Anda di halaman 1dari 26

ANALISIS NILAI RELIGIUSITAS DALAM NOVEL SEBENING

SYAHADAT KARYA DIVA SR

PROPOSAL SKRIPSI

(Diajukan Sebagai Persyaratan Mengikuti Seminar Ujian Proposal


Pada Program Studi Bahasa dan Sastra Indoensia Fakultas Sastra dan
Budaya Universitas Negeri Gorontalo)

OLEH
Fitriyanti S. Lamato
NIM 311416024

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA
DAN BUDAYA UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO 2020
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sastra merupakan hasil cipta dan kreativitas seorang pengarang atau
penyair yang bersumber dari pengalaman kehidupan manusia secara langsung
dengan menggunakan bahasa yang menarik sebagai medianya. Menurut Tuloli
(2000: 5) bahwa sastra itu ada karena penggunaan bahasa secara kreatif dalam
rupa atau wujud yang indah, tidak semata-mata merujuk pada bentuknya, tetapi
juga keindahan isinya yang berkaitan dengan emosi, imaji, kreasi dan ide. Oleh
karena itu, tidak dapat dikatakan sebagai suatu karya sastra jika penggunaan
bahasanya tidak menarik atau indah. Salah satu ragam karya sastra yang dikenal
adalah novel.
Novel merupakan penceritaan tentang rangkaian peristiwa yang terjadi di
suatu tempat dan di alami serta dilakukan oleh beberapa tokoh. Tak jarang juga
novel menceritakan tentang kisah nyata dan juga fiksi yang sarat akan nasihat-
nasihat yang dapat di petik untuk menjalani hidup. Hal tersebut seperti pendapat
Kramer (dalam Soedjarwo, 2004: 89) bahwa novel atau Novella menceritakan
suatu kejadian yang luar biasa dari kehidupan orang-orang luar biasa karena dari
kejadian itu terlahir konflik, suatu pertikaian yang mengubah mereka. Seperti
yang diketahui novel seringkali mengambil ataupun menjadi cerminan kehidupan
sosial. Masalah-masalah yang terjadi pada manusia dalam proses kehidupan
terjadi juga pada para tokoh dalam membawakan jalinan cerita yang telah
dirangkai oleh pengarang.
Menurut Voster (dalam Tuloli, 2000: 17) novel adalah salah satu bentuk
karya sastra prosa yang agak panjang dan memiliki unsur-unsur di dalamnya
seperti tema, alur/plot, latar/setting, tokoh dan penokohan, serta amanat. Novel
adalah satu karya sastra yang dapat memberikan gambaran kehidupan melalui
bahasa. Melalui novel juga dapat diketahui jalannya suatu kehidupan seperti
perilaku setiap individu yang berbeda dan dinamis.
Menurut Suyitno (1986: 3) sebagai bentuk seni, pelahiran sastra bersumber
dari kehidupan yang bertata nilai, dan pada gilirannya yang lain sastra juga akan
1
memberikan sumbangan bagi terbentuknya tata nilai. Tindakan yang dilakukan
manusia mengarahkan pada nilai yang positif atau yang negatif. Oleh sebab itu,
setiap insan dalam bertindak tak pernah luput dari apa yang di dengar, digeluti,
dipahami, dikerjakan, serta diamalkan dalam kehidupan yang mengarah pada
spiritual.
Spiritual merupakan suatu tindakan manusia yang berkenan dengan
kepercayaan dan agama. Tindakan yang berdasarkan agama dapat dijadikan suatu
pegangan, perenungan, pedoman bertingkalaku, baik dalam kehidupan individual
maupun dalam bermasyarakat. Dari kehidupan sehari-hari, tentunya manusia
melakukan hal baik atau buruk menurut ajaran agama. Hal yang dilakukan
manusia yang baik atau yang buruk dapat memberikan sebuah nilai.
Nilai yang baik dapat menghantarkan manusia pada ketenangan sedangkan
nilai yang buruk dapat merusak manusia lahir maupun batin dan menganggu
ketenangan jiwanya. Namun, nilai yang paling baik dan kekal yaitu nilai yang
ciptakan oleh Sang Pencipta nilai itu sendiri. Nilai dapat menuntun jiwa untuk
mencapai kodrat Sang Maha Kuasa. Nilai juga dapat terlihat dalam kehidupan
manusia pada umumnya.
Menurut Sutomo (dalam Ismawati 2013:18) nilai adalah sebuah konsepsi
abstrak yang menjadi acuan atau pedoman utama mengenai masalah mendasar
dan umum yang sangat penting dan ditinggikan dalam kehidupan suatu
masyarakat, bangsa, atau bahkan kemanusiaan. Ia menjadi acuan tingkahlaku
sebagian masyarakat bersangkutan, mengkristal dalam alam pikiran dan
keyakinan mereka, cenderung bersifat langggeng, dan tidak mudah berubah atau
tergantikan. Salah satu nilai penting yang terdapat dalam sebuah karya sastra
adalah nilai religiusitas, sebab pada awal mulanya segalah sastra adalah religius
(Mungunwijaya, 1994: 11)
Menurut (Mungunwijaya, 1994: 11) religiusitas lebih melihat aspek yang
di dalam lubuk hati, riak getaran hati nurani pribadi, sikap personal yang sedikit
banyak merupakan misteri bagi orang lain, karena menapaskan intimitas jiwa dan
cita rasa yang mencakup totalitas (termasuk rasio dan rasa manusiawi) ke dalam
pribadi manusia.
2
Sejalan dengan penjelasan di atas maka tujuan pengarang dalam membuat
karya sastra terutama novel yaitu untuk menyampaikan nilai-nilai dan norma-
norma dalam novel yang diharapkan dapat memberikan hal positif dan perubahan
baik serta dapat diterapkan dikehidupan sehari-hari. Seperti salah satu novel yang
berjudul Sebening Syahadat Karya Diva Sr, pada novel pengarang menceritakan
seorang anak laki-laki yang awalnya memeluk agama sesuai keyakinan orang
tuanya namun setelah beberapa tahun kemudian ketika ia mulai tumbuh dewasa ia
memutuskan untuk memeluk agama islam. Sebab menurutnya Islam adalah agama
yang baik dan bisa menjawab semua pertanyaan-pertanyaan yang sulit di cerna
oleh akal pikiran manusia biasa. Hal ini yang menjadi alasan peneliti memilih
nilai religiusitas sebagai aspek yang akan peneliti teliti sebab didalam novel ini
menjelaskan mengenai nilai tersebut. Sedangkan peneliti memilih novel Sebening
Syahadat karya Diva SR sebagai objek penelitian karena novel ini belum banyak
yang menelitinya, selain itu peneliti belum menemukan penelitian yang
mengambil dari nilai religiusitasnya. Selain itu juga bahasa yang digunakan dalam
novel ini cukup mudah untuk dipahami namun terdapat beberapa sedikit bahasa
asing (inggris) dalam novel sebening syahadat karya Diva Sr tersebut. Kemudian
alasan yang menunjang peneliti ingin melakukan penelitian ini karena semakin
banyak kebudayaan luar yang masuk dan dengan berkembangnya tekhnologi
dikhawatirnya dapat merusak moral dan mempengaruhi kepercayaan yang telah
dianut oleh seseorang baik melalui bahan bacaan maupun interaksi dilakukan
secara langsung. Untuk itu dengan adanya bahan bacaan yang bermutu yang dapat
memberikan pendidikan khususya nilai religiusitas kepada masyarakat atau
pembaca, sehingga setidaknya melalui penelitian ini mampu memberikan sedikit
jawaban atau solusi persoalan yang timbul dimasyarakat. Hadirnya novel yang
mengandung nilai religiusitas di harapkan mampu meningkatkan kembali moral
masyarakat yang semakin menurun.
Selain konflik yang terjadi dalam novel juga terjadi pada kehidupan nyata
yaitu kesadaran sosial dan rasa empati manusia yang saat ini semakin memudar di
akibatkan sifat individualis yang merujuk kepada menurunya nilai religiusitas
yang seharusnya tertanam pada diri setiap manusia. Untuk itu penilitian ini akan
3
menganalisis nilai religiusitas dalam objek penelitian novel sebening syahadat
karya Diva Sr, dengan format judul “ Analisis nilai religiusitas dalam novel
sebening syahadat karya Diva SR” dengan menggunakan kajian struktural
fungsional A.J Greimas.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diidentifikasi masalah yakni
sebagai berikut:
1.2.1 Bagaimana struktur cerita dalam novel Sebening Syahadat karya Diva SR?
1.2.2 Bagaimana struktur fungsional Greimas yang membangun novel sebening
syahadat karya Diva SR ?
1.2.3 Bagaimana nilai Religiusitas dalam novel Sebening Syahadat karya Diva
SR?

