Anda di halaman 1dari 25

BAB IV

LANDASAN YURIDIS PENDIDIKAN

A. Pendahuluan

1. Latar Belakang
Manusia sangat membutuhkan pendidikan dalam mengrungi
hidup dan kehidupananya. Karena pendidikan adalah usaha manusia
agar manusia dapat mengembangkan potensi yang ada pada dirinya
melalui proses pembelajaran. Untuk menjamin akan pencapaian dan
pemerataan hal tersebut, pemerintah wajib untuk membuat suatu
aturan yaitu hukum. Aturan itulah yang dinamakan undang-undang
maupun peraturan lain yang menunjang.
Sebagaimana dalam pembukaan UUD 45 alinea keempat
bahwa tugas dan kewajiban naegara kepada rakyat adalah salah
satunya “mencerdaskan kehidupan bangsa” dan dalam UUD 1945
Republik Indonesia Pasal 31 ayat (1) menyebutakan bahwa “setiap
warga Negara berhak mendapatkan pendidikan” dan ayat (3)
menegaskan bahwa “pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu system pendidikan nasional, dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dalam undang-undang”.
Untuk itu seluruh komponen bangsa,pemerintah,masyarakat dan
keluarga serta pengusaha lainnya, wajib ikut serta dalam upaya
mencerdaskan kehidupan bangsa yang merupakan salah satu tujuan
dari Negara dan bangsa Indonesia.
Setiap Negara memiliki aturan perundang-undangan sendiri.
Tindakan dan keputusan Negara itu harus berdasarkan Undang-
undang Negara tersebut. Bila ada suatu tindakan yang bertolak
belakang dengan perturan perundang-undangan Negara tersebut,
maka tindakan itu bias dikatakan sebagai tindakan yang melanggar
hukum dan orang yang melakukan hal itu aajib diadili.
Para pendidik dan tenaga kependidikan perlu memahami dan
mengetahui berbagai landasan Para pendidik dan tenaga
kependidikan perlu memahami dan mengetahui berbagai landasan
Yuridis (hukum) system pendidikan yang ada di Negara Indonesia
dan menjadikannya sebagai titik tolak atau barometer dalam
pelaksanaan perananannya sebagai seorang pendidik dan tenaga
kependidikan.
Oleh sebab itu kami memandang sangat perlu seorang yang
berhubungan dengan pendidikan untuk mengetahui landasn hukum
pendidikan di Indonesia. Dan kami insya Allah akan membahas dan
memparkannya dalam makalah kami yang berjudul “Landasan
hukum pendidikan di indonsia “.
B. Pembahasan
1. Pengertian Landasan Yuridis Pendidikan
Menurut Aris Junaidi dkk (2020) adalah landasan hukum yang
menjadi dasar atau rujukan pada tahapan perancangan,
pengembangan, pelaksanaan, dan evaluasi, serta sistem penjaminan
mutu perguruan tinggi yang akan menjamin pelaksanaan. kurikulum
dan tercapainya tujuan kurikulum. Landasan adalah dasar tempat
berpijak atau tempat di mulainya suatu perbuatan. Dalam bahasa
inggris, landasan disebut dengan istilah foundation yang dalam
bahasa indonesia menjadi fondasi. Landasan sendiri, bagaikan
sebuah pijakan atau pondasi saat kita mendirikan sebuah bangunan,
bayangkan apabila landasan itu dibentuk tanpa sesuatu yang
menguatkan. Dapat diperkirakan, bangunan itu akan mudah untuk
roboh dan hancur saat ada gangguan dari luar seperti angin atau
badai. Sama seperti sebuah negara, dibutuhkan landasan. Sebab
tanpa landasan yang kuat negara akan mudah dihancurkan oleh pihak
luar. Oleh karena itu pancasila dijadikan dasar negara Indonesia,
yang telah disesuaikan dengan kepribadian bangsa Indonesia.
Dengan adanya pancasila, negara Indonesia akan menjadi sebuah
negara yang kuat dan tidak mudah dihancurkan oleh negara lain. Bila
rakyat dan pemerintah bekerjasama mengamalkan nilai-nilai
pancasila dalam kehidupan, maka akan tercapai tujuan bangsa
Indonesia sesuai dengan pembukaan UUD 1945.
Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang
atau sekelompok orang dalam upaya mendewasakan manusia melalui
upaya pengajaran dan pelatihan. Hukum merupakan suatu aturan
baku sebagai tempat berpijak ataun titik tolak dalam melaksanakan
kegiatan-kegiatan tertentu dalam hal ini adalah kegiatan pendidikan
dilandasi oleh aturan-aturan baku mengenai segala proses dan hal
yang berkaitan dengan pendidikan. Cukup bamnyak kegiatan
pendidikan yang dilandasi oleh aturan-aturan lain seperti aturan
kurikulum, aturan cara mengajar, cara membuat persiapan, supervise
dan lain sebagainya. Kata yuridis berkaitan dengan hukum, maka
yang menjadi asumsi dalam pendidikan adalah sumber-sumber hukm
yang menjadi pijakan dalam pelaksanaan pendidikan di Indonesia.
Landasan hukum pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber
dari peraturan perundang-undangan yang berlaku yang di jadikan
titik tolak dalam pendidikan. Terutama pendidikan nasional ( tatang
saripudin dan nuraini,2006:6) sedangkan menurut made Pidarta
(1997:40) landasan hukum diartikan sebagai suatu aturan baku
sebagai tempat berpijak dan titik tolak dalam melaksanakan
kegiatan-kegiatan tertentu dalam hal ini adalah kegiatan pendidikan.
Jadi, landasan hukum pendidikan adalah dasar atau pondasi
perundang-undangan yang menjadi pijakan dan pegangan dalam
pelaksanaan pendidikan di suatu Negara. Dalam hal ini aturan yang
menjadi dasar hukum pendidikan di Indonesia.
2. Konsep Penerapan Pendidikan
Menurut pasal 31 ayat (1) menyebutkan setiap warga negara
berhak mendapatkan pendidikan. Oleh karena apabila suatu hal
seseorang atau sekelompok masyarakat tidak bisa mendapatkan
kesempatan belajar, maka mereka bisa menuntut haknya itu kepada
pemerintah. Atas dasar itulah pemerintah menciptakan sekolah-
sekolah yang bisa melayani kebutuhan warna negaranya tanpa
kecuali apakah warga negara tersebut normal ataupun tidak normal
dilihat dari aspek fisik dan mentalnya, baik yang tinggal
diperkotakan maupun yang diperkotakan, baik yang miskin maupun
yang kaya.
Sekolah-sekolah yang dimaksud antara lain SD Kecil, SD
Pamong, SMP Terbuka Sistem Belajar Jarak Jauh untuk mengatasi
warga negara yang mengalami sekulitan mendapatkan pendidikan
karena aspek geografis (termaktub dalam pasal 5 ayat 3), dan sekolah
luar biasa untuk memenuhi warga negara yang mempunyai
kebutuhan khusus (pasal 5 ayat 2). Namun demikian dengan
amendemen UUD 1945, pasal 31 ayat (2), dan Undang-Undang
Distikiasis pasal (1) bahwa sampai dengan pendidikan dasar,
pendidikan tidak hanya merupakan hak tapi sekaligus merupakan
kewajiban warga negara. Hal tersebut logis dan. dapat dipahami
sebab keberhasilan proses pendidikan tidak hanya ditentukan oleh
pemerintah tapi juga warga masyarakat. Sekalipun pemerintah telah
dengan sungguh- sungguh menangani pendidikan dan menyediakan
biaya pendidikan dan cukup tetapi kalau masyarakat tidak ikut serta
(terutama dalam hal kesadaran dan motivasi belajar) maka
pembangunan di bidang pendidikan tidak dapat berhasil dengan baik.
Lebih-lebih di era globalisasi yang menurut kualitas sumber daya
manusia yang memiliki daya saing yang tinggi adalah logis apabila
warga negara diwajibkan untuk menempuh pendidikan
dasar. Setelah membahas landasan hukum dalam pendidikan yang
dijabarkan dari UUD tahun 1945 dan beberapa peraturan perundang-
undangan yang ada di bawahnya, maka dampak terhadap konsep dan
pelaksanaan pendidikan adalah sebagai berikut:

