1
H.A.R Tilaar, Manajemen Pendidikan Nasional, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2008), h. 32.
2
Proyek Kerja Sama antara Pelapor Khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang Hak atas
Pendidikan dan Biro Pendidikan Wilayah Asia Pasifik UNESCO, Pendidikan Berbasis Hak Asasi
Penyederhanaan Persyaratan Hak Asasi Manusia Global, Biro Pendidikan Wilayah Asia Pasifik UNESCO,
Bangkok.
tertuang dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) nomor 20 tahun
2003. Dalam pasal 4 ayat 1 Undang-undang tersebut diterangkan secara jelas bahwa
pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan, serta tidak diskriminatif
dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilaai keagamaan, nilai kultural dan
kemajemukan bangsa.
Persoalan hak asasi manusia merupakan persoalan yang mendasar dalam kehidupan
manusia. Dalam pelaksanaannya masih banyak terjadi pelanggaran HAM di berbagai belahan
dunia termasuk di Indonesia. Bahkan dalam dunia pendidikan terjadi pelanggaran HAM,
yang dilakukan oleh institusi pendidikan sendiri ataupun oleh para pendidik. Terjadinya
pelanggaran HAM manusia atau karena ketidaktahuan tentang HAM. Adanya keserakahan
pada diri manusia juga mengindikasikan ada sesuatu yang belum berhasil dalam proses
human being. Dalam proses tersebut juga diperlukan pendidikan sebagai salah satu solusi
diantara adalah melalui Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). serta memasukkan wawasan
HAM dalam kurikulum pelajaran, dan sebagainya.3
Materi HAM dalam pendidikan kewarganegaraan yang masih berada pada ranah
kognitif tersebut seringkali kurang dipahami oleh para guru, sehingga sering terjadi kesalahan
dalam konsep maupun aplikasinya. kurikulum pendidikan nasional, pendidikan
kewarganegaraan dimaksudkan untuk membangun warga negara yang baik (good
citizenship). Bukan hanya warga negara yang patuh terhadap hukum dan peraturan yang
berlaku, akan tetapi menjadai warga negara yang demikratis dan menjunjung tinggi HAM.
Pendidikan Kewarganegaraan yang berkaitan dengan HAM mencakup tiga dimensi,
yaitu dimensi pengetahuan (knowledge), dimensi keterampilan (skill), dan dimensi nilai-nilai
kewarganegaraan (Value). Dimensi pengetahuan mencakup bidang politik, setelah kita
melihat hakikat HAM dan hakikat proses pendidikan yang ternyata mempunyai persamaan,
maka langkah berikutnya adalah melihat dimanakah tempat HAM dalam kurikulum
pendidikan formal.
Berbicara mengenai konsep pendidikan HAM tentu tidak lepas dari bagaimana cara
untuk menjaga keseimbangan yang baik antara pendidik dan peserta didik selain itu dapat
memberikan gambaran terkait hal-hal yang memang menyangkut dengan proses pengajaran
dan konsep pendidikan yang tepat untukmenjaga kesatuan negara Indonesia. Pada bahasan
kali ini, kita akan mempelajari tentang konsep pendidikan HAM terhadap masyarakat yang
merupakan hal penting dari konsep pendidikan yang ada. Bersamaan dengan hal ini. Pada
3
Masyhur Effendi, HAM dan Integritas Nasional (Sebuah Harapan), (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1994),
h. 27-32.
pembahasan materi kali ini terdapat tiga sub bab, diantaranya :Landasan Hukum
Pendidikan HAM, Tujuan Fungsi dan Sasaran Pendidikan HAM, Model Pendidikan
Berbasis HAM.
4
Gultom Maidin, Perlindungan Hukum terhadap Anak dan Perempuan, (Bandung: Refika Aditama,
2017), h. 28.
tercantum dalam UUD 1945 Pasal 28 C ayat (1) dan UUSPN No. 20 tahun 2003 khususnya
pasal 5 dan 6.
B. TUJUAN, FUNGSI DAN SASARAN PENDIDIKAN HAM
Tujuan dalam lingkup Indonesia adalah: Berdasarkan temuan pengembangan model
tujuan pendidikan HAM adalah untuk mendiseminasikan, meningkatkan mengembangkan
dan melestarikan serta mempraktekkan atau menerapkan nilai-nilai HAM dalam kehidupan
bermasyarakat berbangsa dan bernegara. sehingga dapat mengembangkan pengertian kritis
seseorang baik terhadap situasi hidup dirinya maupun orang lain mengenai batasan serta
struktur yang menghalangi pelaksanaan hak serta kebebasan mereka sepenuhnya.
Sejatinya pendidikan sendiri ialah wadah yang seyogyanya diberikan pemerintah
kepda tiap-tiap individu, punsebuah hak asasi sekaligus sebuah sarana untuk merealisasikan
hak-hak asasi manusia lainnya, lebih lanjut tujuan pendidikan sebagai sasaran utama di mana
orang dewasa dan terutama anak-anak yang dimarjinalkan secara ekonomi dan sosial dapat
mengangkat diri mereka keluar dari kemiskinan dan memperoleh cara untuk terlibat dalam
komunitas mereka, karena pendidikan memainkan peranan penting untuk memberdayakan
perempuan, melindungi anak-anak dari eksploitasi kerja dan seksual yang berbahaya.
Bersamaan dengan hal ini tentu anak menjadi prioritas utama dalam pendidikan,
karena anak merupakan salah satu kelompok yang sangat rentan terhadap pelanggaran hak
asasi manusia (HAM) yang memerlukan bantuan orang dewasa dalam melindungi hak-
haknya. Perlindungan anak di sini tidak hanya sampai pada pemenuhan hak hidup, tetapi
mencakup pula segala kegiatan untuk menjamin dan melindundi hak-haknya agar dapat
tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat
kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Pemenuhan jaminan berupa penghormatan, perlindungan hak-hak anak dikategorikan
sebagai kelompok rentan (vurnerable groups), dan anak-anak termasuk dalam kelompok ini.
Sebagai contoh di Indonesia sendiri, ada kategori anak yang dikenal dengan anak terlantar.
Definisi anak terlantar sendiri masuk dalam klasifikasi masalah sosial nonpatologis yang
mengacu pada masalah sosial yang bersifat patologis yang sulit untuk dipecahkan dan
berhubungan dengan kehidupan masyarakat itu sendiri.
Adapun urgensi peranan negara melalui pemerintah terhadap anak terlantar
termaktub dalam Pasal 34 ayat (1) UUD 1945 hasil amandemen yang menyebutkan bahwa:
“fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara”. Diktum konstitusi ini sangat jelas
dan gamblang memberikan kewajiban pada negara untuk mengurus dan bukannya untuk
menangkapi anak jalanan. Terlepas dari hal itu pendidikan pun dipahami sebagai elemen
dasar dari hak asasi manusia. Di dalam hak atas pendidikan terkandung berbagai elemen
yaitu hak ekonomi, sosial dan budaya serta juga hak sipil dan politik. Hak atas pendidikan
adalah hak asasi manusia dan sarana yang mutlak diperlukan demi terpenuhinya hak-hak
yang lain. Penyelenggaran pendidikan hingga selesai merupakan prasyarat untuk
mendapatkan hak atas pekerjaan, dengan asumsi bahwa dengan pendidikan yang tinggi, maka
akan mudah mendapatkan pekerjaan.
Adapun beberapa tujuan-tujuan Pendidikan HAM secara Global diantaranya sebagai
berikut :
a. Konvensi Unesco tentang penentangan diskriminasi dalam pendidikan
b. Konvensi tentang penghapusan terhadap diskriminasi Rasial
c. Konvensi tentang penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap Wanita
Fungsi HAM Pesan Dewan Eropa dalam “ The Forum Living, learning, Acting for Human
Rights” mengingat bahwa hak asasi manusia lebih dari sekedar inspirasi. HAM adalah
perintah moral dan politik yang berlaku untuk hubungan antara negara dan rakyat, seperti di
dalam negara dan di antara orang-orang. Adapun Fungsi Pendidikan HAM adalah:
1. Memberi pemahaman mengenai nilai-nilai HAM melalui jalur sekolah dan luar
sekolah agar masyarakat mengetahui tentang nilai-nilai HAM.
2. Membekali peserta didik mengenai pengetahuan tentang nilai-nilai HAM juga
mengedukasi peserta didik.
3. Sebagai sarana memperluas dan mepermudah pemahaman dan pelaksanaan HAM.
4. Mewujudkan cita-cita bangsa mengenai berbagai nilai HAM dalam kehidupan
bersama sebagai warisan kepada generasi berikutnya sehingga prilaku sejalan dengan
nilai-nilai HAM.
5. Memberikan pedoman serta tuntutan nilai-nilai HAM bagi peserta didik.
menenekankan pengamalan hak-hak anak, hak-hak wanita,prilaku non diskriminatif.
6. Menenekankan pengamalan hak-hak anak, hak-hak wanita,prilaku non diskriminatif,
sikap anti kekerasan dan penyiksaan, hak-hak sipil dan politik warga negara dan haka-
hak ekonomi,sosial dan budaya.
Sasaran Pendidikan HAM dibedakan atas Formal dan Informal
Dalam hal Formal maka sasaran pendidikan Ham adalah peserat didik dalam jenjang
pendidikan yakni dari Peserta didik dalam tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Sedangkan
dalam lingkup Informal dibedakan atas beberapa target sesuai dengan kebutuhan, Pada
prinsipnya dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan aspek yang sangat terpenting
dalam pencapaian tujuan dan cita-cita suatu negara pada sektor pembangunan, dan konteks
pendidikan bertujuan mengembangkan pola pikir masyarakat yang difokuskan untuk setiap
generasi karena dalam pencapaian tujuan dari sasaran pembangunan adalah kiatnya generasi
turut serta dalam mengsukseskan agenda pembangunan yang tercantum dalam Pancasila dan
UUD 1945. Misalnya sebagai berikut:
1. Orientasi pemberdayaan
2. Berbasis Masalah
3. Berbasis Partisipatif
4. Interdisiplin
5. Masyarakat
5
M. Syafi’ie, “Instrumentasi Hukum Ham, Pembentukan Lembaga Perlindungan Ham di Indonesia dan
Peran Mahkamah Konstitusi,” Jurnal Konstitusi, Vol 9 No 4, (Desember 2012), h. 683.
Adapun kompetensi yang dikembangkan ialah pengetahuan dan pemahaman,
keterampilan, sikap-sikap dan nilai-nilai. Proses pembelajaran dan praktek pembelajaran
pendidikan HAM dilalui beberapa fase yaitu : phase pertama Experiencing, phase kedua
Reflecting, phase ketiga Generalising, dan phase keempat Applaying, di mana masing-
masing fase memiliki fungsi dan tujuan dengan komposisi yang seimbang, baik dari segi
internal maupun eksternalnya.
Phase Experiencing planned event or “Doing an activity”, phase kedua Sharing
reaction, reporting on what happened, and discussing patterns and dynamics in order to gain
insights into the experience. (Debriefing), phase ketiga Discusing patterns and how what
people have learnt relates to the “real world”. (Evaluation), dan yang terakhis phase keempat
Using what they have learnt, changing old behaviours. (Taking Actions).
Pembelajar/pesertalah yang menjadi pusat dalam Pembelajaran ini karena apa yang
mereka pelajari atau hasilkan dari apa yang diajarkan atau dialami adalah yang benar-benar
penting karena dengan cara ini lebih relevan bagi peserta (atau tidak relevan sama sekali,
yang juga penting untuk diperhatikan) dan lebih cenderung praktis. Keterpusatan pada
peserta didik memiliki banyak penegasan dan konsekuensi lain, termasuk keterbukaan dari
sisi fasilitator untuk menyesuaikan konten dan tingkat pekerjaan dengan realitas peserta,
sesuatu yang dalam proses pembelajaran kami beri label “mulai dari tempat orang berada”.
Proses pembelajaran berbasis HAM dilakukan mulai dari apa yang sudah diketahui
Mahasiswa, pendapat dan pengalaman mereka, dan dari basis ini memungkinkan mereka
untuk mencari, dan menemukan bersama, ide dan pengalaman baru (belajar tentang hak asasi
manusia). Siklus pembelajaran experiential. Panduan pembelajaran HAM diharapkan
menjawab tantangan-tantangan pembelajaran HAM seperti yang telah dijelaskan di atas,
khususnya dalam hal penyediaan materi pembelajaran HAM di pendidikan tinggi hukum.
