Anda di halaman 1dari 5

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI RELIGIUSITAS DALAM NOVEL BUMI CINTA

KARYA HABIBURRAHMAN EL-SHIRAZY DENGAN KAJIAN SOSIOLOGI


SASTRA

RAISA DAYANA
Program Studi dan Bahasa Arab
Email : 210502081@student.ar-raniry.ac.id

Abstrak
Penelitian ini merupakan penelitian sosiologi sastra dengan nilai-nilai keislaman dalam
novel “Bumi Cinta” karya Habiburrahman El-Shirazi. Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan implementasi para tokoh dengan nilai-nilai religiusitas yang
terpresentasikan dalam objek sebuah novel pembangun jiwa ini. Jenis yang digunakan
peneliti pada penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan
metode deskriptif dan pendekatan tekstual. Teknik pengumpulan data yang digunakan
menggunakan studi kepustakaan. Data penelitian ini adalah bentuk implementasi nilai-
nilai keislaman yang terdapat pada novel. Sumber data penelitian ini adalah novel.
Penelitian ini menggunakan pendekatan Sosiologi sastra, dengan bentuk penelitian
studi kepustakaan (Liberary Research). Data diperoleh dengan teknik lihat, baca dan
catat. Analisis data dilakukan dengan menandai dan menentukan teks novel,
mengklasifikasikan teks novel, dan menyimpulkan hasil klasifikasi teks novel yang
selaras dengan kajian sosiologi sastra. Hasil penelitian mengungkap konseptual
keislaman antara hubungan hamba dengan tuhannya, hubungan sosial, serta
hubungan dengan alam sebagai metafora yang dapat menambah nilai-nilai keimanan
ke Allah SWT. dan afirmasi keilmuwan akan kebenaran ayat-ayat suci al-Quran.
Penelitian diharapkan mampu mengingatkan seluruh masyarakat untuk selalu
mewujudkan nilai-nilai religius dalam kehidupan sehari-hari. Nilai religius yang dapat
ditemukan dalam kajian ini meliputi nilai ketauhidan, ketakwaan, keimanan, serta budi
pekerti yang luhur.
Kata kunci : nilai-nilai religius, ketauhidan, keimanan, ketakwaan, budi pekerti luhur

I. Pendahuluan
Sastra secara etimologi diambil dari bahasa-bahasa Barat (Eropa) seperti
literature (bahasa Inggris), littérature (bahasa Prancis), literatur (bahasa Jerman), dan
literatuur (bahasa Belanda). Semuanya berasal dari kata litteratura (bahasa Latin) yang
sebenarnya tercipta dari terjemahan kata grammatika (bahasa Yunani). Litteratura dan
grammatika masing-masing berdasarkan kata “littera” dan “gramma” yang berarti
huruf (tulisan atau letter). Dalam bahasa Prancis, dikenal adanya istilah belles-lettres
untuk menyebut sastra yang bernilai estetik. Istilah belles-lettres tersebut juga
digunakan dalam bahasa Inggris sebagai kata serapan, sedangkan dalam bahasa
Belanda terdapat istilah bellettrie untuk merujuk makna belles-lettres. Dijelaskan juga,
sastra dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Sansekerta yang merupakan
gabungan dari kata sas, berarti mengarahkan, mengajarkan dan memberi petunjuk.
Kata sastra tersebut mendapat akhiran tra yang biasanya digunakan untuk
menunjukkan alat atau sarana. Sehingga, sastra berarti alat untuk mengajar, buku
petunjuk atau pengajaran. Sebuah kata lain yang juga diambil dari bahasa Sansekerta
adalah kata pustaka yang secara luas berarti buku (Teeuw, 1984: 22-23).

