dan
mengajak manusia untuk mengikuti jalan tersebut.4
Ibnu Al Mansur menambahkan dengan al-kasr fii ayy wajhin
kaana (memecahkan masalah dengan cara apapun). Misalkan pernyataan
seseorang “aku telah menyelesaikan sebuah masalah artinya aku sudah
Selesaikan masalah itu dengan tuntas.” Adapun kata kedua syariah secara
bahasa berarti Maurid Al ma'alladzi tasyra'u fihi al dawab ( tempat air
mengalir di mana hewan-hewan minum di sana).
Pada tempat lain kata asyariah juga biasa dipakaikan untuk
pengertian Aldin dan Al Milah atau agama althariq atau Jalan Al minhaj
atau metode dan as-sunnah atau kebiasaan titik pengertian ini berdasar
pada dalil Alquran surat al-jatsiyah ayat 18 yaitu :
‫ُثَّم َجَع ْلٰن َك َع ٰل ى َش ِرْيَعٍة ِّم َن اَاْلْم ِر َفاَّتِبْع َها َو اَل َتَّتِبْع َاْهَو ۤا َء اَّلِذ ْيَن اَل َيْع َلُم ْو َن‬
Terjemah Kemenag 2002
18. Kemudian Kami jadikan engkau (Muhammad) mengikuti syariat
(peraturan) dari agama itu, maka ikutilah (syariat itu) dan janganlah
engkau ikuti keinginan orang-orang yang tidak mengetahui.
4
Ibid, hlm 5
Quran surat Al Maidah ayat 48

‫َو َاْنَز ْلَنٓا ِاَلْيَك اْلِكٰت َب ِباْلَح ِّق ُمَص ِّد ًقا ِّلَم ا َبْيَن َيَد ْيِه ِم َن اْلِكٰت ِب َو ُمَهْيِم ًنا َع َلْيِه َفاْح ُك ْم َبْيَنُهْم ِبَم ٓا َاْنَز َل ُهّٰللا َو اَل‬
‫َتَّتِبْع َاْهَو ۤا َء ُهْم َع َّم ا َج ۤا َء َك ِم َن اْلَح ِّۗق ِلُك ٍّل َجَع ْلَنا ِم ْنُك ْم ِش ْر َع ًة َّو ِم ْنَهاًجاۗ َو َلْو َش ۤا َء ُهّٰللا َلَجَع َلُك ْم ُاَّم ًة َّواِح َد ًة‬
‫َّو ٰل ِكْن ِّلَيْبُلَو ُك ْم ِفْي َم ٓا ٰا ٰت ىُك ْم َفاْسَتِبُقوا اْلَخْيٰر ِۗت ِاَلى ِهّٰللا َم ْر ِج ُع ُك ْم َجِم ْيًعا َفُيَنِّبُئُك ْم ِبَم ا ُكْنُتْم ِفْيِه َتْخ َتِلُفْو َۙن‬
Terjemah Kemenag 2002
48. Dan Kami telah menurunkan Kitab (Al-Qur'an) kepadamu
(Muhammad) dengan membawa kebenaran, yang membenarkan kitab-
kitab yang diturunkan sebelumnya dan menjaganya, maka putuskanlah
perkara mereka menurut apa yang diturunkan Allah dan janganlah
engkau mengikuti keinginan mereka dengan meninggalkan kebenaran
yang telah datang kepadamu. Untuk setiap umat di antara kamu, Kami
berikan aturan dan jalan yang terang. Kalau Allah menghendaki, niscaya
kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu
terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka berlomba-
lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah kamu semua kembali,
lalu diberitahukan-Nya kepadamu terhadap apa yang dahulu kamu
perselisihkan,