a) Sebagai konsekuensi dari beragamnya potensi dan kebutuhan


peserta didik maka proses pembelajaran harus disesuaikan
dengan kondisi peserta didik sehingga pendidikan dalam
pembelajaran dituntut untuk aktif, inovatif, kreatif, efektif
dan menyenangkan (PAKEM)

b) Dibutuhkan beragam jenis sekolah, sekolah umum dan


kejuruan, sekolah untuk siswa normal dan sekolah untuk
siswa berkebutuhan khusus, serta beragam jurusan. Sistem
pendidikan menganut double track, bukan singlet track.
c) Untuk mengembangkan potensi peserta didik seutuhnya
diperlukan perhatian yang sama terhadap pengembangan
aspek kognitif, afektif, dan psikomor pada semua tingkat
pendidikan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mendisain
kurikulum sedemikian rupa sehingga struktur kurikulum
mencakup mata pelajaran-mata pelajaran yang mencakup
ketiga ranah domain tersebut. Dan dalam proses
pembelajaran ketiga aspek tersebut disampaikan secara
terintegratif.

d) Pendidikan harus berakar pada kebudayaan nasional, maka


dibutuhkan kurikulum yang mampu pengembangan budaya
luhur bangsa.

e) Pendidikan dasar merupakan hak dan sekaligus kewajiban


warga negara, maka kebijakan pemerintah tentang wajib
belajar disertai dengan program-program pendukungnya
seperti pemerataan kesempatan pendidikan dengan
membangun sekolah-sekolah dengan berbagai model adalah
kebijakan yang bagus yang berlu. didukung oleh semua
pihak.

3. Fungsi Pendidikan
1. Menurut Purwanto (2014: 59) fungsi dari pendidikan yaitu
sebagai berikut:Mempersiapkan masyarakat agar dapat
menjalani ke- hidupan yang lebih baik dan mandiri.
2. Proses penanaman nilai-nilai dan pengembangan minat atau
bakat peserta didik, baik untuk kepuasan pribadi maupun
untuk kepentingan masyarakat secara luas.
3. Sebagai perilaku perlindungan budaya masyarakat itu
sendiri.
4. Proses penanaman keterampilan yang mereka butuhkan
untuk berpartisipasi dalam kegiatan demokrasi.
5. Sebagai proses pemindahan budaya atau adat istiadat dari
generasi sebelumnya kepada generasi berikutnya.
6. Memilih dan mengajarkan keikutsertaan dalam peran sosial.
7. Bentuk integrasi sosial dalam masyarakat.
8. Melalui lembaga pendidikan dapat menjadi perantara untuk
mengajarkan tipe dan model kepribadian.
9. Menjadikan sumber inovasi bagi kehidupan sosial mas-
yarakat.
10. Menginformasikan kepada peserta didik tentang perbedaan
budaya di masyarakat luas, termasuk perbedaan agama, ras,
dan adat istiadat.
Pada saat yang sama, secara umum, fungsi pendidikan ialah
untuk menghilangkan segala bentuk kebodohan dan kemiskinan
masyarakat yang terbelakang. Dipahami juga bahwa kaum terpelajar
atau orang yang mengenyam pendidikan dapat terhindar dari
keterbelakangan dan kemiskinan, karena dengan pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh melalui proses pendidikan, mereka
dapat memecahkan berbagai masalah kehidupan yang mereka
rasakan. Kemampuan dan keterampilan seseorang tentunya
berbanding lurus dengan tingkat pendidikan yang diterimanya,
semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin baik pula
pengetahuan, keterampilan, dan kemampuannya (Fathurrahman,
2012: 77).
Dari hal di atas tergambar jelas bahwa fungsi pendidikan
dapat meningkatkan kesejahteraan, dikarenakan orang yang
terpelajar atau yang mempunyai pendidikan tinggi dapat terhindar
dari keterbelakangan, ketertinggalan maupun kemiskinan. Oleh
karena itu, penekanan dari fungsi pendidikan adalah membimbing,
mengawasi serta mengarahkan anak untuk mencapai tujuan kepada
nilai yang tertinggi. Pendidikan yang ideal dan baik adalah yang bisa
membawa keberhasilan kepada anak untuk mencapai kepada tujuan
yang telah ditetapkan.Hal ini sesuai dengan pernyataan UUSPN
No.20 Tahun 2003 menyatakan bahwa fungsi pendidikan nasional
adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa.

4. Tujuan Pendidikan

Adapun tujuan utama pendidikan ialah untuk


mengembangkan seluruh potensi serta meningkatkan kecerdaskan
individu kearah yang lebih baik. Sehingga dengan tujuan ini, dapat
diharapkan atau diperoleh orang-orang berpendidikan yang memiliki
ilmu pengetahuan, kreatifitas, kepribadian yang baik, kemandirian,
dan menjadi orang yang lebih bertanggung jawab.
Menurut Munib (2009: 85-86) dalam Undang-Undang
Republik Indonesia yang sudah diatur tentang pendidikan
menjelaskan bahwa tujuan pendidikan adalah sebagai berikut:
1. Menurut UUD No. 2 Tahun 1985, tujuan pendidikan ialah
mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk serta
mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu bertaqwa kepa-
da tuhan yang maha esa, berilmu, sehat jasmani dan rohani,
akhlak mulia, mandiri, berkepribadian tangguh, dan ber-
tanggungjawab terhadap bangsa.
2. Menurut UUD Sisdiknas 20 tahun 2003, menyatakan tujuan
pendidikan ialah untuk mengembangkan potensi peserta
didik, untuk menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, ber-
ilmu, cakap, kreatif, dan mandiri, serta menjadi warga nega-
ra yang demokratis dan bertanggung jawab.
3. Menurut Keputusan MPRS Nomor 2 Tahun 1960 menetap-
kan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk membentuk dan
membina manusia yang berjiwa pancasilais sejati sesuai
dengan pembukaan UUD 1945 dan ketentuan isi UUD 1945.

