NIM : P060120017
A. Pendahuluan
Pendidikan merupakan investasi masa depan bangsa, dengan pendidikan sama artinya
dengan menabung masa depan, jika hari esok kita ingin hidup sejahtera maka mulai hari
ini harus sudah menabung, namun pendidikan jauh lebih penting, karna pendidikan adalah
kunci dari hidupnya masa depan bangsa Pada masa penjajahan, pendidikan sangat
sulit sekali diakses/dinikmati oleh masyarakat karna hanya anak orang kaya yang
menikmati layanan pendidikan, dengan kejadian itu akhirnya membuat Ki Hajar
Dewantara mendirikan sekolah-sekolah rakyat yang bisa dinikmati oleh masarakat yang
kuran g mampu, sehingga akhirnya lahirlah pejuang-pejuang tangguh kemerdekaan.
Hari ini sepertinya kejadian yang dahulu sudah mulai terjadi lagi, dimana banyak orang
kurang mampu tidak bisa menikmati pendidikan karna biaya pendidikan yang mahal,
padahal negara sudah mengelontorkan bantuan berupa BOS, BOSDA, BSM dan DAK.
Sehingga diperlukan advokasi untuk melindungi dan memastikan hak-hak anak bangsa
terpenuhi dengan baik.
B. Kajian Pustaka
Advokasi merupakan kegiatan yang meletakkan korban kebijakan sebagai subjek utama,
sehingga kepentingan rakyat harus menjadi agenda pokok dan penentu arah dari kegiatan.
Hal-hal inilah yang mendasari lahirnya advokasi keadilan sosial yang kegiatan utamanya
adalah memperjuangkan terciptanya keadilan sosial melalui perubahan-perubahan
kebijakan publik1.
Advokasi juga diartikan sebagai upaya pendekatan (approaches) terhadap orang lain yang
dianggap mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan suatu program atau kegiatan yang
dilaksanakan (Notoadmodjo, 2003. hal. 86). Peran advokat pada satu sisi berpijak pada
tradisi pembaruan sosial dan pada sisi lainnya berpijak pada pelayanan sosial. Peran ini
merupakan peran yang aktif dan terarah (directive), di mana community worker
menjalankan fungsi advokasi atau pembelaan yang mewakili kelompok masyarakat yang
membutuhkan suatu bantuan ataupun layanan, tetapi institusi yang seharusnya memberikan
bantuan ataupun layanan tersebut tidak memperdulikan (bersifat negative atau menolak
tuntutan warga). Dalam menjalankan fungsi advokasi, seorang community worker tidak
jarang harus melakukan persuasi terhadap kelompok professional ataupun kelompok elit
tertentu agar tercapai tujuan yang diharapkan2.
Menurut Mansour Faqih, dkk (2000), advokasi adalah usaha sistematis dan terorganisir
untuk mempengaruhi dan mendesakkan terjadinya perubahan dalam kebijakan publik
secara bertahap-maju (incremental).
Lebih jauh, Makinuddin & Sasonko (2006) menulis advokasi sebagai proses litigasi dan
alat untuk melakukan perubahan kebijakan, beberapa kalangan juga menggunakan dan
mengartikan advokasi sebagai pemihakan, pengorganisasian, pendidikan, pendampingan,
pemberdayaan, penguatan, penyadaran, pencerahan, dan sebagainya.
Ada dua unsur penting untuk membangun konsep advokasi di luar batas pengertian
advokasi sebagai proses litigasi dan perubahan kebijakan. Pertama, advokasi harus
ditujukan untuk membela dan meringankan beban kelompok miskin dan pinggiran akibat
salah urus negara, tujuan yang seharusnya berorientasi pada perubahan sosial (social
transformation). Kedua, advokasi harus dapat dijadikan untuk membuka kemungkinan-
kemungkinan baru bagi masyarakat korban untuk menentukan orientasi, strategi dan
merefleksi perubahan berbasis pengetahuan dan pengalaman yang mereka miliki. Dua
unsur itu yang belum ada dalam konsep advokasi sebagai alat untuk mengubah kebijakan
maupun advokasi sebagai proses pembelaan di pengadilan4.
Advokasi juga merupakan langkah untuk merekomendasikan gagasan kepada orang lain
atau menyampaikan suatu issu penting untuk dapat diperhatikan masyarakat serta
mengarahkan perhatian para pembuat kebijakan untuk mencari penyelesaiannya serta
membangun dukungan terhadap permasalahan yang diperkenalkan dan mengusulkan
bagaimana cara penyelesaian masalah tersebut.
