Anda di halaman 1dari 5

REGULASI ADVOKASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Nama : Eko Irianto


Email : 851eko.irianto@gmail.com

Pendahuluan Dan Latar Belakang

Secara umum konsepsi advokasi berasal dari kata Avocate yang berarti kegiatan-kegiatan untuk
membela dengan aksi bersimpati, aksi menggalang bantuan dan pertolongan, berupa dukungan
argumentasi yang dapat diterima oleh publik/umum dari seorang yang membela, yang menjadi
korban, atau dari orang-orang atau pihak lain yang mendukung alasan-alasan kasus, termasuk dari
pihak pengacara/advokat.

Advokasi sosial menurut Undang-undang No.11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial
dimaksudkan untuk melindungi dan membela seseorang, keluarga, kelompok, dan/atau
masyarakat yang dilanggar haknya. Advokasi tersebut dilaksanakan dalam bentuk penyadaran hak
dan kewajiban, pembelaan, dan pemenuhan hak.

Atas dasar pengertian tersebut, maka advokasi dapat dilaksanakan oleh orang-orang atau
kelompok masyarakat yang menjadi korban dengan dukungan pihak lain yang tidak hanya dari
seorang pengacara/advokat, melainkan dari dukungan masyarakat, kaum buuh, politikus maupun
kelompok-kelompok masyarakat di semua lapisan. Namun idealnya, advokasi tetap dilaksanakan
dengan berbasis perjuangan dari kelompok masyarakat korban, yakni masyarakat yang menderita
dampak atas hak (asasi atau hukum) baik secara laten maupun manifes. Pendek kata, kerja-kerja
advokasi adalah kerja untuk menggalang dukungan sebanyak-banyaknya dari berbagai pihak
untuk membangun kekuatan untuk suatu tujuan.

Kajian Pustaka (Teori) Dan Hasil Pembahasan

Hak atas pendidikan merupakan hak asasi dasar dan merupakan sarana yang mutlak untuk dapat
mewujudkan hak-hak lainnya. Pendidikan adalah gerbang menuju kesuksesan, pendidikan
menjadi fondasi bagi kesejahteraan karena ia berperan penting dalam proses pemberdayaan
masyarakat. Tanpa pendidikan yang mumpuni, mustahil bagi seseorang untuk dapat berpartisipasi
atau bahkan bersaing dalam urusan-urusan publik seperrti pemilihan umum dan urusan
pemerintahan, termasuk urusan-urusan ekonomi dan sosial-budaya. Asplund dalam bukunya
Hukum Hak Asasi Manusia membahas Kovenan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial dan
Budaya (KIHESB) mencantumkan hak dan kebebasan yang termuat dalam bagian akhir DUHAM,
diantaranya adalah hak atas pendidikan yang tercantum pada pasal 13 sebagai berikut:

1. Negara-negara Pihak pada kovenan mengakui hak setiap orang atas pendidikan. Mereka
sepakat bahwa pendidikan harus diarahkan pada perkembangan sepenuhnya kepribadian
manusia dan kesadaran akan martabatnya, dan harus memperkuat penghormatan
terhadap hak asasi dan kebebasan manusia yang hakiki. Mereka selanjutnya sepakat
bahwa pendidikan harus memungkinkan semua orang untuk berpartisipasi secara efektif
dalam masyarakat yang bebas, meningkatkan pengertian, toleransi dan persahabatan
antara semua bangsa dan semua kelompok ras, etnis, atau agama, dan memajukan
kegiatan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk memelihara perdamaian.

2. Negara-negara Pihak pada Kovenan ini mengakui bahwa dengan maksud untuk mencapai
perwujudan semua hak ini:

a. Pendidikan dasar harus diwajibkan dan tersedia secara cuma-Cuma untuk semua
orang;
b. Pendidikan lanjutan dalam berbagai bentuknya, termasuk
pendidikan lanjutan teknik dan kejuruan harus secara umum tersedia dan terbuka
untuk semua orang melalui segala sarana yang layak dan khususnya melalui
pengadaan pendidikan cuma-cuma secara bertahap;
c. Pendidikan tinggi juga harus dapat dimasuki oleh semua orang, atas dasar
kemampuan, dengan semua sarana yang layak dan khususnya melalui pengadaan
pendidikan cuma-cuma secara bertahap;
d. Pendidikan fundamental harus sejauh mungkin didorong atau diintensifkan untuk
orang-orang yang belum menerima atau belum menyelesaikan seluruh masa
pendidikan dasar mereka;
e. Pengembangan sistem sekolah pada setiap tingkatan harus secara efektif diupayakan,
sistem beasiswa yang layak harus dibentuk, dan kondisi–kondisi materi pengajar
harus terus menerus diperbaiki.