5. Landasan Yuridis Pendidikan Di Indonesia


Pendidikan adalah usaha sadar yang didasarkan pada
sejumlah landasan dan asas tertentu (Kallang, 2017) yang disusun
secara terencana sehingga peserta didik dapat mengembangkan
potensinya yang berguna bagi diri sendiri maupun hidup di
masyarakat. Pelaksanaan pendidikan yang dilakukan secara formal
maupun informal disusun secara terencana dan sistematis dengan
acuan konsep dan landasan perundang- undangan. Landasan
yuridis atau hukum pendidikan merupakan sekumpulan perangkat
konsep peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan
pendidikan (Saputra, dkk, 2020). Menurut Kallang (2017) bahwa
landasan yuridis pendidikan merupakan seperangkat konsep yang
berisi aturan perundang-undangan yang berlaku sebagai acuan
baik material maupun konseptual dalam pelaksaanan pendidikan
dan praktek pendidikan yang menjadi dasar dan pegangan didalam
pelaksanaan pendidikan di suatu negara (Kallang, 2017). Hukum
pendidikan berupa landasan yuridis bersifat ideal dan normatif
terhadap pihak penyelenggara pendidikan, sehingga setiap proses
penyelenggaraan pendidikan harus patuh dan mengacu pada
perundang-undangan yang berlaku secara adil dan merata agar
tidak terjadi ketimpangan dan perselisihan diantara semua pihak
yang terlibat dalam penyelenggaraan pendidikan (Saputra, dkk,
2020). Berikut ini merupakan sumber hukum pendidikan atau
landasan yuridis pendidikan di Indonesia, yaitu Pancasila,
Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun
1945 serta Sistem Pendidikan Nasional dalam Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 (Saputra, dkk, 2020). Menurut Saputra,
dkk, (2020), landasan yuridis sebagai perangkat dasar hukum
pelaksanaan pendidikan di Indonesia yang mengacu pada:
1. Landasan hukum pendidikan nasional di Indonesia dalam
Undang-Undang Dasar tahun 1945.
2. Landasan idiil dalam sistem pendidikan adalah Pancasila.
3. Ketetapan MPR sebagai landasan hukum pendidikan
nasional.
4. Landasan hukum pendidikan nasional yang termuat dalam
undang-undang dan peraturan pemerintah.
5. Keputusan pemerintah sebagai landasan hukum pelaksa-
naan pendidikan nasional.
6. Instruksi menteri sebagai landasan hukum pelaksanaan
pendidikan nasional.

6. Hubungan antara pendidikan dan hukum

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk


mewujudkan suasana dan proses pengajarandan pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memilki kekuatan sepiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia dan keterampilan yang di
btuhkan ileh dirinya, masyarakat bangsa dan Negara.
Hukum merupakan suatu aturan baku sebagai tempat
berpijak ataun titik tolak dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan
tertentu dalam hal ini adalah kegiatan pendidikan dilandasi oleh
aturan-aturan baku mengenai segala proses dan hal yang berkaitan
dengan pendidikan. Cukup bamnyak kegiatan pendidikan yang
dilandasi oleh aturan-aturan lain seperti aturan kurikulum,aturan
cara mengajar,cara membuat persiapan,supervise dan lain
sebagainya (Made pidarta,1997: 40).
Jadi hubungan antara pendidikan dan hukum seperti halnya
tercantum didalam Pasal 2 dan 3 UU RI No 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahawa pemerintah
menjamin terselengaranya wajib belajar minimal pada jenjang
pendidikan dasr tampa dipungut biaya. Wajib belajara merupakan
tugas dan tanggung jawab Negara yang di selelengarakan oleh
lembaga pendidikan nasional,pemerintah daerah dan masyarakat.
Dengan hal itu maka tujuan dan pendidikan nasional akan tercapai
sesuai dengan harapan dan ciat-cita Negara.
Seperti hubungan antara pancasila dan ssstem pendidikan
ditinjau dari filsafat pendidikan di mana pancasila adalah dasar
Negara yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, Pancasila
mempunyai fungsi dalam hidup dan kehidupan bangsa dan Negara
Indonesia. Antara lain pancasila sebagai dasar negara, alat
pemersatu bangsa, sumber dari segala sumber hukum, pandangan
hidup bangsa, dan sumber ilmu pengetahuan di Indonesia
(Jalaludin,1997:143).

