Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

PERKEMBANGAN TAREKAT DI INDONESIA

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Tasawuf

Dosen Pengampu : Jainul Arifin, M.Pd

Disusun oleh:
Kelompok 11
1. Dewi Mashitoh 2618044
2. Nurul Amaliatus Solihah 2618030
3. Ambid Lana Rizqo 2618049
4. Utami Puji Astuti 2618114

KELAS C

TADRIS MATEMATIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2019

i
KATA PENGANTAR

Assalaamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. yang telah
memberikan nikmat iman dan nikmat islam kepada kita, shalawat dan salam kami
limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Pada kesempatan ini kami selaku penulis telah membuat makalah tentang
“Perkembangan Tarekat Di Indonesia” Dimana makalah ini dibuat untuk
melengkapi tugas mata kuliah “Ilmu Tasawuf”.

Kami mengucapan terimakasih kepada Bapak Jainul Arifin, M.Pd selaku


dosen pengampu yang telah memberikan tugas untuk mata kuliah terkait dan
membantu dalam penyelesaian serta penyusunan makalah ini. Apabila dalam
makalah ini terdapat banyak kekurrangan, kami memohon maaf. Kami sangat
menantikan saran dan kritik dari pembaca yang bersifat membangun. Atas
perhatianya kami ucapkan terimakasih.

Pekalongan, 17 Mei
2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang ............................................................................................... 1
2. Rumusan Masalah ..........................................................................................
3. Tujuan Penulisan Makalah .............................................................................
4. Manfaat Makalah ...........................................................................................
BAB II PEMBAHASA
A. Sejarah Tarekat di Indonesia ..........................................................................
B. Pertumbuhan dan Perkembangan Tarekat di Indonesia..................................
C. Tarekat-tarekat yang Banyak Berkembang di Indonesia
..............................................
D. Pengaruh dan Kontribusi Tarekat dalam Kehidupan Masyarakat ...................
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan .......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Tarekat pada awalnya merupakan salah satu bagian dari tasawuf.
Para sufi mengajarkan ajaran pokok tasawuf, yaitu syariat, tarekat,
hakikat, dan ma’rifat, yang pada akhirnya ,sing-masing ajaran
tersebutberkembang menjadi aliran yang berdiri sendiri. Sebagaimana
diungkapkan dalam hadist yang, maknamya bahwa syariat adalah
perkataannku, tarekat adalah perbuatankudan hakikat adalh batinku.
Sufisme dan tarekat merupakan wacana dan praktik keagamaan
yang cukup populer di Idonesia. Bahkan akhir-akhir ini kecenderunga
sufistik telah me jangkau ke masyarakat kelas menengah sampai
masyarakat kelas atas (elit) dengan pertumbuhan angka yang cukup
signifikan terutama di daerah perkotaan. Tampaknya gaya hiduo ala
sufistik mulai digandrubgi sebagian orang yang selama ini dianggap
bertentangan dengan kondisi dan gaya hidup mereka. Gejala ini bisa jadi
sebagia bentuk pemenuhan unsur spiritual yang belum terpenuhi oleh
ibadah rutin.
Menguatnya gejala sufistik yang terjadi pada semua lapisan
masyarakat, mengindikasikan bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam
sufisme dan tarekat secara psikoligis mampu membawa anak bangsa ini
menuju masyarakat yang lebih bermartabat dab manusiawi, sehingga
tarekat diharapkan dapat mengatasi sebagian persoalan hidup terutama
dalam bidang moralitas.
2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah tarekat di Indonesia?
2. Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan tarekat di Indonesia ?
3. Apa saja tarekat-tarekat yang berkembang di Indonesia?
4. Apa saja pengaruh dan kontribusi tarekat dalam kehidupan masyarakat?

3. Tujuan
1. Mengetahui dan menjelaskan sejarah tarekat di Indonesia.
2. Mengetahui dan dapat menjelaskan pertumbuhan dan perkembangan
tarekat di Indonesia.
3. Mengetahui dan menjelaskan tarekat-tarekat yang berkembang di
Indonesia.
4. Mengetahui dan memahami pengaruh dan kontribusi tarekat dalam
kehidupan masyarakat.
4. Manfaat
Adapun manfaat makalah ini adalah:

1. Bagi pembaca, diharapkan dapat mengetahui segala aspek yang dibahas


tentang tarekat dan perkembangannya di Indonesia.
2. Bagi mahasiswa jurusan tadris matematika, diharapkan dapat
mengimplementasikan materi yang dibahas dalam makalah ini.

-2-
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Tarekat di Indonesia


Syarifah Syafe'i dalam sebuah tulisannya pada al-Ta'lims,
mengungkapkan bahwa ada dua corak kehidupan yang sangat bertolak
belakang yang mulai muncul di tengah-tengah kehidupan umat Islam pada
abad pertama dan kedua Hijriah. Pertama, corak kehidupan yang mengejar
harta benda atau pangkat, memperturutkan hawa nafsu, bergelimang dosa dan
membelakangi dosa. Seperti yang diperlihatkan oleh seorang kaya pada
zaman Khalifah Bani Umayah (41-132 H/661-750 M). Kedua, merupakan
corak kehidupan yang sangat tekun beribadah, menjauhi harta dan pangkat
atau membelakangi dunia. Corak kehidupan yang kedua ini diperlihatkan oleh
para zahid besar, yang muncul pada abad ke-2 H, seperti Hasan al-Bashri di
Basrah Irak, Fudhail bin Iyadh di Makkah dan Sufyan al-Tsauri di Basrah.
Amir Ali dalam bukunya The Spirit of Islam, yang dikutip oleh Abu
Bakar Aceh, mengatakan bahwa ajaran sufi dengan cepatnya bergerak dari
Iran dan Persi menuju India, di mana kehidupan sufi ini mendapatkan tanah
yang subur untuk hidup. Sejumlah sufi tersebut lebih banyak berkembang di
Hindustan dan Dekkan yang mendapatkan nama harum semasa hidupnya
Melihat perkembangan sufisme itu dengan adanya pendekatan para ulama
yang berorientasi pada syariat dan para sufi mencapai puncaknya. Konflik
antar ulama yang sudah berlangsung lama itu sudah mulai berkurang dengan
adanya rekonsiliasi di antara mereka yang diajarkan oleh al-Qusyairi dan al-
Ghazali.
Menurut Azyumardi Azra, sikap rekonsiliasi antara syariat dan tasawuf
dan masuknya para ulama ke dalam tarekat mengakibatkan lahirnya neo-
Sufisme. Ajaran-ajaran tasawuf dari para sufi ini pada akhirnya berkembang
menjadi suatu ajaran tarekat yang terhimpun dalam satu bentuk organisasi.

