Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

SEJARAH PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TASAWUF


Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akhlak Tasawuf

Dosen Pengampu: Dr. H. Farkhan, M.Ag.

Disusun Oleh Kelompok 2:


Anisa Fitri Rohimah (222121029)
Mandegani Yoga Bagaskara (222121027)
Lathifah Nur Hidayah (222121040)

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM


FAKULTAS SYARIAH
UIN RADEN MAS SAID SURAKARTA
2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“Makalah Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Tasawuf”. Makalah ini disusun
sebagai salah satu tugas kelompok mata kuliah Akhlak Tasawuf yang diampu oleh
Dr. H. Farkhan, M.Ag.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih banyak kekurangan,


hal ini dikarenakan keterbatasan penulis. Meskipun demikian, penulis berharap
semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.

Wassalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh

Surakarta, 8 September 2022

Penulis,

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………. i
KATA PENGANTAR…………………………………………………….. ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………. iii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………. 1
A. Latar Belakang…………………………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………. 1
C. Tujuan Penulisan…………………………………………………... 2
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………….. 3
A. Tahap Perkembangan Tasawuf……………………………............. 3
B. Pertumbuhan dan Perkembangan Tasawuf………………………... 4
C. Masuknya Tasawuf di Indonesia…………………………………... 7
BAB III PENUTUP………………………………………………………... 9
A. Kesimpulan………………………………………………………… 9
B. Saran……………………………………………………………….. 9
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………... 10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu tasawuf merupakan salah satu cabang ilmu yang di dalamnya
mengandung berbagai permasalahan yang menyangkut dengan aqidah dan
keimanan seseorang. Tasawuf mempunyai perkembangan tersendiri dalam
sejarahnya.
Pertumbuhan dan perkembangan dunia tasawuf pada masa sekarang kurang
diperhatikan masayarakat tentang bagaimana menjalankannya maupun menjaga
dengan baik. Banyak yang mempelajari ilmu tasawuf tanpa tahu sejarah tentang
ilmu tasawuf tersebut, maka dari itu perlunya mempelajari sejarah ilmu tasawuf
dalam Islam menjadi sangat penting agar ketika orang-orang belajar tasawuf
tidak dapat menyelewengkan ajaran-ajaran yang sudah diajarkan pada zaman
Nabi sampai sekarang. Tasawuf bertumpu pada Al-Quran dan Al-Hadist.
Tasawuf dalam segi perkembangannya, ternyata memunculkan pro dan
kontra. Mereka yang kontra menganggap bahwa tasawuf Islam merupakan
sebuah paham yang bersumber dari agama-agama lain dan mendapat pengaruh-
pengaruh asing dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Mereka
mengatakan bahwa tasawuf dalam Islam tumbuh karena terpengaruh oleh ajaran
dan budaya luar Islam.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana tahap perkembangan tasawuf?
2. Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan tasawuf?
3. Bagaimana masuknya tasawuf di Indonesia?

1
2

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan
makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Memahami tahap perkembangan tasawuf
2. Memahami pertumbuhan dan perkembangan tasawuf
3. Memahami masuknya tasawuf di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tahap Perkembangan Tasawuf


Secara historis tasawuf telah mengalami perkembangan melalui beberapa
tahap, sejak pertumbuhan hingga keadaannya sekarang. Tahap pertama tasawuf
masih berupa zuhud dalam pengertian yang masih sangat sederhana. Ketika
pada abad ke-1 dan ke-2 H, sekelompok kaum muslim memusatkan perhatian
dan memprioritaskan hidupnya hanya pada pelaksanaan ibadah untuk mengejar
keuntungan akhirat. Mereka adalah Al-Hasan Al-Bashri dan Rabi’ah Al-
‘Adawiyyah. Kehidupan model zuhud kemudian berkembang pada abad ke-3
H ketika kaum sufi mulai memperhatikan aspek-aspek teoritis psikologis dalam
rangka pembentukan perilaku hingga tasawuf menjadi sebuah ilmu akhlak
keagamaan.1
Dengan demikian, suatu ilmu khusus telah berkembang di kalangan kaum
sufi, yang berbeda dengan ilmu fiqih, baik dari segi objek, metodologi, tujuan
maupun istilah-istilah keilmuan yang digunakan. Tasawuf kemudian menjadi
sebuah ilmu setelah sebelumnya hanya menjadi ibadah-ibadah praktis. Dari sisi
lain pada abad ke-3 dan ke-4 muncul tokoh-tokoh tasawuf seperti Al-Junaid dan
Sari Al-Saqathi serta Al-Kharraz yang memberikan pengajaran dan pendidikan
kepada para murid dalam bentuk jamaah. Untuk Pertama kali dalam Islam
terbentuk tarekat yang kala itu merupakan semacam lembaga pendidikan yang
memberikan pengajaran teori dan praktik kehidupan sufistik kepada para murid
dan orang-orang yang berhasrat memasuki dunia tasawuf. Pada periode ini
muncul pula jenis baru tasawuf yang diperkenalkan Al-Husain ibn Manshur Al-
Hallaj yang dihukum mati akibat doktrin hulul-nya pada 309 H. Pada abad ke-
5 H Imam Al-Ghazali tampil menentang jenis-jenis tasawuf yang dianggapnya
tidak sesuai dengan Al-Quran dan Sunnah dalam sebuah upaya mengembalikan