7. Landasan Yuridis Penyelenggaraan Sistem Pendidikan


Nasional
1. Cita-cita Pendidikan dan Amanat UUD Negara R.I. Tahun 1945
(UUD 1945) Mengenai Penyelenggaraan Sistem Pendidikan
Nasional Proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17
Agustus 1945. Sehari setelah itu, pada tanggal 18 Agustus 1945
Panitia Persiapan Kemerdekaan Negara Indonesia (PPKI)
menetapkan UUD 1945 sebagai konstitusi negara. Pada alinea
keempat pembukaan UUD 1945, disana tersurat dan tersirat
cita-cita nasional dibidang pendidikan, yaitu untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa. Sehubungan dengan ini, pasal
31 ayat (3) UUD 1945 mengamanatkan agar “Pemerintah
mengusahakan dan menyelenggarakan kehidupan bangsa, yang
diatur dengan undang-undang”.
2. Definisi Pendidikan, Pendidikan Nasional dan Sistem
Pendidikan Nasional
Pemerintah telah memberlakukan UU RI No.4 Tahun
1950 Tentang Dasar-dasar Pendidikan dan Pengajaran di
Sekolah yuncto UU RI No. 12 Tahun 1954. Sejak 27 Maret
1989 undang-undang tersebut diganti dengan UU RI No.2
Tahun 1989 Tentang “Sistem Pendidikan Nasional”. Adapun
sejak tanggal 8 Juli 2003 Pemerintah memperbaharui dan
menggantinya dengan Undang-undang Republik Indonesia
No.20 Tahun 2003 Tentang “Sistem Pendidikan Nasional”.
Pendidikan. Pada Pasal 1 ayat 1 Undang-undang R.I.
No.20 Tahun 2003 dinyatakan bahwa : “Pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.
Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 yang berakar pada nilai-
nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia, dan tanggap
terhadap tuntutan perubahan zaman (Pasal 1 ayat 2 UU R.I.
Tahun 2003).
Sistem Pendidikan Nasional adalah keseluruhan
komponen pendidikan nasional yang saling terkait secara
terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional (Pasal 1
ayat 3 UU R.I No.20 Tahun 2003).
3. Dasar, Visi, Misi, Fungsi, Tujuan, Strategi Pendidikan Nasional,
dan Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan
Dasar Pendidikan Nasional dinyatakan pada pasal 2 UU
RI Nomor 20 tahun 2003 bahwa : “Pendidikan Nasional
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Tahun 1945”
Visi dan Misi Pendidikan Nasional. Pendidikan
Nasional mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan
sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk
memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang
menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif
menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Dengan visi
pendidikan tersebut, Pendidikan Nasional :
1. Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan
memperoleh pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat
Indonesia.
2. Membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak
bangsa secara utuh sejak usia dini sampai akhir hayat dalam
rangka mewujudkan masyarakat belajar.
3. Meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses
pendidikan untuk mengoptimalkan pembentukan kepribadian
yang bermoral.
4. Meningkatkan ke profesional dan akuntabilitas lembaga
pendidikan sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan,
keterampilan, pengalaman, sikap, dan nilai berdasarkan
standar nasional dan global.
5. Memberdayakan peran serta masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan berdasarkan prinsip otonomi
dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia
(Penjelasan Atas UU RI No.20/2003) tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
Fungsi dan Tujuan Pendidikan Nasional. Sebagaimana
dinyatakan dalam pasal 3 UU RI No. 20/2003, serta berdasarkan
visi dan misi tersebut diatas, “ Pendidikan Nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa”. Sementara Tujuan
Pendidikan Nasional adalah untuk “Berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab” (pasal 3 dn penjelasan atas
UU RI No. 20/2003).
Strategi Pembangunan Nasional. Pembaharuan sistem
pendidikan memerlukan strategi tertentu. Adapaun Strategi
Pembangunan Pendidikan Nasional meliputi :
1. Pelaksanaan pendidikan agama setra akhlak mulia.
2. Pengembangan dan pelaksanaan kurikulum berbasis
kompetensi.
3. Peroses pembelajaran yang mendidik dan dialogis.
4. Evaluasi, akreditasi, dan sertifikasi pendidikan yang
memberdayakan.
5. Peningkatan keprofesionalan pendidik dan tenaga
kependidikan.
6. Penyediaan sarana belajar yang mendidik.
7. Pembiayaan pendidikan yang sesuai dengan prinsip
pemerataan dan berkeadilan.
8. Penyelenggaraan pendidikan yang terbuka dan merata.
9. Pelaksanaan wajib belajar.
10. Pelaksanaan otonomi manajemen pendidikan
11. Pemberdayaan para masyarakat
12. Pusat pembudayaaan masyarakat
13. Pelaksanaan pengawasan dalam sistem pendidikan
nasional (penjelasan atas UU RI No. 2/2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional).
Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan. Dalam konteks sistem
pendidikan nasional ditegaskan agar penyelenggaraan
pendidikan didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan
berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung
tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan
kemajemukan bangsa.
2. Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang
seistemik dengan sistem terbuka dan multi maksna.
3. Pendidikan diselnggarakan sebagai suatu proses
pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang
berlangsung sepanjang hayat.
4. Pendidikan diselenggrakan dengan memberi keteladanan,
membangun kemauan, dan mengembangkan kreatifitas
peserta didik dalam proses pembelajaran.
5. Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya
membaca, menulis, berhitung, bagi segenap warga
masyarakat.
6. Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua
komponen masyarakat melalui peran serta dalam
penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan
(pasal 4 UU RI No.20/2003).
4. Hak dan kewajiban warga Negara, Orang Tua, Masyarakat dan
Pemerintah
Hak dan Kewajiban Warga Negara. Sebagaimana
terdapat dalam pasal 5 dan 6 UU RI Nomor 20 tahun 2003,
disebutkan :
1. Hak warga Negara pasal 5
“Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk
memperoleh pendidikan yang bermutu.”
mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh
pendidikan khusus.”
“Warga negara di daerah terpencil atau terbelakang serta
masyarakat adat yang terpencil berhak memperoleh
pendidikan layanan khusus.”
“Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat
istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus.”
“Setiap warga negara berhak mendapat kesempatan
meningkatkan pendidikan sepanjang hayat.”
2. Kewajiban warga Negara pasal 6
“Setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima
belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar.”
“Setiap warga negara bertanggung jawab terhadap
keberlangsungan penyelenggaraan pendidikan.
Hak dan Kewajiban Orang Tua. Sebagaimana dalam pasal 7
UU RI No. 20/2003 adalah :
1. Orang tua berhak memilki satuan pendidikan dalam
memperoleh informasi tentang anaknya
2. Orang tua bekewajiban kepada anaknya untuk memberikan
pendidikan selama wajib belajar.
Hak dan Kewajiban Msyarakat. Sebagaimana dalam pasal 8
dan 9 UU RI No. 20/2003 adalah :
1. Pasal 8
“Masyarakat berhak berperan serta dalam perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi program
pendidikan.”
2. Pasal 9
“Masyarakat berkewajiban memberikan dukungan sumber
daya dalam penyelenggaraan pendidikan.”
Hak dan Kewajiban Pemerintah. Sebagaimana diatur dalam
pasal 10 dan 11 UU RI No. 20/2003 adalah sebagai berikut :
1. Pasal 10
“Pemerintah dan pemerintah daerah berhak mengarahkan,
membimbing, membantu, dan me-ngawasi
penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.”
2. Pasal 11
“Pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan
layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya
pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa
diskriminasi.”
“Pemerintah dan pemerintah daerah wajib menjamin
tersedianya dana guna terselenggaranya pendidikan bagi
setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima
belas tahun.”
Oleh karena itu kalau di perhatikan dari hak dan
kewajiban warga Negara, orang tua, masyarakat dan
pemerintah maka kita tidak akan lagi menemukan anak
yang buta huruf,tidak bias menulis dan membaca, yang
putus sekolah kerena permasalahan ekonomi dan lain
sebagainya. Karena fenomena-fenomena tadi menjadi
tanggung jawab pemerintah, terlebih kalau angaran
pendidikan di Negara kita sudah mencapai 20%.
5. Wajib Belajar
1. Setiap warga Negara yang berusia tujuh tahun dapat
mengikuti program wajib belajar.
2. Pemerintah dan pemrintah daerah menjamin terselenggaranya
wajib belajar minimal pada jenjang pendidikan daras tanpa
memungut biaya.
3. Wajib belajar merupakan tanggung jawab Negara yang
diselenggarakan oleh lembaga pendidikan pemerintah,
pemerintah daerah, dam masyarakat.
4. Ketentuan mengenai wajib belajar sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan
peraturan pemerintah.
Dewasa ini diselenggarakan wajib belajar 9 tahun atau
wajib belajar pendidikan dasar. Dengan demikian, setiap warga
negara yang berusia 7 sampai 15 tahun wajib mengikuti
pendidikan dasar. Penyelenggaraan pendidikan daras ini dapat
berbentuk SD dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang
sederajat (Misalnya program paket A) serta SMP dan MTs atau
bentuk lain sederajat (Misalnya program paket B).
8.Masalah Penerapan Landasan Hukum Pendidikan Di
Indonesia
Seperti tercantum dalam pasal 6 ayat 1 bahwa setiap warga
Negara yang berusia tujuh sampai lima belas tahun wajib
mengikuti pendidikan dasar. Yang menjadi masalah adalah,
mengapa hukum tersebut belum bisa terlaksanakan dan teratasi?
Di sini bukan hanya pemerintah yang berperan, tetapi semua pihak
seharusnya berusaha menyukseskan dan mewujudkan wajib
belajar ini.
Sebab kalau masyarakat berdiam diri, apalagi menentang
program wajib belajar ini, berarti secara langsung mereka sudah
menelantarkan dan meniadakan peluang untuk mendapatkan
kesempatan untuk belajar dan mengenyam pendidikan. Jadi
masalah dari penerapan dan pelaksanaan landasan hukum
pendidikan di Indonesia adalah:
1. Kesadaran masyarakat akan pentingnnya pendidikan.
2. Masyarakat, aparatur Negara dan semua pihak yang
bertanggung jawab dan sebagai pelaksana pendidikan kurang
koordinasi dan kerja sama.
3. Tidak adanya suatu aturan atau UU yang jelas yang mengatur
mengenai hukuman buat pihak yang mengganggu berjalan dan
terlaksananya pendidikan nasional.
9. Solusi mengatasi masalah penerapan landasan hukum
pendidikan Di Indonesia
Solusi untuk mengatasi masalah hukum pendidikan di Indonesia