Kemudian juga, masih minimnya materi-materi kuliah HAM yang komprehensif dan
terintegrasi. Panduan pembelajaran HAM ini diharapkan mampu mengaplikasikan HAM
menjadi mata kuliah yang menarik untuk mahasiswa/mahasiswi.
Melihat pada praktiknya artinya, mahasiswa/mahasiswi tidak hanya memahami
HAM di dalam teori saja, tetapi juga memahami HAM di dalam kehidupan sehari-hari.
Kemudian juga, dengan panduan ini, pengajar HAM diharapkan akan menggunakan
beberapa metode pembelajaran HAM yang direkomendasikan di dalam panduan
pembelajaran HAM ini, sehingga pembelajaran HAM akan efektif. Metode-metode
pembelajaran HAM yang direkomendasikan dapat diaplikasikan sesuai dengan kebutuhan
dan karakteristik penyelenggara pendidikan tinggi hukum tersebut
• Mendorong Mahasiswa untuk berpartisipasi dan berkontribusi pada diskusi dan untuk
belajar dari satu sama lain sebanyak mungkin (belajar melalui hak asasi manusia)
• Mendukung Mahasiswa dalam menerjemahkan pembelajaran mereka menjadi
tindakan sederhana namun efektif yang menunjukkan penolakan mereka terhadap
ketidakadilan, ketidaksetaraan dan pelanggaran mereka hak asasi manusia (belajar
untuk hak asasi manusia).
Hematnya metode pembelajaran HAM diindahkan untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran HAM di pendidikan tinggi hukum khususnya meningkatkan kualitas metode
pembelajaran dan penyedian materi HAM secara komprehensif, terintegral dan komtemporer.
Sehingga baik mahasiswa/mahasiswa dan tenaga pengajar dapat memahami dan mengerti
konsep HAM baik di dalam teori dan prakteknya di dalam kehidupan nyata sehari-hari.
Kewajiban hukum dari pemerintah terhadap hak atas pendidikan mengacu pada skema
4-A berikut:
1. Availability (ketersediaan), mengacu pada tiga macam kewajiban pemerintah
yaitu: (1) pendidikan sebagai hak sipil dan politik mensyaratkan pemerintah untuk
mengizinkan pendirian sekolah-sekolah yang menghargai kebebasan terhadap
pendidikan dan dalam pendidikan; (2) pendidikan sebagai hak sosial dan ekonomi
mensyaratkan pemerintah untuk menjamin pendidikan wajib dan tanpa biaya bagi
anak usia sekolah; dan (3) pendidikan sebagai hak budaya mensyaratkan
dihargainya keragaman, khususnya hak-hak bagi kelompok minoritas dan
penduduk asli.
2. Accessibility (keterjangkauan), berarti pemerintah harus menghapuskan praktik-
praktik diskriminasi jender dan rasial dan menjamin pelaksanaan hak asasi
manusia secara merata, dan pemerintah tidak sekedar puas dengan hanya
pelarangan diskriminasi secara formal. Keterjangkauan itu berkenaan dengan
jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi;
pemerintah berkewajiban untuk menyelenggarakan pendidikan wajib dan tanpa
biaya bagi seluruh anak usia sekolah. Hak atas pendidikan seyogianya diwujudkan
secara progresif agar pendidikan wajib dan tanpa biaya dapat dilaksanakan
sesegera mungkin, dan mempermudah akses untuk melanjutkan pendidikan
setelah wajib belajar.