-3-
Sesudah abad ke-2 H, perkembangan Salafiyah sudah dipengaruhi oleh
filsafat dan aliran kalam/pikiran manusia yang telah memasuki negara Arab,
seperti filsafat Yunani, India dan Tiongkok, sehingga pengalaman antara
Tarekat Nabawiyah dengan Tarekat Salafiyah telah bercampur dengan
filsafat.
Menurut Harun Nasution, tarekat yang pertama muncul adalah Tarekat
Qadariyyah. Tarekat ini dihubungkan dengan Muhyi al-Din Abd al-Qadir Ibn
Abdillah al-Jailani (populer dengan sebutan al-Jailani) Dari murid-murid
tarekat ini pada akhitnya ada yang mendirikan tarekat-tarekat lain, sehingga
berkembang tarekat dengan cabang-cabangnya yang banyak Salah satu di
antaranya yaitu Tarekat Rifa iyyah di Irak yang kemudian punya pengikut di
dunia Islam bagian Barat, seperti Mesir Salah seorang muridnya di Mesir
yaitu Ahmad al-Badawi (w. 1276 M) yang selanjutnya membentuk tarekat
lain yang dikenal dengan Ahmadiyah atau Badawiyah.
Namun tentang tarekat yang pertama kali muncul terjadi perbedaan
pendapat para ahli, karena berbedanya sudut pandang dan alasan mereka
dalam mengemukakan pendapatnya Juga disebabkan karena berbedanya
biografi daerah yang mereka hadapi. Dalam kitab Ada al-Muridin
menyatakan bahwa Tarekat al-Suhrawardi lah yang merupakan aliran sufi
universal yang tertua. Tarekat itu didinikan oleh Abu al- Najib al-Suhrawardi
beserta keponakannya. Dari tarekat inilah berkembangnya tarekat dengan
cabang-cabangnya yang lain.
Azyumardi Azra dalam kata pengantarnya pada buku Tharigah
‘Alawiyah mengungkapkan bahwa munculnya Tarekat ‘Alawiyah merupakan
tarekat yang punya peranan penting dalam sufisme pada abad ke-17 M yang
dinisbahkan pada Iman Alawi bin Ubaidillah (w 383 H) Tarekat ini sangat
signifikan karena turut menandai perkembangan baru dalam kehidupan sosial
keagamaan (tasawuf). Tarekat ini berkembang di Hadramaut yang biasa
disebut dengan Tarehat Arab. Merupakan tarekat yang idak berbunga-bunga
yang lebih menekankan pada aspek akhlak atau amali dalam kesufian. Bisa
juga dikatakan bahwa tarekat ini dikategorikan pada tarekat Neo-Suisme.

-4-
Ditinjau dari kedudukan Tarekat ‘Alawiyah ini berada antara Tarekat
Ghazaliyah dan Tarekat Syazaliyah, karena kedua tarekat ini ada pada
Tarekat ‘Alawiyah. Tarekat Ghazaliyah menekankan pada pentingnya amal
yang zahir, sedangkan Tarekat Syadzaliyah tidak menekankan pada sikap
ketergantungan terhadap amal. Perkembangan tarekat ini sangat pesat dengan
cabang cabangnya yang menyebar di seluruh wilayah Islam. Dengan
banyaknya tarekat yang muncul tersebut, Syekh Jalaludin yang dikutip Aceh,
menjelaskan pembagian tarekat secara garis besarnya, yaitu: Pertama, tarekat
yang sudah diakui kebenarannya yang ajarannya sudah menyimpang dari
syariat Islam, yang dikenal dengan sebutan Tarekat Ghairu Mu'tabarah.
Dalam Ensiklopedi Islam tertulis bahwa tarekat mu'tabarah terbagi atas 44
macam dan Syekh Jalaludin membaginya kepada 41 macam. Sedangkan
tarekat ghairu mu'tabarah belum ditemukan jumlahnya dalam berbagai
literatur. Namun demikian, tarekat ini dapat diperhatikan dari ajaran yang
mereka praktikkan, yaitu sejauh ibadah yang mereka lakukan telah keluar dari
syariat Islam. Dan tarekat Mu'tabarah dan dikenal dengan Tarekat
Mu'tabarah. Kedua, tarekat ini yang berkembang dan lebih berperanan di
dunia Islam.
Muthahhari dan Thabathaba'i dalam buku Menapak Jalan Suf
mengungkapkan bahwa Tarekat Qadiriyah muncul pada abad ke-6 H yang
dinisbahkan pada Abdul Qadiral-Jailani, Sedangkan Syekh Najmudin al-
Kubra muncul pada abad ke-7 H merupakan su terkenal telah melahirkan
beberapa cabang tarekat. Begitulah tarekat mengalami perkembangan abad
dem abad yang dalam setiap abad selaiu mengalami perkembangan. Pada
abad ke-7 H yang memberitkan kontribusi terbesar adalah Muhyiddin Ibn
'Arabi di saat tasawuf mencapai puncak kejayaannya. Filsuf Muslim Mulla
Shadra nemandang bahwa Ibn ‘Arabi, dari sisi kedudukan, lebih tinggi dari
Ibn Sina dan al-Farabi. Tapi mellhat kepada sosok dan kepribadiannya yang
luar biasa menyebabkan timbulnya pandangan yang bertentangan. Karena
sebagian ada yang memandangnya sebagai orang yang sangat berarti dalam