Quran surat As syu'ara ayat 13


‫َوَيِض ْيُق َص ْد ِر ْي َو اَل َيْنَطِلُق ِلَس اِنْي َفَاْر ِس ْل ِاٰل ى ٰه ُرْو َن‬
Terjemah Kemenag 2002
13. sehingga dadaku terasa sempit dan lidahku tidak lancar, maka
utuslah Harun (bersamaku).
Jadi makna as-syariah dengan arti tempat tumbuh dan sumber mata
air bermakna bahwa sesungguhnya air merupakan sumber kehidupan
manusia binatang dan tumbuhan titik demikian pula dengan agama Islam
merupakan sumber kehidupan setiap muslim, kemaslahatannya, kemajuan
dan keselamatannya baik di dunia maupun di akhirat baik dengan cara
mewujudkan prinsip yang dikedepankan dalam maqosit syariah adalah
mengambil Jalan Tengah dan tidak berlebih-lebihan dalam
mengaplikasikannya karena Maslahah yang akan diwujudkan harus
mengacu pada Wahyu yang tidak semata-mata hasil pemikiran manusia".
Tujuan akhir maqashid syariah adalah tujuan yang dikehendaki
oleh Syariah untuk merealisasikan kemaslahatan manusia dan kewajiban
yang mendalam dan menyeluruh terhadap ketetapan hukum dalam
Alquran dan as-sunnah telah membawa kepada suatu kesimpulan bahwa
secara umum ketetapan Allah SWT dan rasulnya tidak ada yang sia-sia
dan tanpa tujuan apa-apa yaitu mengarah kepada kemaslahatan individu.
Walaupun demikian secara khusus terkadang sulit untuk menentukan
kemaslahatan dari sebuah penetapan hukum titik untuk menemukan
Maslahah inilah perlu maqoshid Syariah.
Untuk memperjelas perlunya ilmu ini bagi para mujtahid untuk
menemukan dan menggali hukum dalam konteks muamalah sesuai tulisan
ini penulis mengutip contoh dari Ibnu Muchtar Al qadimi dalam
pensyarikatan jual beli yang ditujukan untuk menciptakan kemaslahatan
yaitu Bagaimana mendapat manfaat dari proses melakukan tukar menukar
benda. masalah yang dilahirkan dari jual beli menurutnya merupakan
kemaslahatan yang Hakiki karena terjadi perpindahan hak milik dari
seseorang kepada orang lain secara sah sehingga Keduanya dapat
menikmatinya dengan halal. Hal ini Tentunya berbeda dengan riba yang
walaupun menghasilkan Maslahah Tetapi hanya untuk kalangan tertentu
saja yaitu bagi si pelaku riba titik Itulah sebabnya Allah SWT menyatakan
"perang" terhadap pelaku riba dan menaruhkan aturan yang menghapuskan
transaksi tersebut
Di samping itu mendapatkan kehalalan dari sebuah transaksi juga
berimplikasi kepada kemaslahatan akhirat, sedangkan transaksi riba yang
haram di samping tidak menghasilkan Maslahah bagi kedua belah pihak
yang bertransaksi juga akan menimbulkan mafsada bagi pelakunya di
akhirat nanti5
Ada lima prinsip umum atau kuliah Al khamsah. masing-masing
bentuk ini mempunyai dua pembagian dan dari segi ‘Adam atau
pencegahan, lima bentuk maqashid syariah ini adalah:
1) Maqashid Syariah untuk melindungi agama,
2) Maqashid Syariah untuk melindungi jiwa,
3) Maqashid Syariah untuk melindungi pikiran,
5
Ibid halaman 14
4) Maqashid Syariah untuk melindungi harta,
5) Maqashid Syariah untuk melindungi keturunan.
Penjelasan mengenai maqashid syari’ah ini, menurut imam asy-
Syatibi, ada lima bentuk maqashid syariah. Lima bentuk ini disebut juga
sebagai lima prinsip umum atau kulliyat al-khamsah. Masing-masing
bentuk ini memiliki dua pembagian, yaitu dari segi wujud atau penjagaan
dan dari segi ‘adam atau pencegahan. Lima bentuk maqashid syariah ini
adalah sebagai berikut: 6
1) Maqashid syariah untuk melindungi agama
Bentuk maqashid syariah untuk melindungi agama merupakan
hak memeluk dan meyakini seseorang boleh dan berhak memeluk
agama yang diyakini secara bebas dan tanpa gangguan. Contoh
penjagaannya adalah dengan melaksanakan shalat dan zakat.
Sedangkan dari segi pencegahan dilakukan dengan jihad atau hukuman
bagi orang-orang yang murtad.
2) Maqashid syariah untuk melindungi jiwa
Bentuk maqashid syariah untuk melindungi jiwa merupakan
landasan dan alasan yang menyatakan bahwa seorang manusia tidak
boleh disakiti, dilukai, apalagi dibunuh. Contoh penerapannya adalah
dengan makan dan minum. Sedangkan dari segi pencegahan dilakukan
dengan cara qisas dan diyat.
3) Maqashid syariah untuk melindungi pikiran
Bentuk maqashid syariah untuk melindungi pikiran atau akal.
Berangkat dari hal ini, maka segala hal yang menyebabkan hilangnya
akal menjadi tidak boleh. Termasuk di dalamnya mengonsumsi
narkoba atau minuman keras. Termasuk dalam hal ini juga adalah
kebebasan berpendapat secara aman bagi setiap orang. Contoh
penerapannya dalam bentuk penjagaan dilakukan dengan makan dan
mencari makan. Sedangkan dalam bentuk pencegahan dilakukan
dengan menegakkan hukum bagi pengonsumsi narkoba.
4) Maqashid syariah untuk melindungi harta

