ARTIKEL
OLEH
HUZAIMA M. MOODUTO
TAHUN 2021
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Artikel
Disusun untuk memenuhi syarat mengikuti lomba menulis artikel koleksi Museum
jenjang SMA/SMK se-Provinisi Gorontalo
Oleh:
Huzaima M. Mooduto
Pengesahan
1
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Kelas : XI
Menyatakan
Huzaima M. Mooduto
KATA PENGANTAR
2
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan Karunia–Nya, tak lupa
pula shalawat beserta salam kita haturkan kepada baginda kita Nabi Muhammad
SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul
“Menyisir tradisi Gorontalo melalui Naskah me’raji”. Meskipun beberapa
hambatan yang penulis alami selama proses penyusunanya, tapi penulis berhasil
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini tepat waktu.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis memperoleh banyak bantuan
dari berbagai pihak, karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada: Guru pembimbing, Kedua orang tua, dan kepada semua pihak
yang telah memberikan dukungan, kasih, kepercayaan yang begitu besar dan
juga ikut memberi kontribusi baik secara langsung ataupun tidak langsung dalam
proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
Suatu hal yang ingin penulis berikan kepada masyarakat atas hasil dari Karya
Tulis Ilmiah ini. Karena itu penulis berharap semoga Karya Tulis ilmiah ini
memberikan dampak baik dan bermanfaat untuk kita semua.
Penulis pun menyadari dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih sangat jauh
dari kata sempurna, maka penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat positif untuk mencapai sempurnanya Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga
Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para
pembaca.
Penulis
3
DAFTAR ISI
ABSTRAK..........................................................................................................
3
4
3.2 SARAN ............................................................................................
14
3.3 REKOMENDASI PELESTARIAN...........................................................
14
LAMPIRAN........................................................................................................
16
ABSTRAK
Naskah me'raji merupakan peninggalan sejarah yang dilestarikan di Museum dan
masih digunakan sebagai salah satu tradisi di Gorontalo. Peninggalan sejarah
harus dilestarikan agar generasi penerus dapat mengetahui tentang peninggalan
sejarah di Gorontalo dengan melihat langsung di Museum. Masyarakat memiliki
peran penting terhadap benda-benda bersejarah dan cagar budaya yang ada.
Tulisan ini memaparkan salah satu peninggalan sejarah di Gorontalo dan sebuah
tradisi yang telah menjadi budaya Islam lokal masyarakat Gorontalo. Secara
umum, tulisan ini bertujuan untuk menginformasikan, menjelaskan, dan
mengetahui lebih jauh tentang peninggalan sejarah dan tradisi di Gorontalo.
Kata kunci : Gorontalo, Cagar budaya, Tradisi
ABSTRACT
The me'raji manuscript is a historical heritage that is preserved in the Museum
and is still used as one of the traditions in Gorontalo. Historical heritage must be
preserved so that future generations can find out about historical heritage in
Gorontalo by looking directly at the Museum. The community plays an important
5
role in the existing historical objects and cultural heritage. This paper describes
one of the historical relics in Gorontalo and a tradition that has become the local
Islamic culture of the Gorontalo community. In general, this paper aims to
inform, explain, and find out more about the historical and traditional heritage in
Gorontalo.
Keywords: Gorontalo, Cultural Heritage, Tradition
BAB I
PENDAHULUAN
6
Naskah me'raji ini termasuk naskah Gorontalo pengaruh Islam, yang
merupakan istilah bahasa Gorontalo untuk menamai kisah Isra’ Mi'raj Nabi
Muhammad SAW. Naskah me'raji memuat pesan-pesan moral yang mendalam,
pelajaran agama, dan etika. Naskah me’raji juga mengandung ajaran Islam
tentang Sifattun Nabiyyun Muhammad SAW (Sifat-sifat Nabi Muhammad), Mi'raji
(Isra’ Mi'raj) dan Wafati (Cerita wafatnya Nabi Muhammad SAW) sekaligus do’a
keselamatan manusia di Dunia dan Akhirat, yang dibaca setiap 27 Rajab baik
secara individual, kelompok ataupun dilaksanakan oleh pengurus Masjid, dan
lembaga lainnya, untuk mengisyaratkan kepada masyarakat Gorontalo bahwa
bulan Ramadhan semakin dekat. Selain menjadi penanda bahwa sebentar lagi
Ramadhan tiba tradisi me’raji juga jadi cara masyarkat untuk menolak bala,
misalnya seperti wabah virus Corona.