3. Negara-negara Pihak pada Kovenan ini berjanji untuk menghormati kebebasan orang tua
dan, bila perlu, wali yang sah, untuk memilih sekolah bagi anak-anak mereka, selain
sekolah yang didirikan oleh pemerintah, yang sesuai dengan standar pendidikan
minimum yang mungkin dibuat atau disetujui oleh negara dan untuk memastikan
pendidikan agama dan moral anak-anak mereka sesuai dengan keyakinan mereka.

4. Tidak ada bagian dari pasal ini yang dapat ditafsirkan untuk mencampuri kebebasan
individu dan badan-badan untuk mendirikan dan mengurus lembaga pendidikan, sesuai
dengan ketentuan penghormatan pada prinsip yang dinyatakan dalam ayat 1 Pasal ini,
dan pada persyaratan bahwa pendidikan yang diberikan di lembaga tersebut sesuai
dengan standar minimum yang mungkin dibuat oleh negara.

Hak atas pendidikan mencakup pendidikan dasar yang wajib dan bebas biaya, pendidikan
lanjutan yang berangsur-angsur juga akan dibuat bebas dan dapat dimasuki, serta kesempatan
yang sama untuk memasuki pendidikan tinggi. Juga terdapat peran yang semakin besar untuk
pendidikan lanjutan/orang dewasa, terutama apabila terdapat penduduk orang dewasa yang
buta huruf dalam jumlah yang signifikan. Pada umumnya, negara wajib untuk menyediakan
pendidikan bebas biaya, setidaknya pada tingkat dasar. Kesesuaian dengan DUHAM Pasal 26
bukan saja mengharuskan pendidikan bebas biaya, melainkan juga pendidikan wajib. Ini
adalah salah satu dari sedikit kewajiban positif yang secara eksplisit dibebankan kepada negara
oleh DUHAM. (Asplund, 2008)

Undang-Undang Dasar yang menyatakan pentingnya mencerdaskan bangsa. Indonesia pun


mengejewantahkannya dalam Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang system
penyelenggaraan pendidikan. Gambaran umum tentang konsep pelayanan pendidikan
indonesia dapat kita temui pada pasal 3 Undang-undang nomor 20 tahun 2003 yang
menyatakan bahwa.

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan


membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabatdalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan mejadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Kesimpulan

Regulasi atau peraturan terkait advokasi Pendidikan termaktub dalam undang-undang dasar
mengenai mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bertanah air melalui Pendidikan. Dimana
dalam peraturana perundang-undangan tersebut juga membebaskan biaya Pendidikan mulai
dari tingkat sekolah dasar hingga tingkat sekolah menengah atas. Negara juga menjamin setiap
penduduk berhak memperoleh Pendidikan yang layak disemua jenjang Pendidikan dan berhak
memperoleh peluang mendapatkan fasilitas beasiswa yang tersedia disetiap program jenjang
pendidikan yang ada.

Referensi

1. Adifirsta, Mayedha (2019) PERAN FORUM MASYARAKAT PEDULI PENDIDIKAN


(FMPP) DALAM ADVOKASI SOSAL PERATURAN DAERAH TENTANG PENDIDIKAN
KOTA MALANG. Undergraduate (S1) thesis, University of Muhammadiyah Malang.

2. Hukum Hak Asasi Manusia membahas Kovenan Internasional tentang Hak Ekonomi,
Sosial dan Budaya (KIHESB) mencantumkan hak dan kebebasan yang termuat dalam
bagian akhir DUHAM, diantaranya adalah hak atas pendidikan yang tercantum pada pasal
13
3. Undang-undang No.11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial dimaksudkan untuk
melindungi dan membela seseorang, keluarga, kelompok, dan/atau masyarakat yang
dilanggar haknya

4. DUHAM Pasal 26 bukan saja mengharuskan pendidikan bebas biaya, melainkan juga
pendidikan wajib

5. Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang system penyelenggaraan pendidikan

Anda mungkin juga menyukai