6
https://ponpes.alhasanah.sch.id/pengetahuan/mengenal-maqashid-syariah-pengertian-
dan-bentuk-bentuknya/ diakses tanggal 3 Juli 2023
Maqashid syariah untuk melindungi harta menjamin bahwa
setiap orang berhak memiliki kekayaan harta benda dan merebutnya
dari orang lain merupakan hal yang dilarang. Baik dalam bentuk
pencurian, korupsi, dan lain sebagainya. Contoh penerapan hal ini
dilakukan dengan cara melaksanakan jual beli dan mencari rizki.
Sedangkan bentuk pencegahan dilakukan dengan hukum potong
tangan bagi pencuri dan menghindari riba.
5) Maqashid syariah untuk melindungi keturunan
Maqashid syariah untuk melindungi keturunan membuat zina
menjadi terlarang karena dapat memberikan dampak negatif. Baik
secara biologis, psikologis, ekonomi, sosial, nasab, hukum waris, dan
lain sebagainya. Karena itu, penjagaannya dilakukan dalam bentuk
pernikahan, sedangkan bentuk pencegahan dilakukan dengan
menegakkan hukum bagi orang yang berzina dan yang menuduh orang
lain berzina tanpa adanya bukti.
2. Maqasid Syariah menurut Jasser Auda

Jasser Auda lahir tahun 1966 di Kairo. Masa mudanya


dihabiskan untuk Belajar agama di Masjid Al Azhar Kairo, dari
tahun 1983 sampai 1992. Selama di Mesir, Jasser tidak pernah
mengenyam pendidikan agama di lembaga formal, seperti
Universitas al-Azhar. Jasser hanya mengikuti pengajian dan
halaqah di Masjid al-Azhar. Sembari aktif dipengajian, ia
mengambil kuliah di Cairo University jurusan Ilmu Komunikasi:
studi strata satu diselesaikan tahun 1988 dan gelar master
diperoleh tahun 1993. Usai mengantongi gelar MSc (Master of
Science) dari Cairo University, Jasser melanjutkan pendidikan
Doktoral bidang System analysis di Universitas Waterloo, Kanada.
Tahun 1996, Ia berhasil memperoleh gelar Ph.D dari
Waterloo. Kemudian Ia kembali mengenyam pendidikan di
Islamic American University konsentrasi Hukum Islam, tiga tahun
berikutnya (1999), gelar Bachelor of Arts (BA) untuk kedua kalinya
diperoleh dari Islamic American University dalam bidang islamic
studies. Pada kampus yang sama Ia melanjutkan jenjang Master
dengan konsentrasi hukum Islam dan selesai tahun 2004.
Kemudian Ia pergi ke Inggris untuk melanjutkan jenjang Doktoral
di Universitas Wales. Pada tahun 2008, Ia berhasil meraih gelar
Ph.D bidang Hukum Islam.7

Jasser Auda adalah anggota Associate Professor di Qatar


Fakultas Studi Islam (QFIS) dengan fokus kajian kebijakan publik
dalam program studi Islam. Ia adalah Anggota Pendiri persatuan
Ulama Muslim Internasional yang berbasis di Dublin, anggota dewan
akademik di Institute International Advenced System Reseach (IIAS),
Kanada, Anggota Dewan Pengawas Global Pusat Studi Peradaban
(GCSC), Inggris, Anggota Dewan Eksekutif Asosiasi Ilmuwan Muslim
Sosial (AMSS) Inggris, Anggota Forum Perlawanan Islamofobia dan
Recism (FAIR), Inggris dan konsultan untuk Islamonline.net.

Jasser Auda Direktur sekaligus pendiri Maqashid Reseach


Center dan Filsafat Hukum Islam di London, Inggris, dan menjadi
Dosen tamu di berbagai negara. Selain itu Ia memperoleh 9
penghargaan di antaranya: 1) Global Leader in Law certificate, Qatar
Law Forum, 2009. 2) Muslim Student Association of the Cape Medal,
South Africa, 2008. 3) International Centre for moderation Award,
Kuwait, 2008. 4) Cairo University Medal, 2006. 5) Innovation Award,
International Institue of Advenced System Reseach (IIAS) Germany,
2002. 6) Province of Ontario, Canada 1994-1996. 7) Province of
Saskatchewan, Canada 1993- 1994. 8) Qur’an Memorization 1st
Award, Cairo, 1991. 9) penghargaan Reseach Grants (sebagai peneliti
utama atau peneliti pendamping dari beberapa universitas seperti
American university of syari‟ah UAE 2003- 2004), dan penghargaan
bergengsi lainnya.8