Gorontalo merupakan daerah dengan kependudukan mayoritas
masyarakatnya beragama Islam, oleh karena itu Gorontalo memiliki naskah
pengaruh islan atau naskah sastra, Naskah me’raji salah satu kesusatraan yang
sering digunakan dalam melakukan syair Islam. Olehnya pembacaan me’raji
dilakukan rutin sekali setahun. Sebelum memulai me’raji, yang harus
dipersiapkan adalah kamenyan, bulowe (Mayang pinang), bara api, meja kecil
yang beralaskan kain putih dan segelas air putih. Pembacaan naskah me’raji
terbagi dalam 22 penggal cerita, biasanya akan dibacakan oleh tiga hingga
sembilan orang. Untuk satu penggal cerita pada naskah, bisa dibacakan satu
sampai tiga orang dan menghabiskan waktu hingga 15 menit. Awal pembacaan
me’raji dilakukan oleh seorang leebi atau Imam Masjid, kemudian pembacaan
me’raji dilanjutkan secara bergiliran sampai selesai. Sebagai sebuah naskah,
me’raji merupakan satu kesatuan yang terdiri dari dua unsur yaitu bendanya dan
isinya. Naskah me’raji dimiliki oleh para imam (leebi) dan pemangku adat yang
telah tersebar luas dikalangan masyarakat.
Menurut Rusnawa (dalam Tohopi 2012: 150) Naskah Isra’ Mi’raj sangat
dipahami dalam perspektif adat atau agama lokal berdasarkan hasil kajian dan
pemaknaan hidup dari hasil proses pembelajaran dari generasi ke generasi yang
menghasilkan etika spritual, bahwa manusia adalah “seasal dan sebakal” yang
artinya berasal dari sumber yang sama dan akan kembali pada sumber yang
7
sama pula. Tradisi perayaan me’raji merupakan suatu pola yang secara kultur
telah menjadi tradisi lokal bagi masyarakat suku Gorontalo yang model
pemahamannya dilakukan dengan cara menempatkan isi naskahnya sebagai
metode berfikir atau menempatkan pesan-pesan moral yang tertuang dalam
naskah me’raji sebagai produk sejarah yang tidak merugikan dari kepentingan-
kepentingan sosio kultural dan sosio keberagaman yang melingkupinya.
Tradisi perayaan Me’raji secara nasional banyak mengandung unsur-
unsur pendidikan Islam yang disampaikan penceramah lainnya, namun perayaan
secara tradisional dengan metode membaca naskah pada sepertiga malam,
pesan naskahnya mengandunng nilai-nilai Ubudiyah, Religi, Budaya, Toleransi,
Humanis (Kepemimpinan). Mo me’raji adalah salah satu cara untuk menjelaskan
kepada masyarakat dalam bentuk penuturan tentang peristiwa besar yang
menakjubkan yaitu perjalanan suci Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Aqsa di
Palestina hingga naik ke langit tujuh dalam semalam untuk menerima perintah
shalat dari Allah SWT. Peristiwa Isra’ Mi’raj diabadikan dalam Al-Qur’an pada
surah Al Isra, dalam tafsir.
Menurut Tohopi (dalam el Harakah 2012: Vol.14) ada 10 prinsip dasar
falsafah adat masyarakat Gorontalo yang melekat untuk tidak dilanggar, yakni :
1. Dila mowali mobijana (dilarang memfitnah).
2. Dila mowali motao (dilarang mencuri atau korupsi).
3. Dila mowali moyitohu mongobuwa (dilarang main perempuan).
4. Dila mowali mohimbulo (dilarang berdusta).
5. Dila mowali mo topu (dilarang berjudi).
6. Dila mowali mongilu bohito (dilarang minum arak dan sejenisnya yang
memabukkan).
7. Dil mowali mopoyinggile to tawu (dilarang menyalahkan orang lain tanpa
bukti tertentu).
8. Dila mowali mojalo to tawu (dilarang memarahi orang).
9. Dila mowali sombongiyolo (dilarang menyombongkan diri).
10. Dila mowali mosilita to tau (dilarang membicarakan kekurangan dan
kejelekan orang lain).