3. Acceptability (keberterimaan), mempersyaratkan penjaminan minimal mengenai
mutu pendidikan, misalnya persyaratan kesehatan dan keselamatan atau
profesionalisme bagi guru, tetapi cakupan yang sesungguhnya jauh lebih luas dari
yang dicontohkan tersebut. Penjaminan tersebut harus ditetapkan, Perjanjian
HAM yang utama 8 dimonitor dan dipertegas oleh pemerintah melalui sistem
pendidikan, baik pada institusi pemerintah maupun swasta. Keberterimaan dapat
diperluas melalui pemberdayaan peraturan perundang-undangan tentang hak asasi
manusia: penduduk asli dan mintoritas berhak memprioritaskan penggunaan
bahasa ibu sebagai bahasa pengantar dalam proses belajar mengajar. Sementara
itu, pelarangan terhadap hukuman fisik harus dilakukan dengan mengubah
metode-metode pembelajaran dan penerapan disiplin sekolah. Persepsi yang
muncul tentang anak-anak sebagai subjek yang berhak atas pendidikan dan berhak
dalam pendidikan telah diperluas batasannya dalam hal keberterimaannya yang
mencakup isi kurikulum dan buku pelajaran, yang sekarang ini lebih
dipertimbangkan dalam perspektif hak asasi manusia.
4. Adaptability (kebersesuaian), mempersyaratkan sekolah untuk tanggap terhadap
kebutuhan setiap anak, agar tetap sesuai dengan Konvensi tentang Hak-hak Anak.
Hal ini mengubah pendekatan tradisional, yakni sekolah yang mengharapkan
bahwa anak-anaklah yang harus dapat menyesuaikan terhadap berbagai bentuk
pendidikan yang diberikan kepada mereka. Karena HAM tidak berdiri sendiri,
kesesuaian menjamin diterapkannya hak asasi manusia dalam pendidikan dan
memberdayakan HAM tersebut melalui pendidikan. Hal ini memerlukan analisis
lintas sektoral atas dampak pendidikan terhadap hak asasi manusia, misalnya,
memonitor tersedianya pekerjaan bagi lulusan dengan cara melakukan
perencanaan terpadu antarsektor terkait.
DAFTAR PUSTAKA
Effendi Masyhur, HAM dan Integritas Nasional (Sebuah Harapan), Jakarta: Ghalia
Indonesia, 1994
Maidin Gultom, Perlindungan Hukum terhadap Anak dan Perempuan, Bandung: Refika
Aditama, 2017
Proyek Kerja Sama antara Pelapor Khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang
Hak atas Pendidikan dan Biro Pendidikan Wilayah Asia Pasifik UNESCO,
Pendidikan Berbasis Hak Asasi Penyederhanaan Persyaratan Hak Asasi
Manusia Global, Biro Pendidikan Wilayah Asia Pasifik UNESCO, Bangkok.
Syafi’ie M, “Instrumentasi Hukum Ham, Pembentukan Lembaga Perlindungan Ham di
Indonesia dan Peran Mahkamah Konstitusi,” Jurnal Konstitusi, Vol 9 No 4,
Desember 2012
Tilaar H.A.R, Manajemen Pendidikan Nasional, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2008
NASKAH SOAL - KODE MATA KULIAH
No. Soal
Tujuan pembelajaran sub topik 1:
Menjelaskan Landasan Hukum Pendidikan HAM
1 Berkaitan dengan landasan hukum pendidikan HAM, apa pendapat Prof. Iman
Slamet Santosa terkait dengan pendidikan ?
a. Pendidikan dapat melatih emosional dengan baik
b. Pendidikan adalah membentuk watak
c. Pendidikan berkenaan dengan melatih karakter dengan baik
d. Pendidikan menumbuhkan rasa kepedulian yang tinggi
e. Pendidikan membentuk karakter dengan baik
Smart feedback:
Prof. Iman Slamet Santosa : pendidikan adalah membentuk watak).
Komentar reviewer:
Dikosongi saja
2 Apa yang dimaksud pendidikan HAM ?
a. Pendidikan hak asasi manusia sebagaimana pendidikan pada umumnya
adalah upaya meneruskan pengetahuan tentang hak asasi manusia
sekaligus mengkonstruksi sikap dan perilaku sesuai nilai-nilai hak asasi
manusia.