Dalam penilaian Jasser, klasifikasi maqashid tradisional


sebagaimana yang dilakukan oleh Shatibi untuk kondisi sekarang perlu

7
Lihat dalam CD Maushu‟ah al-Hadits Kutub al-Tis‟ah, dalam Sunan Abu Daud pada kitab al-
Aqdhiyah.No. hadits 3119.Atau pada Sunan Turmudzi dalam kitab Musnad al-Anshar. No. Hadits
21000, dan pengulangannya 21049 dan 21084, serta bisa lihat juga dalam Sunan Turmudzi dalam
kitab Muqaddimah, No. 168.
8
Tim Penulis, Pengantar Studi Islam; (Surabaya; IAIN Surabaya Press, Cet IV, 2006),105.
dilakukan peninjauan ulang. Setidaknya ada empat alasan mengapa hal
itu terjadi;22

1) Cakupan maqashid tradisional diarahkan untuk semua hukum Islam


secara umum, sehingga tidak bisa menggambarkan tujuan untuk
satu bidang tertentu dalam fiqih.
2) Maqashidtradisional sangat terfokus kepada individual daripada
keluarga, masyarakat, dan manusia pada umumnya.
3) Pengklasifikasian Maqashidtradisional tidak memuat nilai-nilai
dasar yang paling universal seperti keadilan dan kebebasan.
4) Maqashidtradisional diambilkan dari sumber-sumber fiqih yang
literis dan bukan kepada sumber-sumber realitas yang asli.
Untuk mempertegas kritikan Jasser terhadap Maqashid
tradisional, dia mencoba membandingkan klasifikasi Shatibi dengan
teori “hirarki kebutuhan” yang dikembang-kan oleh Abraham Maslow.
Menurutnya, dalam konteks kekinian, klasifikasi yang dibuat oleh
Shatibi sudah tidak memadai lagi, sebagai gantinya dia menawarkan
untuk mempertimbangkan hirarki Maslow sebagai bahan pertimbangan
dalam menentukan tingkat kemaslahatan. Maslow berpendapat bahwa
ada 5 (lima) jenis kebutuhan manusia yang bertingkat dari bawah
sampai tertinggi, yakni
(1)kebutuhan fisiologis,
(2)kebutuhan akan rasa aman,
(3)kebutuhan sosial,
(4)kebutuhan status, dan
(5)aktualisasi diri.
Untuk menggabungkan stratifikasi prioritas sebagaimana dibuat
Shatibi yang dimulai dari daruriyat, hajjiyat, kemudian tahsiniyat
dengan teori yang dikembangkan oleh Maslow, Jasser lebih cenderung
membuat pola relasi kebutuhan tidak dalam bentuknya yang berjenjang
dan kaku akan tetapi saling terkait satu dengan yang lain. Dengan
demikian semuanya mempunyai andil yang sama disesuaikan dengan
konteksnya. Berikut ini gambar pola relasi sebagaimana ditawarkan
Jasser;
Berangkat dari pertimbangan diatas, Jasser mencoba membagi
hirarki maqashid ke dalam 3 kelompok, (1) Maqashid„ammah (general
maqasid), (2) Maqashidkhassah (specific maqashid), dan (3)
Maqashidjuz‟iyyah (partial maqashid).9 Ketiga Maqashid tersebut
dapat digambarkan sebagai berikut.
Pertama Maqashidammah, yakni Maqashid yang mencakup
seluruh maslahah yang terdapat dalam perilaku tashri‟ yang bersifat
universal seperti keadilan, persamaan, toleransi, kemudahan dan
lainnya. Termasuk di dalam kategori ini adalah aspek daruriyat
sebagaimana yang ada dalam Maqashid tradisional. Kedua,
Maqashidkhassah, Ia adalah Maqashid yang terkait dengan maslahah
yang ada di dalam suatu persoalan tertentu, misalnya tidak bolehnya
menyakiti perempuan dalam ruang lingkup keluarga, tidak
diperbolehkannya menipu dalam perdagangan dengan cara apapun, dan
lainnya. Selanjutnya, Maqashid yang ketiga adalah maqasid juz‟iyyah,
yakni Maqashid yang terkait dengan maslahah yang paling inti dari
suatu peristiwa hukum. Orang sering menyebut maslahah ini dengan
sebutan “hikmah” atau “rahasia”. Contoh untuk Maqashid ini adalah
kebutuhan akan aspek kejujuran dan kuatnya ingatan dalam persaksian,
yang digambarkan oleh al-Qur‟an dengan dua orang saksi yang adil
(shahidaini adlaini). Sehingga dalam kasus kriminal modern bisa jadi
cukup dengan satu saksi dan tidak harus dengan dua saksi asalkan yang
bersangkutan mampu menunjukkan kejujuran dan data yang valid.
Contoh yang lain adalah keringan yang diberikan kepada orang yang
tidak mampu berpuasa dengan cara membatalkan puasanya.10
Dari tiga kategori Maqashiddi atas memang ulama telah
membuat urutan keutamaan (hirarki) yang di mulai dari Maqashid
primer sebagai urutan pertama dan utama, lalu skunder dan terakhir
tersier. Begitu juga dalam Maqashid primer ada urutan hirarkinya yang
telah dibuat al-Ghazali dan ikuti ulama berikutnya dengan urutan
sebagai berikut: Hifzh (menjaga); agama, jiwa, akal, keturunan dan
harta berada pada urutan terakhir.