1
Alwi Shihab, Antara Tasawuf Sunni dan Tasawuf Falsafi: Akar Tasawuf di Indonesia, (Depok:
Pustaka IlMaN, 2009), hlm. 48.

3
4

tasawuf ke pada status semula sebagai jalan hidup zuhud, pendidikan jiwa dan
pembentukan moral.2
Tasawuf terbagi dua yaitu pertama, tasawuf Sunni yang dikembangkan para
sufi pada abad ke-3 dan ke-4 H yang disusul Al-Ghazali dan para pengikutnya
dari syaikh-syaikh tarekat, yaitu tasawuf yang berwawasan moral praktis dan
bersandarkan kepada Al-Quran dan Sunnah. Kedua, tasawuf falsafi yang
menggabungkan tasawuf dengan berbagai aliran mistik dari lingkungan di luar
Islam seperti dalam Hinduisme, kependetaan Kristen ataupun teosofi dalam
neo-Platonisme.3

B. Pertumbuhan dan Perkembangan Tasawuf


Tasawuf Islam yang merupakan cerminan peradaban umat Islam dari aspek
mental-spiritual pun tak luput dari serangan kaum orientalis. Mereka
berpendapat bahwa tasawuf Islam lahir dari kompilasi sumber-sumber asing di
luar Islam, baik Kristen, India maupun yang lain. Tudingan kaum orientalis ini
merupakan kebohongan yang tidak diakui oleh seorang pun pakar yang objektif.
Salah satu orientalis yang fanatis adalah Prof. Duboir yang secara ngawur
mengembalikan tasawuf Islam di masa pertumbuhannya pada tradisi mistis
Kristen dan India.4
Duboir ingin mengembalikan tasawuf di masa perkembangannya pada
sumber-sumber lain yang jauh dari Islam. Ia mengatakan kecenderungan
asketik yang ada pada masa Islam semakin menguat dengan pengaruh faktor-
faktor yang berasal dari tradisi Kristen, Persia dan India. Pendapat Duboir ini
jauh dari kebenaran. Sudah maklum adanya bagi setiap peneliti yang objektif
bahwa perkembangan asketisme atau tasawuf di kalangan kaum muslim
merupakan perenungan panjang mereka atas ajaran-ajaran yang diserukan oleh
Al-Quran dan Sunnah berupa sikap zuhud terhadap dunia dan mendekatkan diri
kepada Allah dengan ekstra ibadah.5

2
Ibid, hlm. 49.
3
Ibid, hlm. 51-52.
4
Muhammad Fauqi Hajjaj, Tasawuf Islam dan Akhlak, (Jakarta: Amzah, 2011), hlm. 17.
5
Ibid, hlm. 18.
5

