Kelompok 3:
Andalusia Aisyah Jasmine/ 1514620031
Annisa Larasati / 1514620027
Prayoga Aji Pangestu
Sesi 1
Assalamualaikum wr.wb
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas
rahmat dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Penyajian
Kue-Kue Tradisional dan Umbi-Umbian dalam Pernikahan Adat Jawa Solo” dengan
tepat waktu. Adapun tujuan kami membuat makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
pada mata kuliah Pengolahan Kue Tradisional. Kami menyadari bahwasanya masih
terdapat banyak kekurangan baik dari segi penulisan hingga penyusunan makalah.
Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar kami
menjadi lebih baik di masa yang akan datang.
Kami ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dra. Sachriani,
M.Kes. selaku dosen pada mata kuliah tersebut. Dan kami juga ucapkan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu kami dalam
menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi banyak orang.
Wassalamualaikum wr.wb.
I
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................I
DAFTAR ISI..................................................................................................................1
BAB I.............................................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.................................................................................................1
1.2. Tujuan penulisan.............................................................................................2
1.3. Manfaat Penulisan...........................................................................................2
BAB II............................................................................................................................3
PEMBAHASAN............................................................................................................3
2.1. Deskripsi pernikahan adat Jawa Solo..............................................................3
2.2. Hidangan kue-kue tradisional yang disajikan beserta maknanya....................6
2.3. Formula standar hidangan...............................................................................7
2.4. Rencana penyajian...........................................................................................9
BAB III.........................................................................................................................11
PENUTUP....................................................................................................................11
3.1. Kesimpulan....................................................................................................11
3.2. Saran..............................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN
Untuk memenuhi tugas akhir pada mata kuliah Pengolahan Kue Tradisional,
Dapat mengetahui jenis-jenis hidangan kesempatan khusus pada pernikahan adat.
Menambah pengetahuan tentang fungsi dan makna dari sebuag hidangan pada
kesempatan khusus suatu daerah.
PEMBAHASAN
Suku Jawa adalah suku besar yang memiliki budaya beragam di Indonesia,
termasuk satu di antaranya adalah budaya Jawa Solo. Berikut adalah rangkaian
prosesi pernikahan Jawa Solo beserta maknanya. Rangkaian pernikahan adat Jawa
Solo dibagi menjadi rangkaian saat lamaran dan saat upacara pernikahan. Salah satu
warisan budaya dari keraton Solo adalah uacara pernikahan. Dahulu tata upacara
pernikahan hanya boleh dilakukan oleh keluarga keraton. Seiring dengan
perkembangan zaman, masyarakat suku jawa mulai menggunakan upacara ini umtuk
jalan menuju ikrar pernikahan.
Tata cara pernikahan adat jawa merupakan rangkaian upacara yang penuh
dengan makna. Tidak sebatas ikrar dihadapan tuhan dan masyarakat, pernikahan juga
bertujuan membentuk generasi yang lebih baik dimasa depan. Dalam upacara
pernikahan jawa, pihak wanita lebih banyak memegang peran. Pernikahan adat solo
memiliki tatanan yang memuat pokok utama tradisi sebagai berikut:
1. Sowan Luhur
Maksud dari prosesi ini adalah meminta doa restu dari para sesepuh dan piyagung
serta melakukan ziarah kubur ke tempat leluhurnya.
2. Wilujengan
4. Pasang Tuwuhan
Seusai acara pasang tarub, acara pun berlanjut dengan upacara Pasang Tuwuhan
atau memasang tumbuh-tumbuhan yang diletakkan di gerbang utama rumah atau
dekat tempat siraman. Tuwuhan merapakan simbol suatu harapan kepada anak yang
dijodohkan dalam memeroleh keturunan, untuk melangsungkan sejarah keluarga.
Sang empunya hajat akan menyediakan beberapa perlengkapan seperti pisang raja
yang telah matang, tebu wulung, cengkir gadhing, daun randu dan pari sewuli, serta
bermacam dedaunan. Masing-masing perlengkapan tersebut tentu memiliki makna
dan filosofis tersendiri.
5. Siraman
Serupa dengan prosesi adat lainnya, siraman memiliki makna menyucikan diri
calon pengantin baik lahir dan batin. Siraman dilaksanakan sebanyak tiga kali dengan
gayung yang terbuat dari tempurng kelapa yang diakhiri siraman oleh ayam mempelai
wanita. Setelah siraman calon pengantin wanita digendong oleh ayah ibu menuju
kamar pengantin.
