Anda di halaman 1dari 24

MENYISIR TRADISI GORONTALO MELALUI NASKAH ME’RAJI

ARTIKEL

OLEH

HUZAIMA M. MOODUTO

SMK KESEHATAN BAKTI NUSANTARA GORONTALO

TAHUN 2021
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Artikel

Menyisir tradisi Gorontalo melalui Naskah me’raji

Disusun untuk memenuhi syarat mengikuti lomba menulis artikel koleksi Museum
jenjang SMA/SMK se-Provinisi Gorontalo

Oleh:

Huzaima M. Mooduto

Pengesahan

Kepala SMK Kesehatan Bakti Nusantara Gorontalo

Nurdin Tahir, S.Pd.,M.Pd.

NIP. 19720910 199903 1 006

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

1
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Huzaima M. Mooduto

Kelas : XI

Sekolah : SMK Kesehatan Bakti Nusantara Gorontalo

Menyatakan bahwa karya artikel yang berjudul “Menyisir Tradisi Gorontalo


Melalui Naskah Me’raji” adalah penelitian saya sendiri tanpa bantuan dari
pihak lain atau telah ditulis dipublikasikan orang lain atau melakukan
plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila
dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku.

Gorontalo, 6 Agustus 2021

Menyatakan

Huzaima M. Mooduto

KATA PENGANTAR

2
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan Karunia–Nya, tak lupa
pula shalawat beserta salam kita haturkan kepada baginda kita Nabi Muhammad
SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul
“Menyisir tradisi Gorontalo melalui Naskah me’raji”. Meskipun beberapa
hambatan yang penulis alami selama proses penyusunanya, tapi penulis berhasil
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini tepat waktu.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis memperoleh banyak bantuan
dari berbagai pihak, karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada: Guru pembimbing, Kedua orang tua, dan kepada semua pihak
yang telah memberikan dukungan, kasih, kepercayaan yang begitu besar dan
juga ikut memberi kontribusi baik secara langsung ataupun tidak langsung dalam
proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

Suatu hal yang ingin penulis berikan kepada masyarakat atas hasil dari Karya
Tulis Ilmiah ini. Karena itu penulis berharap semoga Karya Tulis ilmiah ini
memberikan dampak baik dan bermanfaat untuk kita semua.

Penulis pun menyadari dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih sangat jauh
dari kata sempurna, maka penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat positif untuk mencapai sempurnanya Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga
Karya Tulis Ilmiah  ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para
pembaca.

Gorontalo Agustus 2021

Penulis

3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...........................................................................................


1

DAFTAR ISI .....................................................................................................


2

ABSTRAK..........................................................................................................
3

BAB I : PENDAHULUAN .....................................................................................


4

1.1 LATAR BELAKANG.............................................................................


4......................................................................................................
1.2 RUMUSAN MASALAH ........................................................................
6
1.3 TUJUAN PENELITIAN .......................................................................
6

BAB II : PEMBAHASAN .....................................................................................


7

2.1 PERISTIWA ISRA’ MI’RAJ .................................................................


7
2.2 PENULISAN NASKAH ME’RAJI ...........................................................
8
2.3 TRADISI MO ME’RAJI .......................................................................
9

BAB III : PENUTUP ...........................................................................................


13

3.1 KESIMPULAN ...................................................................................


13

4
3.2 SARAN ............................................................................................
14
3.3 REKOMENDASI PELESTARIAN...........................................................
14

DAFTAR PUSATAKA ..........................................................................................