8
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan Latar Belakang yang terurai di atas maka dapat disusun
rumusan masalahnya sebagai berikut :
1. Peristiwa bersejarah apa yang berkaitan dengan Naskah me’raji?
2. Mengapa Naskah me'raji tidak ditulis menggunakan bahasa Arab Asli?
3. Bagaimana perkembangan tradisi budaya Mo Me'raji di Gorontalo?
BAB II
PEMBAHASAN
9
Jibril dan Mikail, dan dalam sekejap melesat menuju Masjidil Aqsa. Sebelum tiba,
Jibril sempat mengajak Rasulullah salat di beberapa tempat seperti Tayyibah
(Madinah Al Munawwarah), Madyan (tempat berteduhnya Nabi Musa AS saat
dikejar Firaun), Thursina (tempat Nabi Musa menerima wahyu Allah) dan
Betlehem atau Bait Al Lahm (tempat lahirnya Nabi Isa). Pada saat perjalanan
menuju Baitul Maqdis Rasulullah disambut Oleh para nabi yang telah
dipersiapkan Allah SWT agar bertemu Rasulullah yaitu diantaranya Nabi Ibrahim,
Nabi Musa, Nabi Isa, dan para nabi lainnya, kemudian mereka salat berjamaah
dengan Rasulullah sebagai imam. Tidak hanya di Masjidil Aqsa, Rasulullah juga
bertemu dengan beberapa nabi ketika naik dari Masjidil Aqsa menuju Sidratul
Muntaha.
Rasulullah bertemu Nabi Adam di langit pertama, Rasulullah memberi salam
kepada Nabi Adam dan segera dibalasnya salam Rasulullah sambil berkata,
“Wahai Muhammad! Sungguh Tuan beruntung telah dilebihkan dari kami
semuanya”. Dari situ mereka berjumpa dengan banyak manusia yang disiksa,
bibir mereka seperti bibir unta dan diisi oleh malaikat dengan tembaga mendidih
(yang berasal) dari api neraka, menggelepar-gelepar badan mereka dan sedang
menangis, menjumpai banyak sekali perempuan yang sedang ditarik buah dada
mereka dan digunting dengan gunting dari api neraka, menggelepar-gelepar
badannya, dan masih banyak siksaan yang dijumpai Rasulullah pada saat itu.
Kemudian dil Langit kedua Rasullullah bertemu dengan Nabi Isa juga menjumpai
malaikat peghuni Langit kedua yaitu seorang malaikat tujuh puluh kepalahnya,
bertemu Nabi Yusuf di Langit ketiga, Nabi Idris di langit keempat, Nabi Harun di
langit kelima, Nabi Musa di langit keenam, dan Rasulullah bertemu dengan Nabi
Ibrahim ketika berada di langit ketujuh, Rasulullah kemudian melanjutkan
perjalanan hingga ke langit tertinggi, Shidratul-Muntaha. Di tempat itu, Allah
SWT memberikan perintah kepada Nabi Muhammad SAW dan umatnya untuk
mendirikan shalat 50 kali dalam sehari. Setelah mengunjungi langit tertinggi,
Rasulullah kembali. Ketika sampai di tempat Nabi Musa, beliau ditanya , "Apa
yang telah diwajibkan Rabbmu atas umatmu? " Rasulullah pun menjawab
pertanyaan tersebut, lalu Musa meminta Rasulullah untuk menghadap Allah dan
meminta keringanan. Rasulullah pun menuruti saran tersebut dan meminta
10
keringanan. Permintaan Rasulullah didengar hingga kewajiban salat menjadi lima
kali sehari.
11
menggunakan aksara Jawi (Arab-Melayu). Aksara atau huruf Jawi ini dapat
disebut identik dengan agama Islam, dikarenakan dalam kenyataan bahwa
naskah-naskah yang tertulis dengan huruf ini adalah naskah-naskah Islam atau
naskah-naskah yang berisi cerita pengaruh Islam. Menurut Djamaris (dalam
Baruadi 2013: 10) kesusastraan Indonesia secara tertulis dimulai pada zaman
Islam dan menggolongkan sastra Indonesia pengaruh Islam atas beberapa
golongan yaitu kisah tentang para nabi, hikayat tentang nabi Muhammad SAW
beserta keluarganya, hikayat pahlawan-pahlawan Islam, (4) cerita tentang ajaran
dan kepercayaan orang Islam, cerita fiktif, dan (6) cerita mistik atau tasauf.
Dalam sastra Melayu cerita sejenis me’eraji ini dinamakan hikayat nabi Mi’raj.