-5-
perkembangan tasawuf, dan sebagian ada yang memandangnya sebagai
seorang pembunuh agama.
Dari beberapa pendapat para ahi di atas, menurut pandangan Annimarie
Schimmel bahwa tarekat yang pertama adalah tarekat yang didirikan oleh
Abdul Qadir Abu Najib al-Suhrawardi (w. 1168 M) yang terkenal dengan
Tarekat Suhrawardi. Kemudian lahir Tarekat Qadiriyah yang berawal dari
khatib Hambali di Baghdad yang menarik pengikut dalam seorang jumlah
yang besar melalui khutbah dan wejangan-wejangannya Namun khutbah yang
disampaikan itu sedikit mengandung mistik. Peristiwa ini bersamaan dengan
didirikannya tarekat Suhrawardi.

B. Pertumbuhan dan Perkembangan Tarekat di Indonesia


Islamisasi di Indonesia dimulai pada saat tasawuf menjadi corak
pemikiran yang dominan di dunia Islam Pikiran-pikiran para sufi terkemuka,
seperti Ibn ‘Arabi dan Ghazali sangat ber- pengaruh terhadap pengarang
pengarang. Muslim Indonesia generasi awal, bahkan hampir semua pengaring
Mualim Indoges itu adalah para penganut tarekat. Masyarakat Indonesia
berpaling kepada Islam pada saat tarekat mencapai puncak kejayaannya.
Peranan tasawuf yang terlembagakan dalam bentuk tarekat sangat besar
konstribusinya dalam proses Islamisasi di Indonesia. Hal ini tidak saja diakui
oleh para sarjana Maslim, tetapi juga diakui oleh para sarjana Barat.
Pengakuan di atas seakan-akan memberi gambaran bahwa yang membuat
Islam berkembang dan menjadi kekuatan besar dalam kehidupan masyarakat
Indonesia adalah tasawuf.
Sejarah masuknya tarekat di Indonesia tidak bisa lepas dari sejarah
masuknya Islam ke Indonesia. Mengenai sejarah masuk Islam ke Indonesia
terdapat dua pendapat: Pertama, Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-7 M
yang dibawa langsung dari Arab Pendapat ini didukung oleh TW. Arnold,
Syed Naquib al-Attas Hamka, dan lain lain. Kedua, Islam datang ke Indonesia
pada abad ke-13 M dibawa dari Gujarat. Pendapat ini didukung oleh Snouck
Hourgroune, JP Moquette, R.A. Kern, dan lain-lain. Perbedaan pendapat ini

-6-
juga dikemukakan dalam Seminar Masuk Islam ke Nusantara di Medan pada
tahun 1963 dan di Padang tahun 1968.
Dari kedua pendapat di atas bisa dikompromikan bahwa masuknya
Islam ke Indonesia mengalami dua periode. Periode pertama Islam masuk ke
Indonesia dengan motivasi perdagangan yang terjadi kira-kira pada abad ke-7
M. Periode kedua Islam masuk ke Indonesia dengan motivasi dakwah secara
besar- besaran, dan ini terjadi kira-kira pada abad ke-13 M. Dalam
pembahasan tulisan ini, penulis mengambil pendapat yang kedua mengingat
periode tersebut sangat berkaitan sekali dengan perkembangan tasawuf serta
tarekat di Indonesia. Pada masa tersebut dunia tasawuf serta tarekat sedang
mengalami kejayaan di dunia Islam, sehingga pengaruhnya juga terasa
sampai ke Indonesia.
Pendapat kedua didasarkan pada laporan Marcopolo yang datang ke
Sumatera tahun 1629 M, yang mengatakan bahwa di Sumatera terbagi atas
delapan kerajaan, hanya satu yang berpegang kepada Islam, yaitu kerajaan
Aceh-Perlak. Pada abad ke-13 M ini para sufi, terutama dari Persia datang ke
Indonesia untuk memesatkan perkembangan dakwah Islamiyah. Di antara
para sufi itu adalah Jihan Syah, berasal dari India Barat, datang ke Acch pada
tahun 1204 M.Jihan Syah ini yang pertama membangun Kerajaan Islam Aceh
Besar yang berpusat di Ramni dengan gelar "Sri Paduka Sultan Dinasti Jihan
Syah memerintah Acch selama dua abad lamanya (1205-1408). Islam yang
pertama kali datang ke Indonesia pada abad ke-13 M melalui Aceh adalah
Islam yang bercorak tasawuf yang terlembagakan dalam bentuk tarekat.
Di antara bukti-bukti yang menunjukkan bahwa masuknya Islam ke
Indonesia bercorak tasawuf adalah tatkala kerajan Aceh mencapai puncak
kejayaannya pada abad ke-16/17 M. Kepemimpinan ini didukung oleh para
sufi dan syaikh syaik tarekat, seperti Hamzah Fansuri, Syamsuddin
Sumaterani, Abd Rauf Singkel, dan Syaikh Nuruddin al-Raniry, dengan
tarekat mereka Qadiriyah dan Syattariah. Saat itu Aceh menjadi pusat
pendidikan Islam, termasuk ilmu tasawuf dan tarekat. Dari para sufi dan