15

LAMPIRAN........................................................................................................
16

ABSTRAK
Naskah me'raji merupakan peninggalan sejarah yang dilestarikan di Museum dan
masih digunakan sebagai salah satu tradisi di Gorontalo. Peninggalan sejarah
harus dilestarikan agar generasi penerus dapat mengetahui tentang peninggalan
sejarah di Gorontalo dengan melihat langsung di Museum. Masyarakat memiliki
peran penting terhadap benda-benda bersejarah dan cagar budaya yang ada.
Tulisan ini memaparkan salah satu peninggalan sejarah di Gorontalo dan sebuah
tradisi yang telah menjadi budaya Islam lokal masyarakat Gorontalo. Secara
umum, tulisan ini bertujuan untuk menginformasikan, menjelaskan, dan
mengetahui lebih jauh tentang peninggalan sejarah dan tradisi di Gorontalo.
Kata kunci : Gorontalo, Cagar budaya, Tradisi

ABSTRACT
The me'raji manuscript is a historical heritage that is preserved in the Museum
and is still used as one of the traditions in Gorontalo. Historical heritage must be
preserved so that future generations can find out about historical heritage in
Gorontalo by looking directly at the Museum. The community plays an important

5
role in the existing historical objects and cultural heritage. This paper describes
one of the historical relics in Gorontalo and a tradition that has become the local
Islamic culture of the Gorontalo community. In general, this paper aims to
inform, explain, and find out more about the historical and traditional heritage in
Gorontalo.
Keywords: Gorontalo, Cultural Heritage, Tradition

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Museum adalah tempat atau lembaga yang mengumpulkan, menyimpan,
merawat dan memamerkan benda-benda yang biasa menjadi sumber
pengetahuan seperti peninggalan sejarah, seni, ilmu alam, dan lainnya. Museum
Popa Eyato adalah satu satunya tempat yang menyimpan benda atau
peninggalan bersejarah yang ada di Gorontalo. Berbagai macam benda-benda
bersejarah yang terdapat di Museum Gorontalo diantaranya Naskah me’raji,
Wadah pelebur, Lukisan “Cincin bertuah”, Replika kerangka manusia Oluhuta,
dan lainnya. Naskah me'raji merupakan salah satu dari berbagai macam
peninggalan bersejarah yang ada di Museum tersebut. Budaya lokal hasil
pemikiran dan ciptaan yang menjadi peninggalan para Syuhada Gorontalo yang
ditulis dengan huruf Arab Pegon dibacakan dengan bahasa Gorontalo dan
langgam tradisional yang khas adalah Naskah Me'raji.

6
Naskah me'raji ini termasuk naskah Gorontalo pengaruh Islam, yang
merupakan istilah bahasa Gorontalo untuk menamai kisah Isra’ Mi'raj Nabi
Muhammad SAW. Naskah me'raji memuat pesan-pesan moral yang mendalam,
pelajaran agama, dan etika. Naskah me’raji juga mengandung ajaran Islam
tentang Sifattun Nabiyyun Muhammad SAW (Sifat-sifat Nabi Muhammad), Mi'raji
(Isra’ Mi'raj) dan Wafati (Cerita wafatnya Nabi Muhammad SAW) sekaligus do’a
keselamatan manusia di Dunia dan Akhirat, yang dibaca setiap 27 Rajab baik
secara individual, kelompok ataupun dilaksanakan oleh pengurus Masjid, dan
lembaga lainnya, untuk mengisyaratkan kepada masyarakat Gorontalo bahwa
bulan Ramadhan semakin dekat. Selain menjadi penanda bahwa sebentar lagi
Ramadhan tiba tradisi me’raji juga jadi cara masyarkat untuk menolak bala,
misalnya seperti wabah virus Corona.
Gorontalo merupakan daerah dengan kependudukan mayoritas
masyarakatnya beragama Islam, oleh karena itu Gorontalo memiliki naskah
pengaruh islan atau naskah sastra, Naskah me’raji salah satu kesusatraan yang
sering digunakan dalam melakukan syair Islam. Olehnya pembacaan me’raji
dilakukan rutin sekali setahun. Sebelum memulai me’raji, yang harus
dipersiapkan adalah kamenyan, bulowe (Mayang pinang), bara api, meja kecil
yang beralaskan kain putih dan segelas air putih. Pembacaan naskah me’raji
terbagi dalam 22 penggal cerita, biasanya akan dibacakan oleh tiga hingga
sembilan orang. Untuk satu penggal cerita pada naskah, bisa dibacakan satu
sampai tiga orang dan menghabiskan waktu hingga 15 menit. Awal pembacaan
me’raji dilakukan oleh seorang leebi atau Imam Masjid, kemudian pembacaan
me’raji dilanjutkan secara bergiliran sampai selesai. Sebagai sebuah naskah,
me’raji merupakan satu kesatuan yang terdiri dari dua unsur yaitu bendanya dan
isinya. Naskah me’raji dimiliki oleh para imam (leebi) dan pemangku adat yang
telah tersebar luas dikalangan masyarakat.
Menurut Rusnawa (dalam Tohopi 2012: 150) Naskah Isra’ Mi’raj sangat
dipahami dalam perspektif adat atau agama lokal berdasarkan hasil kajian dan
pemaknaan hidup dari hasil proses pembelajaran dari generasi ke generasi yang
menghasilkan etika spritual, bahwa manusia adalah “seasal dan sebakal” yang
artinya berasal dari sumber yang sama dan akan kembali pada sumber yang