adalah, para pendidik dan masyarakat umum perlu bersikap dan
bertindak positif menyukseskan program pendidikan nasional
antara lain dengan cara :
a) Memberikan dorongan kepada peserta didik dan masyarakat
untuk belajar secara terus menerus, tidak cukup hanya dengan
tamat SD saja dengan alasan-alasan yang tidak masuk akal.
b)Mengurangi beban kerja anak-anak manakala mereka harus
membantu meringankan beban ekonomi orang tuanya.
c) Membantu untuk merangsang kemauan belajar anak-anak dan
peserta didik.
d)Memberikan pemahaman kepada masyarakat umum dan kepada
semua pihak akan pentingnya pendidikan dan kerugian bila
hidup tanpa pendidikan.
e) Para pendidik harus bersedia berkorban dan meluangkan waktu
demi berhasilnya proses dan tujuan pendidikan.
f) Memberikan kesempatan belajar bagi anak yang berasal dari
keluarga kurang mampu untuk mengikuti proses pendidikan
baik formal ataupun non formal.
Begitu halnya dalam pendidikan agama, sikap dan kewajiban
merupakan perubahan mendasar atas sikap dan pandangan yang di
anutnya yang seolah-olah mengangap bahwa sekolah-sekolah
umum yang diselenggarakan oleh pihak swasta berhak sepenuhnya
hanya memberikan pendidikan agama yang di anut oleh
penyelenggara sekolah. Anak didik hanya dianggap sebagai objek
didik, tidak dipandang sebagai subjek didik sebagaimana kaum
nasionalis sekuler yang merupakan warisan pandangan kaum
kolonialis belanda dahulu.
10.Landasan Yuridis / Hukum Pendidikan di Indonesia
Landasan yuridis pendidikan Indonesia adalah
seperangkat konsep peraturan perundang-undangan yang
menjadi titik tolak system pendidikan Indonesia, yang menurut
Undang-Undang Dasar 1945 meliputi, Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia, Ketetapan MPR, Undang-Undang Peraturan
Pemerintah pengganti undang-undang, peraturan pemerintah,
Keputusan Presiden, peraturan pelaksanaan lainnya, seperti
peraturan Menteri, Instruksi Menteri, dan lain-lain.
Kata landasan dalam hukum berarti melandasi atau
mendasari atau titik tolak. Sementara itu kata hukum dapat
dipandang sebagai aturan baku yang patut ditaati. Landasan
hukum pendidikan dapat diartikan peraturan baku sebagai tempat
berpijak atau titik tolak dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan
pendidikan. Beberapa peraturan perundang-undangan yang
mengatur pendidikan antara lain:
a. Undang-Undang Dasar 1945 terutama pasal 31
b. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi
Daerah
c. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional
d. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen
e. PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan
f. PP Nomor 48 tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan
g. PP Nomor 74 tahun 2008 tentang Guru
h. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
i. Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar
Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah.
j. Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaaan
Permendiknas Nomor 22 dan 23 Tahun 2006.
k. Permendiknas Nomor 6 Tahun 2007 tentang Perubahan
Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan
Permendiknas Nomor 22 dan 23 Tahun 2006.
l. Kepmendiknas Nomor 044/U/2002 tentang Dewan
Pendidikan dan Komite Sekolah.
B. Penutup
1. Kesimpulan
Hukum merupakan aturan baku sebagai tempat berpijak
atau titik tolak dalam melaksanakan sebuah kegiatan. Dalam hal ini
adalah kegiatan pendidikan. Tetapi tidak semua kegiatan pendidikan
diatur oleh aturan yang baku. Banyak juga kegiatan pendidikan yang
diatur oleh aturan lain seperti aturan kurikulum, aturan cara
mengajar, supervise dan sebagainya.
Landasan yuridis (hukum) pendidikan adalah asumsi-
asumsi yang bersumber dari peraturan perundang-undangan yang
berlaku, yang di jadikan pijakan dalam pendidikan, terutama adalah
pendidikan nasional. Landasan hukum juga dapat diartikan sebagai
peraturan baku sebagai tempat berpijak dan titik tolak dalam
melaksanakan kegiatan tertentu dalam hal ini adalah kegiatan
pendidikan.
Jadi, landasan hukun pendidikan adalah dasar perundang-
undangan yang menjadi pijakan dalam pelaksanaan pendidikan di
suatu Negara. Dalam hal ini adalah aturan atau undang-undang yang
menjadi pegangan dalam pelaksanaan pendidikan di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Aris Junaidi dkk, 2020. Hal 5. Panduan Penyusunan
Kurikulum Pendidikan Tinggi. Buku. Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan.
Azmi, A. (2018). Makalah: Peranan Filsafat Pancasila Dalam
Pengembangan Pendidikan Nasional Dan
Pembentukan Karakter Kebangsaan Indonesia.
Tinjauan Teoritis Dan Praktis Tentang NilaiNilai
Pancasila Dalam Kehidparı Berbangsa Dan Bernegara.
Kallang, A. (2017). Hubungan Pendidikan dan Hukum dalam
Mensejahterakan Manusia. Ekspose. Volume 16
Nomor 2 Perubahan Keempat Undang-Undang Dasar
Negara Republik.
Indonesia Tahun 1945.Https://id. Wikisource.Org Wiki
Undang: Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945/ Perubahan Iv.
Roziq, M. Abdul. (2016). Integrasi Nilai-Nilai Pancasila
dalam Pendidikan Karakter dan Budaya Bangsa Yang
Berbasis Pada Lingkungan Sekolah. Jurnal Rontal
Keilmuan PРК. Volume 2 No. 1.
Santoso, A.M. (2013). Perkembangan Konstitusi di Indonesia.
Yustisia, Vol.2 No.3.
UUD Negara RI Tahun 1945.
Https://Www.Bphn.Go.ld/Data/Dokumen/Alud
1945.Pdf.