b. Pendidikan hak asasi manusia berkenaan dengan metode pembelajaran yang
Halaman | 1
NASKAH SOAL - KODE MATA KULIAH
Komentar reviewer:
Dikosongi saja
3 Apa yang disebutkan dalam Pasal 26 Deklarasi Universal HAM ?
a. Seluruh peraturan perundang-undangan di bawah UUD harus mengatur
jaminan HAM yang diatur dalam UUD dan berbagai hal yang berkaitan
dengan hal tersebut yang telah ditentukan dalam UUD
b. Seluruh penduduk dan warga Negara. Harus menghormati dan menjamin
HAM baik yang berkait dengan dirinya, maupun dengan orang lain dengan
memperhatikan proporsionalitas pelaksanaan hak dengan pemenuhan
kewajiban
c. Pemerintah wajib dan bertanggung jawab menghormati, melindungi,
menegakkan, dan memajukan hak asasi manusia.
d. Setiap orang berhak atas pendidikan dan bahwa “Pendidikan harus
diarahkan untuk pengembangan kepribadian manusia sepenuhnya dan
untuk memperkuat penghormatan terhadap hak asasi manusia dan
kebebasan dasar. Ia akan memajukan pengertian, toleransi dan
persahabatan di antara bangsa-bangsa, kelompok-kelompok ras atau
Halaman | 2
NASKAH SOAL - KODE MATA KULIAH
Komentar reviewer:
Dikosongi saja
4 Landasan hukum pendidikan HAM secara khusus termaktub di dalam Pasal 1 ayat 1
PeUU No. 20 Tahun 2003 Tentang Siste Pendidikan Nasional yang berbunyi sebagai
berikut…
a. Pemerintah wajib dan bertanggung jawab menghormati, melindungi,
menegakkan, dan memajukan hak asasi manusia yang diatur dalam undang-
undang ini, peraturan perundang-undangan lain, dan hukum internasional
tentang hak asasi manusia yang diterima oleh Negara Republik.
b. Pengadilan khusus di lingkungan peradilan umum yang dibentuk khusus
untuk memeriksa dan memutus perkara pelanggaran HAM
c. Melakukan penyelidikan terhadap pelanggaran HAM
d. Salah satu perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari serangan yang
meluas atau sistematik.
e. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
Halaman | 3
NASKAH SOAL - KODE MATA KULIAH
Dikosongi saja
Tujuan pembelajaran sub topik 2:
Menjelaskan Tujuan, Fungsi dan Sasaran Pendidikan HAM
1 Apa tujuan pendidikan HAM secara global?
a. Menjunjung tinggi pendidikan kemerdekaan sebagai hak segala bangsa,
menghargai hak setiap warga dan menolak rasisme.
a. Konvensi Unesco tentang penentangan diskriminasi dalam pendidikan
b. Mewujudkan keadilan dan peradaban yang luhur.
c. Manusia dapat dilihat secara bersamaan sebagai makhluk sosial dan makhluk
individual.
d. Negara menjamin kemerdekaan tiap penduduk untuk beribadat menurut
agama dan kepercayaannya sebagaimana yang tertuang didalam Pasal 29
ayat 2 UUD 1945 yang berbunyi sebagai berikut : “Negara menjamin
kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing
dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu”.
e. Melaksanakan penyuluhan dan mediasi tentang HAM
Smart feedback:
Halaman | 4
NASKAH SOAL - KODE MATA KULIAH
Komentar reviewer:
Dikosongi saja
Smart feedback:
1. Memberi pemahaman mengenai nilai-nilai HAM melalui jalur sekolah dan
luar sekolah agar masyarakat mengetahui tentang nilai-nilai HAM.
2. Membekali peserta didik mengenai pengetahuan tentang nilai-nilai HAM juga
mengedukasi peserta didik.
3. Sebagai sarana memperluas dan mepermudah pemahaman dan pelaksanaan
HAM.