7
sama pula. Tradisi perayaan me’raji merupakan suatu pola yang secara kultur
telah menjadi tradisi lokal bagi masyarakat suku Gorontalo yang model
pemahamannya dilakukan dengan cara menempatkan isi naskahnya sebagai
metode berfikir atau menempatkan pesan-pesan moral yang tertuang dalam
naskah me’raji sebagai produk sejarah yang tidak merugikan dari kepentingan-
kepentingan sosio kultural dan sosio keberagaman yang melingkupinya.
Tradisi perayaan Me’raji secara nasional banyak mengandung unsur-
unsur pendidikan Islam yang disampaikan penceramah lainnya, namun perayaan
secara tradisional dengan metode membaca naskah pada sepertiga malam,
pesan naskahnya mengandunng nilai-nilai Ubudiyah, Religi, Budaya, Toleransi,
Humanis (Kepemimpinan). Mo me’raji adalah salah satu cara untuk menjelaskan
kepada masyarakat dalam bentuk penuturan tentang peristiwa besar yang
menakjubkan yaitu perjalanan suci Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Aqsa di
Palestina hingga naik ke langit tujuh dalam semalam untuk menerima perintah
shalat dari Allah SWT. Peristiwa Isra’ Mi’raj diabadikan dalam Al-Qur’an pada
surah Al Isra, dalam tafsir.
Menurut Tohopi (dalam el Harakah 2012: Vol.14) ada 10 prinsip dasar
falsafah adat masyarakat Gorontalo yang melekat untuk tidak dilanggar, yakni :
1. Dila mowali mobijana (dilarang memfitnah).
2. Dila mowali motao (dilarang mencuri atau korupsi).
3. Dila mowali moyitohu mongobuwa (dilarang main perempuan).
4. Dila mowali mohimbulo (dilarang berdusta).
5. Dila mowali mo topu (dilarang berjudi).
6. Dila mowali mongilu bohito (dilarang minum arak dan sejenisnya yang
memabukkan).
7. Dil mowali mopoyinggile to tawu (dilarang menyalahkan orang lain tanpa
bukti tertentu).
8. Dila mowali mojalo to tawu (dilarang memarahi orang).
9. Dila mowali sombongiyolo (dilarang menyombongkan diri).
10. Dila mowali mosilita to tau (dilarang membicarakan kekurangan dan
kejelekan orang lain).

8
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan Latar Belakang yang terurai di atas maka dapat disusun
rumusan masalahnya sebagai berikut :
1. Peristiwa bersejarah apa yang berkaitan dengan Naskah me’raji?
2. Mengapa Naskah me'raji tidak ditulis menggunakan bahasa Arab Asli?
3. Bagaimana perkembangan tradisi budaya Mo Me'raji di Gorontalo?