-7-
syaikh-syaikh tarekat ini kemudian Islam disebarkan oleh murid-muridnya ke
berbagai penjuru wilayah Indonesia.
Islam disebarkan ke Sumatera melalui Minangkabau oleh Syaikh
Burhanuddin Ulakan, murid Syaikh Abd Rauf Singkel kemudian disebarkan
lagi oleh murid-murid Syekh Burhanuddin, seperti Tuanku Mansiangan Nan
Tuo, Tuanku nan Renceh, dan lain-lain. Dari Minangkabau Islam disebarkan
ke seluruh Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan sekiarnya.
Islam disebarkan ke pulau Jawa oleh Syaikh Maulana Malik yang
Ibrahim, Syaikh Maulana Ishak, dan Syaikh Ibrahim Asmoro, yang semuanya
merupakan alumni pusat-pusat kegiatan pendidikan Islam di Aceh.
Penyebaran Islam di Jawa selanjutnya dibawa oleh para sufi yang tergabung
dalam "Wali Songo". Atas usaha para wali ini Islam mampu memasuki
kerajaan Majapahit, mendirikan kerajaan Demak, dan menguasai Banten dan
Batavia.
Di Indonesia terdapat berbagai macam dan jenis tarekat dengan
sejumlah besar pengikutnya yang tersebar di berbagi daerah. Menurut
Jalaluddin jumlah tarekat yang ada di Indonesia bahwa tidak diketahui secara
persis data rincinya, namun menurut hasil penelitiannya bahwa tarekat yang
tersebar di Indonesia terdapat sekitar 38 macam. Dari ketigapuluh delapan
tarekat tersebut yang mempunyai pengaruh dan pengikut yang besar antara
lain, Tarekat Qadiriyah, Naqsyabandiah, Sammaniyyah Tijaniyyah,
Khalwatiyyah, Wahidiyyah, Shiddiqiyyah, dan lain-lain. Secara relatif,
tarekat merupakan tahap paling akhir dari perkembangan tasawuf. Menjelang
penghujung abad ke-13 M telah muncul tokoh sufi, seperti Sumatrani dan al-
Palimbani. Di saat orang Indonesia mulai berpaling kepada Islam, tarekat
justru berada pada puncak kejayaannya. Tarekat dengan berbagai ajarannya
diberikan oleh gurunya bisa dikatakan bahwa tarekat itu menyistemisasikan
ajaran metode-metode tasawuf.
Di Indonesia terdapat bermacam-macam tarekat darn organisasi-
organisasi yang mirip dengan tarekat. Adapun tarekat yang sampai ke
Indonesia adalah tarekat yang telah terakomodasi baik ajarannya maupun

-8-
organisasinya. Yaitu dengan adanya rekonsiliasi tasawuf dan syariat oleh al-
Ghazali. Beberapa di antaranya merupakan tarekat lokal yang berdasarkan
pada ajaran-ajaran dan amalan-amalan guru tertentu. Umpamanya, Wahidiyah
dan Shiddiqiyah di Jawa Timur dan Tarekat Syahadatain di Jawa Tengah.
Tarekat lainnya yang lebih besar, sebetulnya merupakan cabang-cabang dari
gerakan sufi internasional, seperti Tarekat Khalwatiyah di Sulawesi Selatan,
Syatahariyah di Sumatera Barat dan Jawa Tengah, Qadiriyah, Rifaiyah,
Idrisiyah atau Ahmadiyah, Tijaniyah dan yang paling besar adalah
Naqsyabandiyah.
Menurut Simuh dalam bukunya Tasawuf dan Perkembangannya dalam
Islam menyatakan bahwa tarekat-tarekat di dunia Islam adalah Qadiriyah,
Rifaiyah, Suhrawardiyah dan Syaziliyah. Dan tarekat Qadiriyah sudah
berkembang di Indonesia pada abad ke-16 M. Tarekat Naqsyabandiyah
mencapai lingkup penyebarannya yang paling hebat adalah antara tahun
1885-1936 M, tapi setelah itu merosot dengan tajam, namun pengikutnya di
Indonesia meningkat dengan pesat setelah tahun 1885. Namun demikian,
tarekat telah lahir di Indonesia jauh sebelumnya.
Ulama yang pertama kali menyebut Tarekat Naqsyabandiyah di
Indonesia adalah Said Yusuf Makassari (1626-1669 M).19 la adalah orang
pertama yang membawa tarekat ini. Yusuf Makassari pada mulanya
menerima tarekat Qadiriyah di Aceh pada tahun 1644. Kemudian pada waktu
ia pergi ke Yaman, la mempelajari Tarekat Naqsyabandiyah melalui seorang
syekh Muhammad Abd al-Baqi.
Menjelang akhir abad ke-18, tarekat-tarekat tersebut semakin eksklusif
dan terpusat. Kecenderungan dalam abad ke-17 dari para ulama untuk
berafiliasi dengan beberapa tarekat yang masih dipraktikkan hingga paruh
pertama abad ke-18. Tetapi, pada abad berikutnya terdapat beberapa contoh
yang menunjukkan bahwa kesetiaan penuh pada satu tarekat semakin kuat.
Menurut Azra, Hamzah Fansuri merupakan tokoh suft pertama di
Melayu-Indonesia dan juga seorang perintis terkemuka dan sangat
berpengaruh tradisi kesusastraan Melayu hingga abad ke-20. Ajaran tasawuf