Sumardjo & Saini (1997: 3-4) menyatakan bahwa sastra adalah ungkapan
pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat,
keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkret yang membangkitkan pesona
dengan alat bahasa. Sehingga sastra memiliki unsur-unsur berupa pikiran, pengalaman,
ide, perasaan, semangat, kepercayaan (keyakinan), ekspresi atau ungkapan, bentuk
dan bahasa. Hal ini dikuatkan oleh pendapat Saryono (2009: 18) bahwa sastra juga
mempunyai kemampuan untuk merekam semua pengalaman yang empiris-natural
maupun pengalaman yang nonempiris-supernatural, dengan kata lain sastra mampu
menjadi saksi dan pengomentar kehidupan manusia.

Menurut Saryono (2009: 16-17) sastra bukan sekedar artefak (barang mati),
tetapi sastra merupakan sosok yang hidup. Sebagai sosok yang hidup, sastra
berkembang dengan dinamis menyertai sosok-sosok lainnya, seperti politik, ekonomi,
kesenian, dan kebudayaan. Sastra dianggap mampu menjadi pemandu menuju jalan
kebenaran karena sastra yang baik adalah sastra yang ditulis dengan penuh kejujuran,
kebeningan, kesungguhan, kearifan, dan keluhuran nurani manusia. Sastra yang baik
tersebut mampu mengingatkan, menyadarkan, dan mengembalikan manusia ke jalan
yang semestinya, yaitu jalan kebenaran dalam usaha menunaikan tugas-tugas
kehidupannya (Saryono, 2009: 20). Sastra dapat dipandang sebagai suatu gejala sosial
(Luxemburg, 1984: 23).

Arifin (2012) menyatakan bahwa karya sastra merupakan gambaran imajinasi


yang diungkapkan dengan bahasa yang indah, mampu menghibur para pembaca dan
sekaligus menyampaikan pesanpesan religi yang dapat digunakan untuk membangun
karakter yang lebih mulia. Manusia menggunakan karya sastra sebagai sarana untuk
mengungkapkan gagasan, pengalaman, pemikiran dan sebagainya, sehingga dapat
disimpulkan bahwa karya sastra sangat bermanfaat bagi manusia dan pembacanya.
Suatu karya sastra yang baik tentunya menghibur dan bisa memberikan manfaat bagi
para pembacanya. Karya sastra yang baik menurut Bahtiar (2015) ialah karya sastra
dapat memberikan informasi tentang berbagai macam kehidupan masyarakat
termasuk kehidupan yang berhubungan dengan religiusitasnya.

II. Kerangka Teori


Sosiologi sastra merupakan teori sastra yang menganalisis suatu karya sastra
didasarkan dalam hubungan kemasyarakatanya. Karya sastra juga dianggap sebagai
ekspresi pengarang. Landasan dalam teori ini adalah sosiologi sastra. Penelitian
sosiologi sastra lebih banyak memberikan perhatian kepada sastra nasional, sastra
modern, khususnya mengenai novel. Roucek dan Warren (2009: 18) sosiologi adalah
ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok.
Sosiologi sastra adalah ilmu tentang hubungan kelompok dalam kehidupan
manusia. Tujuan sosiologi sama dengan ilmu sosial lainnya, tetapi seseorang melihat
kejadian sosial dengan caranya sendiri. Dari pemahaman materi dan budaya masuk ke
dalam esensi pembentukan, kerjasama dan kehidupan semua golongan (Bouman dan
Wahyuningtyas dalam Santoso, 2011: 20).