1.3 TUJUAN PENELITIAN


Dari Latar Belakang dan Rumusan Masalah di atas, maka penulis dapat
memberitahukan tujuan penelitian sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui sejarah yang berkaitan dengan Naskah me'raji
2. Untuk mengetahui alasan Naskah me'raji ditulis menggunakan Huruf Arab
Pegon
3. Untuk mengetahui perkembangan tradisi budaya Mo me’raji

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PERISTIWA ISRA’ MI’RAJ


Peristiwa Isra’ Mi’raj dalam me’raji adalah perjalanan Nabi Muhammad
SAW ketika menerima perintah shalat dari Allah. Kisah ini berawal pada saat
Rasulullah SAW mengisi waktu Isya dengan tidur lebih awal agar dapat bangun
pada sepertiga malam terakhir untuk shalat. Namun, pada malam itu malaikat
Jibril dan Mikail datang Mengunjungi Rasulullah, Saat Jibril dan Mikail tiba di
hadapan Rasulullah, mereka segera memberi salam kepada Rasulullah dan
segera dibalas oleh Rasulullah salam mereka. “Hai Muhammad! keberadaan kami
berdua ini hanya menyampaikan firman Allah kepada Anda Tuan dan tidak ada
nabi yang lain yang beroleh rahmat seperti Tuan ini sejak masa nabi Adam a.s
hingga sekarang hanyalah Tuan, Bersegeralah Tuan mengambil air wudhu dan
shalatlah dua rakaat hingga salam” Kata Jibril dan Mikail. Setelah Rasulullah
melaksanakan shalat dua rakaat kemudian Rasulullah menaiki Buraq bersama

9
Jibril dan Mikail, dan dalam sekejap melesat menuju Masjidil Aqsa. Sebelum tiba,
Jibril sempat mengajak Rasulullah salat di beberapa tempat seperti Tayyibah
(Madinah Al Munawwarah), Madyan (tempat berteduhnya Nabi Musa AS saat
dikejar Firaun), Thursina (tempat Nabi Musa menerima wahyu Allah) dan
Betlehem atau Bait Al Lahm (tempat lahirnya Nabi Isa). Pada saat perjalanan
menuju Baitul Maqdis Rasulullah disambut Oleh para nabi yang telah
dipersiapkan Allah SWT agar bertemu Rasulullah yaitu diantaranya Nabi Ibrahim,
Nabi Musa, Nabi Isa, dan para nabi lainnya, kemudian mereka salat berjamaah
dengan Rasulullah sebagai imam. Tidak hanya di Masjidil Aqsa, Rasulullah juga
bertemu dengan beberapa nabi ketika naik dari Masjidil Aqsa menuju Sidratul
Muntaha. 
Rasulullah bertemu Nabi Adam di langit pertama, Rasulullah memberi salam
kepada Nabi Adam dan segera dibalasnya salam Rasulullah sambil berkata,
“Wahai Muhammad! Sungguh Tuan beruntung telah dilebihkan dari kami
semuanya”. Dari situ mereka berjumpa dengan banyak manusia yang disiksa,
bibir mereka seperti bibir unta dan diisi oleh malaikat dengan tembaga mendidih
(yang berasal) dari api neraka, menggelepar-gelepar badan mereka dan sedang
menangis, menjumpai banyak sekali perempuan yang sedang ditarik buah dada
mereka dan digunting dengan gunting dari api neraka, menggelepar-gelepar
badannya, dan masih banyak siksaan yang dijumpai Rasulullah pada saat itu.
Kemudian dil Langit kedua Rasullullah bertemu dengan Nabi Isa juga menjumpai
malaikat peghuni Langit kedua yaitu seorang malaikat tujuh puluh kepalahnya,
bertemu Nabi Yusuf di Langit ketiga, Nabi Idris di langit keempat, Nabi Harun di
langit kelima, Nabi Musa di langit keenam, dan Rasulullah bertemu dengan Nabi
Ibrahim ketika berada di langit ketujuh, Rasulullah kemudian melanjutkan
perjalanan hingga ke langit tertinggi, Shidratul-Muntaha. Di tempat itu, Allah
SWT memberikan perintah kepada Nabi Muhammad SAW dan umatnya untuk
mendirikan shalat 50 kali dalam sehari. Setelah mengunjungi langit tertinggi,
Rasulullah kembali. Ketika sampai di tempat Nabi Musa, beliau ditanya , "Apa
yang telah diwajibkan Rabbmu atas umatmu? " Rasulullah pun menjawab
pertanyaan tersebut, lalu Musa meminta Rasulullah untuk menghadap Allah dan
meminta keringanan. Rasulullah pun menuruti saran tersebut dan meminta

10
keringanan. Permintaan Rasulullah didengar hingga kewajiban salat menjadi lima
kali sehari.