-9-
Hamzah mengikuti doktrin Wujudiyah yan Qadiriyah yang didirikan oleh
Abdul Qadir al-Jailani. Setelah Hamzah, muncul Nurudin al-Raniri (w. 1096-
1658) la terkenal sebagai seorang syckh pada Tarekat Rifaiyah yang didirikan
oleh Ahmad Rifa'i (w. 578-1181) Al-Raniri belajar tarekat dari Ba Syaiban
yang pada saat itu bertindak sebagai syekh di India. Selanjutnya, ia berangkat
ke Nusantara dengan memilih Aceh sebagai tempat menetapnya. Walaupun
belum ada bukti dokumenter ia diperkirakan tiba di Aceh pada tanggal 6
Muharam 1047 H/31 Mei 1657 M.
Dari keterangan di atas diketahui bahwa al-Raniri merupakan syeikh
kedua yang berperan di Aceh yang menyebarkan Tarekat Rifa'iyah. Menurut
Azyumardi Azra, Rifa'iyah bukanlah satu-satunya tarekat yang dikaitkan pada
Nurudin al-Raniri. Sebab dia juga mempunyai silsilah inisiasi dengan Tarekat
Aydrusiyah dan Qadiriyah. Al-Raniri ini setelah tiba di Aceh langsung
diangkat menjadi Syekh Islam menggantikan Syams al-Din Sumatrani. la pun
sangat berpengaruh pada saat itu.
Sebagaimana penjelasan di atas bahwa Nurudin al-Raniri juga
berafiliasi dengan Tarekat Qadiriyah dan Tarekat Aydrusiyah. Hal ini tampak
pada dirinya yang sangat terpengaruh dengan tarekat itu dalam
mengembangkan kecenderungan radikalnya. Begitulah al-Raniri yang
berafiliasi dengan tiga tarekat yang masing-masing berpengaruh bagi dirinya
sendiri.
Jika diperhatikan bahwa Tarekat Syatariyah terkenal di Madinah
dengan syeknya Ahmad Qusyairi (w. 197 H/1661 M)25 Ahmad Qusyairi
mempunyai murid Abdul Rauf Singkili yang belajar padanya beberapa waktu
saja. Kemudian Singkili me- lanjutkan belajarnya kepada Ibrahim al-Kurani
sampai Singkili mendapatkan ijazah. Selanjutnya Singkili mengajarkan
Tarekat Syatariyah yang cenderung kepada sufistik. Semenjak ini Singkili
kembali ke tanah kelahirannya untuk mengembangkan Tarekat Syatariyah
dan Tarekat Qadiriyah. Abdul Rauf Singkili-lah yang mewarnai perdebatan
antara tasawuf wujudiyah dengan tasawuf yang bercorak amali. Dengan
demikian, sejak abad ke-16 M paham tasawuf telah berkembang di Acch 26

- 10 -
Pemikiran tasawuf yang dikembangkannya pada dasarnya adalah tasawuf
amali, seperti yang dikembangkan oleh al-Ghazali Buktinya dapat dilihat
pada amalan-amalan tarekat Syatariyah yang dibimbingnya, yaitu yang lebih
mengutamakan syariat, seperti zikir, shalat, puasa dan wirid-wirid membaca
bacaan kalimat Tayyibah (baik).
Kemudian di Palembang yang menjadi ulama paling terkenal adalah
Abd al-Samad al-Palimbani. Dia adalah ulama yang sangat rpengaruh di
antara ulama asal Palembang, kebesarannya telah dapat menyamai ulama
Timur Tengah pada abad ke-18 M Al-Palimbani juga seorang penulis sufi
terkenal. Sebagian besar hidupnya bermukim di Makkah. la juga banyak
menulis buku buku yang berbahasa Melayu dan Arab. Di Makkah, ia menjadi
pengikut setia Muhammad Saman pendiri Tarekat Samaniyah. Sebagai
anggota tarekat ini, ia juga menyebarkannya ke Palembang dan Acch. Dengan
demikian al-Palimbani-lah yang membawa dan menyebarkan Tarekat
Samaniyah di Palembang dan Aceh untuk pertama kalinya. Al-Palimbani
dalam kitabnya Sairus al-Salikin dari jilid satu sampai empat menulis jalan-
jalan syariat dan hakikat yang perkenalkan sistem tarekat, khususnya Tarekat
Samaniyyah da ia juga termasuk salah seorang khalifahnya.
Selain ulama di atas, juga ada ulama lain yang dikenal dan merupakan
perintis ketiga pembaruan Islam di Nusantara yaitu Syeikh Yusuf al-
Makassari. Syaikh Yusuf al-Makassari adalah seorang tokoh yang dikenal
luas sejak dari Sulawesi dan Jawa Barat hingga Arab, Srilangka dan Afrika
Selatan. Ia terkenal bukan saja karena kealimannya dalam lapangan
keagamaan, tetapi juga berjasa dalam mengusir penjajahan Belanda di
Nusantara. Dalam perjalanannya Yusuf al-Makassari ini mendapatkan bai'at
dari Tarekat Qadiriyyah dan Naqsyabandiyah, Badawiyah dan Syatariyah,
karena ia banyak berguru kepada syekh-syekh yang berbeda ajarannya,
seperti yang telah diuraikan pada penjelasan sebelumnya.
Setelah Yusuf al-Makassari melakukan perjalanan kurang lebih dua
dasawarsa, Syekh Yusuf kembali ke tanah airnya pada tahun 1672 M. Tapi
mengenai di mana sebenarnya Yusuf singgah untuk pertama kalinya terjadi