III. Metode Penelitian


Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
deskriptif kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah novel “Bumi Cinta” karya
Habiburrahman El-Shirazi. Adapun data dalam penelitian ini berupa kalimat ataupun
dialog yang mengandung nilai religiusitas dan narasi teks yang menunjukkan pada
pengimplementasian nilai-nilai keislaman.
Teori yang digunakan teknik analisis data interaktif Miles dan Hubermen.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik lihat,
baca dan catat. Dilakukan dengan membaca novel, mengelompokkan data yang
berkaitan dengan implementasi nilai-nilai religius dan menginterpretasikan
implementasi nilai-nilai religius dalam novel. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis
dengan teknik analisis isi (content analysis) yang meliputi tahapan reduksi data,
penyajian data, penarikan kesimpulan/verifikasi.
Langkah-langkah yang digunakan peneliti dalam memperoleh data ialah :
1. Membaca novel secara keseluruhan
2. Mengklasifikasikan teks novel yang selaras dengan kajian sosiologi sastra
3. Menandai dan mengelompokkan kutipan teks novel berkaitan nilai-nilai
religiusitas
4. Mengelompokkan implementasi nilai-nilai religiusitas berdasarkan hubungan
manusia dengan tuhan, sesama manusia, dengan alam, dan afirmasi keilmuan
akan kebenaran ayat suci al Quran
5. Menyimpulkan hasil klasifikasi teks novel yang selaras dengan kajian sosiologi
sastra.
IV. Hasil Penelitian
Beberapa hasil penelitian yang didapatkan peneliti pada analisis nilai-nilai religiusitas
yang diimplementasikan dalam novel diantaranya:
1. Analisis nilai-nilai religiusitas dalam hubungan manusia dengan tuhannya yang
terpenting diimplementasikan pada tokoh utama Ayyas yaitu dalam bentuk
hubungan ketergenatungan seorang hamba kepada tuhannya, dalam hal ini
Ayyas sebagai tokoh utama adalah seorang hamba yang sangat taat beragama
dan dalam memegang nilai-nilai keislaman disetiap tindak tutur katanya serta
keteguhan hatinya dalam mempertahankan keimanan di negeri asing yang
sangat jauh kebudayaannya dari moral islami. Ia benar-benar memasrahkan
segala sesuatu yang dapat mengguncangkan keimanannya kepada Allah SWT.
dengan berdoa dan mencari orang-orang yang bisa mengingatkan kepada jalan-
Nya yang lurus.
2. Analisis hubungan manusia dan tuhan ditampilkan tokoh lain yang
menunjukkan ketergantungan hamba kepada sang Khaliq ialah bagaimana
devid yang kembali meniti di atas jalan setelah mengalami kehampaan, dan
tokoh lainnya ialah dua gadis rusia yaitu Yelena dan Linor yang setelah menjadi
muallaf mulai merasakan keteduhan hati setelah menggantungkan diri mereka
sepenuhnya kepada Allah SWT. dan menjalankan peran sebagai seorang
muslim sejati.
3. Analisis hubungan manusia dan manusia dalam pengimplementasian nilai-nilai
religiusitas ditampilkan dalam berbagai bentuk akhlakul karimah seperti sikap
saling tolong menolong, sabar, jujur, tawadhu’, gigih, sopan, dan berbudi
pekerti lainnya.
4. Analisis hubungan manusia dan manusia yang terkait dengan nilai-nilai
ketuhidan dipresentasikan juga dengan keluarga tuan yunus bugha dan
madame yasmina yang menerima dengan hangat Linor yang ingin belajar
agama dan membimbingnya mengenal islam.
5. Analisis hubungan dengan alam sebagai metafora yang dapat menambah nilai-
nilai keimanan ke Allah SWT digambarkan dengan keadaan alam disekitar
sebagai bentuk kekuasaan Allah yang seolah-olah mereka juga bertasbih dan
tunduk takzim kepada sang Khaliq.
6. Analisis afirmasi keilmuwan akan kebenaran ayat-ayat suci al-Quran
dipresentasikan dengan jawaban saintis yang dijelaskan Ayyas atas pertanyaan
yang meminta pembuktian bahwa al-Quran itu benar-benar kalam Allah bukan
karangan manusia pada talkshow rusia.

V. Penutup
Dari analisis pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat banyak macam
implementasi nilai-nilai religiusitas dalam kajian ini meliputi nilai ketauhidan,
ketakwaan, keimanan, serta budi pekerti yang luhur. Serta dari hal itu dapat menjadi
pelajaran bagi para pembacanya dan dapat membuka pikiran untuk semakin
mempererat keimanan dan ketakwaan serta membuka kesadaran dalam ketaatan
melakukan ibadah dan pengabdian diri kepada-Nya.

Anda mungkin juga menyukai