Halaman | 5
NASKAH SOAL - KODE MATA KULIAH
Komentar reviewer:
Dikosongi saja
3 Sasaran Pendidikan HAM dibedakan atas Formal dan Informal, apa sasaran
pendidikan HAM secara formal…
Komentar reviewer:
Halaman | 6
NASKAH SOAL - KODE MATA KULIAH
Dikosongi saja
Komentar reviewer:
Dikosongi saja
Tujuan pembelajaran sub topik 3:
Menjelaskan Model Pendidikan Berbasis HAM
1 Sebutkan komponen penting yang dikembangkan melalui pendidikan HAM di
Perguruan Tinggi…
Smart feedback:
Halaman | 7
NASKAH SOAL - KODE MATA KULIAH
Dikosongi saja
2 Ada berapa fase yang dilalui dalam proses pembelajaran dan praktek pembelajaran
pendidikan HAM?
a. 3 FASE
b. 7 FASE
c. 4 FASE
d. 5 FASE
e. 6 FASE
Smart feedback:
4 Fase
Komentar reviewer:
Dikosongi saja
3 Apa yang dimaksud phase experiencing ?
a. Using what they have learnt, changing old behaviours. (Taking Actions)
b. Discusing patterns and how what people have learnt relates to the “real world”.
(Evaluation)
c. Sharing reaction, reporting on what happened, and discussing patterns and
dynamics in order to gain insights into the experience. (Debriefing)
d. Experiencing planned event or “Doing an activity”.
Smart feedback:
Experiencing planned event or “Doing an activity”.
Komentar reviewer:
Dikosongi saja
Halaman | 8
NASKAH SOAL - KODE MATA KULIAH
Komentar reviewer:
Dikosongi saja
Tujuan pembelajaran sub topic 4 :
Menjelaskan Peran Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi
1 Apa yang dimaksud dengan komisi kebenaran dan rekonsiliasi …
a. Pengadilan khusus di lingkungan peradilan umum yang dibentuk khusus
untuk memeriksa dan memutus perkara pelanggaran HAM
b. Melakukan penyelidikan terhadap pelanggaran HAM
c. Salah satu perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari serangan yang
meluas atau sistematik.
d. Seluruh penduduk dan warga Negara. Harus menghormati dan menjamin
HAM baik yang berkait dengan dirinya, maupun dengan orang lain dengan
memperhatikan proporsionalitas pelaksanaan hak dengan pemenuhan
kewajiban
e. Merupakan komisi yang dibentuk dengan semangat pengungkapan
kebenaran atas sejarah kejahatan HAM yang belum terungkap
Halaman | 9
NASKAH SOAL - KODE MATA KULIAH
Smart feedback :
Merupakan komisi yang dibentuk dengan semangat pengungkapan kebenaran
atas sejarah kejahatan HAM yang belum terungkap
Komentar reviewer:
Dikosongi saja
2 Apa tugas KKR berdasarkan UU No 27 Pasal 6 Tahun 2004 …
a. Membantu pemerintah memberantas kejahatan
b. Membantu pemerintah untuk selalu ikut serta
c. Membantu pemerintah untuk turun langsung
d. Membantu pemerintah dalam mengungkap konflik dan kemungkinan
terjadinya pelanggaran HAM
e. Membantu pemerintah dalam memberantas korupsi
Smart feedback :
Membantu pemerintah dalam mengungkap konflik dan kemungkinan
terjadinya pelanggaran HAM
Komentar reviewer:
Dikosongi saja
3 Dasar hukum apa yang tercantum dalam pembentukan KKR …..
a. Ketetapan MPR RI No V/MPR/2000 tentang pemantapan kesatuan-
kesatuan nasional
b. Ketetapan MPR RI No V/MPR/2000 tentang pemalsuan
c. Ketetapan MPR RI No V/MPR/2000 tentang korupsi
d. Ketetapan MPR RI No V/MPR/2000 tentang HAM
e. Ketetapan MPR RI No V/MPR/2000 tentang ketatanegaraan
Smart feedback :
Ketetapan MPR RI No V/MPR/2000 tentang pemantapan kesatuan-kesatuan
Halaman | 10
NASKAH SOAL - KODE MATA KULIAH
nasional
Komentar reviewer:
Dikosongi saja
4 Pada tahun berapakah Presiden memutuskan tentang komisi nasional HAM …
a. Keputusan Presiden No 50 Tahun 2000
b. Keputusan Presiden No 50 Tahun 1999
c. Keputusan Presiden No 50 Tahun 1993
d. Keputusan Presiden No 50 Tahun 1998
e. Keputusan Presiden No 50 Tahun 1996
Smart feedback :
Keputusan Presiden No 50 Tahun 1993
Komentar reviewer:
Dikosongi saja
Halaman | 11