Dalam klasifikasi di atas hikayat dimasukkan pada golongan sastra hikayat
tentang nabi Muhammad dan keluarganya.
12
dan kemasyarakatan, sedangkan di Masjid dan di rumah-rumah melaksanakan
secara tradisial.
13
mengagungkan Nabi Muhammad sebagai panutan umat Islam, dan untuk
menanamkaan ajaran agama Islam kepada umatnya.
14
Seiring berjalannya waktu, tradisi ini mulai memudar dan ditinggalkan,
terlebih di kalangan milenial. Padahal dahulu anak-anak muda Gorontalo selalu
berdatangan ke Masjid saat ritual tersebut digelar untuk menyambut bulan suci
Ramadhan.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan Uraian pembahasan di atas maka penulis dapat mengambil
kesimpulan sebagai berikut
1. Peninggalan bersejarah merupakan bukti-bukti kehidupan manusia dari hasil
kreatifitas budaya dan mempunyai nilai sejarah, pengetahuan, dan
kebudayaan. Yang di dalamnya dapat kita temukan kebenaran-kebenaran
sejarah tertentu yang menyangkut sebuah peristiwa sejarah. Naskah me’raji
tercipta dari sebuah tindakan yang secara kreatif dilakukan melalui interaksi
antar individu dan masyarakat yang dilegitimasi oleh teks-teks normatif atau
oleh nilai-nilai Lama yang melahirkan norma yang dapat dijadikan sebagai
15
pedoman untuk melaksankan aktivitas sehari-hari yang kemudian
disosialisasikan dan ditransformasi secara terus menerus dari generasi ke
generasi berikutnya. Naskah ini adalah salah satu peninggalan bersejarah
yang ditulis oleh orang orang terdahulu menggunakan huruf Arab pegon
yang dibacakan dengan bahasa Gorontalo. Dikarenakan Gorontalo sebagai
salah satu wilayah yang memiliki masyarakat mayoritas beragama Islam
maka daerah Gorontalo memiliki naskah-naskah pengaruh Islam
sebagaimana daerah lainnya yang penduduknya mayoritas beragama Islam.
Naskah me’raji tersebut merupakan salah satu di antara naskah-naskah
keagamaan yang ada di daerah Gorontalo yang dibacakan setiap peringatan
Isra’ Mi’raj.
2. Masyarakat suku Gorontalo adalah masyarakat adat, yang menempatkan
adat bersendikan syara’ dan syara’ bersendikan kitabullah. Sehingga
penjabaran adat sampai pada upacara-upacara perkawinan, kematian,
penerimaan tamu agung, sampai pada tradisi perayaan upacara keagamaan.
Semangat perayaan peringatan Isra’ Mi’raj secara tradisional yang
dilaksanakan setiap bulan Rajab bagi masyarakat Gorontalo menunjukkan
karakter syiar Islam yang tidak mengabaikan unsur-unsur lokal karena
memberi nilai spiritual yang tinggi dalam pandangan hidup masyarakat yang
secara kreatif terbukanya ruang gerak bagi individu untuk aktif mengkonstruk
realitas keberagaman dalam rangka mengkritisi konsep naskah Isra’ Mi’raj
yang selama ini sangat familiar di kalangan masyarakat Islam tradisional di
Gorontalo. Nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam tradisi perayaan
memperingati Isra’ dan Mi’raj Nabi Muhammad SAW di Gorontalo secara
tradisional mempunyai nilai-nilai pendidikan Ubudiyah, Religi, Budaya,
Toleransi dan Humanis.
3.2 SARAN
Penulis mengharapkan kita sebagai masyarakat Gorontalo terutama
sebagai Generasi Milenial, harus menjaga, merawat dan melestarikan
peninggalan bersejarah yang ada di Gorontalo, juga rutin menyelenggarakan
tradisi yang dimiliki serta ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan budaya lokal dan
16
memperkenalkan juga mengajarkan kepada generasi berikutnya agar tradisi
tersebut tidak akan punah begitu saja.
17
DAFTAR PUSTAKA
Tohopi, R. (2012). Tradisi perayaan Isra' Mi'raj dalam budaya Islam lokal
masyarakat Gorontalo. el Harakah Vol.14 No.1 Tahun 2012, 135-155.
18
LAMPIRAN
BIODATA PENULIS
Nomor HP : 082296490283
Kelas : XI
DOKUMENTASI
19
20
21
22
23