- 11 -
perbedaan pendapat, sebagaimana dijelaskan oleh Duski Samad dalam
bukunya Sufi Nusantara dan Pemikirannya. Pendapat pertama mengatakan
bahwa ia singga pertama kalinya di Makasar, setelah ia mendapatkan respons
yang baik dari masyarakat dan tidak berhasil membawa misi keilmuarn dan
melihat Makasar tidak kondusif lagi bagi dirinya, maka Yusuf memutuskan
untuk pindah ke Banten. Sedangkan menurut pendapat kedua dikemukakan
oleh Martin Van Bruinness bahwa Yusuf langsung pergi ke Banten, dengan
alasan bahwa Gowa telah ditaklukkan oleh Belanda pada tahun 1669 M.
Sedangkan Banten masih tetap tegar melawan Belanda di bawah pimpinan
Sultan Agung Tirtayasa. Menurut Azyumardi Azra, al-Makassari tidak hanya
membatasi ajaran-ajarannya pada tasawuf saja, tapi juga pada pembaruan
kepercayaan dan amalan kaum muslimin Nusantara melalui sufisme yang
lebih berorientasi pada syariat. Seperti ada tarekat yang dikaitkan dengan al-
Makassari, yaitu Tarekat Khalwatiyah yang dikenal dengan Khalwatiyah
Yusufiyah yang mendapatkan lahan subur di daerah Sulawesi Selatan,
sebagaimana yang dilakukan olch Abu Hamid dari Ujung Pandang.
Tarekat Naqsyabandiyah mula-mula muncul di Indonesia dalam paruh
kedua abad ke-17 di Sulawesi Selatan. Kemudian dari Banten seorang guru
menyebarkannya ke daerah Bogor dan Cianjur. Di tempat ini ia mengangkat
khalifah. Kemudian pada penghujung abad ke-18 dan awal abad ke-19 tarekat
ini ditemukan di Jawa Tengah, tapi tidak diketahui apakah ia datangnya dari
Banten atau dari Arab.
Di antara syeikh-syeikh tarekat yang muncul tersebut ada yang
bergabung menjadi satu, seperti Syeikh Yusuf al-Makassari yang
memasukkan unsur Naqsyabandiyah dalam tarekat Qadiriyah sehinga
menjadi tarekat yang baru. Tarekat ini didirikan oleh Ahmad Khatib bin Abd
al-Gaffar Sambas pada pertengahan abad ke-19 M. la mempunyai murid yang
banyak, di antaranya orang-orang Indonesia yang berkunjung ke Makkah dari
segenap penjuru Nusantara, melayu, Sumatera, Jawa, Bali dan Lombok
Sehingga pada akhirnya melalui murid-murid ini terjadinya pengembangan
Tarekat Qadiriyah wa Nagsyabandiyah.

- 12 -
Sedangkan di Sumatera Barat tarekat tumbuh subur adalah tarekat
Naqsyabandiyah Khalidiyah pada tahun 1860-an, yang dibawa oleh Ismail al-
Minangkabawi. Menurut Azyumardi Azra, masuknya tarekat ke Sumatera
Barat dibawa oleh Burhanuddin dengan nama Tarekat Naqsyabandiyah.
Syekh Naqsyabandi pertama di Sumatera Barat yaitu Syekh Jalal al-Din
Cangking yang naik pamornya pada tahun 1860-an. Pada masa Syekh Jalal
al-Din inilah persaingan Cangking dengan Ulakan menjadi pusat utama
ulama Syatariyah. Hal itulah yang mulai menyebabkan perpecahan pada
sebagian besar masyarakat Minang menjadi golongan konservatif yang
memeluk agama Ulakan dan pengikut agama Cangking, yang lebih cenderung
memurnikan agamanya.
Menurut Martin dalam bukunya Naqsyabandi di Indonesia,
mengungkapkan bahwa orang-orang Sumatera yang bermukim di Makkah
pada tahun 1880-an, ternyata menjadi pengikut tarekat, apakah tarekat
Naqsyabandi atau tarekat Qadiriyah. Dan penyebaran Naqsyabandi yang
pesat antara orang-orang Minang di Sumatera Barat pada tahun 1860-an.
Pertumbuhan itu terus berlanjut sampai pada masa Sulaiman al-Zuhdi dan
putranya al Ridha, yang punya banyak khalifah. Tapi khalifah yang terkenal
bukanlah dari Minangkabau tapi adalah dari seorang Melayu pantai Timur
yang bernama Abd al-Wahhab Rokan.
Begitulah perkembangan tarekat di Nusantara yang mencapai
puncaknya antara tahun 1850-1860-an. Karena pada masa itu orang-orang
Indonesia sudah mulai tertarik pada tarekat. Menurut Martin Van Bruiness
hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Namun, faktor yang paling penting
yaitu komunikasi antara Indonesia dan Hijaz yang membaik secara dramatis.
Di antara tokoh-tokoh yang punya kharisma yang tinggi dan sangat
menunjang kepopulerannya, yaitu Sulaiman al-Zuhdi, Ahmad Khatib Sambas
dan Abd al-Karim.