Berdasarkan pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa advokasi lebih
merupakan suatu usaha sistematik dan terorganisir untuk mempengaruhi dan mendesakkan
perubahan, dengan memberikan dukungan dan pembelaan terhadap kaum lemah (miskin,
terbelakang, dan tertindas) atau terhadap mereka yang menjadi korban sebuah kebijakan
dan ketidakadilan.
Berarti dari kata tersebut di atas advokasi adalah suatu usaha atau upaya yang terorganisir,
sistematis untuk meningkatkan dan mendorong diterapkannya praktek, perundang-
undangan dan kebijakan ya ng diperlukan untuk melindungi hak- hak dan kepentingan
masyarakat Pendidikan Islam adalah suatu upaya atau proses, pencarian,
pembentukan, dan pengembangan sikap dan perilaku untuk mencari, mengembangkan,
memelihara, serta menggunakan ilmu dan perangkat teknologi atau ketrampilan demi
kepentingan manusia sesuai dengan ajaran Islam. Jadi Advokasi Pendidikan Islam adalah
suatu usaha atau upaya yang sistematis dan terorganisir, sehingga terjadinya perubahan
kebijakan terhadap pelaksanaan Pendidikan Islam7.
C. Metode Penelitian
Metode yang digunakan adalah library research, dimana peneliti mengumpulkan beberapa
referensi dari penelitian terdahulu yang berkaitan dengan pengertian dan ruang lingkup
advokasi Pendidikan Agama Islam.
UUD 1945 sudah ada pasal pendidikan, yaitu bab XIII tentang pendidikan yang
memperkuat posisi hak warga negara untuk mendapatkan pendidikan, pasal-pasal tersebut
seperti di bawah ini:
Berdasarkan amanat UUD 1945 inilah yang mendasari Muhammadiyah dengan Children
Center Muhammadiyah bergerak cepat untuk membantu anak-anak korban bencana
tsunami Aceh. Oleh sebab itu Advokasi Pendidikan Agama Islam dimana peran aktif
Muhammdiyah dalam memulihkan, melindungi dan mendampingi hak-hak anak dari
korban gempa dan tsunami di Nanggro Aceh Darussalam (NAD). Peran aktif
Muhammadiyah sebagai salah satu organisasi besar yang ada di Indonesia dengan sigap
dan tanggap membentuk kelompok kerja yang disebut dengan Children Center
Muhammdiyah yang berperan dalam mendampingi atau mengadvokasi hak-hak dari
korban atau pengungsi bencana untuk tetap memperoleh pengetahuan Pendidikan
khususnya Pendidikan agama Islam meskipun ditengah keterbatasan sarana dan prasarana
yang ada.
Millenium Development Goals memberikan pengaruh yang cukup kuat terhadap kemajuan
pendidikan dasar di Indonesia. MDGs berhasil
mereview dan memberikan pengayaan terhadap kekurangan-kekurangan yang ada serta
mendorong pemerintah untuk mengupayakan hal-hal yang belum maksimal dan perlu
diperkuat. MDGs pun turut mendorong internalisasi tujuan-tujuan global yang ada ke
dalam dokumen perencanaan nasional sejak 2010.
Dalam mendukung tercapainya pendidikan dasar untuk semua sebagai tujuan dua MDGs
di Indonesia, UNICEF hadir sebagai salah satu lembaga PBB yang memiliki mandat kuat
terhadap anak yang bertugas dalam mempromosikan dan melindungi hak-hak
dasar anak serta memastikan agar setiap anak dapat memperoleh haknya, khususnya
pendidikan dasar. Komitmen tersebut mendorong UNICEF dalam membantu ketercapaian
pendidikan dasar di Indonesia melalui sejumlah kerja sama yang dilakukan di
antara keduanya. Fokus UNICEF dalam penanganan isu anak tidak sekolah guna mencapai
pendidikan dasar untuk semua membuat kerja sama yang dilakukan dengan Indonesia
mengerucut pada bentuk penyediaan data dan penggunaan data itu sendiri, advokasi
dan analisa program dan kebijakan, serta penguatan sistem untuk akses pendidikan yang
lebih merata.9
F. Referensi
3. Espine S. Developing Advocacy for Children and Young People. Jessica kingsley
publisher; 2008.
4. Sasongko M&. Analisis Sosial Bersaksi Dalam Advokasi Irigasi. Akatiga; 2006.
8. Zainuddin, H ayyi Alimansyur MM, Akmal Adi Cahya, Zakarya AP. Panduan Advokasi
Pendidikan. Malang Corruption Watch