9
Jasser Auda, Maqashid al-syari‟ah li al-ijtihad, 5
10
Jasser Auda, Maqashid al-Syari‟ah Inathah, 25
Jasser Auda mendasarkan konsep Maqashid-nya pada Hadith
shahih Bukhari- Muslim dan lainnya berikut:
Artinya: “Dari Ibn Umar ra berkata: Nabi Muhammad SAW
bersabda pada hari perang al- Ahzab : (“Jangan salah seorang dari
kalian shalat „ashr kecuali di perkampungan Yahudi Bani
Qurayd}ah”). Maka sebagian sahabat Nabi SAW telah mendapati
waktu „ashr di jalan (sebelum sampai Bani Qurayd}ah), lalu sebagian
sahabat berkata: Kami tidak akan shalat sebelum sampai,26 dan
sebagian lain berkata: kami tetap akan shalat di jalan. Kemudian
diadukannya persoalan itu pada Nabi SAW dan Nabi tidak
menyalahkan atau membenarkan siapa-siapa.”
Jaseer Auda berargumentasi bahwa Hadith di atas sebagai bukti
yang jelas bahwa bolehnya ber-istinbat} hukum dari teks Shar‟iat yang
diambil dari al-zhan al-Ghalib (persepsi kuat), bahkan boleh juga
menetapkan sebuah hukum „amali (praktis) dengan berdasar konsep
Maqashid yang diambil lewat sebuah pemahaman yang sekalipun
bertentangan dengan illah (cause) yang tampak secara tekstual
(Lahiriyah).
Karena sebagian sahabat yang berijtihad dan mengerti bahwa
maksud dari sabda Nabi itu adalah untuk bersegera sampai tujuan
(kampung Bani Qurayd}ah) dan bukan perintah shalat „ashr di Bani
Quraydah, maka mereka yang tetap melakukan shalat di jalan itu
berarti telah bertentangan dengan zahirnya perintah Nabi SAW.
Sedangkan sebagian sahabat yang tetap melakukan shalat di tempat
tujuan walau waktunya telah habis itu berarti mereka tetap
berpegangan pada „illah yang zahir dari perintah Nabi SAW itu. Dan
taqrir-nya Nabi SAW dengan mendiamkan kedua kelompok itu adalah
bukti bahwa Nabi SAW membenarkan kedua metode itu.11
Konteks hubungannya dengan Qanun Aceh Nomor 11 tahun
2018 tentang lembaga keuangan syariah dapat ditegaskan bahwa
Qanun tersebut karena mengatur tentang muamalah maka Qanun
tersebut menjadi salah satu bahan dan atau hasil dari ijtihad para

11
Jasser Auda, Maqasid al-Shariah, 9
mujtahid fiqih muamalah yang akhirnya hadir dalam bentuk Qanun
LKS dan berlaku dalam masyarakat Aceh.
Apabila dalam perkembangannya ada hal-hal dan atau masalah
yang timbul dari proses transaksi keuangan dari Qanun tersebut dalam
rentang waktu penerapannya maka ilmu maqashid Syariah dapat
dijadikan alat untuk mencari hukumnya yang sejalan dengan
kepentingan transaksi antara pelaksana jasa dan pengguna jasa
keuangan tersebut dan sesuai juga dengan syariat Islam.

B. Penerapan Teori Maqasid Syariah dalam Disertasi


Dampak Imperatif Bagi Aceh dan Indonesia
Dalam teori hukum sosial engineering bahwa hukum itu untuk
merekayasa masyarakat dan akan membawa dampak imperatif bagi hukum
positif dan negatif sebagai berikut :