Saputra, B.R., Darmaji, Supriyanto, A., Ulfatin, N. (2020).


Urgensi Landasan Yuridis-Politis dalam Kebijakan
Pendidikan di Indonesia. Pedagogi: Jurnal limu
Pendidikan. Volume:20 No.2. Nov, 2020; Pp. 74-79.
Doi: Https://Doi.Org/10.24036/ Pedagogi. V2012.784.
Saputra, RS, Darmaji, Supriyanto, A., Ulfatin, N. (2020),
Urgensi Landasan Yuridis-Politis Dalam Kebijakan
Pendidikan Di Indonesia. Pedagogi: Jurnal
Pendidikan. Volume: 20 No.2. pp:74-79.
Saputra, Y. (2018). Sejarah Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 Sebagai Konstitusi di
Indonesia. Https://Vivajusticia Law Ugm.Ac
Id/2018/02/26/ Sejarah- Undang-Undang-Dasar-
Negara-Republik-Indonesia- Tahun-1945-Sebagai-
Konstitusi-DiIndonesia.
Sati, N., 1. (2019). Ketetapan MPR dalam Tata Urutan
Peraturan Perundang-Undangan di Indonesia. Jurnal
Hukum & Pembangunan 49. No. 4 (2019): 834-846.
Sujatmoko, E. (2010). Hak Warga Negara dalam Memperoleh
Pendidikan. Jurnal Konstitusi. Volume 7. Nomor 1.

Tim Redaksi Pelaksana. (2019), Himpunan Lengkap Undang-


Undang Republik Indonesia tentang Sistem Pendidikan
Nasional (sisdiknas). Penerbit: Laksana.

Anda mungkin juga menyukai