C. Tarekat-tarekat yang Berkembang di Indonesia


1. Tarekat qadiriyyah

- 13 -
2. Tarekat Syadziliyyah
Tarekat Syadziliyyah adalah aliran tarekat yang dinisbahkan
kepada pendirinya Abu Hasan Ali Asy-Syadzili (593-656 H). Ia adalah
seorang sufi Sunni yang berasal dari Syadziliyyah, Tunisia. Nama
lengkapnya Ali bin Abdullah bin Abdul Jabbar Abu Hasan Asy-Syadzili.
Pada umumnya, tarekat ini dipengaruhi oleh ajaran dan pemikiran Al-
Ghazali. Tarekat ini mempunyai silsilah sampai kepada Hasan putra Ali
bin Abi Thalib dari Nabi. Tarekat ini tergolong mudah dalam
pengamalannya dan dengan mudah juga membawa pengikutnya kepada
jadzah, mujahadah, hudayah, asrar, dan karamah.
Tarekat Syadziliyyah memulai keberadaannya di bawah salah satu
Dinasti Al-Muwahidin di Hafsiah, Tunisia. Tarekat ini kemudian
berkembang dan tumbuh subur di Mesir dan Timur Dekat di bawah
kekuasaannya Dinasti Mamluk.
Berdasarkan ajaran yang diturunkan Asy-Syadzili kpada para
muridnya, kemudian terbentuklah tarekat yang dinisbahkan kepadanya,
yaitu tarekat Syadziliyyah. Tarekat ini berkembang pesat, antara lain di
Tunisia, Mesir, Aljazair, Sudan, Syiria, Semenanjung Arab, dan Indonesia
(khususnya di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur).
Tarekat Syadziliyyah tidak meletakkan syarat-syarat yang berat
kepada syaikh, kecuali mereka harus :
a. Meninggalkan semua perbuatan maksiat;
b. Memelihara segala ibadah yang wajib;
c. Melakukan ibadah sunnah seperlunya;
d. Melakukn dzikir sebanyak mungkin;
e. Membaca istighfar 100 kali;
f. Membaca shalawat 100 kali.

- 14 -
Tarekat Syadziliyyah merupakan tarekat yang terkenal dengan
variasi hizb-nya. Hizb ialah bacaan wirid tertentu yang dibaca oleh para
pengikut tarekat dengan tujuan taqarrub kepada Allah.

Inti ajaran tarekat ini dikelompokkan ke dalam lima hal, yaitu


(1) bertakwa kepada Allah, (2) konsisten mengikuti sunnah, (3) berbuat
baik kepada makhluk, (4) ridha kepada Allah, dan (5) kembali kepada
Allah pada waktu senang atau susah.

3. Tarekat Syattariyyah
Tarekat Syattariyyah adalah tarekat yang didirikan oleh Syaikh
Syattar (890 H/148 M) di Indiaadalah seorang ulama yang masih memiliki
hubungan kekeluargaan dengan As
Suhrawardi, ulamasufi pendiri tarekat As-Suhrawardiyyah. Ia menetap di
Mandu, sebuah desa di India bagian tengah,dan mendirikan khanaqah
pertama bagi para penganut tarekatnya. Ia menulis kitab berjudulLatha’if
Al-Gha’ibiyyah yang berisi tentang prinsip-prinsip dasar ajaran tarekat
Syattariyyah dandisebut sebagai cara tercepat untuk mencapai tingkat
ma’rifah.
Jika ditelusuri lebih awal lagi, tarekat Syattariyyah sesungguhnya
memiliki akar keterkaitandengan tradisi Transoxania, karena silsilah
terhubungkan kepada Abu Yazid Al-Isyqi yangterhubungkan lagi kepada
Abu Yazid Al-Bushtami (873 M) dan Imam Ja’far Ash-Shadiq (763
M).Amalan praktis tarekat Syattariyyah antara lain ditekankan pada dzikir,
baiat, dan talkin. Secarakeseluruhan ada 7 kalimat dzikir yang harus
diucapkan oleh seorang calon murid dalam tahaptalkin dzikir, yaitu la
ilaha illallah, ya Allah, ya Huwa, ya Haqq, ya Hayy, ya Qayyum,dan
yaQahhar.
Tarekat Syattariyyah berpngaruh di India, Pakistan, dan Indonesia
pada abad ke XVI dan XVII.Adapun di Indonesia, awal perkembangannya
dipelopori oleh Syaikh Abdurrauf As-Sinkiliseorang ulama sufi yang
berpengaruh pada awal paruh abad XVII di Aceh. Di Aceh, ia

- 15 -
segeramenjadi pusat perhatian, baik dari kalangan masyarakat luas
maupun dikalangan istana, karenakedalaman pengetahuannya. Di antara
murid-muridnya yang paling terkemuka adalah SyaikhBurhanuddin
Ulakan dari Pariaman, Sumatera Barat yang sekaligus menjadi tokoh
penyebartarekat ini di sana. Kemudian Syaikh Abdul Muhyi dari
Pamijahan, Jawa Barat yang juga menjaditokoh penyebar tarekat ini di
sana. As-Sinkili juga mempunyai murid lain di wilayah
SemenanjungMelayu, yaitu Abdul Malik bin Abdullah (1687-1736 M)
yang dikenal sebagai Tok Pulau Manisdari Trengganu.
Mursyid tarekat Syattariyyah di Cirebon, Kiai Muqoyim seorang
penghulu keraton, mendirikanPesantren Buntet sekitar tahun 1750 M.
Hingga saat ini, Pesantren Buntet menjadi salah satu pusatterpenting
tarekat Syattariyyah di wilayah Jawa Barat.