1. Dampak Imperatif Positif


Selaras dengan teori hukum sosial engineering bahwa hukum
itu untuk merekayasa masyarakat dan membawa dampak imperatif
inilah yang terjadi pada masyarakat Aceh saat ini yang lebih
cenderung penulis lihat sebagai laboratorium dipraktekkannya teori-
teori sosial budaya, politik, dan hukum yang menurut Werner sedang
terjadi di Asia yang ingin keluar membangun sistem hukumnya
sendiri, nilai dan kulturnya sendiri sebagai sebuah gerakan
kebangkitan generasi baru yang sudah mulai paham arah dan tujuan
berhukum untuk manusia bukan manusia untuk hukum dan berhukum
dengan hati nurani, melakukan supremasi tidak hanya supremasi
hukum, tetapi juga supremacy of moral yang sesuai juga dengan teori
Satjipto Rahardjo.
Para praktisi dan akademisi sudah berani tegas menyuarakan
pandangannya dan mewujudkannya dalam bentuk Qanun yang dapat
diimplementasi kan dalam dunia bisnis global 5.0 saat ini yang juga
mengusung etik moral benarlah yang diungkapkan oleh Profesor Esmi
bahwa agama mampu menciptakan konsep hukum yang dapat
menyelesaikan persoalan hukum dengan tidak bersifat positivistis
yang mengunggul-unggulkan teks undang-undang belaka tanpa
memperhatikan hati nurani setiap manusia yang ada. Dengan agama
lah justru hukum mampu mengikuti perkembangan zaman. Hal ini
dikarenakan Agama dapat menjawab segala persoalan duniawi dengan
pendekatan ilmu Allah yang tidak hanya sebatas logika saja.
Profesor Syahrizal menegaskan bahwa yang ingin dicapai
masyarakat Aceh adalah keadilan yang sesungguhnya bukan keadilan
semu dan cara yang dilakukan menurut Dr. Jufri Galib : “Dengan kita
arahkan masyarakat untuk Taat Hukum sesuai Qanun LKS dan kita
ingin cepat lihat hasilnya sebelum kita mati ".
Untuk itu orientasi yang kita bangun agar sukses menurut
Profesor Ali Yasa Abu Bakar adalah selalu berorientasi pada masa
depan jangan orientasi masa lalu dan mari kita bangun ciptakan teori-
teori ekonomi untuk mengimbangi teori-teori kapitalis yang banyak
saat ini dampak imperatif positif bagi Aceh dan Indonesia adalah lahir
sistem hukum baru yang ideal yaitu sistem perbankan syariah tunggal
yang modern yang akan menjadi bagian dari sistem hukum ekonomi
Indonesia yang sudah diikuti provinsi lain di Indonesia seperti NTB,
KEPRI, rencana yang akan menyusul padang, dan bahkan dunia.

2. Dampak Imperatif Negatif


Dampak imperatif negatif adalah bila sistem bank syariah atau
Qanun LKS gagal, maka taruhannya adalah hilangnya kepercayaan
umat kepada syariat, Ulama dan Agama Islam. Terjadinya dampak
negatif pada hubungan sosial kemasyarakatan antara yang
berkeinginan menerapkan syari’at sempurna/kaffah dan yang tidak.
Terjadi kegagalan pada pelaksanaan amanat undang-undang dan
Qanun pendukung lahirnya LKS.