2.2 PENULISAN NASKAH ME’ERAJI


Masuknya agama Islam pertama kali di Gorontalo yaitu sekitaran tahun
640 Masehi melalui pesisir Bone Pantai dibawa oleh Raja Babulah atau dikenal
dengan Sultan Abdullah yang berasal dari Ternate, kemudian penyebaran ini
diperkuat oleh Raja Bone dan para saudagar Bugis melalui jalur perdagangan
dengan menggunakan kapal Pinisi untuk berlabuh dipesisr sungai Bone sekitar
Talumolo yanng sekarang dikenal dengan Jembatan Talumolo, di tepian sungai
Bone itulah saudagar Bugis menurunkan bahan dagangannya sekaligus
menyebarkan ajaran agama Islam, hingga kini daerah tersebut dinamakan
Kampung Bugis atau Kelurahan Bugis. Pada saat Agama Islam disebarkan di
Gorontalo oleh saudagar bugis, masyarakat Gorontalo diajarkan dan dilatih cara
membaca dan menulis ayat-ayat Al-Qur’an. Sehingga masyarakat Gorontalo pada
akhirnya bisa menulis kalimat bahasa dengan menggunakan aksarab Arab (Arab
kawi atau Pegon) termasuk bahasa Gorontalo dibandingkan dengan kemampuan
mereka dalam membaca kalimat dengan menggunakan huruf-furuf latin atau
melayu.

Naskah Me’raji disebut sebagai sastra daerah Gorontalo karena


menggunakan bahasa Gorontalo dan digunakan juga untuk kegiatan budaya
Gorontalo, naskah me’raji yang tertulis dengan bentuk huruf Arab pegon versi
Gorontalo ini, adalah sebuah bentuk budaya cipta yang lahir dari pemikiran dan
kreativitas orang orang terdahulu yang menunjukkan syiar Islam dan di jabarkan
dalam acara Isra’ Mi’raj yang dilaksanakan di setiap bulan Rajab secara meriah
sebagai tanda agar masyarakat segera memperbaiki diri untuk persiapan
menjalani ibadah puasa Ramadhan. Naskah me’raji merupakan salah satu bukti
peninggalan bersejarah masyarakat Gorontalo dalam kemampuan menulis
dengan menggunakan aksara Arab. Menurut Baruadi (2013: 10) Bahasa
Gorontalo tidak memiliki aksara sendiri sehingga pada saat penulisan sastra atau
peristiwa penting yang terjadi di Gorontalo, orang atau sastrawan Gorontalo

11
menggunakan aksara Jawi (Arab-Melayu). Aksara atau huruf Jawi ini dapat
disebut identik dengan agama Islam, dikarenakan dalam kenyataan bahwa
naskah-naskah yang tertulis dengan huruf ini adalah naskah-naskah Islam atau
naskah-naskah yang berisi cerita pengaruh Islam. Menurut Djamaris (dalam
Baruadi 2013: 10) kesusastraan Indonesia secara tertulis dimulai pada zaman
Islam dan menggolongkan sastra Indonesia pengaruh Islam atas beberapa
golongan yaitu kisah tentang para nabi, hikayat tentang nabi Muhammad SAW
beserta keluarganya, hikayat pahlawan-pahlawan Islam, (4) cerita tentang ajaran
dan kepercayaan orang Islam, cerita fiktif, dan (6) cerita mistik atau tasauf.
Dalam sastra Melayu cerita sejenis me’eraji ini dinamakan hikayat nabi Mi’raj.
Dalam klasifikasi di atas hikayat dimasukkan pada golongan sastra hikayat
tentang nabi Muhammad dan keluarganya.