1.3 Tujuan Penelitian


Sesuai dengan rumusan masalah yang tercantum diatas maka penelitian ini
bertujuan :
1.3.1 Mendeskripsikan struktur fungsional yang membangun novel Sebening
Syahadat karya Diva SR.
1.3.2 Mendeskripsikan nilai religiusitas dalam novel Sebening Syahadat Karya
Diva SR.

1.4 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat yang akan diperoleh dari penelitian ini, yaitu:
1) Manfaat Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan bagi peneliti dalam hal kajian
nilai religiusitas dengan menggunakan pendekatan struktural fungsioan A.J
Greimas dan pendekatan religiusitas.
2) Manfaat Bagi Pembaca
Penelitian ini dapat bermanfaat dalam meningkatkan pemahaman dan
pengetahuan pembaca tentang nilai religiusitas yang terdapat dalam sebuah
4
karya sastra khusunya pada novel. Melalui penelitian ini dapat memudahkan
pembaca dalam menggambarkan struktur fungsional yang membangun novel
dan juga nilai religiusitas dalam novel Sebening Syahadat karya Diva SR,
serta dapat menjadi bahan acuan atau bahan bandingan bagi peneliti lainnya
dalam mengkaji sebuah karya sastra, khususnya novel dengan fokus
pengkajian mengenai struktur fungsional dan nilai religiusitas.
2) Manfaat Bagi Mahasiswa
Manfaat Penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran dan bahan
pembelajaran tentang karya sastra khususnya teori truktur funsional dan
kajian yang berhubungan dengan nilai religiusitas. Hal ini dapat dijadikan
bahan bandingan bagi mahasiswa yang akan mengadakan penelitian
selanjutnya khususnya bagi mahasiswa Jurusan Bahasan dan Sastra
Indonesia.

1.5 Definisi Oprasional


Definisi Operasional merupakan seperangkat kata yang mempunyai tujuan
kerja atau operasi dalam suatu pekerjaan yang dilakukan untuk mendapatkan apa
yang dimaksudkan.
Berdasarkan judul penelitian tentang “Anilisis nilai religiusitas dalam novel
Sebening Syahadat Karya Diva SR, ada beberapa hal yang perlu dijelaskan agar
penelitian ini terarah, sekaligus untuk menghindari salah tafsir terhadap kata-kata
yang digunakan pada judul penelitian ini. Hal-hal yang perlu dijelaskan tersebut
diuraikan sebagai berikut.
1. Nilai Religiusitas
Nilai Religiusitas yang dimaksud dalam penelitian ini mengarah pada
kepercayaan terhadap tuhan yaitu nilai hubungan manusia dengan Tuhan serta
bagaimana hubungan antar manusia, serta, manusia dengan lingkungan sesuai
dengan tuntutan agama, yang meliputi tiga hal nilai yaitu, nilai akidah, nilai
syariah, dan nilai akhlak.
2. Novel Sebening Syahadat Karya Diva SR adalah salah satu novel best seller
dan juga merupakan novel pertama dari Diva SR, walaupun novel ini

5
merupakan novel pertamanya tetapi novel ini mampu bersaing dengan novel-
novel lain yang diterbitkan oleh pengarang-pengarang senior. Novel sebening
Syahadat merupakan novel religius yang sangat bagus untuk perkembangan
akhlak, akidah dan syariah untuk dipahami oleh orang banyak khususnya kaum
remaja pada saat ini.
Jadi kesimpulannya, analisis nilai religiusitas yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah nilai religiusitas yang berhubungan dengan tiga hal nilai
yaitu akidah, nilai syariah, dan nilai akhlak dalam novel Sebening Syahadat
Karya Diva SR.

6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian yang Relevan Sebelumnya
Analisis religiusitas dalam novel-novel yang lain telah banyak diulas
dalam bentuk penelitian, khususnya di Universitas Negeri Gorontalo. Akan tetapi,
penelitian dengan objek kajian berupa analisis nilai religiusitas dalam novel
Sebening Syahadat karya Diva SR, belum pernah dilakukan. Adapun penelitian
yang mempunyai kemiripan dengan penelitian ini dapat di uraikan sebagai
berikut:
1) Skripsi yang berjudul Nilai Religius pada Tokoh Utama dalam Novel
Assalamualaikum Beijing Karya Asma Nadia. Oleh Nurvina Neno (2016)
Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra dan Budaya,
Universitas Negeri Gorontalo. Penelitian ini dititik beratkan pada Tokoh
utama dalam novel Assalamualaikum Beijing Karya Asma Nadia dengan
rumusan masalah ialah (1) Bagaimana karakter tokoh utama dalam novel
Assalamualaikum Beijing karya Asma Nadia ?; (2) Bagaimana nilai religius
melalui karakter tokoh utama dalam novel Assalamualaikum Beijing karya
Asma Nadia?. Tujuan penelitian adalah untuk mendeskripsikan kedua
masalah tersebut. Dalam penelitian Nurvina Neno menggunakan teori
struktural, sedangkan untuk meneliti nilai religius hanya difokuskan pada
tokoh utamanya dan metode yang dilakukan adalah metode deskriftif analisis.
2) Skripsi yang berjudul Perjalanan Religius Tokoh Utama dalam Novel 99
Cahaya di Langit Eropa Karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Oleh
Alhamhendra Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra dan
Budaya, Universitas Negeri Gorontalo dengan rumusan masalah ialah (1)
Bagaimana gambaran tokoh dan penokohan dalam novel 99 Cagaya di
Langit Eropa karya Hanum Salsabiela dan Rangga Almahendra ?; (2)
bagaimana perjalan religius tokoh dalam novel 99 Cahaya di langit Eropa
karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra dilihat dari segi
psikologi sastra.
Berdasarkan uraian mengenai penelitian yang relevan sebelumnya,
dapat diketahui bahwa penelitian yang dilakukan oleh Nurvina Neno dan
7
Juga Arnillah terdapat kesamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan
dilakukan. Persamaannya adalah dapat dilihat dari objek formal, yaitu sama-
sama mengangkat masalah tentang nilai religius. Sementara perbedaannya
dapat dilihat pada penggunaan novel, teori dan metode. Dalam penelitian ini
akan menggunakan novel yang berjudul Sebening Syahadat karya Diva SR.
Teori yang digunakan adalah teori structural fungsional Greimas untuk
melihat nilai religiusitasnya. Sementara metode yang digunakan ialah metode
deskriptif analisis.

2.2 Kajian Teori


Kajian teori merupakan kumpulan teori yang dipelajari untuk dijadikan
sebagai landasan pengetahuan dalam kelangsungan pelaksanaan penelitian. Kajian
teori dapat dijadikan sebagai pendapat, cara, dan aturan untuk melakukan sesuatu.
Pendapat yang didasarkan pada penelitian dan penemuan, didukung oleh data dan
argumetasi. Adapun kajian teori yang dijadikan landasan pengetahuan ialah
sebagai berikut :
2.2.1 Hakikat Novel
Novel adalah sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya cukup, tidak
terlalu panjang, namun juga tidak terlalu pendek” (Nurgiyantoro, 2013: 12).
Ciptaan sebuah fiksi tergantung dengan kehidupan dan pengalaman pengarang,
fiksi dapat diungkapkan dengan realitas hidup pengarang atau dapat diungkapkan
dari pengalaman orang lain rasakan.
Menurut Abram (Hermawan, 2018: 16) „karya fiksi (novel) adalah karya
yang menceritakan sesuatu yang bersifat rekaan, khayalan, sesuatu yang tidak ada
dan tidak terjadi sungguh-sungguh sehingga tidak perlu dicari kebenarannya
dalam dunia nyata‟. Aminuddin (2010: 66) juga mengemukakan bahwa prosa
fiksi adalah kisahan atau cerita yang diemban oleh pelaku-pelaku tertentu dengan
pemeranan, latar serta tahapan dan rangkaian cerita tertentu yang bertolak dari
hasil imajinasi pengarangnya sehingga menjalin suatu cerita. Perbedaan secara
impilisit antara pengertian novel dengan pengertian prosa fiksi lainnya terletak
pada panjang cerita. Menurut Nurgiyantoro (2013: 11) dari segi panjang cerita,
8
novel (jauh) lebih panjang dari pada prosa fiksi lainnya (cerpen). Oleh karena
bentuknya yang panjang, novel tidak dapat mewarisi kesatuan padat yang
dipunyai cerpen dan novel juga tidak mampu menjadikan topiknya menonjol
seperti prinsip mikrokosmis cerpen. Sebaliknya, novel mampu menghadirkan
perkembangan satu karakter, situasi sosial yang rumit, hubungan yang melibatkan
banyak atau sedikit karakter dan berbagai peristiwa ruwet yang terjadi beberapa
tahun silam secara lebih detail (Stanton, 2012 : 90). Oleh karena itu, novel dapat
mengemukakan sesuatu secara bebas, menyajikan sesuatu secara lebih banyak,
lebih rinci, lebih detail, dan lebih banyak melibatkan berbagai permasalahan yang
lebih kompleks.
Novel banyak menceritakan tentang keadaan sosial budaya kelompok
masyarakat dalam sebuah daerah maupun sebuah negara. Novel juga sering
menceritakan tentang keadaan hidup suatu kaum, perkembangan zaman, agama,
dan pendidikan. Tak jarang juga novel banyak didasarkan pada kisah nyata
seseorang yang dianggap untuk dijadikan sebuah cerita.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti dapat menyimpulkan
bahwa novel adalah sebuah karangan prosa fiksi dalam ukuran luas, dengan
menampilkan tokoh-tokoh dan berbagai macam karakter dan watak di dalamnya,
novel juga menceritakan tentang sebuah peristiwa yang di dalamnya terdapat
konflik antar tokoh, menceritakan kisah seseorang , perkembangan zaman, agama,
budaya, bahkan pendidikan. Tak jarang pengarang dalam menulis novel,
berdasarkan sebuah kisah nyata seseorang yang ditulis secara terperinci dan di
bentuk dalam sebuah tulisan agar bisa dijadikan sebuah cerita.

2.2.2 Nilai Religiustitas


Nilai terendah dari semua nilai sekaligus merupakan nilai yang bersifat
duniawi pada dasarnya adalah nilai “fana”. Sedangkan nilai yang lebih tinggi dari
semua nilai yang lain yaitu nilai yang abadi. Menurut Goldman (dalam Faruk,
2010:84) mengatakan bahwa nilai itu adalah kodrat yang mutlak dan kukuh dari
kesadaran dan tuntutan etikanya. Pengertian ini menunjukan adanya perbedaan
antara penderitaan yang dialami manusia yang tidak sanggup melampaui batas
9
kemampuanya dengan penderitaan yang sekaligus diinginkan dan diterimah oleh
manusia kepada Tuhan.
Hubungan Manusia - Tuhan mampu menyelamatkan nilai-nilai dan harkat
kemanusiaan. Ketinggian yang dicapai oleh nilai bersifat sementara lebih
ditemukan oleh manusia yang hanya mengandalkan nilai yang tidak mutlak.
Pemikiran inilah yang perlu disingkarkan karena dapat mempengaruhi kehidupan
manusia selamanya. Proses kehidupan manusia dimuka bumi mengarah pada
upaya untuk mendapatkan suatu nilai yang mengarah pada nilai religius yang
kekal dan abadi. Langkah ini yang perlu diikuti oleh semua kalangan masyarakat
untuk membawa invidu manusia berpikir lebih matang dalam proses memahami
nilai religiusitas yang pantas untuk dijadikan suatu pegangan dalam kehidupan.
Nilai religiusitas yaitu nilai yang bersumber pada kepercayaan Tuhan.
Religiusitas, di pihak lain melihat aspek yang dilubuk hati, riak getaran nurani
pribadi, totalitas kedalam pribadi manusia, dengan demikian religius atau
religiusitas bersifat mengatasi, lebih dalam, dan lebih luas dari agama yang
tampak, formal dan resmi menurut Mangunwijaya (1994: 12).
Istilah religiusitas pada umumnya mengandung makna kecenderungan
batin manusia untuk berhubungan dengan kekuatan alam semesta dalam mencari
nilai dan makna menurut Koentjaraningrat (1980: 54) religi merupakan segala
sistem tingkahlaku manusia untuk mencapai suatu maksud dengan cara
menyadarkan diri kepada kemauan dan kekuasaan makluk-makluk halus seperti
roh-roh, dewa-dewa dan sebagainya yang menempati alam. Setiap tingkah laku
manusia mencapai keinginan maupun kemauan dengan cara yang berbeda-beda
atas dasar keyakinan dalam dirinya. Keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
menjadi dasar dalam diri untuk menentukan
Menurut The World Book Dictionnary (dalam Atmosuwito: 2010: 123 )
kata religiusitas (religiosity) berarti religious feeling or sentiment,) atau perasaan
keagamaan. Religi lebih luas di artikan lebih luas daripada agama karena lebih
mengarah pada masalah personalitas dan bersifat dinamis karena lebih
menonjolkan eksistensinya sebagai manusia.

10
Atmosuwito (123-124: 2010) juga berpendapat bahwa kata religi menurut
asal kata berarti ikatan atau pengikat diri. Dari sini pengertiannya lebih pada
masalah personalitas, hal pribadi. Oleh karena itu, ia lebih dinamis karena lebih
menonjolkan eksistensinya sebagai manusia. Jika sesuatu ada ikatan atau pengikat
diri, kemudian kata berarti menyerahkan diri , tunduk taat. Namun pengertian
adalah positif . Karena menyerahkan diri atau ketaatan dikaitkan dengan
kebahagiaan seseorang. Kebahagiaan itu berupa diri seseorang yang melihat
seakan-seakan ia memasuki dunia baru yang penuh dengan kemuliaan. Sedangkan
agama biasanya terbatas pada ajaran-ajaran (doctrines), peraturan-peraturan
(laws). Dalam agama Kristen misalnya peraturan itu menjurus ke dogma (kata
jamaknya dalam bahasa Yunani dogmata). Jika pengertian ini diterapkan,
religiusitas yang dibicarakan bisa menjurus kearah penyebaran agama (mission)
jelaslah itu bukan yang dimaksudkan. Yang dimaksudkan dengan perasaan
keagamaan ialah segalah perasaan batin yang ada hubungannya dengan Tuhan.
Perasaan dosa ( guilt feeling), perasaan takut (fear to god ), Kebesaran Tuhan
(God‟s glory)
Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa
Religiusitas merupakan perilaku seseorang yang sesuai dengan ajaran agama,
penghayatan yang terus menerus dilakukan oleh manusia, norma yang diyakini
melalui perasaan batin yang ada hubungannya dengan Tuhan, perasaan takut, dan
mengakui kebesaran Tuhan, tunduk, taat dan penyerahan diri kepada yang maha
kuasa. Seorang yang religius adalah orang yang mencoba memahami dan
menghayati hidup dan kehidupan lebih dari sekedar yang lahir saja dan tidak
terikat pada agama tertentu, misalnya yang terlihat dari KTP (Kartu Tanda
Penduduk), namun sikap dan tingkah lakunya tidak religius. Moral religius
menunjang tinggi sifat-sifat manusiawi, hati nurani yang dalam, harkat dan
martabat serta kebebasan pribadi yang dimiliki oleh manusia.
Menurut Hatta, (2014: 2) nilai religius terbagi tiga, yaitu :
1) Nilai akidah disebut juga sebagai iman. yang meliputi: Iman kepada Allah,
iman kepada Malaikat, iman kepada kitab-kitab Allah, iman kepad Rasul,
iman kepada hari akhir, dan iman kepada Qada dan Qadar.
11
2) Nilai Syariah yang meliputi: sedekah, zakat, sholat puasa berdoa, dan
menuntun ilmu, serta naik haji bagi yang mampu, dan
3) Nilai akhlak yang meliputi: sikap tolong menolong, jujur, sabar, adil ,
bersyukur, menutup aurat dan menjaga diri, taat, rendah hati, qonaah,
tawadhu dan berperilaku terpuji lainnya.
Nilai religiusitas dalam novel Sebening Syahadat karya Diva Sr yang
peneliti temukan meliputi:
a) nilai akidah yang berupa iman kepada iman kepada Allah, iman
kepada Rasul, dan iman kepada Qada dan Qadar.
b) nilai Syariah yang berupa shalat, berdoa, menuntut ilmu, dzikir,
dan
c) akhlak yang berupa sikap tolong-menolong, adil, sabar, bersyukur,
menutup aurat, dan menjaga diri. Ketiga aspek tersebut, akan
diuraikan sebagai berikut:
1. Nilai Akidah
Nilai akidah disebut juga sebagai iman. Ia merupakan keyakinan
dalam hati, dan ikrarkan lisan dan dibuktikan oleh anggota badan. Ada
enam pilar keimanan, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul,
hari akhir, serta Qada dan Qadar.
Nilai akidah adalah nilai yang berhubungan dengan keyakinan dan
keimanan manusia terhadap apa yang menjadi kekuasaan Allah, yang
terwujud dalam rukun iman. Aqidah menurut istilah adalah perkara yang
wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa dan tentram karenanya.sehinggga
menjadi suatu kenyataan yang teguh dan kokoh, yang tidak tercampuri
oleh keraguan dan kebimbangan. Adapun nilai Aqidah dalam novel
Sebening Syahadat karya Diva SR adalah sebagai berikut :
(1) Iman kepada Allah SWT
Iman kepada Allah SWT berarti keyakinan penuh bahwa Allah
pemilik segala sesuatu sekaligus penciptanya. Dia pula yang berhak
disembahi dan diibadahi. Kita tidak hanya dituntut untuk percaya dan
yakin bahwa Allah SWT adalah Tuhan, tetapi juga dituntut untuk
12
meyakini bahwa Tuhan satu, yaitu Allah SWT. Dengan adanya iman
kepada Allah pada diri seseorang dibuktikan dengan perbuatannya sebagai
dampak dari keyakinan itu.
(2) Iman kepada Rasul
Iman kepada Rasul berari mempercaiayai para Rasul Allah untuk
menyeru manusia agar beribadah kepada Allah Swt. Beriman kepada
Allah Rasul berarti menerima ajaran-ajaran yang dibawanya dan
mengikuti sunnahnya. Keimanan kepada rasul-rasul Allah SWT harus
dapat diwujudkan secara nyata dalam kehidupan sehari-hari, menurut
Hatta (2014: 23). Perilaku yang mencerminkan iman kepada Rasul-Rasul
Allah SWT seperti membiasakan berlaku jujur terhadap siapa pun,
sebagaimana sikap para Rasul Allah, berusaha untuk memiliki kepekaan
dan menghadapi segala persolan sehingga dapat mengatasi masalah secara
tepat, baik dan sesuai pertimbangan akal, serta berbakti kepada orang tua,
berbuat sesama manusia, sabar menghadapi segalah ujian, selalu bersyukur
dalam keadaan apapun dan masih banyak lagi perbuatan-perbuatan yang
terpuji yang dapat diteladani dari Rasul Allah SWT.
(3) Iman kepada Qada dan Qadar
Iman kepada Qada dan Qadar merupakan rukun iman keenam.
Iman kepada Qada dan Qadar dalam ungkapan sehari-hari lebih popular
dengan sebutan iman kepada takdir Allah SWT. Iman kepada takdir Allah
bearti percaya bahwa segala sesuatu yang terjadi di alam semesta ini
seperti adanya siang dan malam, adanya tanah yang subur dan tandus,
hidup dan mati, rezeki dan jodoh seseorang adalah kehendak dan
ketentuan Allah Swt.
Qada artinya ketetapan atau keputusan, maksudnya ketetapan atau
keputusan Allah terhadap makhluk-Nya atas segala sesuatu yang akan
terjadi baik di dunia maupun di akhirat. Qadar artinya ketentuan,
maksudnya segala ketentuan Allah terhadap makhluk-Nya yang telah
terjadi. Dalam percakapan Menurut sehari-hari qadar sering disebut takdir.

13
Iman kepada qada dan Qadar berarti yakin Qada dan Qadar Allah
yang disebut juga takdir atau ketentuan Allah. Menurut bahasa, Qada
memiliki pengertian, yaitu hukum, ketetapan, pemerintah, kehendak,
pemberitahuan dan penciptaan. Menurut istilah islam, yang dimaksud
dengan Qada alah ketetapan Allah sejak zaman azali sesuai dengan iradah
(kehendak-Nya) tentang segala sesuatu yang berkenaan dengan makhluk.
Qada menurut bahasa adalah kepastian, peraturan, ukuran.
Adapun menurut islam Qadar adalah perwujudan atau kenyataan Allah
terhadap semua makhluk dalam ukuran dan bentuk tertentu sesuai dengan
iradah (kehendak-Nya).
2. Nilai Syariat
Menurut Hatta, (2014: 2), syariat merupakan dimensi setelah
keimanan dalam hati. Syariat mencakup di dalamnyaadalah ibadah dan
muamalah. Oleh karenanya, syariat disebut sebagai islam itu sendiri.
Nilai syariat adalah nilai yang berhubungan dengan aturan yang
menghubungkan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, dan
manusia dengan alam. Adapun nilai syariah dalam novel Sebening
Syahadat karya Diva SR sebagai berikut :
(1) Shalat
Shalat menurut bahasa berarti doa. Shalat menurut syariah ialah
ibadah kepada Allah dengan perkataan dan gerakan tertentu, yang dimulai
dengan takbir dan diakhiri dengan salam. Shalat merupakan rukun kedua
dari rukun islam. Shalat merupakan perbuatan yang paling utama. Shalat
ialah tiang Islam, jika ia rapuh, rapu pula keislaman seseorang.
Salat merupakan salah satu bentuk ibadah kepada Allah. Shalat
yang harus dilakukan sehari semalam ada lima waktu yakni shalat subuh,
zuhur, asar, magrib, dan isya, menurut menurut Hatta (2014: 73).
(2) Doa
Doa adalah bentuk ketundukan seorang hamba kepada Sang
pencipa. Doa memiliki arti permintaan dalam ajaran islam, doa berarti

14
pengakuan seorang hamba atas rahmat dan ketentuan Allah, sehingga
meminta pertolongan dari-Nya.
Setiap doa merupakan bagian dzikir. Doa tanpa disertai dengan
zikir adalah sia-sia. Maka diwajibkan untuk memulai doa dengan memuji
dan memujikan Allah. Allah berjanji akan mengabulkan setiap hambanya.
Selama itu baik bagi dirinya, Menurut Hatta (2014: 424)
(3) Menuntut Ilmu
Menuntut ilmu adalah hal yang paling wajib dilakukan manusia
untuk memperluas wawasan sehingga derajat kitapun bisa terangkat.
Menuntut ilmu merupakan ibadah sebagai mana sabda Nabi Muhammad
SAW “ menuntut ilmu diwajibkan atas orang islam laki-laki dan
perempuan”, menurut Hatta (2014: 450).
(4) Berzikir
Dalam bahasa Arab kata zikir mempunyai dua makna: pertama,
jika dilakukan oleh hati berarti mengingat. Kedua, jika dilakukan oleh
lisan berarti mengucapkan bacaan tertentu. Menurut Syariat zikir adalah
mengingat Allah atau mengucapkan bacaan tertentu untuk memuji dan
mengagungkan Allah, menurut Hatta (2014: 411).
3. Nilai Akhlak
Menurut Hatta (2014 :2) akhlak adalah konsekuensi dari iman yang
kuat dan ibadah yang benar. Akhlak merupakan nilai-nilai kebaikan yang
wajib dimiliki seorang muslim, atau sifat-sifat keburukan yang wajib
dihindari. Seperti yang diwajibkan untuk jujur, amanah, tanggung jawab,
serta sifat-sifat baik lainnya.
Akhlak adalah budi pekerti. Akhlak sering juga diartikan sebagai
tabiat, perangai bahkan agama itu sendiri. Akhlak merupakan pola
tingkahlaku yang baik maupun yang buruk. Nilai akhlak adalah nilai yang
berhubungan dengan perilaku yang mencerminkan tindakan baik dan
buruk dalam hubungan manusia dengan tuhan, manusia dengan manusia,
dan manusia dengan alam. Jadi dapat disimpulkan akhlak adalah suatu
kondisi atau sifat yang telah meresep dalam jiwa dan menjadi kepribadian
15
hingga dari situ timbullah berbagai macam tindakan dengan cara spontan
dan mudah tanpa dibuat-buat. Dan tanpa memerlukan pemikiran. Adapun
nilai akhlak dalam novel Syebening Syahadat adalah sebagai berikut:
1) jujur
Kejujuran merupakan nilai terpuji yang semakin jarang dilakukan
oleh umat manusia, jujur memang susah untuk dijalankan tetapi kita hanya
perlu melawan kesusahan itu dengan keberanian berbuat benar dan tidak
berbohong saat melakukan apapun. Jujur membawa perilaku senantiasa
dan berbuat baik, menurut Hatta (2014: 39)
2) Sabar
Secara etimologi, sabar (ash-shabr) berarti menahan (Al-habs).
Dari sini sabar dimaknai sebagai upaya menahan diri dalam melakukan
sesuatu atau meninggalkan sesuatu untuk mencapai ridho Allah SWT.
Sabar adalah menahan diri atau membatasi jiwa dari keinginan-
kenginannya demi mencapai sesuatu dalam kesempitan.
3) Adil
Adil bermakna menempatkan sesuatu sesuai dengan tempatnya,
Allah memerintahkan kita agar selalu bersikap adil terhadap diri sendiri
dan orang lain. Adil adalah dimana semua orang mendapatkan hak
menurut kewajibannya. Secara bahasa adil meletakkan ssesuatu pada
tempatnya, tidak melihat kesalahan satu pihak, bersikap profesional, dan
memihak kepada yang benar. Kemudian secara istilah , pengertian dari
perilaku terpuji adil yaitu menetapkan suatu kebenaran terhadap dua
masalah atau beberapa masalah untuk dipecahkan sesuai dengan aturan-
aturan yang telah ditetapkan oleh agama. Dengan demikian perbuatan adil
adalah suatu tindakan yang berdasarkan kepada kebenaran, bukan
mengikuti kehendak hawa nafsu pribadi.
4) Syukur
Islam mengungkapkan bahwa syukur adalah sumber kehidupan,
jika seseorang ingin hidup, bersyukurlah. Syukur adalah sumber
kebahagiaan, jika seseorang ingin bahagia, bersyukurlah. Syukur adalah
16
sumber kekayaan, jika ingin kaya cepatlah bersukur. Syukur adalah obat
segalah penyakit, jika seseorang ingin sehat, bersyukurlah. Syukur adalah
pintu keajaiban, jika seseorang sudah mulai bosan dengan nasib sialnya,
bersyukurlah. Bahkan islam memandang bahwa syukur adalah bagian dari
keimanan. Tidak sempurna iman seseorang jika belum bersyukur.
5) Saling menolong
Saling menolong merupakan akhlak terpuji yang harus dilakukan,
hidup dizaman modern saat ini, budaya tolong menolong sudah sangat sulit
ditemukan. Manusia sudah banyak yang hidup individualitas. Teknologi
modern menciptakan kehidupan yang membuat manusia seolah-olah tidak
membutuhkan bantuan orang lain, padahal Allah memerintahkan umat
manusia untuk saling menolong.
6)Menutup aurat
Makna kata aurat adalah yang berarti segalah sesuatu yang dapat
menjadikan seseorang malu atau mendapatkan aib (cacat), entah
perkataan, sikap ataupun tindakan, aurat sebagai bentuk dari kekurangan
makna sudah seharusnya ditutupi dan tidak dibuka atau dipertontonkan di
depan umum.

2.2.3 Teori Struktural Fungsional A. J Greimas


Algirdas Julien Greimas (Susanto, 2012: 124-125) adalah seorang
linguistik atau ahli bahasa dan ahli semiotika. Model dari Greimas ini sering
disebut dengan model aktan dan fungsional. Seperti yang telah diungkapkan
bahwa teori dari Greimas terhadap teks naratif itu terdiri dari teori aktan dan
fungsional. Greimas mengemukakan tentang struktur satu terks naratif, dalam
analisisnya menggunakan model aktan dan model fungsional. Hubungan itu
diungkapkan dengan cara yakni pasangan aktan, oposisi aktan, dan hubungan
yang lain yang terjadi diantara aktan-aktan tersebut.
Greimas (Suwarni, 8: 2020 ) adalah salah satu penganut teori struktural.
Seperti halnya Propp, Levi-Strauss, Bremon dan Todor, Greimas juga
mengembangkan teorinya berdasarkan analogi-analogi struktural dalam linguistik
17
yang berasal dari Saussure dengan mencari analogi structural dalam linguistik
itualah menerapkan teorinya dalam cerita atau dongeng rusia.
Greimas (Kutha, 137-140: 2018) adalah kombinasi antara model
paradigmatik Levi Strauss dengan model sintagmatis Propp. Dibandingkan
dengan penelitian Propp, objek penelitian Greimas tidak terbatas pada genre
tertentu, yaitu dongeng, tetapi diperluas pada mitos. Dengan mamanfaatkan
fungsi-fungsi yang hampir sama, Greimas memberikan perhatian pada relasi,
menawarkan konsep yang lebih tajam, dengan tujuan yang lebih umum, yaitu tata
bahasa yang naratif universal. Dengan menolak aturan, dikotomi yang kaku
sebagaimana dipahami oleh strukturalisme awam, Greimas pada gilirannya lebih
mementingkan aksi dibandingkan dengan pelaku. Tidak ada subjek di balik
wacana, yang ada hanyalah subjek, manusia semu yang dibentuk oleh tindakan,
yang disebut aktan-akan dan acteurus.
Greimas mengemukakan model cerita yang tetap sebagai alur. Alur
merupakan energi terpenting yang menggerakan cerita sehingga menjadi
penceritaan, dengan episode terpenting yang terdiri atas permulaan komplikasi,
dan penyelesaian. Analisis strukturalisme, dengan membedakan antara tokoh
bundar dengan datar menurut dikotomi Forstererian, misalnya dianggap hanya
memberika perhatian pada fungsian relasinya. Secara umum alur merupakan
rangkaian peristiwa-peristiwa dalam sebuah cerita. Istilah alur biasanya terbatas
pada peristiwa yang terhubung secara kausal saja. peristiwa kausal merupakan
peristiwa yang menyebabkan atau menjadi dampak dari berbagai peristiwa lain
dan tidak dapat diabaikan karena akan berpengaruh pada keseluruhan karya
(Stanton, 2012: 26).
Menurut Luxemburrgh, dkk (Kutha, 139: 2018). Di antara ketiga oposisi
biner yang terpenting adalah pasangan subjek-objek, hubungan antara pejuang
dengan tujuannya. Pada umumnya pejuang (subjek) terdiri atas pelaku sebagai
manusia, sedangkan tujuan (objek) terdiri atas berbagai kehendak yang mesti
dicapai, seperti kebebasan, keadilan, kekayaan, dan sebagainya. Suatu perjuangan
pada umumnya dihalangi kekuasaan (pengirim), tetapi apabila berhasil maka
pelaku (penerima) menerimanya sebagai hadiah.
18
Penolong dan penentang tidak selalu merupakan manusia, misalnya senjata
pustaka atau benda-benda lain memiliki kekuatan. Kekuasaan dapat bersifat
kongkret, seperti raja dan jenis penguasa yang lain. Kekuasaan juga dapat bersifat
abstrak, seperti masyarakat, nasib, dan waktu, bahkan juga salah satu sifat yang
terkandung dalam diri pejuang. Di antara subjek dan objek ada tujuan, di antara
pengirim dan penerima ada komunikasi, sedangkan di antara penolong dan
penentang ada bantuan atau tentangan. Aktan-aktan dengan demikian jangan
dikacaukan dengan aktor. Aktan-aktan merupakan peran-peran abstrak yang dapat
dimainkan oleh seorang atau sejumlah pelaku. Aktan-akan merupakan struktur
dalam, sedangkan actor merupakan struktur luar, dengan kalimat lain, aktor
merupakan manifestasi kongkret dari Aktan-akan. Oleh karena itu, artikulasi aktor
menentukan cerita atau dongeng tertentu, sedangkan struktur Aktan-akan
menentukan genre tertentu. Aktor yang sama, pada saat yang berbeda-beda,
sebaliknya, Aktan-akan yang sama terbentuk oleh aktor yang berbeda-beda. Oleh
karena itu, Bal ( Kutha,140: 2018) menjelaskannya sebagai subjek- aktan-akan
dan objek- aktan-akan.
Greimas membagi enam aktan-akan (pelaku pelaku) yaitu : (1) subjek vs
objects (Subjek-Objek) (2) sender vs receiver (destinateur vs destinataire)
(pengirim vs penerima) dan (3) helper vs opponent (adjuvant vs opposant)
(pembantu-penentang).
Jika disusun kedalam bagan, tiga oposisi ini yang terdiri atas enam aktan
tampak pada gambar beriktu :

Pengirim > Objek > Penerima

Penolong > Subjek > Penentang


Sender (Pengirim) adalah seseorang atau sesuatu yang menjadi sumber ide

Sender (Pengirim) adalah seseorang atau sesuatu yang menjadi sumber ide
dan berfungsi sebagai penggerak cerita. Dialah yang menimbulkan keinginan bagi
subjek atau pahlawan untuk mencapai objek. Objek (Objek) adalah seseorang atau
sesuatu yang diingini, dicari, dan diburu oleh pahlawan atas ide pengirim.
19
Subjek (subjek) atau pahlawan adalah seseorang atau sesuatu yang ditugasi oleh
pengiriman untuk mendapatkan objek. Helper (Penolong) adalah seseorang atau
sesuatu yang membantu atau mempermudah usaha pahlawan dalam mencapai
objek. Opponent (Penentang) adalah seseorang atau sesuatu yang menghalangi
usaha pahlawan dalam mencari objek. Receiver (Penerima) adalah seseorang atau
seseuatu yang menerima objek hasil buruan subjek, (Kutha, 139: 2018).
Berdasarkan uraian di atas teori yang digunakan dalam penelitian ini aadalah teori
struktural fungsional Greimas.

20
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
analisis berdasarkan peta konsep. Menurut Kutha (53: 21018) metode deskriftif
analisis dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian
disusul dengan analisis. Secara etimologis deskripsi dan analisis berarti
menguraikan. Meskipun demikian, analisis yang berasal dari bahasa Yunani,
analyein („ana‟= atas, „lyein‟ = lepas, urai), telah diberikan arti tambahan, tidak
semata-mata menguraikan melainkan juga memberikan pemahaman dan
penjelasan secukupnya.
Sementara Sugiyono (2011: 205) juga mengemukakan bahwa metode
deskriptif analisis digunakan untuk memandu peneliti memotret, menggambarkan,
memecahkan, serta menganalisis persoalan situasi sosial yang akan diteliti secara
menyeluruh luas dan mendalam. Olehnya itu, melalui metode deskriptif penelitian
dilakukan melalui penguraian dengan kata-kata serta pemaparan kata jelas dan
terperinci terhadap suatu peristiwa untuk mengetahui untuk mengetahui,
menyelidiki, keadaan yang sebenarnya.

3.2 Data dan Sumber Data


Data dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
primer dengan data sekunder. Data primer adalah data yang merupakan sasaran
utama dalam penelitian yakni novel Sebening Syahadat karya Diva SR yang
diterbitkan oleh Melvana Media Indonesia tahun 2019 cetakan ke VI jumlah
halaman 448 lembar. Sedangkan data sekunder adalah data yang diambil dari
kepustakaan atau buku-buku lainnya sebagai penunjang penelitian ini.
3.3 Teknik Penelitian
3.3.1 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah


teknik kepustakaan yang diperoleh melalui langkah-langkah sebagai berikut :

21
1) Membaca dengan cermat serta berulang-ulang isi novel Sebening
Syahadat karya Diva SR karena novel tersebut menggunakan bahasa
campuran atau bahasa tambahan yakni bahasa Indonesia dan juga ada
bahasa asing (inggris) dan juga novel tersebut menggunakan alur
campuran sehingga harus menuntut peneliti untuk membaca berulang-
ulang.

2) Memberikan tanda pada bagian novel yang berhubungan nilai religius


NO Aktan-aktan Simbol

1 Subjek ( Pahlawan) S= Subjek

2 Objek (Objek) OB = Objek

3 Sender (Pengirim) SN= Sender

4 Receiver (Penerima) R = Receiver

5 Opponent (Penentang) OP= Opponent

6 Helper (Penolong) H= Helper

3) Menandai struktur fungsional novel untuk mengetahui nilai religius dalam


novel Sebening Syahadat karya Diva SR.

3.3.2 Teknik Analisis Data

Berdasarkan data-data yang telah terkumpul kegiatan selanjutnya yang


dilakukan dalam penelitian ini adalah menganalisis data ssebagai berikut:

1) Menganalisis struktur novel Sebening Syahadat karya Diva SR.

2) Mengklasifikasi tokoh-tokoh dalam novel Sebening Syahadat karya Diva SR.

22
3) Nilai Religiusitas dalam novel Sebening Syahadat karya Diva SR.

4) Mendeskrifsikan hasil analisis nilai religiusitas dalam novel Sebening Syahadat


karya Diva SR.

5) Menyimpulkan hasil deskripsi.

23
DAFTAR PUSTAKA

Tuloli, Nani. 2000. Teori Fiksi. Gorontalo: BMT Nurul Jannah

Soedjarwo. 2004. Sastra Indonesia (kesatuan dalam keberagaman). Malang:


Aneka Ilmu.

Tuloli, Nani. 2000. Kajian Sastra. Gorontalo: BMT Nurul Jannah

Suyitno.1986. Sastra Tata Nilai dan Eksegesis. Yogyakarta: Hanindita

Ismawati, Esti. 2013. Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Ombak

Rembulan Sinar Diva. 2019. Sebening Syahadat. Depok : Melvana

Aminuddin. 2013. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung. Sinar Baru


Algensindo.

Nurgiyantoro, Burhan. 2013 . Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah mada

Stanton, Robert. 2012. Teori Fiksi. Yoyakarta: Pustaka Pelajar

Faruk. 2010. Pengantar Sosiologi Sastra dari Strukturalisme Genetik sampai


Post-Modernisasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Mugunwijaya, YB. 1994. Sastra dan Religiusitas. Yogyakarta: Kansius.

Koentjaraningrat.1980. Sejarah Teori Atropologi. Jakarta Universitas Indonesia


Press Munir Mulkhan Abul.

Atmosuwito, Subijantoro. 2010. Perihal Sastra dan Religiusitas dalam Sastra.


Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Hatta, 2014. Bimbingan Islam Untuk Hidup Muslim. Jakarta: Magfirah: Pustaka.

Susanto, Dwi. 2012. Pengantar Teori Sastra.Yogyakarta : CAPS

24
Kutha, Ratna Nyoman. 2018. Teori, Metode, dan teknik, Penelitian Sastra (dari
Strukturalisme hingga Postukturalisme) Perspektif Wacana Naratif. Yogyakarta:
Pustaka Belajar.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:


ALFABETA,cv

Hermawan, Dani. 2018. Pemanfaatan Hasil Analisis Novel Seruni Karya Almas
Sufeeya Sebagai Bahan Ajar Sastra di SMA: Jurnal Prodi Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia dan Pengajarannya. 12 (1): halaman 11-20

Suwarni . Hermi. 2020. Analisis Struktur Greimas Novel Mangalua Karya Idris
Pasaribu. Journal skripsi [Internet] di repository.umsu.ac.id/bitstream/123456789/
13807/1/KRIPSI HERMI SUWARNI.pdf(Di unduh 2020 November 300

Arnillah. 2017. Perjalanan Religius Tokoh Utama Dalam Novel 99 Cahaya di


Langit Eropa Karya Hanum Salsabiela. [Sripsi]. Universitas Gorontalo

Nurvina, Neno. 2016. Nilai Religius Pada Tokoh Utama Dalam Novel
Assalamualaikum Beijing Karya Asma Nadia. [Kripsi]. Universitas Negeri
Gorontalo .

25

Anda mungkin juga menyukai