4. Tarekat Naqsyabandiyyah
Tarekat Naqsyabandiyyah adalah tarekat yang didirikan oleh Muhammad
An-Naqsyabandi. Namalengkapnya adalah Muhammad bin Muhammad
Bahauddin Al-Uwaisi Al-Bukhari AnNaqsyabandi (717-791 H/1318-1389
M). Ia adalah seorang ulama sufi terkenal yang lahir di desaQashrul
Arifah, kurang lebih 4 mil dari Bukhara.
Tarekat Naqsyabandiyyah merupakan sebuah tarekat yang
mempunyai dampak dan pengaruhsangat besar kepada masyarakat muslim
di berbagai wilayah. Tarekat ini pertama kali berdiri diAsia Tengah
kemudian meluas ke Turki, Syiria, Afghanistan, dan India. Di Asia Tengah
bukanhanya kota-kota penting, melainkan juga di kampung-kampung kecil
terdapat zawiyah dan rumahperistirahatan Naqsyabandi sebagai tempat
berlangsungnya aktivitas keagamaan yang semarak.Tarekat ini juga
memiliki banyak pengikut di Indinesia.
Tarekat ini memiliki ciri yang menonjol. Pertama, dalam hal
agama, memberlakukan syariatsecara ketat, menekankan keseriusan
beribadah sehingga menolak musik dan tari, serta lebihmenyukai berdzikir

- 16 -
dalam hati. Kedua, dalam hal politik adanya upaya serius dalam
memengaruhikehidupan penguasa dan mendekatkan negara pada agama.
Berbeda dengan tarekat lainnya, tarekatini tidak menganut kebijaksanaan
isolasi diri dalam melancarkan konfrontasi dengan berbagaikekuatan
politik. Selain itu, tarekat ini pun membebankan tanggung jawab yang
sama kepada parapenguasa dan menganggap bahwa upaya memperbaiki
penguasa adalah sebagai prasyarat untukmemperbaiki masyarakat.
Tarekat Naqsyabandiyyah memasuki wilayah India (kemudian
berpengaruh ke wilayah Indonesia)sekitar abad XVI M / 1526. Tahun ini
bertepatan dengan ditaklukannya India oleh Babur, pendirikekuasaan
Mughal (Mongol Islam). Kaisar sendiri adalah pengikut tarekat
Naqsyabandiyyah danbegitu pula tentaranya. Misalnya, Khalifah
Ubaidillah Ahrar (1490 M) yang mengikutsertakanpasukan penakluknya
ke India. Perluasan dan aktivitas spiritual tarekat ini di India
mendapatdukungan yang sangat kuat pada masa kepemimpinan Sirhindi
(972-1033 H/1564-1624 M). Iadikenal sebagai “Mujaddid Alfi Tsanií”
(pembaharu milenium keuda). Pada akhir abad XVIII,namanya hampir
sinonim dengan tarekat Naqsyabandiyyah di seluruh Asia Selatan,
wilayahkekuasaan Utsmaniyyah, dan sebagian besar Asia Tengah.
Praktek dzikir tarekat Naqsyabandiyyah ada dua cara. Pertama,
dzikir qalbi (dzikir hati), yaitutafakur mengingat Allah, merenungi rahasia
ciptaan-Nya secara mendalam, dan merenungi tentangDzat serta sifat-Nya
Yang Maha Mulia. Keuda, dzikir jawarih (dzikir anggota), yaitu
tenggelamdalam ketaatan.

D. Pengaruh dan Kontribusi Tarekat dalam Kehidupan Manusia

Perkembangan tarekat pada masyarakat Indonesia saat ini tumbuh


cukup signifikan. Di berbagai daerah yang masyarakatnya mayoritas Muslim
isa ditemui pengikut tarekat memang memiliki peranan yang cukup vital
sebagai subkultur dari masyarakat Indonesia. Inibisa dilohat dari fakta

- 17 -
perjuangan perkembangan bangsa Indonesia untuk memperoleh abad ke 18
dan ke 19. Mayoritas pergerakan didominasi oleh ulama-ulama tarekat yang
memiliki banyak pengikut. Mobilisasi masa menjadi suatu hal yang tidak
sulit, karena mereka telah tergabung dalam wadah-wadah tarekat atau
pesantren yang siap digerakkan setiap saat.

Dalam lapangan kehidupan masyarakat, ulama-ulama tarekat juga


memiliki andil yang cukup besar dalam membentuk karakter masyarakat
Indonesian. Ini ditunjukkan misalnya oleh Syaikh Muhammad Arsyad al-
Banjari (1720-1812 M), penulis kitab Sabil al-Muhtadin yang
menggabungkan kesufian dengan etos kerja petani di daerah Banjar dengan
melalui pengajian tarekat. Demikian pula kiprah Ahmad Ripangi dari
Kalisasak (1786-1875 M) menjadi panutan masyarakat Batang dalam hal
menghadapi tekanan politik penguasa, sebagaimana Tarekat Qadiriyyah
melawan Belanda di Banten. Sementara itu masyarakat Sumatera Barat
sangat dipengaruhi oleh Tarekat Syattariyah dan Nasyabandiyah. Di pulau
Jawa misalnya, Pondok Pesantren Suryalaya di Tasikmalaya, Pondok
Pesantren Al-Fitrah Kedingding Surabaya, Pondok Pesantren Darul Ulum
Jombang, Pondok Pesantren Futuhiyyah Mranggen Demak dan Pondok
Pesantren Al-Nuriyyah Bumiayu. Tarekat Qadariyyah Naqsya-bandiyah,
telah banyak memberikan kontribusi di bidang pendidikan, keagamaan,
sosial, dan kebudayaan pada masyarakat.

Disamping itu, pada hakikatnya ajaran, tradisi, dan akhlak tarekat


secara langsung atau tidak langsung menjunjung tinggi nilai-nilai kemajuan
dalam bidang sosial-perekonomian, termasuk dalam pemilihan pekerjaan dan
profesi, sikap zuhud, sikap kefakiran, sabar dan tawakal, syukur serta zikir
dan doa.

- 18 -
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulam

- 19 -
DAFTAR PUSTAKA

- 20 -

Anda mungkin juga menyukai