2.3 TRADISI MO ME’RAJI


Budaya atau kearifan lokal selalu berkaitan dengan kehidupan manusia di
setiap daerah. Hal itu merupakan kekayaan dari masyarakat itu sendiri, baik
berasal dari nenek moyang atau budaya baru yang dilanjutkan oleh anak cucu
mereka, sejak dahulu daerah Gorontalo dikenal sebagai salah satu daerah
budaya di Indonesia. Tradisi atau kebiasaan adalah sebuah bentuk perbuatan
yang dilakukan berulang-ulang dengan cara yang sama. Setiap daerah
mempunyai tradisi dalam perayaan Isra’ Mi’raj atau menyambut bulan suci
Ramadhan, seperti halnya di Gorontalo, masyarakat Gorontalo mempunyai tradisi
Me’raji atau Mo me’raji. Mo me’raji adalah salah satu tradisi yang ada di
Gorontalo. Pembacaan naskah me’raji sudah menjadi tradisi yang diwariskan
secara turun-temurun dari para leluhur Gorontalo terdahulu sampai generasi ke
generasi yang dilaksanakan setiap setahun sekali pada bulan Rajab sampai
menjelang bulan suci Ramadhan. Mo me’raji juga merupakan salah satu bentuk
istilah lokal perayaan Isra’ Mi’raj yang dipakai oleh masyarakat Gorontalo. Tradisi
perayaan Isra’ Mi’raj masyarakat Gorontalo dilaksanakan dalam dua bentuk yang
disebut dengan cara nasional dan tradisional, tradisi perayaan Mo me’raji yang
dilaksanakan secara nasional kebanyakan dilakukan oleh Institusi pemerintahan

12
dan kemasyarakatan, sedangkan di Masjid dan di rumah-rumah melaksanakan
secara tradisial.

Untuk masyarakat yang melaksanakan secara tradisional susunan


acaranya adalah sebagai berikut:
1. Pihak penyelenggara akan mempersiapkan peralatan berupa kemenyan api,
bara api, kain putih untuk menutup kepala, sebuah meja kecil dilapisi (dialas)
dengan kain putih dan segelas air putih.
2. Setelah peralatan tersebut siap, maka imam (leebi) yang membacakan
naskah me’raji akan duduk di kursi yang telah disiapkan dan membaca
naskah me’raji yang diletakkan di atas yang beralaskan kain putih dan diawali
dengan:
1) Doa, pembacaan ini bersifat umum dan lebih menitik beratkan pada
shalawat Nabi yang diucapkan secara berulang kemudian diakhiri
permohonan keselamatan Dunia dan Akhirat kepada Allah SWT.
2) Membaca naskah tentang uraian sifat-sifat Nabi yang perlu diteladani dan
menjadi contoh bagi pengikutnya dan harus diamalkan
3) Membaca naskah yang menceritakan kisah-kisah perjalanan hidup Nabi
Muhammad SAW dalam mejelajahi Isra’ Mi’raj disertai dengan
pengalaman emprik yang ditemukan dalam perjalanan sekaligus
mengingatkan manusia agar selalu mengambil i’tibar dari perjalanan Isra’
Mi’raj dalam menjalani kehidupan di dunia ini.
4) Pada saat naskah Isra’ Mi’raj tersebut akan dibaca, maka imam (leebi)
mengambil kain putih untuk menutup kepalanya yang bermakna bahwa
perjalanan Rasulullah SAW menaiki buraq yang warnanya putih bagai
salju dan menjaga rambutnya tidak berjatuhan dalam melaksanakan Isra’
Mi’raj.

Sedangkan susunan acara secara Nasional yaitu terdiri dari 1).


Pembukaan 2). Pembacaan Kalam Allah 3). Hikmah Isra’ mi’raj 4). Sambutan-
sambutan 5). Doa 6). Penutup. Cerita tentang Isra’ mi’raj yang terdapat pada
naskah me’raji memiliki fungsi-fungsi tertentu. Fungsi utamanya yaitu untuk

13
mengagungkan Nabi Muhammad sebagai panutan umat Islam, dan untuk
menanamkaan ajaran agama Islam kepada umatnya.