Saat calon pengantin dibuat cengkorongan paes itu, kedua orangtua menjalankan
tatacara dodol dawet atau menjual dawet. Disamping dawet itu sebagai hidangan, juga
diambil makna dari cendol yang berbentuk bundar merupakan lambang kebulatan
kehendak orangtua untuk menjodohkan anak.
Bgi orang yang akan membeli dawet tersebut membayar dengan pecahan genting
(kreweng) bukan dengan uang. Hal itu bermakna bahwa kehidupan masnusia berasal
dari bumi. Yang melayani pembeli adalah ibu, sedangkan yang menerima pembayaran
adalah bapak. Ritual sade dawet ini bermakna mengajarkan anak mereka untuk saling
membantu dan mencari nafkah bagi sebagai suami-istri.
7. Sengkeran
Setelah calon pengantin wanita dibalub-balubi atau dibuat cengekrongan paes lalu
dipingit artinya ia tidak boleh keluar rumah. Pingitan ini dulu dilakukan selama
seminggu atau minimal 3 hari.
Midodareni berasal dari kata widodari yang berarti bidadari cantik dari surga dan
sangat harum. Biasanya, prosesi ini digelar pada malam terakhir sebelum pengantin
perempuan melepas masa lajang. Pada malam ini, calon pengantin wanita tidak
diperkenankan bertemu dengan calon pengantin pria. Ia hanya perlu berdiam diri di
dalam kamar dengan riasan tipis dan ditemani keberat serta sesepuh untuk menerima
wejangan berkaitan dengan kehidupan rumah tangga kelak.
9. Ijab panikah
Ijab panikah atau ijab qabul mengacu pada agama yang dianut kedua mempelai.
Dalam tata cara Keraton, ijab panikah dilaksanakan oleh penghulu. Uniknya terdapat
pengaturan tempat duduk penghulu maupun mempelai dalam prosesi ini, antara lain:
1. Pengantin laki-laki menghadap ke barat
2. Naib di sebelah barat menghadap ke timur
3. Wali menghadap ke selatan dn para saksi menyesuaikan
10. Panggih
Dalam prosesi pernikahan Jawa, panggih merupakan puncak acara. Di prosesi ini
sepasang pengantin yang sudah resmi sebagai suami istri untuk bersanding di
pelaminan. Upacara ini melambangkan peristiwa pertemuan awal kedua pengantin
hingga akhirnya mereka memutuskan untuk memasuki biduk rumah tangga.
a) Kue-kue tradisional:
Klepon
Kue Lumpur
Cara bikang
Kue mangkok
Kue ini diyakini sebagai lambang keberuntungan dan keberkahan dalam prosesi
pernikahan.
Nagasari
Bermakna sebuah harapan agar pasangan yang akan menikah dapat hidup rukun
selamanya dalam mengarungi kehidupan berumah tangga dan agar silaturahmi
antar kedua keluarga pengantin tetap terjalim erat selamanya.
Lapis terigu dan lapis tepung beras
Kue lapis yang dijadikan sebagai salah satu kue tradisional dalam seserahan
pernikahan memiliki makna agar pengantin selalu akrab/lengket terus dan tidak
terpisahkan.
b) Pala Pendem
Pala pendem terdiri dari tujuh buah umbi-umbian dan kacang-kacangan, yaitu
ubi, singkong, talas, kacang tanah, kentang hitam, kimpul, dan garut. Pala pendem
berasal dari tanah yang dijadikan sebagai lambang bahwa manusia diciptakan dari
tanah dan akan kembali menjadi tanah. Makna lainnya adalah diharapkan pengantin
agar hidup sederhana dan menjauhkan diri dari keserakahan duniawi.
1. Nagasari :
2. Klepon :
Bahan biang
Tepung beras 2 sendok makan
Santan 150 ml
Bahan :
300 gr
Tepung beras 60 gr
Tepung terigu ½ sendok teh
Garam 150 gr
Gula pasir 500 ml
Santan 1 butir
Telur ½ sendok teh
Baking Powder
4. Kue lumpur :
Air 100ml
Margarin 37 gram
Telur 3 butir
Gula pasir 50 gram
Garam 1/8 sdt
Vanilli 1/4 sdt
Kismis 10 buah
6. Kue mangkok
Ubi 200 gr
Singkong 200 gr
Tales 200 gr
Kacang tanah 200 gr
Kentang hitam 200 gr
Kimpul 200 gr
Garut/ gembili 200 gr
Air 5 liter
Garam 2 sdm
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA