Anda di halaman 1dari 23

SUMMARY NOTES 10

KONSEP PENDIDIKAN HAM


Mufidah, M.H

URGENSI PENDIDIKAN HAM

Konstitusi UNESCO menyatakan bahwa Pengetahuan dan penghormatan terhadap


hak asasi manusia diharapkan dapat juga menumbuhkan nilai-nilai universal tentang
perdamaian yang didambakan bersama. Dalam pengertian tersebut hak asasi manusia
dikonseptualisasi mempunyai tujuan ganda. Ialah menghormati nilai-nilai universal HAM
dan perdamaian dengan membuka kemungkinan untuk mengkonstruksi budaya perdamaian.
Pendidikan hak asasi manusia sebagaimana pendidikan pada umumnya adalah upaya
meneruskan pengetahuan tentang hak asasi manusia sekaligus mengkonstruksi sikap dan
perilaku sesuai nilai-nilai hak asasi manusia, (sebagaimana ditegaskan oleh almarhum Prof.
Iman Slamet Santosa : pendidikan adalah membentuk watak).
Hakikat pendidikan adalah memanusiakan manusia. Memanusikan manusia atau
proses humanisasi melihat manusia sebagai suatu keseluruhan di dalam eksistensinya.
Eksistensi manusia ditentukan oleh relasi moralnya terhadap empat hakikat kehidupannya,
atau terhadap hak asasi manusia yang mempunyai implikasi kewajiban tertentu sehubungan
dengan relasi eksistensinya tersebut.1 Proses pendidikan sebagai proses perealisasian HAM,
tentunya tidak dapat terjadi dalam proses indoktrinasi. Dengan kata lain, sosialisasi HAM
antara pendidik dan peserta didik. Pendidikan mempunyai arti penting bukan hanya bagi
keluarga, bangsa dan negara, tetapi juga bagi anak itu sendiri. Bagi bangsa dan negara
pendidikan merupakan sarana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang
mampu bersaing diera global, sehingga bangsa ini mampu memenangkan persaingan
memperebutkan sumber daya yang ada.2
Sejatinya pendidikan hak asasi manusia ini merupakan proses pembelajaran guna
membina pengetahuan, serta kesadaran atas HAM bagi setiap individu agar dapat
memperjuangkan haknya dan juga hak orang lain. Pendidikan hak asasi manusia, juga

1
H.A.R Tilaar, Manajemen Pendidikan Nasional, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2008), h. 32.
2
Proyek Kerja Sama antara Pelapor Khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang Hak atas
Pendidikan dan Biro Pendidikan Wilayah Asia Pasifik UNESCO, Pendidikan Berbasis Hak Asasi
Penyederhanaan Persyaratan Hak Asasi Manusia Global, Biro Pendidikan Wilayah Asia Pasifik UNESCO,
Bangkok.
tertuang dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) nomor 20 tahun
2003. Dalam pasal 4 ayat 1 Undang-undang tersebut diterangkan secara jelas bahwa
pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan, serta tidak diskriminatif
dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilaai keagamaan, nilai kultural dan
kemajemukan bangsa.
Persoalan hak asasi manusia merupakan persoalan yang mendasar dalam kehidupan
manusia. Dalam pelaksanaannya masih banyak terjadi pelanggaran HAM di berbagai belahan
dunia termasuk di Indonesia. Bahkan dalam dunia pendidikan terjadi pelanggaran HAM,
yang dilakukan oleh institusi pendidikan sendiri ataupun oleh para pendidik. Terjadinya
pelanggaran HAM manusia atau karena ketidaktahuan tentang HAM. Adanya keserakahan
pada diri manusia juga mengindikasikan ada sesuatu yang belum berhasil dalam proses
human being. Dalam proses tersebut juga diperlukan pendidikan sebagai salah satu solusi
diantara adalah melalui Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). serta memasukkan wawasan
HAM dalam kurikulum pelajaran, dan sebagainya.3
Materi HAM dalam pendidikan kewarganegaraan yang masih berada pada ranah
kognitif tersebut seringkali kurang dipahami oleh para guru, sehingga sering terjadi kesalahan
dalam konsep maupun aplikasinya. kurikulum pendidikan nasional, pendidikan
kewarganegaraan dimaksudkan untuk membangun warga negara yang baik (good
citizenship). Bukan hanya warga negara yang patuh terhadap hukum dan peraturan yang
berlaku, akan tetapi menjadai warga negara yang demikratis dan menjunjung tinggi HAM.
Pendidikan Kewarganegaraan yang berkaitan dengan HAM mencakup tiga dimensi,
yaitu dimensi pengetahuan (knowledge), dimensi keterampilan (skill), dan dimensi nilai-nilai
kewarganegaraan (Value). Dimensi pengetahuan mencakup bidang politik, setelah kita
melihat hakikat HAM dan hakikat proses pendidikan yang ternyata mempunyai persamaan,
maka langkah berikutnya adalah melihat dimanakah tempat HAM dalam kurikulum
pendidikan formal.
Berbicara mengenai konsep pendidikan HAM tentu tidak lepas dari bagaimana cara
untuk menjaga keseimbangan yang baik antara pendidik dan peserta didik selain itu dapat
memberikan gambaran terkait hal-hal yang memang menyangkut dengan proses pengajaran
dan konsep pendidikan yang tepat untukmenjaga kesatuan negara Indonesia. Pada bahasan
kali ini, kita akan mempelajari tentang konsep pendidikan HAM terhadap masyarakat yang
merupakan hal penting dari konsep pendidikan yang ada. Bersamaan dengan hal ini. Pada

3
Masyhur Effendi, HAM dan Integritas Nasional (Sebuah Harapan), (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1994),
h. 27-32.
pembahasan materi kali ini terdapat tiga sub bab, diantaranya :Landasan Hukum
Pendidikan HAM, Tujuan Fungsi dan Sasaran Pendidikan HAM, Model Pendidikan
Berbasis HAM.

A. LANDASAN HUKUM PENDIDIKAN HAM


Penyelenggaraan pendidikan berbasis HAM selain merupakan realisasi perjanjian
internasional, juga merupakan perwujudan cita-cita bangsa yang termaktub di dalam
preambule UUD 1945, yakni menghapuskan penjajahan yang tidak sesuai dengan pri-
kemanusiaan, mencerdaskan kehidupan bangsa dan turut serta menjaga perdamaian dunia.
Bersamaan dengan hal ini pendidikan HAM harus difahami sebagai suatu upaya dan bentuk
sarana mutlak untuk mewujudkan hak-hak lainnya.
Lebih lanjut karena melalui pendidikan HAM maka setiap individu akan memahami
hak-hak sipil juga hak-hak ekonomi, sosial dan budayanya sebagai akses untuk memperoleh
pekerjaan, kehidupan yang layak hingga tujuan basic dari pada Ham sendiri yaitu
mengangkat harkat martabat manusia itu sendiri. Dasar Penegakan HAM di Lingkungan
Pendidikan Dalam Universal Declaration of Human Rights, persamaan hak bagi setiap warga
negara untuk memperoleh pengajaran / pendidikan ini dapat dijumpai pada pasal 26 ayat (1)
dan ayat (2) yang menyatakan: (1) Setiap orang berhak mendapat pendidikan. Pendidikan
harus gratis, setidak-tidaknya untuk tingkat sekolah dasar dan pendidikan dasar.
Pendidikan dasar harus diwajibkan. Pendidikan teknik dan kejuruan harus tersedia
secara umum, dan pengajaran tinggi harus secara adil dapat diakses oleh semua orang,
berdasarkan kepantasan. (2) Pendidikan harus ditujukan ke arah perkembangan pribadi yang
seluas-luasnya serta memperkokoh rasa penghargaan terhadap hak-hak manusia dan
kebebasan asasi. Pendidikan harus mempertinggi saling pengertian, toleransi, dan
persahabatan di antara semua bangsa, kelompok ras, maupun agama, serta harus memajukan
kegiatan Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam memelihara perdamaian.
Hematnya pendidikan mewujudkan bentuk hak yang dimiliki tiap individu. Hak itu
dimiliki oleh setiap orang sehingga pemenuhan hak tersebut berimplikasi luas yang kemudian
untuk dapat memenuhi hak tersebut diperlukan adanya pemerataan pendidikan, dalam
pengertian memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada setiap orang untuk dapat
mengikuti pendidikan. Pemerintah juga perlu menyelenggarakan pendidikan yang bisa
dijangkau oleh masyarakat yang membutuhkannya. Dalam hal ini, kemiskinan tidak bisa
dijadikan alasan seorang anak untuk tidak bisa bersekolah.
Melihat alasan yang demikian itulah maka penyelenggaraan pendidikan yang gratis
merupakan suatu hal yang diperlukan untuk bisa tercapainya pemerataan ini. Hal lain yang
berkaitan dengan keterjangkauan adalah masalah tempat dan waktu penyelenggaraan
pendidikan. Ini berarti jangan sampai anak tidak bisa menjangkau sekolah karena letaknya
terlalu jauh dan jangan sampai waktu anak untuk bersekolah terhalang oleh kegiatan lain,
seperti saat ia diharuskan bekerja sambil bersekolah.
Pendidikan hendaknya tidak terhalang oleh diskriminasi terhadap ras, suku, agama,
atau golongan yang bersifat minoritas, selain itu penerimaan terhadap pendidikan berkaitan
dengan kualitas serta media dan isi dari pengajaran yang mana kualitas pengajaran
dipengaruhi oleh kurikulum yang diterapkan serta kualitas guru yang mengajar. Sementara
media dan isi pengajaran berhubungan dengan bagaimana pengajaran tersebut bisa diterima
dan dipahami oleh peserta didik. Masyarakat akan lebih mudah menerima pendidikan yang
berkualitas dan sesuai dengan pemahaman mereka. Namun di sisi lain pendidikan juga perlu
dilindungi dari halangan akibat perbedaan pendapat atau situasi politik. Oleh karena itu,
dalam pendidikan perlu dijamin adanya kebebasan berpendapat yang disebut kebebasan
mimbar akademik.
Adapun Pasal 26 Deklarasi Universal HAM berisi Setiap orang berhak atas
pendidikan dan bahwa “Pendidikan harus diarahkan untuk pengembangan kepribadian
manusia sepenuhnya dan untuk memperkuat penghormatan terhadap hak asasi manusia dan
kebebasan dasar. Ia akan memajukan pengertian, toleransi dan persahabatan di antara bangsa-
bangsa, kelompok-kelompok ras atau agama, dan akan memajukan kegiatan-kegiatan PBB
untuk pemeliharaan perdamaian”.
Pasal 9 UU No. 35 Tahun 2014, disebutkan bahwa “setiap anak berhak memperoleh
pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat
kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya”, sedangkan pada Pasal 49 disebutkan
bahwa: “negara, pemerintah, keluarga dan orang tua wajib memberikan kesempatan yang
seluas-luasnya kepada anak untuk memperoleh pendidikan”, dan melalui UU No. 20 Tahun
2003, terjadi perubahan mendasar mengenai jalur pendidikan sekolah dan luar sekolah,
menjadi 3 jalur, yaitu: jalur pendidikan formal, pendidikan nonformal, dan pendidikan
informal (Pasal 13).
Menurut UU No. 20 Tahun 2003, pendidikan adalah sebagai upaya sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan,
pengendalian diri, kepribadiaan, kecerdasan akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat bangsa dan negara. Pendidikan dilaksanakan untuk membantu
terwujudnya amanat nasional sebagai diamanatkan dalam pembukaan UUD 1945 yakni:
“melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia mewujudkan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan
kemerdekaan dan perdamaian abadi dan keadilan sosial”. Pendapat lain mengatakan tujuan
dari pendidikan adalah salah satu komponen pendidikan yang berupa rumusan tentang
kemampuan yang harus dicapai peserta didik dan berfungsi sebagai pemberi arah bagi semua
kegiatan pendidikan.4
Selanjutnya Pasal 28 Konvensi Hak Anak Disiplin sekolah harus dilaksanakan dengan
cara yang sesuai dengan harkat dan martabat anak. Pendidikan harus diarahkan pada
pengembangan kepribadian, bakat dan kemampuan anak, penghormatan terhadap hak asasi
manusia dan kebebasan dasar, kehidupan yang bertanggung jawab dalam masyarakat yang
bebas, pemahaman, toleransi dan kesetaraan, pengembangan rasa hormat terhadap
lingkungan alam”. Landasan hukum pendidikan ham secara khusus termaktub di dalam Pasal
1 ayat 1 PeUU No. 20 Tahun 2003 Tentang Siste Pendidikan Nasional yang berbunyi:
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memeiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlkan oelh dirinya serta
masyarakat”.
pelaksanaan hak asasi manusia adalah merupakan wewenang dan tanggung jawab
setiap pemerintah negara dengan memperhatikan sepenuhnya keaneka ragaman tata nilai,
sejarah, kebudayaan, sistem politik, tingkat pertumbuhan sosial dan ekonomi, serta faktor-
faktor lain yang dimiliki bangsa yang bersangkutan. Yang menjadi dasar penegakkan HAM
di lingkungan Pendidikan adalah yang tercantum Dalam Universal Declaration of Human
Rights, yaitu persamaan hak bagi setiap warga negara untuk memperoleh pengajaran /
pendidikan dan dapat dijumpai pada pasal 26 ayat (1) dan ayat (2). Penegakan HAM di
lingkungan pendidikan mewujud dalam bentuk hak untuk mengikuti pendidikan. Untuk dapat
memenuhi hak tersebut diperlukan adanya pemerataan pendidikan, dalam pengertian
memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada setiap orang untuk dapat mengikuti
pendidikan. Dan yang menjadi dasar hukum di Indonesia dalam mendapatkan pendidikan

4
Gultom Maidin, Perlindungan Hukum terhadap Anak dan Perempuan, (Bandung: Refika Aditama,
2017), h. 28.
tercantum dalam UUD 1945 Pasal 28 C ayat (1) dan UUSPN No. 20 tahun 2003 khususnya
pasal 5 dan 6.
B. TUJUAN, FUNGSI DAN SASARAN PENDIDIKAN HAM
Tujuan dalam lingkup Indonesia adalah: Berdasarkan temuan pengembangan model
tujuan pendidikan HAM adalah untuk mendiseminasikan, meningkatkan mengembangkan
dan melestarikan serta mempraktekkan atau menerapkan nilai-nilai HAM dalam kehidupan
bermasyarakat berbangsa dan bernegara. sehingga dapat mengembangkan pengertian kritis
seseorang baik terhadap situasi hidup dirinya maupun orang lain mengenai batasan serta
struktur yang menghalangi pelaksanaan hak serta kebebasan mereka sepenuhnya.
Sejatinya pendidikan sendiri ialah wadah yang seyogyanya diberikan pemerintah
kepda tiap-tiap individu, punsebuah hak asasi sekaligus sebuah sarana untuk merealisasikan
hak-hak asasi manusia lainnya, lebih lanjut tujuan pendidikan sebagai sasaran utama di mana
orang dewasa dan terutama anak-anak yang dimarjinalkan secara ekonomi dan sosial dapat
mengangkat diri mereka keluar dari kemiskinan dan memperoleh cara untuk terlibat dalam
komunitas mereka, karena pendidikan memainkan peranan penting untuk memberdayakan
perempuan, melindungi anak-anak dari eksploitasi kerja dan seksual yang berbahaya.
Bersamaan dengan hal ini tentu anak menjadi prioritas utama dalam pendidikan,
karena anak merupakan salah satu kelompok yang sangat rentan terhadap pelanggaran hak
asasi manusia (HAM) yang memerlukan bantuan orang dewasa dalam melindungi hak-
haknya. Perlindungan anak di sini tidak hanya sampai pada pemenuhan hak hidup, tetapi
mencakup pula segala kegiatan untuk menjamin dan melindundi hak-haknya agar dapat
tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat
kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Pemenuhan jaminan berupa penghormatan, perlindungan hak-hak anak dikategorikan
sebagai kelompok rentan (vurnerable groups), dan anak-anak termasuk dalam kelompok ini.
Sebagai contoh di Indonesia sendiri, ada kategori anak yang dikenal dengan anak terlantar.
Definisi anak terlantar sendiri masuk dalam klasifikasi masalah sosial nonpatologis yang
mengacu pada masalah sosial yang bersifat patologis yang sulit untuk dipecahkan dan
berhubungan dengan kehidupan masyarakat itu sendiri.
Adapun urgensi peranan negara melalui pemerintah terhadap anak terlantar
termaktub dalam Pasal 34 ayat (1) UUD 1945 hasil amandemen yang menyebutkan bahwa:
“fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara”. Diktum konstitusi ini sangat jelas
dan gamblang memberikan kewajiban pada negara untuk mengurus dan bukannya untuk
menangkapi anak jalanan. Terlepas dari hal itu pendidikan pun dipahami sebagai elemen
dasar dari hak asasi manusia. Di dalam hak atas pendidikan terkandung berbagai elemen
yaitu hak ekonomi, sosial dan budaya serta juga hak sipil dan politik. Hak atas pendidikan
adalah hak asasi manusia dan sarana yang mutlak diperlukan demi terpenuhinya hak-hak
yang lain. Penyelenggaran pendidikan hingga selesai merupakan prasyarat untuk
mendapatkan hak atas pekerjaan, dengan asumsi bahwa dengan pendidikan yang tinggi, maka
akan mudah mendapatkan pekerjaan.
Adapun beberapa tujuan-tujuan Pendidikan HAM secara Global diantaranya sebagai
berikut :
a. Konvensi Unesco tentang penentangan diskriminasi dalam pendidikan
b. Konvensi tentang penghapusan terhadap diskriminasi Rasial
c. Konvensi tentang penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap Wanita

Fungsi HAM Pesan Dewan Eropa dalam “ The Forum Living, learning, Acting for Human
Rights” mengingat bahwa hak asasi manusia lebih dari sekedar inspirasi. HAM adalah
perintah moral dan politik yang berlaku untuk hubungan antara negara dan rakyat, seperti di
dalam negara dan di antara orang-orang. Adapun Fungsi Pendidikan HAM adalah:
1. Memberi pemahaman mengenai nilai-nilai HAM melalui jalur sekolah dan luar
sekolah agar masyarakat mengetahui tentang nilai-nilai HAM.
2. Membekali peserta didik mengenai pengetahuan tentang nilai-nilai HAM juga
mengedukasi peserta didik.
3. Sebagai sarana memperluas dan mepermudah pemahaman dan pelaksanaan HAM.
4. Mewujudkan cita-cita bangsa mengenai berbagai nilai HAM dalam kehidupan
bersama sebagai warisan kepada generasi berikutnya sehingga prilaku sejalan dengan
nilai-nilai HAM.
5. Memberikan pedoman serta tuntutan nilai-nilai HAM bagi peserta didik.
menenekankan pengamalan hak-hak anak, hak-hak wanita,prilaku non diskriminatif.
6. Menenekankan pengamalan hak-hak anak, hak-hak wanita,prilaku non diskriminatif,
sikap anti kekerasan dan penyiksaan, hak-hak sipil dan politik warga negara dan haka-
hak ekonomi,sosial dan budaya.
Sasaran Pendidikan HAM dibedakan atas Formal dan Informal
Dalam hal Formal maka sasaran pendidikan Ham adalah peserat didik dalam jenjang
pendidikan yakni dari Peserta didik dalam tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Sedangkan
dalam lingkup Informal dibedakan atas beberapa target sesuai dengan kebutuhan, Pada
prinsipnya dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan aspek yang sangat terpenting
dalam pencapaian tujuan dan cita-cita suatu negara pada sektor pembangunan, dan konteks
pendidikan bertujuan mengembangkan pola pikir masyarakat yang difokuskan untuk setiap
generasi karena dalam pencapaian tujuan dari sasaran pembangunan adalah kiatnya generasi
turut serta dalam mengsukseskan agenda pembangunan yang tercantum dalam Pancasila dan
UUD 1945. Misalnya sebagai berikut:
1. Orientasi pemberdayaan
2. Berbasis Masalah
3. Berbasis Partisipatif
4. Interdisiplin
5. Masyarakat

C. MODEL PENDIDIKAN BERBASIS HAM


Pendidikan HAM di Perguruan tinggi sering kali terdiri dari penilaian pembelajaran
atau kompetensi yang diperoleh Mahasiswa dan didasarkan pada program atau kurikulum
yang kurang lebih dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan preferensi individu. Sedangkan
HAM diartikan dengan hak-hak yang dimiliki manusia semata-mata karena ia manusia dan
semata-mata karena berdasarkan martabatnya sebagai seorang manusia, bukan dengan
hukum positif yang memberikan dan juga bukan karena diberikan oleh masyarakat. 5
Model pendidikan tinggi hukum yang melihat aspek-aspek kemanusian sejalan
dengan makna HAM itu sendiri, yaitu hak yang diberikan kepada manusia karena
martabatnya sebagai manusia yang melekat kepada setiap individu. Jadi, HAM
menitikberatkan kepada aspekaspek kemanusian (humanity) yang lebih rinci dalam
menghargai prinsip-prinsip non-diskriminasi, keragaman, dan nirkekerasan. Makna
kemanusian tersurat di dalam Pasal 1 Deklarasi HAM Universal PBB 1948 menjelaskan
semua orang dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak-hak yang sama. Mereka
dikaruniai akal dan hati nurani dan hendaknya bergaul satu sama lain dalam persaudaraan.
Pendidikan tinggi hukum harus mengakomodir pendidikan keterampilan, tetapi tidak
melupakan aspek-aspek kemanusiaan. Kombinasi antara pendidikan keterampilan dengan
memperhatikan aspek-aspek kemanusiaan, diharapkan dapat menghasilkan sarjana hukum
yang professional tetapi tidak lupa dengan etika dan aspek-aspek kemanusiaan. Ketika ada
ketidakadilan sosial di masyarakat, seharusnya aparat penegak hukum mengedepankan
keadilan substantif dibandingkan dengan keadilan prosedural

5
M. Syafi’ie, “Instrumentasi Hukum Ham, Pembentukan Lembaga Perlindungan Ham di Indonesia dan
Peran Mahkamah Konstitusi,” Jurnal Konstitusi, Vol 9 No 4, (Desember 2012), h. 683.
Adapun kompetensi yang dikembangkan ialah pengetahuan dan pemahaman,
keterampilan, sikap-sikap dan nilai-nilai. Proses pembelajaran dan praktek pembelajaran
pendidikan HAM dilalui beberapa fase yaitu : phase pertama Experiencing, phase kedua
Reflecting, phase ketiga Generalising, dan phase keempat Applaying, di mana masing-
masing fase memiliki fungsi dan tujuan dengan komposisi yang seimbang, baik dari segi
internal maupun eksternalnya.
Phase Experiencing planned event or “Doing an activity”, phase kedua Sharing
reaction, reporting on what happened, and discussing patterns and dynamics in order to gain
insights into the experience. (Debriefing), phase ketiga Discusing patterns and how what
people have learnt relates to the “real world”. (Evaluation), dan yang terakhis phase keempat
Using what they have learnt, changing old behaviours. (Taking Actions).
Pembelajar/pesertalah yang menjadi pusat dalam Pembelajaran ini karena apa yang
mereka pelajari atau hasilkan dari apa yang diajarkan atau dialami adalah yang benar-benar
penting karena dengan cara ini lebih relevan bagi peserta (atau tidak relevan sama sekali,
yang juga penting untuk diperhatikan) dan lebih cenderung praktis. Keterpusatan pada
peserta didik memiliki banyak penegasan dan konsekuensi lain, termasuk keterbukaan dari
sisi fasilitator untuk menyesuaikan konten dan tingkat pekerjaan dengan realitas peserta,
sesuatu yang dalam proses pembelajaran kami beri label “mulai dari tempat orang berada”.
Proses pembelajaran berbasis HAM dilakukan mulai dari apa yang sudah diketahui
Mahasiswa, pendapat dan pengalaman mereka, dan dari basis ini memungkinkan mereka
untuk mencari, dan menemukan bersama, ide dan pengalaman baru (belajar tentang hak asasi
manusia). Siklus pembelajaran experiential. Panduan pembelajaran HAM diharapkan
menjawab tantangan-tantangan pembelajaran HAM seperti yang telah dijelaskan di atas,
khususnya dalam hal penyediaan materi pembelajaran HAM di pendidikan tinggi hukum.
Kemudian juga, masih minimnya materi-materi kuliah HAM yang komprehensif dan
terintegrasi. Panduan pembelajaran HAM ini diharapkan mampu mengaplikasikan HAM
menjadi mata kuliah yang menarik untuk mahasiswa/mahasiswi.
Melihat pada praktiknya artinya, mahasiswa/mahasiswi tidak hanya memahami
HAM di dalam teori saja, tetapi juga memahami HAM di dalam kehidupan sehari-hari.
Kemudian juga, dengan panduan ini, pengajar HAM diharapkan akan menggunakan
beberapa metode pembelajaran HAM yang direkomendasikan di dalam panduan
pembelajaran HAM ini, sehingga pembelajaran HAM akan efektif. Metode-metode
pembelajaran HAM yang direkomendasikan dapat diaplikasikan sesuai dengan kebutuhan
dan karakteristik penyelenggara pendidikan tinggi hukum tersebut
• Mendorong Mahasiswa untuk berpartisipasi dan berkontribusi pada diskusi dan untuk
belajar dari satu sama lain sebanyak mungkin (belajar melalui hak asasi manusia)
• Mendukung Mahasiswa dalam menerjemahkan pembelajaran mereka menjadi
tindakan sederhana namun efektif yang menunjukkan penolakan mereka terhadap
ketidakadilan, ketidaksetaraan dan pelanggaran mereka hak asasi manusia (belajar
untuk hak asasi manusia).
Hematnya metode pembelajaran HAM diindahkan untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran HAM di pendidikan tinggi hukum khususnya meningkatkan kualitas metode
pembelajaran dan penyedian materi HAM secara komprehensif, terintegral dan komtemporer.
Sehingga baik mahasiswa/mahasiswa dan tenaga pengajar dapat memahami dan mengerti
konsep HAM baik di dalam teori dan prakteknya di dalam kehidupan nyata sehari-hari.
Kewajiban hukum dari pemerintah terhadap hak atas pendidikan mengacu pada skema
4-A berikut:
1. Availability (ketersediaan), mengacu pada tiga macam kewajiban pemerintah
yaitu: (1) pendidikan sebagai hak sipil dan politik mensyaratkan pemerintah untuk
mengizinkan pendirian sekolah-sekolah yang menghargai kebebasan terhadap
pendidikan dan dalam pendidikan; (2) pendidikan sebagai hak sosial dan ekonomi
mensyaratkan pemerintah untuk menjamin pendidikan wajib dan tanpa biaya bagi
anak usia sekolah; dan (3) pendidikan sebagai hak budaya mensyaratkan
dihargainya keragaman, khususnya hak-hak bagi kelompok minoritas dan
penduduk asli.
2. Accessibility (keterjangkauan), berarti pemerintah harus menghapuskan praktik-
praktik diskriminasi jender dan rasial dan menjamin pelaksanaan hak asasi
manusia secara merata, dan pemerintah tidak sekedar puas dengan hanya
pelarangan diskriminasi secara formal. Keterjangkauan itu berkenaan dengan
jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi;
pemerintah berkewajiban untuk menyelenggarakan pendidikan wajib dan tanpa
biaya bagi seluruh anak usia sekolah. Hak atas pendidikan seyogianya diwujudkan
secara progresif agar pendidikan wajib dan tanpa biaya dapat dilaksanakan
sesegera mungkin, dan mempermudah akses untuk melanjutkan pendidikan
setelah wajib belajar.
3. Acceptability (keberterimaan), mempersyaratkan penjaminan minimal mengenai
mutu pendidikan, misalnya persyaratan kesehatan dan keselamatan atau
profesionalisme bagi guru, tetapi cakupan yang sesungguhnya jauh lebih luas dari
yang dicontohkan tersebut. Penjaminan tersebut harus ditetapkan, Perjanjian
HAM yang utama 8 dimonitor dan dipertegas oleh pemerintah melalui sistem
pendidikan, baik pada institusi pemerintah maupun swasta. Keberterimaan dapat
diperluas melalui pemberdayaan peraturan perundang-undangan tentang hak asasi
manusia: penduduk asli dan mintoritas berhak memprioritaskan penggunaan
bahasa ibu sebagai bahasa pengantar dalam proses belajar mengajar. Sementara
itu, pelarangan terhadap hukuman fisik harus dilakukan dengan mengubah
metode-metode pembelajaran dan penerapan disiplin sekolah. Persepsi yang
muncul tentang anak-anak sebagai subjek yang berhak atas pendidikan dan berhak
dalam pendidikan telah diperluas batasannya dalam hal keberterimaannya yang
mencakup isi kurikulum dan buku pelajaran, yang sekarang ini lebih
dipertimbangkan dalam perspektif hak asasi manusia.
4. Adaptability (kebersesuaian), mempersyaratkan sekolah untuk tanggap terhadap
kebutuhan setiap anak, agar tetap sesuai dengan Konvensi tentang Hak-hak Anak.
Hal ini mengubah pendekatan tradisional, yakni sekolah yang mengharapkan
bahwa anak-anaklah yang harus dapat menyesuaikan terhadap berbagai bentuk
pendidikan yang diberikan kepada mereka. Karena HAM tidak berdiri sendiri,
kesesuaian menjamin diterapkannya hak asasi manusia dalam pendidikan dan
memberdayakan HAM tersebut melalui pendidikan. Hal ini memerlukan analisis
lintas sektoral atas dampak pendidikan terhadap hak asasi manusia, misalnya,
memonitor tersedianya pekerjaan bagi lulusan dengan cara melakukan
perencanaan terpadu antarsektor terkait.
DAFTAR PUSTAKA

Effendi Masyhur, HAM dan Integritas Nasional (Sebuah Harapan), Jakarta: Ghalia
Indonesia, 1994
Maidin Gultom, Perlindungan Hukum terhadap Anak dan Perempuan, Bandung: Refika
Aditama, 2017
Proyek Kerja Sama antara Pelapor Khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang
Hak atas Pendidikan dan Biro Pendidikan Wilayah Asia Pasifik UNESCO,
Pendidikan Berbasis Hak Asasi Penyederhanaan Persyaratan Hak Asasi
Manusia Global, Biro Pendidikan Wilayah Asia Pasifik UNESCO, Bangkok.
Syafi’ie M, “Instrumentasi Hukum Ham, Pembentukan Lembaga Perlindungan Ham di
Indonesia dan Peran Mahkamah Konstitusi,” Jurnal Konstitusi, Vol 9 No 4,
Desember 2012
Tilaar H.A.R, Manajemen Pendidikan Nasional, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2008
NASKAH SOAL - KODE MATA KULIAH

Format dokumentasi naskah soal

Mata kuliah / no. Urut sesi Konsep Pendidikan HAM


Penulis / tanggal / versi Mufidah/27 Oktober 2021
Content developer
Instructional designer
Nama sme / tanggal review

No. Soal
Tujuan pembelajaran sub topik 1:
Menjelaskan Landasan Hukum Pendidikan HAM
1 Berkaitan dengan landasan hukum pendidikan HAM, apa pendapat Prof. Iman
Slamet Santosa terkait dengan pendidikan ?
a. Pendidikan dapat melatih emosional dengan baik
b. Pendidikan adalah membentuk watak
c. Pendidikan berkenaan dengan melatih karakter dengan baik
d. Pendidikan menumbuhkan rasa kepedulian yang tinggi
e. Pendidikan membentuk karakter dengan baik
Smart feedback:
Prof. Iman Slamet Santosa : pendidikan adalah membentuk watak).
Komentar reviewer:

Dikosongi saja
2 Apa yang dimaksud pendidikan HAM ?
a. Pendidikan hak asasi manusia sebagaimana pendidikan pada umumnya
adalah upaya meneruskan pengetahuan tentang hak asasi manusia
sekaligus mengkonstruksi sikap dan perilaku sesuai nilai-nilai hak asasi
manusia.
b. Pendidikan hak asasi manusia berkenaan dengan metode pembelajaran yang

Halaman | 1
NASKAH SOAL - KODE MATA KULIAH

sesuai dengan usia pada umumnya.


c. Pendidikan yang mencerminkan dan membentuk karakter seseorang dengan
baik.
d. Pendidikan yang memiliki konsep berbeda dengan pendidikan pada
umumnya,.
e. Pendidikan yang berkaitan dengan proses tumbuh kembang seseorang.
Smart feedback:
Pendidikan hak asasi manusia sebagaimana pendidikan pada umumnya adalah upaya
meneruskan pengetahuan tentang hak asasi manusia sekaligus mengkonstruksi sikap
dan perilaku sesuai nilai-nilai hak asasi manusia.

Komentar reviewer:

Dikosongi saja
3 Apa yang disebutkan dalam Pasal 26 Deklarasi Universal HAM ?
a. Seluruh peraturan perundang-undangan di bawah UUD harus mengatur
jaminan HAM yang diatur dalam UUD dan berbagai hal yang berkaitan
dengan hal tersebut yang telah ditentukan dalam UUD
b. Seluruh penduduk dan warga Negara. Harus menghormati dan menjamin
HAM baik yang berkait dengan dirinya, maupun dengan orang lain dengan
memperhatikan proporsionalitas pelaksanaan hak dengan pemenuhan
kewajiban
c. Pemerintah wajib dan bertanggung jawab menghormati, melindungi,
menegakkan, dan memajukan hak asasi manusia.
d. Setiap orang berhak atas pendidikan dan bahwa “Pendidikan harus
diarahkan untuk pengembangan kepribadian manusia sepenuhnya dan
untuk memperkuat penghormatan terhadap hak asasi manusia dan
kebebasan dasar. Ia akan memajukan pengertian, toleransi dan
persahabatan di antara bangsa-bangsa, kelompok-kelompok ras atau

Halaman | 2
NASKAH SOAL - KODE MATA KULIAH

agama, dan akan memajukan kegiatan-kegiatan PBB untuk


pemeliharaan perdamaian”.
e. Memiliki wewenang untuk memutus dan memeriksa perkara perlanggaran
hak-hak asasi manusia
Smart feedback:
Setiap orang berhak atas pendidikan dan bahwa “Pendidikan harus diarahkan untuk
pengembangan kepribadian manusia sepenuhnya dan untuk memperkuat
penghormatan terhadap hak asasi manusia dan kebebasan dasar. Ia akan memajukan
pengertian, toleransi dan persahabatan di antara bangsa-bangsa, kelompok-kelompok
ras atau agama, dan akan memajukan kegiatan-kegiatan PBB untuk pemeliharaan
perdamaian”.

Komentar reviewer:

Dikosongi saja
4 Landasan hukum pendidikan HAM secara khusus termaktub di dalam Pasal 1 ayat 1
PeUU No. 20 Tahun 2003 Tentang Siste Pendidikan Nasional yang berbunyi sebagai
berikut…
a. Pemerintah wajib dan bertanggung jawab menghormati, melindungi,
menegakkan, dan memajukan hak asasi manusia yang diatur dalam undang-
undang ini, peraturan perundang-undangan lain, dan hukum internasional
tentang hak asasi manusia yang diterima oleh Negara Republik.
b. Pengadilan khusus di lingkungan peradilan umum yang dibentuk khusus
untuk memeriksa dan memutus perkara pelanggaran HAM
c. Melakukan penyelidikan terhadap pelanggaran HAM
d. Salah satu perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari serangan yang
meluas atau sistematik.
e. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

Halaman | 3
NASKAH SOAL - KODE MATA KULIAH

mengembangkan potensi dirinya untuk memeiliki kekuatan spiritual


keagamaan, pengendalian diri kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia
serta keterampilan yang diperlkan oelh dirinya serta masyarakat”
Smart feedback:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memeiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlkan oelh dirinya serta
masyarakat”
Komentar reviewer:

Dikosongi saja
Tujuan pembelajaran sub topik 2:
Menjelaskan Tujuan, Fungsi dan Sasaran Pendidikan HAM
1 Apa tujuan pendidikan HAM secara global?
a. Menjunjung tinggi pendidikan kemerdekaan sebagai hak segala bangsa,
menghargai hak setiap warga dan menolak rasisme.
a. Konvensi Unesco tentang penentangan diskriminasi dalam pendidikan
b. Mewujudkan keadilan dan peradaban yang luhur.
c. Manusia dapat dilihat secara bersamaan sebagai makhluk sosial dan makhluk
individual.
d. Negara menjamin kemerdekaan tiap penduduk untuk beribadat menurut
agama dan kepercayaannya sebagaimana yang tertuang didalam Pasal 29
ayat 2 UUD 1945 yang berbunyi sebagai berikut : “Negara menjamin
kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing
dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu”.
e. Melaksanakan penyuluhan dan mediasi tentang HAM

Smart feedback:

Halaman | 4
NASKAH SOAL - KODE MATA KULIAH

a. Konvensi Unesco tentang penentangan diskriminasi dalam pendidikan


b. Konvensi tentang penghapusan terhadap diskriminasi Rasial
c. Konvensi tentang penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap Wanita

Komentar reviewer:

Dikosongi saja

2 Adapun Fungsi Pendidikan HAM adalah sebagai berikut, terkecuali…


a. Memberi pemahaman mengenai nilai-nilai HAM melalui jalur sekolah
dan luar sekolah agar masyarakat mengetahui tentang nilai-nilai HAM.
b. Membekali peserta didik mengenai pengetahuan tentang nilai-nilai HAM
juga mengedukasi peserta didik.
c. Sebagai sarana memperluas dan mepermudah pemahaman dan
pelaksanaan HAM.
d. Mewujudkan cita-cita bangsa mengenai berbagai nilai HAM dalam
kehidupan bersama sebagai warisan kepada generasi berikutnya sehingga
prilaku sejalan dengan nilai-nilai HAM.
e. Melakukan pemberian pendapat berdasarkan persetujuan ketua
pengadilan terhadap perkara tertentu yang sedang dalam proses
peradilan

Smart feedback:
1. Memberi pemahaman mengenai nilai-nilai HAM melalui jalur sekolah dan
luar sekolah agar masyarakat mengetahui tentang nilai-nilai HAM.
2. Membekali peserta didik mengenai pengetahuan tentang nilai-nilai HAM juga
mengedukasi peserta didik.
3. Sebagai sarana memperluas dan mepermudah pemahaman dan pelaksanaan
HAM.

Halaman | 5
NASKAH SOAL - KODE MATA KULIAH

4. Mewujudkan cita-cita bangsa mengenai berbagai nilai HAM dalam


kehidupan bersama sebagai warisan kepada generasi berikutnya sehingga
prilaku sejalan dengan nilai-nilai HAM.
5. Memberikan pedoman serta tuntutan nilai-nilai HAM bagi peserta didik.
6. menenekankan pengamalan hak-hak anak, hak-hak wanita,prilaku non
diskriminatif, sikap anti kekerasan dan penyiksaan, hak-hak sipil dan politik
warga negara dan haka-hak ekonomi,sosial dan budaya.

Komentar reviewer:

Dikosongi saja
3 Sasaran Pendidikan HAM dibedakan atas Formal dan Informal, apa sasaran
pendidikan HAM secara formal…

a. Tentang HAM untuk merekomendasikan pengemban kewajiban agar


melaksanakan apa yang menjadi saran, pendapat dan rekomendasi komnas
HAM RI.
b. Sasaran pendidikan Ham adalah peserat didik dalam jenjang
pendidikan yakni dari Peserta didik dalam tingkat dasar hingga
perguruan tinggi.
c. Hak-hak dasar dalam ketentuan hukum
d. Hukum khusus mengalahkan hukum umum
e. Hak asasi diatur dalam hukum yang ada
Smart Feedback :
Sasaran pendidikan Ham adalah peserat didik dalam jenjang pendidikan yakni dari
Peserta didik dalam tingkat dasar hingga perguruan tinggi.

Komentar reviewer:

Halaman | 6
NASKAH SOAL - KODE MATA KULIAH

Dikosongi saja

4 Berikut ini adalah sasaran pendidikan secara informal. Terkecuali..


a. Standar norma dan pengetahuan, adalah dokumen ang merupakan
penjabaran secara praktis
b. Orientasi pemberdayaan
c. Berbasis Masalah
d. Berbasis Partisipatif
e. Interdisiplin Masyarakat
Smart feedback:
a. Orientasi pemberdayaan
b. Berbasis Masalah
c. Berbasis Partisipati
d. Interdisiplin
e. Masyarakat

Komentar reviewer:

Dikosongi saja
Tujuan pembelajaran sub topik 3:
Menjelaskan Model Pendidikan Berbasis HAM
1 Sebutkan komponen penting yang dikembangkan melalui pendidikan HAM di
Perguruan Tinggi…

a. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia;


b. Memajukan kesejahteraan umum
c. Mencerdaskan kehidupan bangsa
d. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial.
e. Pengetahuan Dan Pemahaman

Smart feedback:

Halaman | 7
NASKAH SOAL - KODE MATA KULIAH

Pengetahuan dan Pemahaman


Komentar reviewer:

Dikosongi saja
2 Ada berapa fase yang dilalui dalam proses pembelajaran dan praktek pembelajaran
pendidikan HAM?
a. 3 FASE
b. 7 FASE
c. 4 FASE
d. 5 FASE
e. 6 FASE
Smart feedback:
4 Fase
Komentar reviewer:

Dikosongi saja
3 Apa yang dimaksud phase experiencing ?

a. Using what they have learnt, changing old behaviours. (Taking Actions)
b. Discusing patterns and how what people have learnt relates to the “real world”.
(Evaluation)
c. Sharing reaction, reporting on what happened, and discussing patterns and
dynamics in order to gain insights into the experience. (Debriefing)
d. Experiencing planned event or “Doing an activity”.

Smart feedback:
Experiencing planned event or “Doing an activity”.
Komentar reviewer:

Dikosongi saja

Halaman | 8
NASKAH SOAL - KODE MATA KULIAH

4 Apa yang dimaksud dalam phase Reflecting?


a. Sharing reaction, reporting on what happened, and discussing patterns
and dynamics in order to gain insights into the experience. (Debriefing)
b. Using what they have learnt, changing old behaviours. (Taking Actions)
c. Discusing patterns and how what people have learnt relates to the “real world”.
(Evaluation)
d. Experiencing planned event or “Doing an activity”.
Smart feedback :
Sharing reaction, reporting on what happened, and discussing patterns and dynamics
in order to gain insights into the experience. (Debriefing)

Komentar reviewer:

Dikosongi saja
Tujuan pembelajaran sub topic 4 :
Menjelaskan Peran Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi
1 Apa yang dimaksud dengan komisi kebenaran dan rekonsiliasi …
a. Pengadilan khusus di lingkungan peradilan umum yang dibentuk khusus
untuk memeriksa dan memutus perkara pelanggaran HAM
b. Melakukan penyelidikan terhadap pelanggaran HAM
c. Salah satu perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari serangan yang
meluas atau sistematik.
d. Seluruh penduduk dan warga Negara. Harus menghormati dan menjamin
HAM baik yang berkait dengan dirinya, maupun dengan orang lain dengan
memperhatikan proporsionalitas pelaksanaan hak dengan pemenuhan
kewajiban
e. Merupakan komisi yang dibentuk dengan semangat pengungkapan
kebenaran atas sejarah kejahatan HAM yang belum terungkap

Halaman | 9
NASKAH SOAL - KODE MATA KULIAH

Smart feedback :
Merupakan komisi yang dibentuk dengan semangat pengungkapan kebenaran
atas sejarah kejahatan HAM yang belum terungkap

Komentar reviewer:

Dikosongi saja
2 Apa tugas KKR berdasarkan UU No 27 Pasal 6 Tahun 2004 …
a. Membantu pemerintah memberantas kejahatan
b. Membantu pemerintah untuk selalu ikut serta
c. Membantu pemerintah untuk turun langsung
d. Membantu pemerintah dalam mengungkap konflik dan kemungkinan
terjadinya pelanggaran HAM
e. Membantu pemerintah dalam memberantas korupsi
Smart feedback :
Membantu pemerintah dalam mengungkap konflik dan kemungkinan
terjadinya pelanggaran HAM
Komentar reviewer:

Dikosongi saja
3 Dasar hukum apa yang tercantum dalam pembentukan KKR …..
a. Ketetapan MPR RI No V/MPR/2000 tentang pemantapan kesatuan-
kesatuan nasional
b. Ketetapan MPR RI No V/MPR/2000 tentang pemalsuan
c. Ketetapan MPR RI No V/MPR/2000 tentang korupsi
d. Ketetapan MPR RI No V/MPR/2000 tentang HAM
e. Ketetapan MPR RI No V/MPR/2000 tentang ketatanegaraan
Smart feedback :
Ketetapan MPR RI No V/MPR/2000 tentang pemantapan kesatuan-kesatuan

Halaman | 10
NASKAH SOAL - KODE MATA KULIAH

nasional

Komentar reviewer:

Dikosongi saja
4 Pada tahun berapakah Presiden memutuskan tentang komisi nasional HAM …
a. Keputusan Presiden No 50 Tahun 2000
b. Keputusan Presiden No 50 Tahun 1999
c. Keputusan Presiden No 50 Tahun 1993
d. Keputusan Presiden No 50 Tahun 1998
e. Keputusan Presiden No 50 Tahun 1996
Smart feedback :
Keputusan Presiden No 50 Tahun 1993

Komentar reviewer:

Dikosongi saja

Halaman | 11

Anda mungkin juga menyukai