Tradisi perayaan Me’raji di Gorontalo sebagai refleksi bagi masyarakat


untuk mempertahankan keimanan dan ketaqwaan, sebagaimana Rasulullah SAW,
bertemu dengan Allah SWT serta dalam perjalanan dari Masjidil Haram ke
Masjidil Aqsa sampai ke Sidratul Muntaha dimana Allah memperlihatkan kepada
Rasulullah SAW kekuasaan dan kebesarannya serta kejadian kejadian atau
peristiwa yang terjadi dalam neraka dan syurga. Isra’ dan Mi’raj adalah sesuatu
kejadian yang diyakini kebenarannya dan harus diperingati dan dirayakan secara
adat karena mengandung pesan pesan moral, Ini adalah perkara baru yang tidak
pernah dilakukan para sahabat, tabiin maupun para ulama. Mo me’raji juga
menjadi slah satu cara untuk menjelaskan kepada masyarkat dalam bentuk
penuturan tentang perjalanan suci perjumpaan Rasulullah SAW dengan Allah
SWT, dikarenakan masyarakat Gorontalo adalah masyarakat adat, maka hanya
dengan secara adat ajaran agama dapat disebarkan dan dipahami oleh
masyarakat. Tradisi ini merupakan suatu pola yang secara kultur sudah menjadi
tradisi lokal bagi masyarakat Gorontalo yang model pemahamannya dilakukan
dengan cara menempatkan isi naskahnya sebagai metode berfikir atau
menempatkan produk seharah yang tidak merugikan dari kepentingan sosio
kultural dan sosio keberagaman yang melingkupinya.

Menurut Tohopi (2012: el-Harakah vol.14) Salah satu bentuk respon


masyarakat tentang pelaksanaan Isra’ Mi’raj terhadap kondisi alam dan sosial
budaya semacam itu adalah sejarah terbentuknya keberagaman yang terjadi
pada masyarakat Gorontalo. Masalah yang sekarang diperdebatkan adalah tradisi
perayaan Isra’ Mi’raj bahwa kegiatan tradisional mengandung ajaran irasional
bahkan dianggap oleh sebagian masyarakat modern adalah bid’ah, karena tema
yang di bacakan hanya sebuah cerita sedangkan tindakan empiris tidak nampak
bahkan dikategorikan sebuah pemborosan. Perayaan secara tradisional
disamping mengandung unsur pemborosan juga tidak dapat dilakukan oleh
semua masyarakat lapisan menengah kebawah.

14
Seiring berjalannya waktu, tradisi ini mulai memudar dan ditinggalkan,
terlebih di kalangan milenial. Padahal dahulu anak-anak muda Gorontalo selalu
berdatangan ke Masjid saat ritual tersebut digelar untuk menyambut bulan suci
Ramadhan.

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan Uraian pembahasan di atas maka penulis dapat mengambil
kesimpulan sebagai berikut
1. Peninggalan bersejarah merupakan bukti-bukti kehidupan manusia dari hasil
kreatifitas budaya dan mempunyai nilai sejarah, pengetahuan, dan
kebudayaan. Yang di dalamnya dapat kita temukan kebenaran-kebenaran
sejarah tertentu yang menyangkut sebuah peristiwa sejarah. Naskah me’raji
tercipta dari sebuah tindakan yang secara kreatif dilakukan melalui interaksi
antar individu dan masyarakat yang dilegitimasi oleh teks-teks normatif atau
oleh nilai-nilai Lama yang melahirkan norma yang dapat dijadikan sebagai