3. Dampak Imperatif Sosio Politik


Hal yang baru dari tulisan ini dalam kacamata Sosio politik adalah:
a. Dari sisi politik pembuat Undang-undang : politik yang dimainkan
DPR dan pemerintah sebagai produk undang-undang adalah politik
Indonesia yang telah berani bangkit memperjelas bentuknya, Pro
pada sistem hukum Islam yang merupakan Volkgeist merupakan
manifestasi spirit suatu masyarakat dan sekaligus menjadi nyawa
masyarakat tersebut (menurut Herder), sedangkan savigny melihat
hukum sebagai produk budaya yang mengalir menurut aliran waktu
atau syarat, hukum senantiasa berkembang bersama rakyat atau
bangsa yang riil dibutuhkan masyarakat Indonesia terbukti telah
berani memenuhi keinginan politik masyarakat Aceh melalui
penandatanganan hukum Helsinki dan produk undang-undang
lainnya.
b. Dari sisi politik hukum : Para ahli hukum Indonesia telah berani
terang-terangan menjadikan hukum Islam sebagai solusi perbaikan
sistem hukum di Indonesia, berhukum dengan hati nuraninya
masyarakat mayoritas dan dengan jelas menuangkannya menjadi
teori dan konsep yang selaras dengan teori-teori besar tentang
hukum dan akan menjadi embrio pembelajaran di pendidikan
hukum dan ekonomi khususnya.
c. Dari sisi sistem hukum : lahir dan muncul ke permukaan tentang
konsep baru yang meyakinkan tentang lembaga keuangan tunggal
sistem yang dapat menjadi bagian dan solusi pengganti sistem
konvensional, seirama dengan tujuan keadilan yang diinginkan
sesuai dengan nilai yang hidup dalam masyarakat yaitu keadilan
yang sesungguhnya bukan keadilan semu.
d. Dari sisi sistem ekonomi : Lahir suatu sistem hukum ekonomi ideal
karena tidak hanya berorientasi profit tapi juga Falah oriented yang
mengusung dan sejalan dengan prinsip bisnis dunia untuk
memperbaiki performa perusahaan di tengah pusaran globalisasi
hukum dan ekonomi melalui peningkatan GCG agar menjadi
bagian dari kultur perusahaan dan dengan otomatis meninggalkan
bisnis a moral.
e. Dari sosial budaya / kultur : Kultur asli bangsa yang Islami tidak
lagi menjadi hal yang dicemaskan sebagai kekuatan hukum dan
politik pada bangsa Indonesia bahkan dunia, dengan demikian akan
terbantahkan pula prinsip-prinsip kapitalis, sosialis dan sikap Islam
fobia. Bahkan sebaliknya, Islam sebagai kekuatan yang familiar
dan benar-benar menjadi rahmatan lil alamin.
f. Dari sistem ekonomi : Muncul pemikiran pemerintah untuk
mempunyai Bank Umum Syariah yang baru dan besar sebagai pilar
baru kekuatan ekonomi nasional seperti yang diungkapkan
Kementerian BUMN. Dan harapan pemerintah untuk merger
adalah dapat membuka opsi pendanaan yang lebih luas berbasis
Syariah.
g. Dari sisi Masyarakat Aceh : Masyarakat Aceh menyumbangkan
spirit dan pemikiran serta Rela mencontohkan pada diri mereka
(kelinci percobaan) sistem hukum dan norma baru yang diyakini
lebih kuat dan menjadi harapan masyarakat melalui Qanun LKS
dengan segala resiko ekonomi yang ditanggungnya dengan harapan
mencari keadilan yang sesungguhnya untuk ketenangan hidup di
dunia dan akhirat. Dan sudah diikuti oleh NTB, Kepulauan Riau,
Padang dan Banten. Hal ini bentuk pencarian sebagai kebenaran
yang tidak pernah berhenti "hukum progresif" (searching for the
truth).
h. Dari sisi masyarakat Islam secara keseluruhan (Masyarakat Islam
Indonesia) : Sebagai masyarakat mayoritas akan maksimal
diberikan beban pertanggungjawaban dari semua lini kehidupan
berbangsa dan bernegara yang makin terpuruk khususnya masalah
isu perang melawan korupsi. Ikatlah ia dengan sistem hukum yang
diyakininya sendiri sehingga lahir kesadaran hukum yang paling
ideal dan berkualitas yaitu (Internalization) ditaati karena sesuai
dengan nilai intrinsik yang dianutnya.
C. Analisis Disetasi
Islam membedakan sistem hukum konteks ibadah mahdhah dan
ghairu mahdhah di mana ada tuntunan yang tidak bisa diganggu gugat dan
sudah pasti tapi ada ibadah yang tetap berkembang sesuai keadaan zaman
dan kebutuhan manusia secara fleksibel dan itu didasari oleh ilmu maqasid
syariah sebagai ilmu dalam proses penetapan hukum disamping
menemukan kemungkinan tambahan untuk menyempurnakannya. Jadi
ilmu ini juga dipakai untuk menakar keadilan dalam konteks sosiologi
hukum, konteks ghairu mahdhoh.
Maqosid Syariah didudukkan sebagai ilmu yang sangat penting
dalam mengistinbatkan kesimpulan hukum Islam dan membantu ilmu
Ushul Fiqh menjelaskan tentang Ushul Fiqh. Oleh karena itu aplikasi al-
adillah syariah dalil dari hukum Islam yang dijadikan sebagai dasar dalam
penetapan hukum harus diilhami oleh maqasid syariah. Ulama yang
pertama meletakkan pondasi yang kuat dan mengembangkan ilmu ini
adalah as syatibi ilmu ini berkembang dari zaman Nabi Muhammad SAW
dilanjutkan oleh para sahabatnya para tabiin dan para tabiut-tabiin sampai
pada pensistematisannya oleh Assyatibi dan setelah itu perkembangannya
dari satu generasi ke generasi lain sampai saat ini.

Selanjutnya ilmu ini sangatlah erat kaitannya dengan metode-


metode dalam hukum Islam yang digunakan oleh mujtahid dalam
mengistibatkan hukum Islam. Dalil dan metode itu adalah sebagai sumber
hukum Islam yaitu Alquran, As-sunnah, Al-ijma’, Al-qiyas, Maslahah
Mursalah, Al-istihsan, Saddul Zariah, Qaul shahabi, Syar'u Man Qablana
dan Al istishab.

Maqasid As syariah secara bahasa artinya adalah upaya manusia


untuk mendapatkan solusi yang sempurna dan jalan yang benar
berdasarkan sumber utama ajaran Islam Alquran dan hadis Nabi
Shallallahu Alaihi Wasallam atau lebih rincinya maqashid syariah adalah
makna-makna dan tujuan yang dapat dipahami atau dicatat pada setiap
hukum dan untuk mengagungkan hukum itu sendiri atau juga bisa
didefinisikan dengan tujuan akhir dari syariat Islam dan rahasia-rahasia
yang ditetapkan oleh Al syar'i pada setiap hukum yang ditetapkanNya.