Nicholson berpendapat bahwa tasawuf Islam pada masa pertumbuhan dan


perkembangannya terpengaruh oleh kebudayaan-kebudayaan luar tidak
didukung oleh bukti dan dalil, sedangkan pernyataannya bahwa ajaran Islam
memiliki pengaruh tertentu pada tasawuf merupakan pernyataan yang
mengandung kebenaran, namun tidak seluruhnya benar, sebab tasawuf pada
masa pertumbuhan dan perkembangannya hanya berlandas pada ajaran-ajaran
Islam.6
Namun Nicholson menarik kembali pendapatnya ketika ia lihat para peneliti
yang lain mengembalikan pertumbuhan tasawuf Islam pada beberapa pengaruh
asing lain selain Kristen, seperti India dan Persia. Ia pun menyatakan kekeliruan
pihak-pihak yang mengembalikan pertumbuhan tasawuf Islam pada satu
sumber. Nicholson menyerukan kepada segenap peneliti sejarah tasawuf agar
memperhatikan sejumlah faktor lain, baik yang bersifat internal maupun
eksternal, politik maupun sosial, agar bisa menyikapi pertumbuhan tasawuf dan
perkembangannya secara tepat.7
Sebenarnya tasawuf Islam tumbuh dan berkembang sendiri dalam atmosfer
ajaran-ajaran Islam sendiri sebagaimana pendapat para pakar yang objektif,
misalnya Dr. Ahmad Amin yang mengatakan pendapat yang rajih adalah bahwa
sufisme lahir dari rahim Islam dan rukun tasawuf pada awal kelahirannya adalah
kezuhudan dan kecintaan kepada Allah. Menurut Ahmad Amin, tasawuf Islam
dalam masa perkembangannya sekalipun tidak terpengaruh oleh kebudayaan-
kebudayaan asing di luar Islam secara definitif dan meyakinkan.8
Qasim Ghani juga membahas masalah pertumbuhan tasawuf dan
perkembangannya dengan melansir berbagai pendapat dalam masalah ini,
termasuk pendapat yang menyatakan bahwa tasawuf kaum muslim tumbuh dan
berkembang sendiri di bawah payung Islam. Namun Ghani mengutarakan
pendapat tersebut dengan gaya bahasa yang terkesan melemahkannya.9

6
Ibid, hlm. 19.
7
Ibid, hlm. 20.
8
Ibid, hlm. 21.
9
Ibid, hlm. 23.
6

Kaum sufi memandang sebagai penghinaan dan pelecehan terhadap diri


mereka jika ujaran-ujaran dan keyakinan-keyakinan mereka dikatakan
mengadopsi pendapat-pendapat paganistik Yunani atau filsafat-filsafat Hindu-
Budha atau taklid pada tradisi Kristen atau terpengaruh oleh monastisisme.
Akan tetapi, mereka menyatakan bahwa tasawuf merupakan inti Al-Quran dan
hadis, dan ia merupakan syuhud para wali Allah yang berhak menerima
anugerah ilahiah melalui proses pensucian diri dan pemurnian batin sehingga
mereka pantas menjadi wadah khawathir ilahiyyah dan mala’ikiyyah. Alasan
lain yang mendasari penulis untuk menolak pendapat-pendapat yang
menyatakan bahwa tasawuf Islam terpengaruh oleh berbagai pengaruh asing,
baik India, Persia maupun Kristen adalah karena pendapat-pendapat tersebut
hanya sekedar hipotesis yang tidak didasarkan kecuali hanya pada beberapa
aspek kesamaan antara tasawuf kaum muslim dengan ajaran mistisme agama-
agama atau filsafat-filsafat tersebut. Meskipun cenderung pada pendapat yang
mengaitkan tasawuf Islam dengan peradaban-peradaban lain, Qasim Ghani
sendiri menyatakan “Kesamaan antara dua hal memang tidak cukup menjadi
landasan untuk menyatakan bahwa keduanya ini adalah satu hal atau salah
satunya lahir dari yang lain, akan tetapi menurut kami kesamaan yang kuat
tersebut hanya memberi kita hak untuk berhipotesis demikian.”10
Tidak hanya penulis sendiri yang cenderung menolak beragam hipotesis
yang mengembalikan tasawuf di masa pertumbuhan dan perkembangannya
pada pengaruh-pengaruh asing di luar Islam, banyak para peneliti objektif
lainnya yang telah terlebih dulu mengimani kecenderungan ini, diantaranya Dr.
Shadiq Nasya’at yang mengatakan karakter tasawuf sebagai buah ilham dan
ilmu ladunni menepis hipotesis ini. Dan jika kita menyatakan bahwa tasawuf
merupakan ilmu kasbi maka kita telah menghancurkan tasawuf dari akarnya.
Kesimpulannya tasawuf Islam di masa pertumbuhan maupun
perkembangannya sama sekali tidak terpengaruh dengan kebudayaan-
kebudayaan asing sebagaimana tudingan sebagian kaum orientalis.11