15
pedoman untuk melaksankan aktivitas sehari-hari yang kemudian
disosialisasikan dan ditransformasi secara terus menerus dari generasi ke
generasi berikutnya. Naskah ini adalah salah satu peninggalan bersejarah
yang ditulis oleh orang orang terdahulu menggunakan huruf Arab pegon
yang dibacakan dengan bahasa Gorontalo. Dikarenakan Gorontalo sebagai
salah satu wilayah yang memiliki masyarakat mayoritas beragama Islam
maka daerah Gorontalo memiliki naskah-naskah pengaruh Islam
sebagaimana daerah lainnya yang penduduknya mayoritas beragama Islam.
Naskah me’raji tersebut merupakan salah satu di antara naskah-naskah
keagamaan yang ada di daerah Gorontalo yang dibacakan setiap peringatan
Isra’ Mi’raj.
2. Masyarakat suku Gorontalo adalah masyarakat adat, yang menempatkan
adat bersendikan syara’ dan syara’ bersendikan kitabullah. Sehingga
penjabaran adat sampai pada upacara-upacara perkawinan, kematian,
penerimaan tamu agung, sampai pada tradisi perayaan upacara keagamaan.
Semangat perayaan peringatan Isra’ Mi’raj secara tradisional yang
dilaksanakan setiap bulan Rajab bagi masyarakat Gorontalo menunjukkan
karakter syiar Islam yang tidak mengabaikan unsur-unsur lokal karena
memberi nilai spiritual yang tinggi dalam pandangan hidup masyarakat yang
secara kreatif terbukanya ruang gerak bagi individu untuk aktif mengkonstruk
realitas keberagaman dalam rangka mengkritisi konsep naskah Isra’ Mi’raj
yang selama ini sangat familiar di kalangan masyarakat Islam tradisional di
Gorontalo. Nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam tradisi perayaan
memperingati Isra’ dan Mi’raj Nabi Muhammad SAW di Gorontalo secara
tradisional mempunyai nilai-nilai pendidikan Ubudiyah, Religi, Budaya,
Toleransi dan Humanis.

3.2 SARAN
Penulis mengharapkan kita sebagai masyarakat Gorontalo terutama
sebagai Generasi Milenial, harus menjaga, merawat dan melestarikan
peninggalan bersejarah yang ada di Gorontalo, juga rutin menyelenggarakan
tradisi yang dimiliki serta ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan budaya lokal dan

16
memperkenalkan juga mengajarkan kepada generasi berikutnya agar tradisi
tersebut tidak akan punah begitu saja.

3.3 REKOMENDASI PELESTARIAN


Penulis berharap bangunan peninggalan sejarah dapat dikembangkan lagi
sehingga dapat menarik perhatian wisatawan dan masyarakat, selanjutnya
penulis berharap peninggalan sejarah yang belum dilestarikan di Museum supaya
segera dilestarikan, sehingga masyarakat dapat mengetahui bahwa benda
tersebut adalah peninggalan bersejarah. Upaya pelestarian peninggalan tersebut
harus segera dilakukan mengingat nilai penting dari peninggalan bersejarah.

17
DAFTAR PUSTAKA

Liputan6.com. (2021, Maret 11). Kisah Perjalanan Rasulullah SAW Mendapat


Perintah Salat Saat Isra Miraj. Dipetik Agustus 1, 2021, dari liputan6.com:
https://www.liputan6.com/citizen6/read/4503796/kisah-perjalanan-
rasulullah-saw-mendapat-perintah-salat-saat-isra-miraj

Baruadi, M. K. (2013). Me'eraji. Gorontalo: Ideas Publishing co publishing LTN


NU.

Tangahu, S. (2018). Nilai-nilai pendidikan dalam tradisi Mo me'raji (Studi


Etnografi di Gorontalo). Volume 1 Nomor 1 Desember 2018, 83-109.

Tohopi, R. (2012). Tradisi perayaan Isra' Mi'raj dalam budaya Islam lokal
masyarakat Gorontalo. el Harakah Vol.14 No.1 Tahun 2012, 135-155.

18
LAMPIRAN

BIODATA PENULIS

Judul Artikel : Menyisir tradisi Gorontalo melalui Naskah me’raji

Nama : Huzaima M. Mooduto

Tempat, Tanggal Lahir : Gorontalo, 05 Januari 2006

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat Rumah : Jln. Sultan Botutihe No. 16, Kel. Dembe II

Nomor HP : 082296490283

Kelas : XI

Sekolah : SMK Kesehatan Bakti Nusantara Gorontalo

DOKUMENTASI

19
20
21
22
23

Anda mungkin juga menyukai