Dalil rujukan ilmu tersebut adalah Quran surat al-jatsiyah ayat 18 :

‫ُثَّم َجَع ْلٰن َك َع ٰل ى َش ِرْيَعٍة ِّم َن اَاْلْم ِر َفاَّتِبْع َها َو اَل َتَّتِبْع َاْهَو ۤا َء اَّلِذ ْيَن اَل َيْع َلُم ْو َن‬

“Kemudian Kami jadikan engkau (Muhammad) mengikuti syariat


(peraturan) dari agama itu, maka ikutilah (syariat itu) dan janganlah
engkau ikuti keinginan orang-orang yang tidak mengetahui.”.

Juga Quran surat As syu'ara ayat 13 :


‫َش َر َع َلُك ْم ِّم َن الِّدْيِن َم ا َو ّٰص ى ِبٖه ُنْو ًحا َّواَّلِذ ْٓي َاْو َح ْيَنٓا ِاَلْيَك َو َم ا َو َّصْيَنا ِبٖٓه ِاْبٰر ِهْيَم َوُم ْو ٰس ى‬
‫َوِع ْيٰٓس ى َاْن َاِقْيُم وا الِّدْيَن َو اَل َتَتَفَّر ُقْو ا ِفْيِۗه َك ُبَر َع َلى اْلُم ْش ِر ِكْيَن َم ا َتْدُع ْو ُهْم ِاَلْيِۗه ُهّٰللَا َيْج َتِبْٓي‬
‫ِاَلْيِه ْن َّيَش ۤا ُء َو َيْهِد ْٓي ِاَلْيِه ْن ُّيِنْيُۗب‬
‫َم‬ ‫َم‬

“Dia (Allah) telah mensyariatkan kepadamu agama yang telah


diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan
kepadamu (Muhammad) dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada
Ibrahim, Musa dan Isa yaitu tegakkanlah agama (keimanan dan
ketakwaan) dan janganlah kamu berpecah belah di dalamnya. Sangat berat
bagi orang-orang musyrik (untuk mengikuti) agama yang kamu serukan
kepada mereka. Allah memilih orang yang Dia kehendaki kepada agama
tauhid dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya bagi orang yang
kembali (kepada-Nya).”

Pada perkembangan terakhir ilmu ini, Yasser Auda’ muncul


sebagai salah satu tokoh kontemporer yang mengembangkan maqasid
syariah klasik yang menurutnya lebih bersifat individual yakni protection
atau perlindungan dan perservation dalam kurung pelestarian kemudian di
orientasikan menjadi maqosid syariah yang lebih bersifat universal
kemasyarakatan dan kemanusiaan (hak asasi manusia dan kebebasan).

Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat dinyatakan bahwa sistem


hukum Islam itu tidaklah kaku apalagi yang menyangkut ghairu mahdhah
dia akan selalu berkembang dan mengikuti zaman sesuai dengan
kebutuhan perkembangan manusia dan lingkungan hidupnya. Atau dengan
bahasa lain bahwa sistem hukum Islam itu selalu selaras dan berbanding
lurus dengan perkembangan keluasan pikiran manusia yang diberikan oleh
Allah untuk dapat menjalankan fungsinya sebagai khalifah di muka bumi.
Di samping itu sistem hukum Islam akan selalu selaras dengan
perkembangan ilmu dan kebenaran karena telah Allah berikan sebagai
rahmatan lil 'alamin (rahmat bagi semesta alam).

Konteks hubungannya dengan Qanun Aceh Nomor 11 tahun 2018


tentang lembaga keuangan syariah dapat ditegaskan bahwa Qanun tersebut
karena mengatur tentang muamalah maka Qanun tersebut menjadi salah
satu bahan dan atau hasil dari ijtihad para mujtahid fiqih muamalah yang
akhirnya hadir dalam bentuk Qanun LKS dan berlaku dalam masyarakat
Aceh.

Apabila dalam perkembangannya ada hal-hal dan atau masalah


yang timbul dari proses transaksi keuangan dari Qanun tersebut dalam
rentang waktu penerapannya maka ilmu maqashid Syariah dapat dijadikan
alat untuk mencari hukumnya yang sejalan dengan kepentingan transaksi
antara pelaksana jasa dan pengguna jasa keuangan tersebut dan sesuai juga
dengan syariat Islam.

Adapun penerapan teori Maqasid Syariah dalam disertasi ini adalah:

As-Syatribi :

1. Hifdz Diin
2. Hifdz Aql
3. Hifdz Naas
4. Hifdz Maal
5. Hifdz Nasb

Abraham Maslow : 1. Kebutuhan Fisiologi, 2. Rasa Aman, 3. Sosial, 4.


Status, Aktualisasi diri

Jasser Auda = As-Syatibi dan Abraham Maslow

1. Maqashid Ammah
2. Maqasid Khusshoh
3. Maqashid Juz`iyyah

Anda mungkin juga menyukai