10
Ibid, hlm. 24.
11
Ibid, hlm. 25.
7

C. Masuknya Tasawuf di Indonesia


Tasawuf mulai masuk ke Indonesia bersamaan dengan masuknya Islam ke
Indonesia dan tasawuf mengalami banyak perkembangan itu ditandai dengan
banyaknya perkembangan ajaran tasawuf dan tarekat yang muncul di kalangan
masyarakat saat ini yang dibawa oleh para ulama Indonesia yang menuntut ilmu
di Mekkah dan Madinah kemudian berkembang secara pesat.
Hawash Abdullah menyebutkan beberapa bukti tentang besarnya peran para
sufi dalam menyebarkan Islam pertama kali di nusantara. Ia menyebutkan
Syekh Abdullah Arif yang menyebarkan untuk pertama kali di Aceh sekitar
abad ke-12 M. Dengan beberapa mubaligh lainnya. Menurut Hawash Abdullah
kontribusi para sufi lah yang sangat mempengaruhi tumbuh pesatnya
perkembangan Islam di Indonesia.12
Perlu kita ketahui bahwa sebelum Islam dating, dianut, berkembang dan saat
ini mendominasi (mayoritas) bahwa telah berkembang sebagai paham tentang
konsep Tuhan seperti Animisme, Dinamisme, Budhaisme, Hinduisme. Para
mubaligh menyebarkan Islam dengan pendekatan tasawuf. M. Sholihin
menerangkan bahwa hampir semua daerah yang pertama memeluk Islam
bersedia menukar kepercayaannya, karena tertarik pada ajaran tasawuf yang
diajarkan para mubaligh pada saat itu.13
Dalam perkembangan tasawuf di nusantara menurut Azyumrdi Azra,
tasawuf yang pertama kali menyebar dan dominan di nusantara adalah yang
bercorak falsafi, yakni tasawuf yang sangat filosofis dan cenderung spekulatif
seperti al-Ittihad (Abu Yazid Al-Bustami), Hulul (Al-Hallaj), dan Wahda al-
Wujud (Ibn Arabi). Dominasi tasawuf falsafi terlihat jelas pada kasus Syekh
Siti Jenar yang dihukum mati oleh Wali Songo karena dipandang menganut
paham tasawuf yang sesat.14

12
Hawash Abdullah, Perkembangan Ilmu Tasawuf dan Tokoh-tokohnya di Nusantara, (Surabaya:
Al-Ikhlas, 1930), hlm. 10.
13
M. Sholihin dan Rosihon Anwar, Ilmu Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), hlm. 141.
14
Azyumadi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII,
(Bandung: Mizan,1995), hlm. 35.
8

Kemudian pada abad ke-16 kitab-kitab klasik mulai ada dan dipelajari
kemudian diterjemahkan dalam bahasa Melayu seperti kitab Ihya’ Ulumuddin
karya Imam Al-Ghazali. Kemudian muncullah beberapa tokoh tasawuf asli
Indonesia seperti Hamzah Fansuri, Nuruddin Ar-Raniri, Syekh Abdul Rauf
Singkili, Abdul Somad Al-Palembani, Syekh Yusuf Al-Makassari.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa perkembangan dan pertumbuhan tasawuf
mengalami penyebaran melalui para sufi untuk menyebarkan tasawuf ke daerah
melalui kebudayaan-kebudayaan Islam. Pendapat-pendapat yang berkenaan
dengan tasawuf ini memperhatikan aspek-aspek teoritis psikologis dalam
rangka pembentukan perilaku hingga tasawuf menjadi ilmu akhlak keagamaan.
Tasawuf menjadi cerminan peradaban umat Islam dari aspek mental-
spiritual, tasawuf tumbuh dan berkembang sendiri dalam atmosfer ajaran –
ajaran Islam sendiri sebagaimana pendapat para pakar objektif. Tasawuf Islam
di masa pertumbuhan maupun perkembangannya sama sekali tidak terpengaruh
dengan kebudayaan-kebudayaan asing sebagaimana tudingan sebagaimana
kaum orientalis. Tasawuf pertama kali menyebar dan dominan di nusantara
adalah yang bercorak falsafi, tasawuf yang sangat filosofis dan cenderung
spekulatif seperti ittihad.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
kami mengharap kritik dan saran dari semua pihak ysng bersifat membangun
demi lebih sempurnanya makalah ini. Penulis juga berharap makalah ini dapat
memberikan manfaat dan wawasan yang lebih mendalam bagi penyusun dan
pembaca. Aamiin.

9
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, H. 1930. Perkembangan Ilmu Tasawuf dan Tokoh-tokohnya di


Nusantara. Surabaya: Al-Ikhlas.
Azra, A. 1995. Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad
XVII dan XVIII. Bandung: Mizan.
Hajjaj, M. F. 2011. Tasawuf Islam dan Akhlak. Jakarta: Amzah.
Shihab, A. 2009. Antara Tasawuf Sunni dan Tasawuf Falsafi: Akar Tasawuf di
Indonesia. Depok: Pustaka IlMaN.
Sholihin, M. & Anwar, R. 2008. Ilmu Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia.

10

Anda mungkin juga menyukai